You are on page 1of 10

Si Kabayan: Antara Dongeng Jenaka dengan Film dalam Balutan

Modernitas

David Setiadi

Pendahuluan

Tradisi Lisan menjadi media terindah yang pernah dan akan selalu ada di
Nusantara. Sebelum munculnya tradisi tulis, hampir cerita-cerita yang ada di
Nusantara berkembang melalui budaya oral tersebut. Salah satunya adalah
dongeng, yang menjadi cerita tutur yang banyak berkembang hampir di daerah
atau budaya yang ada di Indonesia. Tidak berbeda jauh baik dari segi tema
selalu memunculkan muatan didaktis dalam setiap penyajiannya, karena pada
dasarnya setiap cerita yang tersaji selalu menjadi alat untuk mendidik selain
sebagai menghibur yang menjadi sajian utamanya.

Pada umumnya dongeng-dongeng yang banyak terdapat di Indonesia


menurut pemunculan tokohnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu dongeng
yang bercerita tentang binatang (fabel) dan dongeng tentang manusia. Dongeng
tentang binatang bisanya kita diingatkan oleh tokoh si Kancil yang cerdas, kura-
kura yang selalu kalah atau dibohongi oleh seekor kera, dan masih banyak
lainnya. Termasuk cerita asal-usul sebuah daerah yang dipengaruhi oleh
binatang seperti cerita kota Surabaya yang berasal dari pertarungan antara ikan
hiu Sura dengan Buaya, sehingga saat ini dinamakan sebagai Surabaya.

Tidak berbeda jauh dengan dongeng tentang binatang, dongeng manusia


pun banyak ragamnya mulai dari Sangkuriang, Mundinglaya, Ciung Wanara, Si
kabayan, dan masih banyak lainnya. Dongeng tentang manusia ini banyak
memunculkan gambaran dari sifat manusia yang sewajarnya, seperti
Sangkuriang yang salah mencintai ibu kandungnya sendiri, Mundinglaya yang
merupakan anak raja yang malang, lalu tokoh si Kabayan yang digambarkan
sebagai manusia cerdas, bodoh, jenaka, banyak akal, dan sebagainya sebagai
manusia yang utuh. Dongeng tentang manusia terutama si Kabayan adalah
tokoh yang paling terkenal. Berkat sebuah drama yang digubah oleh Utuy
Tatang Sontani dalam bahasa Indonesia, nama si Kabayan tidak hanya terkenal
dalam lingkungan orang Sunda saja. Drama tersebut telah dipertunjukkan di
berbagai daerah di Indonesia, bahkan sudah diterjemahkan dalam bahasa Rusia.
Alih wahana dalam konteks modernitas tentunya menjadi hal yang lumrah
terjadi untuk saat ini. Begitupun yang banyak terjadi dalam perkembangan
dongeng yang ada di Indonesia, sehingga untuk saat ini bisa dinikmati dalam
bentuk audio visual dalam sebuah bentuk film. Sebut saja dongeng si Kabayan,
dongeng yang berasal dari khazanah kesusastraan Sunda ini telah banyak
dialihwahanakan dalam bentuk film. Setidaknya dongeng si Kabayan pada medio
90-an menjadi tontonan yang menarik dan banyak ditonton. Sehingga
menaikkan popularitas aktor yang memerankan tokoh si Kabayan tersebut yaitu
Didi Petet, dan tentunya banyak aktor/aktris lainnya seperti Aom Kusman, Desi
Ratnasari, Paramitha Rusady, dan Nike Ardila. Hingga yang terbaru di tahun
2010 muncul film Si Kabayan Jadi Milyuner garapan sutrada Guntur Soeharjanto,
yang mengangkat kembali dongeng si Kabayan dalam era millennium dan
konteks kekinian.

Dalam tulisan ini saya membandingkan dongeng si Kabayan sebagai


cerita rakyat Sunda dengan film Si Kabayan Jadi Milyuner garapan sutradara
Guntur Soeharjanto dalam kerangka pengkajian sastra bandingan. Tentunya
pengkajian ini saya batasi pada beberapa aspek yang menjadi memang dapat
dikaji dalam rangka sastra bandingan, seperti aspek tema, aliran, dan genre.

Dongeng si Kabayan: “Si Kabayan Pergi ke Hutan”

Dongeng tentang tokoh Kabayan yang saya kaji adalah dongeng “Si
Kabayan Pergi ke Hutan”. Dongeng tersebut terdapat pada antologi kumpulan
dongeng Sunda yang terangkum dalam buku Jalan ke Surga atawa Si Kabayan
karya Ajip Rosidi terbitan penerbit Nusantara. Untuk lebih lanjut akan saya
paparkan ringkasan cerita sebagai berikut.

Si kabayan seorang yang pemalas. Kerjanya hanya tidur dan makan saja,
lalu tidak pernah pergi keluar rumahnya. Melihat kelakuan si Kabayan
yang sangat pemalas tersebut membuat dongkol kedua mertuanya yaitu
abah dan ambu. Keduanya saling menyalahkan dan menyesal
mengawinkan anak semata wayangnya yaitu nyi Ikem kepada si Kabayan.
Pada suatu hari, ketika di dapur mertua perempuan menyuruh si Kabayan
untuk pergi ke Hutan untuk mencari kayu dan siapa tahu mendapatkan
rezeki untuk orang yang ada di rumah. Tak lama kemudian, si Kabayan
pun pergi menuruti permintaan mertuanya tersebut.
Hutan tak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Orang-orang kampung
biasanya jika pergi ke hutan hendak mencari kayu, buah-buahan, atau
berburu. Namun lain dengan si Kabayan. Ia hanya berputar-putar saja
sambil menikmati kesejukan suasana di hutan. Hingga ia sampai di dalam
hutan, lalu diam sejenak disebuah pohon yang rimbun untuk istirahat.
Semilir angin yang menghembus membuatnya jadi mengantuk. Belum
sejenak kantuknya hilang karena ada sebuah binatang yang
mengganggunya, kemudian ditepasnya binatang tersebut. Saat menoleh
ke atas, ternyata pada pohon tersebut terdapat sarang lebah yang banyak
mengahasilkan madu. Si Kabayan tidak tertarik dengan sarang lebah
tersebut, lalu ia pergi pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah si
Kabayan kemudian menceritakan pengalamannya di hutan kepada
mertuanya. Tak disangka oleh si Kabayan ternyata mertuanya tersebut
marah kepadanya, karena tidak membawa sarang labah tersebut.
Mertuanya mengingatkan kepada si Kabayan, apabila nanti di hutan
menemuka untung lagi jangan lupa bakar pantatnya dengan obor. Tak
lama setelah itu si Kabayan pun pergi keesokan harinya ke hutan.

Si Kabayan kembali ke hutan untuk mencari untung kembali. Setelah lama


berjalan akhirnya ia menemukan seekor rusa yang sedang diam di tengah
huta. Rusa tersebut tidak bergerak seperti yang sudah mati. Kemudian si
Kabayan mendekati rusa tersebut, tak lama kemudian ia ingat akan pesan
mertuanya bahwa jika menemukan untung harus cepat dibakar pantatnya.
Tidak lama kemudian si Kabayan pun membakar pantat rusa tersebut,
dengan serta merta rusa tersebut lari karena kepanasan. Si Kabayan tak
habis pikir mengapa rusa itu pergi. Ia pun langsung pulang menuju
rumahnya. Sesampainya di rumah kembali ia dimarahi oleh mertuanya
setelah menceritakan kejadian yang terjadi di hutan tadi. Mertua
kemudian mengingatkan kembali jika nanti di hutan menemukan kembali
yang seperti itu cepat ditombak lalu dagingnya bisa dibuat dendeng.

Keesokan harinya si Kabayang kembali ke hutan, tentunya dengan


membawa tombak yang seperti diingatkan oleh mertuanya. Si Kabayan
masuk ke hutan dan terus berjalan hingga di kedalaman hutan ia melihat
sesosok wanita dari kejauhan. Si Kabayan terus mendekati, dalam hatinya
ia berkata mungkin ini yang dimaksud oleh mertuanya. Tak lama
kemudian si Kabayan pun menombak wanita tersebut, hingga wanita
tersebut tertutusuk dan darah mengalir deras dari tubuhnya lalu mati. Ia
bersuka cita sembari mencabut tombak yang tertancap ditubuh wanita
yang sudah mati tersebut. Si Kabayan jadi takut melihat mayat wanita itu,
lalu bergegas pulang. Sampai di rumah kemudian ia menceritakan kembali
apa yang ditemukannya di hutan, tak disangka olehnya mertuanya
kembali marah. Ia disebut bodoh karena telah membunuh wanita tadi.

Setelah beberapa hari si Kabayan pun hendak pergi kembali ke hutan.


Sebelum pergi ia kembali diingatkan oleh mertuanya, katanya nanti jika
menemukan sesuatu di hutan abaikan saja jangan dihiraukan. Si Kabayan
pun pergi berangkat kembali ke hutan untuk mencari kayu bakar. Tak
lama kemudian ia sampai di sebuah desa, dan menemukan sebuah rumah
yang ramai sedang ada kenduri. Banyak orang yang datang dan banyak
makanan yang tersedia. Si Kabayan pun ditawari oleh si empunya hajat
untuk singgah dan makan. Namun ia terus pergi dan pulang, karena ia
ingat pesan mertuanya bahwa jika menemukan sesuatu hal abaikan saja
jangan dihiraukan. Ia pulang karena menjalankan amanat yang
dipesankan oleh mertuanya.

Berdasarkan ringkasan cerita yang telah dipaparkan di atas dapat terlihat


watak dari tokoh si Kabayan tersebut. Di mana si Kabayan digambarkan sebagai
seorang lelaki yang pemalas dan kerjanya hanya tidur dan makan saja. Namun,
di balik sikap pemalasnya tersebut si Kabayan sangat mencintai istrinya yaitu nyi
Ikem, juga sangat patuh dan menghormati mertuanya. Hal tersebut dapat
terlihat ketika si Kabayan sedang pergi ke hutan untuk mencari untung,
walaupun akhirnya konyol namun pada intinya dibalik kekonyolan dan
kebodohannya tersebut si Kabayan sangat menjaga pesan yang selalu
diingatkan oleh mertuanya. Hingga disuatu peristiwa, ketika seharusnya ia bisa
makan dengan enak di pesta kenduri namun ia malah mengingat pesan
mertuanya untuk mengabaikan segala sesuatu yang ia temui di dalam
perjalannya ke hutan. Dari cerita ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa
setiap amanah yang diberikan pada kita harus dijalankan dan ditepati, tentunya
dengan sikap yang cerdas pula dalam menjalankannya.

Film si Kabayan: Si Kabayan Jadi Milyuner


Film Si Kabayan Jadi Milyuner digarap dengan serius oleh Guntur
Soeharjanto sebagai sutradara. Film produksi Starvision ini tayang untuk
pertama kalinya di penghujung tahun 2010, dengan menampilkan berbagai
macam kekurangan dan kelebihan dari isi cerita dan peran aktor dan aktris yang
berperan dalam film ini. Sebagai awal pemaparan dari analisis terhadap film ini,
saya paparkan ringkasan cerita dari film Si Kabayan Jadi Milyuner sebagai
berikut.

Film ini bercerita tentang kehidupan disebuah desa yang asri, tempat
tinggal si Kabayan yang dalam hal ini diperankan oleh Jamie Aditya. Di desa
tersebut tinggal pula ustad Soleh yang diperankan oleh Slamet Raharjo
sebagai tetua yang sangat dihormati oleh penduduk disekitar pesantren
tersebut. Cerita kemudian berlanjut ketika datang seorang pengusaha yang
bernama bos Rocky diperankan oleh Christian Sugiono akan membeli tanah
pesantren tersebut dengan cara yang licik dan menipu. Ustad Soleh sebagai
tetua memercayakan keputusannya kepada si Kabayan yang sudah diberi
amanah untuk menjaga pesantren dan desa tersebut. Si Kabayan jatuh
cinta terhadap sekretaris boss Rocky yang bernama Iteung diperankan oleh
Rianti Cartwright. Mengetahui si Kabayan mencintai Iteung, kemudian boss
Rocky memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjalankan misinya.

Iteung dijadikan umpan untuk si Kabayan mau menandatangani surat jual


beli tanah tersebut. Ada pergolakan batin yang terjadi pada diri Iteung,
yang disatu sisi merasa kasihan dengan kepolosan sifat si Kabayan, namun
di sisi lain ia harus menjalankan perintah atasannya. Akhirnya si Kabayan
tergoda untuk menandatangani surat jual beli tanah tersebut, setelah
sebelumnya dijanjikan akan menikah dengan Iteung. Tugas yang dilakukan
oleh Iteung telah berhasil, dan Iteung kembali ke kota untuk mengurusi
kerjaannya yang lain.

Si Kabayan sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan Iteung. Ia tidak


sadar bahwa dirinya telah ditipu oleh Iteung. Ketika waktunya tiba si
Kabayan dengan diiringi oleh Amasan, ustad Soleh, dan seluruh warga desa
menunggu kedatangan Iteung untuk menghadiri pernikahan dengannya.
Namun setelah menunggu seharian, ternyata Iteung tidak datang juga.
Akhirnya si Kabayan baru sadar jika dirinya telah ditipu oleh Iteung, dan
proyek penggusuran warga desa sudah disiapkan oleh kontraktor yang
akan membangun real estate di desa tersebut. Sadar akan kesalahannya, si
Kabayan berjanji kepada ustad Soleh dan seluruh warga desa untuk
menebus kesalahannya tersebut dengan pergi ke kota untuk menemui boss
Rocky.

Akhirnya si Kabayan dengan ditemani oleh Armasan (Amink) pergi menuju


kota untuk menemui Iteung. Perjalanan mereka akhirnya tiba disebuah
apartemen tempat Iteung tinggal bersama orang tuanya. Setelah
menemukan Iteung kemudian si Kabayan mengatakan maksudnya ke Abah
dan Ambu untuk bisa menikahi Iteung dan ingin menyelamatkan desa yang
akan digusur. Tak disangka ternyata dengan polosnya Abah member syarat
jika Kabayan ingin menikahi Iteung harus menyiapkan uang sebanyak satu
milyar. Tanpa pikir panjang si Kabayan menyanggupi permintaan Abah
tersebut.

Segala cara dilakukan oleh si Kabayan untuk mendapatkan uang satu


milyar tersebut. Ia terus diingatkan oleh Armasan bahwa tidak mungkin ia
mendapatkan uang satu milyar tersebut, namun dengan polosnya si
Kabayan tetap yakin bahwa ia pasti mampu mendapatkannya. Singkat
cerita akhirnya tidak sengaja si Kabayan bertemu dengan Joni Kemod,
sahabat lamanya yang sekarang sudah menjadi anggota Dewan. Lalu pada
Joni Kemod tersebut Kabayan mengatakan maksudnya datang ke Kota. Ia
menceritakan pula bahwa ia membutuhkan uang satu milyar untuk
mneikahi Iteung. Joni Kemod dengan baiknya mengabulkan semua
keinginan si Kabyan tersebut. Diakhir cerita akhirnya Kabayan berhasil
menggagalkan penggusuran di desanya, lalu stelah itu si Kabayan akhirnya
dapat menikah denga Iteung stelah mendapat persetujuan dari Abah dan
Ambu. Mereka hidup damai dan bahagia di desa.

Berdasarkan ringkasan cerita film tersebut terlihat bahwa secara umum


tema dari cerita ini sederhana yaitu tentang cinta dan kepatuhan. Cinta tersebut
meliputi cinta si Kabayan terhadap Iteung, dan juga kecintaannya terhadap desa
yang menjadi tempat tinggalnya. Tema kepatuhan ada sebagai bagian dari
cerita, di mana si Kabayan sangat patuh terhadap ustad Soleh yang sudah
dianggap sebagai orang tuanya sendiri. Hal lain yang menarik untuk di bahas
adalah tentang gambaran tokoh si Kabayan dan Iteung yang masing-masing
diperankan oleh Jamie Aditya dan Rianti Cartwright, terasa tidak pas untuk
memerankan kedua tokoh jenaka ini. Imej si Kabayan (dalam film) seolah tidak
bisa dilepaskan dari sosok Didi Petet yang sebelumnya telah mempopulerkan
tokoh si Kabayan tersebut. Ditambah lagi dengan kehadiran Didi Petet yang
berperan sebagai Abah, seolah-olah penonton mau tidak mau membandingkan
peran Jamie Aditya sebagai Kabayan dan Didi Petet sebagai Kabayan dulu.

Sebagai bentuk transformasi cerita, film ini mengajak kita untuk


bernostalgia dengan cerita tentang si Kabayan dalam sebuah film. Namun, jika
kita perbandingkan dengan film-film sebelumnya saya pikir jauh untuk
dibandingkan. Pertama dari segi pemeran tokoh-tokoh utama cerita, peran si
Kabayan dan Iteung terasa tidak cocok diperankan oleh Jamie Aditya dan Rianti,
entah mengapa karena dalam imajinasi saya gambaran kedua aktor dan aktris
ini terlalu ‘bule’ untuk Si Kabayan dan Iteung yang merupakan pemuda dan
gadis desa asli Indonesia. Mungkin inilah transformasi yang dilakukan oleh
sutradara yang mencoba untuk mengubah imej si Kabayan yang di era modern
ini menjadi Kabayan yang maskulin dan good looking.

Perbandingan Dongeng Si Kabayan dengan Film Si Kabayan

Dalam perbandingan terhadap dua cerita si Kabayan ini saya akan


membatasi pada persamaan yang terdapat pada keduanya, persamaan tersebut
akan meliputi pada persamaan tema, tokoh dan penokohan. Pertama, tema.
Tema yang disajikan pada kedua cerita ini, baik yang terdapat pada dongeng
maupun film yaitu tentang kepatuhan. Kepatuhan tersebut dilakukan oleh si
Kabayang sebagai bentuk rasa hormatnya terhadap orang yang dituakan. Dalam
dongeng diceritakan bagaimana si Kabayan selalu menuruti amanat yang selalu
disampaikan oleh ibu mertuanya. Seperti terdapat pada kutipan cerita di bawah
ini:

“Ada seekor rusa. Ia lagi tidur. Saya ingat pesan Emak. Lalu pantatnya
saya bakar dengan obor…”.

“Terlalu kau Kabayan!” teriak mertuanya dengan mendelu. “Masa pantat


rusa kau bakar! Lain kali kalau kau pergi ke hutan dan menemui yang
seperti itu pula, kau tusuk saja dengan tobak biar mati…” (Rosidi, p. 23-
24)

Dalam perjalanan pulang, ketika ia masuk ke ujung kampung ada orang


sedang kenduri. Doa sudah dibaca, makanan sudah dihidangkan. Waktu
orang-orang yangsedang kenduri itu melihat si Kabayan lewat, segera
mereka mengundang mampir, mengajak si Kabayan makan bersama-
sama.

Tetapi si Kabayan sangat patuh akan pesan mertuanya. Ia tidak


menghiraukan ajakan orang-orang itu! Menoleh puntidak. Ia berjalan
terus. (Rosidi, p. 27)

Berdasarkan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa si Kabayan walaupun


konyol dan bodoh namun ia patuh terhadap sesuatu yang telah diamanatkan
kepadanya. Kepatuhan tersebut menjadi cermin yang sarat muatan didaktis,
mengajak pembacanya untuk selalu memegang amanah yang sudah diberikan
tentunya dengan dibekali dengan kecerdasan diri.

Dalam film Si Kabayan jadi Milyuner tema kepatuhan tersebut ada pada
cerita, di mana kepatuhan tersebut merupakan kepatuhan si Kabayan terhadap
ustad Soleh tetua yang sangat dihormati oleh si Kabayan, dan sudah ia anggap
sebagai orang tuanya sendiri. Diceritakan ketika desa akan digusur, kemudian si
Kabayan diberi amanah oleh ustad Soleh untuk pergi ke kota dan mencari cara
untuk menyelematkan desanya yang akan digusur. Dengan serta merta si
Kabayan melaksanakan perintah tersebut sebagai bentuk kepatuhannya, hingga
diakhir cerita ia pun berhasil menyelamatkan desa tersebut dari penggusuran.

Dari segi tema yang ada, Guntur Soeharjanto sebagai sutradara sadar
benar bahwa sebagai cerita jenaka, film tentang si Kabayan ini harus memenuhi
muatan didaktis sebagai bagian dari alat pendidikan untuk masyarakat.
Sehingga dari segi tema persamaan dengan dongeng dan film-film yang ada
sebelumnya terdapat sebuah afirmasi, dan kalaupun ada muatan nilai yang baru
itu semata-mata disesuaikan dengan konteks jaman saat ini.

Aspek kedua yang saya perbandingkan adalah penokohan sosok si


Kabayan. Si Kabayan baik dalam dongeng maupun film Si Kabayan jadi Milyuner,
sama digambarkan sebagai pemuda yang malas. Hal tersebut terlihat pada
dongeng bahwa yang menjadi kerjaannya si Kabayan jika tidak tidur adalah
makan, dan hal tersebut menjadi rutinitas yang dilakukannya setiap hari.

Si Kabayan seorang pemalas…, kerjanya tidur saja. Sore-sore ia sudah


masuk bilik. Keesokan harinya ia bangun ketika hari sudah siang. Setelah
menggisik matanya yang terasa berat mengantuk itu, si Kabayan berjalan
kea rah dapur. (Rosidi, p. 17).
Kutipan di atas menunjukkan sifat pemalas si Kabayan, seolah hal itu
menjadi ciri yang khas melekat pada diri si Kabayan. Ciri khas yang melekat
tersebut menjadi patokan bagi seorang Guntur Soeharjanto untuk tidak sulit
menggambarkan citra malas yang melekat pada diri si Kabayan. Sehingga dalam
film tersebut digambarkan di awal si Kabayan sedang tidur di bawah pohon
rindang dengan malas-malasan sambil meniup suling.

Si kabayan pun diceritakan sebagai sosok pemuda yang bodoh namun


jenaka. Dalam dongeng terlihat bahwa si Kabayan sering melewatkan
kesempatan untuk mendapatkan untung yang ada di depan matanya, dengan
alasan karena patuh terhadap amanat mertuanya, si Kabayan pun tak
menghiraukan kesenangan yang mungkin bisa ia dapatkan.

Dalam perjalanan pulang, ketika ia masuk ke ujung kampung ada orang


sedang kenduri. Doa sudah dibaca, makanan sudah dihidangkan. Waktu
orang-orang yangsedang kenduri itu melihat si Kabayan lewat, segera
mereka mengundang mampir, mengajak si Kabayan makan bersama-
sama.

Tetapi si Kabayan sangat patuh akan pesan mertuanya. Ia tidak


menghiraukan ajakan orang-orang itu! Menoleh puntidak. Ia berjalan
terus. (Rosidi, p. 27)

Kutipan di atas menunjukkan kebodohan si Kabayan, padahal ia bisa


makan dengan enak sebelum pulang kembali ke rumah dari perjalanannya
seharian di hutan. Karena ingin mematuhi perintah mertuanya yang mengatakan
bahwa jika menemukan sesuatu di hutan jangan dihiraukan pergi saja, lalu si
Kabayan pun pergi dengan tidak menghiraukan ajakan orang untuk makan
bersama. Satu sisi kebodohan tersebut sangat konyol, namun jika ditilik
kebodohan tersebut semata-mata terjadi karena sifaf amanah yang sudah ada
pada diri si Kabayan. Dalam film Si Kabayan jadi Milyuner sifat bodoh tercermin
ketika dengan bodohnya si Kabayan menandatangani surat jual beli tanah,
setelah diperdaya oleh cintanya kepada Iteung. Karena cinta yang berlebihan
terhadap Iteung membuat si Kabayan terlena sehingga dengan mudah aksi licik
Iteung pun dengan mudah membodohi si Kabayan.

Konklusi
Sebagai sebuah penutup, saya akan memaparkan sebuah simpulan yang
menjadi temuan yang menarik dalam perbandingan terhadap dongeng dan film
tentang si Kabayan ini. Pertama, dari segi tema kedua cerita tentang si Kabayan
ini baik dalam dongeng maupun di film sama-sama bertemakan kepatuhan tokoh
Kabayan terhadap orang yang dihormatinya. Kedua, dari segi penokohan. Sifat
pemalas dan bodoh seolah melekat pada sosok si Kabayan, dan hal tersebut
terlihat jelas di kedua cerita ini baik di dongeng maupun filmnya.

Alih wahana yang dilakukan oleh Guntur Soeharjanto dalam film Si


Kabayan jadi Milyuner semata-mata merupakan langkah nostalgia untuk
mengingatkan kembali film yang pernah popular pada masanya yang diadaptasi
dari khazanah cerita rakyat Sunda. Tidak ada perubahan yang mendasar dari
subtansi isi cerita, hanya dari segi pemeran dan setting disesuaikan dengan
konteks jaman sekarang. Beranjak dari kelebihan dan kekurang yang ada pada
film ini, setidaknya kita dapat mengambil muatan nilai yang terkandung di
dalamnya.

Daftar Pustaka

Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra Bandingan. Ciputat: editum.

Rosidi, Ajip. 2008. Jalan ke Surga atawa Si Kabayan. Bandung: Penerbit Nuansa.

Film Si Kabayan Jadi Milyuner. Produksi Starvision, 2010.

You might also like