Professional Documents
Culture Documents
OSTEOPOROSIS
I. PENGERTIAN
Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat pengurangan jaringan tulang per unit
volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal
Osteoporosis adalah suatu kondisi dimana terjadi pengurangan dari total massa tulang
II. ETIOLOGI
a. Usia : > 40 tahun
b. Genetik
c. Mekanis : immobilitas
d. Makanan : defisit kalsium, protein, konsumsi cafein dan alkohol berlebih
e. Hormon : estrogen
III. KLASIFIKASI
Osteoporosis dibagi menjadi :
1. Osteoporosis primer adalah keadaan umum/biasa terjadi dan bukan keadaan patologis (alami)
a. Osteoporosis tipe I (Post menopause)
Terjadi pada wanita post menopause (dengan usia 55 – 65 th)
b. Osteoporosis tipe II (snile)
Terjadi pada usia > 65 th, terjadi pada laki-laki dan perempuan tetapi 2 X lebih sering pada
wanita
2. Osteoporosis skunder adalah terjadi akibat pengobatan (misal : hipertiroidisme) atau
pengobatan yang lama (kortikosteroid).
IV. PATOFISIOLOGI
Usia Defisit Ca Immobilisasi Hormon Estrogen
PTH
Demineralisasi tulang
Pengeroposan tulang
Kelemahan
V. PENGKAJIAN
1. Identitas
Sering terjadi pada wanita, ras putih, usia > 40 tahun, pekerja berat
2. Keluhan utama
Adanya nyeri yang timbul secara mendadak dan hebat pada daerah yang terkena dan akan
bertambah nyeri bila dipergunakan untuk beraktivitas atau bergerak. Nyeri berkurang apabila
dipergunakan untuk beristirahat.
3. Pola nutrisi
- Adanya riwayat defisit intake kalsium dan protein
- Adanya riwayat perokok, peminum alkohol dan kopi.
4. Pola eliminasi
Adanya keluhan konstipasi
5. Pola seksual
Sering terjadi pada wanita yang memasuki masa menopause karena penurunan hormon estrogen.
6. Pola aktivitas / istirahat
Adanya keterbatasan pergerakan dan kelemahan.
7. Psikologi
Adanya perasaan cemas dan takut untuk beraktivitas
8. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Adanya deformitas vertebra torakalis (kifosis) yang mengakibatkan keluhan penurunan tinggi
badan.
9. Pola sirkulasi
Peningkatan kerja jantung diikuti peningkatan nadi
10. Pola interaksi sosial
Gangguan body image karena keterbatasan pergerakan fisik dan perubahan fisik
11. Pola aman nyaman
Adanya nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata dan timbul secara mendadak dan hebat.
12. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya reabsorbsi tulang
- Mengukur kadar kalsium dan air kemih puasa dibagi dengan kreatinin
- Mengukur kadar hidroksin – prolin dalam air kemih puasa dibagi dengan kreatinin.
b. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya bentuk tulang
- Mengukur kadar fosfatase alkali serum
- Mengukur Bone-gla-protein plasma (Osteokalium)
c. Pemeriksaan radiologi : MRI, dan X ray tulang
VII. INTERVENSI
Dx I : Resiko tinggi cedera sehubungan dengan kecelakaan ringan/jatuh.
Tujuan : Klien terbebas dari cedera atau trauma
Kriteria hasil : setelah dilakukan intervensi klien dapat :
- Mencegah terjadinya jatuh atau fraktur
- Terhindar dari aktivitas yang dapat menimbulkan jatuh atau fraktur
Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan yang aman (untuk klien rumah sakit):
- Anjurkan klien untuk menggunakan sandal anti selip
- Hindarkan lantai dari peralatan yang berserakan yang dapat menyebabkan jatuh/tersandung.
- Sediakan tempat tidur yang rendah
- Berikan penerangan yang lebih
- Letakkan keperluan sehari dekat dengan tempat tidur yang mudah dicapai (misal : air minum)
- Sediakan pegangan tangan pada kamar mandi
R : Menciptakan lingkungan yang aman, bebas dari kemungkinan jatuh atau cedera.
2. Dukung utnuk melakukan ambulasi sesuai kemampuan :
- Kaji adanya kebutuhan tongkat dan walker
- Konsultasi dengan ahli fisioterapi
- Anjurkan klien untuk minta bantuan bila perlu
- Anjurkan klien untuk tidak langsung berdiri setelah bangun tidur.
R : Memberikan bantuan klien berambulasi mencegah terjadinya kecelakaan.
3. Bantu klien dalam mencegah kecelakaan ketika melakukan ADL (misal : terbentur pagar,
pintu)
R : Benturan keras bisa mengakibatkan fraktur tulang
4. Anjurkan klien untuk tidak mengangkat benda berat. Dan apabila dalam posisi jongkok,
kembali ke posisi berdiri dengan pelan-pelan.
R : Pergerakan tubuh yang cepat dapat menyebabkan penekanan tulang
5. Amati efek samping penggunaan obat pada klien
R : Obat-obatan seperti : diuretik, penotiasid dapat menyebabkan pusing, lemah sehingga
memungkinkan klien jatuh.
6. Beri pengetahuan klien tentang diet dalam mencegah osteoporosis lebih lanjut
- Anjurkan klien untuk makan makanan yang mengandung kalsium
- Anjurkan klien untuk mengurangi dan menghindari pemasukan kafein.
R : Diet kalsium untuk mempertahankan kadar kalsium dalam serum. Terlalu banyak kafein
dapat menambah pengeluaran kalsium dalam urine.
7. Beritahu klien tentang pengaruh rokok terhadap pembentukan tulang.
R : Rokok dapat menyebabkan asidosis, yang mana asidosis meningkatkan resorbsi tulang.
Dx II : Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan penurunan tonus otot dan nyeri
Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
Kriteria hasil : setelah dilakukan intervensi klien dapat :
- Klien dapat melakukan mobilitas dengan melakukan ADL sendiri
Intervensi :
1. Konsultasi dengan ahli fisioterapi dalam mempertimbangkan program aktivitas untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
- Kaji kebutuhan aktivitas klien
- Beritahu klien untuk aktivitas yang tidak boleh dilakukan
- Ajarkan pada klien tentang pentingnya exercise
R : Exercise dapat meningkatkan kekuatan tulang, tonus otot dan merangsang sirkulasi darah
pada tulang dan jaringan otot.
2. Kaji kemampuan klien dalam aktivitas yang dapat dilakukan secara mandiri
R : Nyeri dan penurunan tonus otot dapat membatasi klien dalam aktivitas secara mandiri,
terutama setelah fraktur.
3. Kaji apakah perlu bantuan utnuk melakukan ADL, kolaborasi dengan ahli fisioterapi
R : Memberi kesempatan klien untuk melakukan aktivitas mandiri