Professional Documents
Culture Documents
Modernitas
David Setiadi
Pendahuluan
Tradisi Lisan menjadi media terindah yang pernah dan akan selalu ada di
Nusantara. Sebelum munculnya tradisi tulis, hampir cerita-cerita yang ada di
Nusantara berkembang melalui budaya oral tersebut. Salah satunya adalah
dongeng, yang menjadi cerita tutur yang banyak berkembang hampir di daerah
atau budaya yang ada di Indonesia. Tidak berbeda jauh baik dari segi tema
selalu memunculkan muatan didaktis dalam setiap penyajiannya, karena pada
dasarnya setiap cerita yang tersaji selalu menjadi alat untuk mendidik selain
sebagai menghibur yang menjadi sajian utamanya.
Dongeng tentang tokoh Kabayan yang saya kaji adalah dongeng “Si
Kabayan Pergi ke Hutan”. Dongeng tersebut terdapat pada antologi kumpulan
dongeng Sunda yang terangkum dalam buku Jalan ke Surga atawa Si Kabayan
karya Ajip Rosidi terbitan penerbit Nusantara. Untuk lebih lanjut akan saya
paparkan ringkasan cerita sebagai berikut.
Si kabayan seorang yang pemalas. Kerjanya hanya tidur dan makan saja,
lalu tidak pernah pergi keluar rumahnya. Melihat kelakuan si Kabayan
yang sangat pemalas tersebut membuat dongkol kedua mertuanya yaitu
abah dan ambu. Keduanya saling menyalahkan dan menyesal
mengawinkan anak semata wayangnya yaitu nyi Ikem kepada si Kabayan.
Pada suatu hari, ketika di dapur mertua perempuan menyuruh si Kabayan
untuk pergi ke Hutan untuk mencari kayu dan siapa tahu mendapatkan
rezeki untuk orang yang ada di rumah. Tak lama kemudian, si Kabayan
pun pergi menuruti permintaan mertuanya tersebut.
Hutan tak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Orang-orang kampung
biasanya jika pergi ke hutan hendak mencari kayu, buah-buahan, atau
berburu. Namun lain dengan si Kabayan. Ia hanya berputar-putar saja
sambil menikmati kesejukan suasana di hutan. Hingga ia sampai di dalam
hutan, lalu diam sejenak disebuah pohon yang rimbun untuk istirahat.
Semilir angin yang menghembus membuatnya jadi mengantuk. Belum
sejenak kantuknya hilang karena ada sebuah binatang yang
mengganggunya, kemudian ditepasnya binatang tersebut. Saat menoleh
ke atas, ternyata pada pohon tersebut terdapat sarang lebah yang banyak
mengahasilkan madu. Si Kabayan tidak tertarik dengan sarang lebah
tersebut, lalu ia pergi pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah si
Kabayan kemudian menceritakan pengalamannya di hutan kepada
mertuanya. Tak disangka oleh si Kabayan ternyata mertuanya tersebut
marah kepadanya, karena tidak membawa sarang labah tersebut.
Mertuanya mengingatkan kepada si Kabayan, apabila nanti di hutan
menemuka untung lagi jangan lupa bakar pantatnya dengan obor. Tak
lama setelah itu si Kabayan pun pergi keesokan harinya ke hutan.
Film ini bercerita tentang kehidupan disebuah desa yang asri, tempat
tinggal si Kabayan yang dalam hal ini diperankan oleh Jamie Aditya. Di desa
tersebut tinggal pula ustad Soleh yang diperankan oleh Slamet Raharjo
sebagai tetua yang sangat dihormati oleh penduduk disekitar pesantren
tersebut. Cerita kemudian berlanjut ketika datang seorang pengusaha yang
bernama bos Rocky diperankan oleh Christian Sugiono akan membeli tanah
pesantren tersebut dengan cara yang licik dan menipu. Ustad Soleh sebagai
tetua memercayakan keputusannya kepada si Kabayan yang sudah diberi
amanah untuk menjaga pesantren dan desa tersebut. Si Kabayan jatuh
cinta terhadap sekretaris boss Rocky yang bernama Iteung diperankan oleh
Rianti Cartwright. Mengetahui si Kabayan mencintai Iteung, kemudian boss
Rocky memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjalankan misinya.
“Ada seekor rusa. Ia lagi tidur. Saya ingat pesan Emak. Lalu pantatnya
saya bakar dengan obor…”.
Dalam film Si Kabayan jadi Milyuner tema kepatuhan tersebut ada pada
cerita, di mana kepatuhan tersebut merupakan kepatuhan si Kabayan terhadap
ustad Soleh tetua yang sangat dihormati oleh si Kabayan, dan sudah ia anggap
sebagai orang tuanya sendiri. Diceritakan ketika desa akan digusur, kemudian si
Kabayan diberi amanah oleh ustad Soleh untuk pergi ke kota dan mencari cara
untuk menyelematkan desanya yang akan digusur. Dengan serta merta si
Kabayan melaksanakan perintah tersebut sebagai bentuk kepatuhannya, hingga
diakhir cerita ia pun berhasil menyelamatkan desa tersebut dari penggusuran.
Dari segi tema yang ada, Guntur Soeharjanto sebagai sutradara sadar
benar bahwa sebagai cerita jenaka, film tentang si Kabayan ini harus memenuhi
muatan didaktis sebagai bagian dari alat pendidikan untuk masyarakat.
Sehingga dari segi tema persamaan dengan dongeng dan film-film yang ada
sebelumnya terdapat sebuah afirmasi, dan kalaupun ada muatan nilai yang baru
itu semata-mata disesuaikan dengan konteks jaman saat ini.
Konklusi
Sebagai sebuah penutup, saya akan memaparkan sebuah simpulan yang
menjadi temuan yang menarik dalam perbandingan terhadap dongeng dan film
tentang si Kabayan ini. Pertama, dari segi tema kedua cerita tentang si Kabayan
ini baik dalam dongeng maupun di film sama-sama bertemakan kepatuhan tokoh
Kabayan terhadap orang yang dihormatinya. Kedua, dari segi penokohan. Sifat
pemalas dan bodoh seolah melekat pada sosok si Kabayan, dan hal tersebut
terlihat jelas di kedua cerita ini baik di dongeng maupun filmnya.
Daftar Pustaka
Rosidi, Ajip. 2008. Jalan ke Surga atawa Si Kabayan. Bandung: Penerbit Nuansa.