Professional Documents
Culture Documents
BAB 5
UJI PETIK PEMERIKSAAN (AUDIT SAMPLING)
Risiko
Akun Risiko Bawaan Risiko Gabungan
Pengendalian
Risiko Bawaan
High H H M
Risiko Pengendalian
Medium H M L
Low M L L
2) Penentuan persentase coverage pemeriksaan berdasarkan rating risiko
gabungan:
belum pernah diperiksa selama ini. Total nilai cakupan pemeriksaan adalah
Rp180milyar. Pemeriksa dapat menambah cakupan pemeriksaan menjadi
Rp200milyar, jika hal tersebut dianggap layak dan sumber daya yang ada
memadai.
2) Memilih bidang-bidang atau unit-unit dibawah SKPD sehingga nilai coverage
pada SKPD terpenuhi, missal: SKPD A, Rp40milyar, sampel terpilih adalah
Bidang A1 dan A2 yang memiliki nilai realisasi belanja masing-masing
Rp15milyar dan Rp25milyar. Pertimbangan untuk memilih bidang/unit dapat
berdasarkan nilai, risiko, jumlah satker, pertimbangan pemeriksaan
sebelumnya atau hal lain yang menurut pemeriksa lebih layak.
Secara umum tahap-tahap yang harus dilakukan baik dalam pelaksanaan uji
petik dengan pendekatan non-statistik maupun statistik adalah sebagai berikut.
1) Penentuan tujuan pengujian
3) prosedur analitis.
Berkaiatan dengan tujuan uji petik untuk menguji approval dan authorization
dalam penerbitan SPM, maka populasinya adalah jumlah seluruh SPM yang
diterbitkan dalam periode tersebut. Sedangkan unit uji petiknya dapat berupa
beberapa SPM yang diterbitkan pada bulan-bulan tertentu sesuai dengan
pertimbangan pemeriksa.
3) Penentuan ukuran sampel
Contoh :
(1)) Pemeriksa menemukan adanya kelemahan dalam sistem pemungutan
dan penyetoran Pendapatan Daerah, maka pemeriksa melakukan uji
substantif pada bukti-bukti yang mengarah pada permasalahan, antara
lain: Surat Ketetapan Pajak Daerah/SKPD atau SKRD, bukti-bukti setor
atau surat tanda setoran, nota debet atau nota kredit, rekening koran
dan lain-lain.
(2)) Pemeriksa menemukan adanya kelemahan dalam system pembayaran
Belanja Pegawai, maka pemeriksa melakukan uji substantif pada bukti-
bukti yang mengarah pada permasalahan, antara lain: SP2D belanja
pegawai ke SKPD, jumlah pegawai sesuai data kepegawaian di BKD,
daftar nominatif dan kuitansi penerimaan gaji dari pegawai, dan lain-
lain.
(3)) Belanja sosial (bansos) tanpa prosedur pertanggung- jawaban, maka
pemeriksa melakukan uji substantif pada rincian pengeluaran bansos,
dasar/bukti-bukti pengeluaran bansos, dokumen penyerahan bansos
ke sasaran dan sebagainya.
(2) Jika pengelolaan kas di Bendahara Pengeluaran tidak tertib atau tidak
menyelenggarakan Buku Kas Umum dan buku-buku pembantu lainnya,
pemeriksa harus melakukan cash opname dan pengujian atas bukti-bukti
pertanggungjawaban uang persediaan dan bukti setor kembali ke Kas
Daerah.
(3) Jika tujuan langkah pemeriksaan sudah jelas, misalnya untuk menemukan
belanja akhir tahun yang pertanggungjawabannya tidak valid maka sampel
yang dipilih adalah dokumen-dokumen belanja yang terjadi akhir tahun.
(4) Jika dalam analytical review, pemeriksa melihat adanya hubungan tidak
normal antar akun, misal akun belanja modal dengan aset tetap, atau
adanya tren yang tidak normal misal realisasi belanja modal menumpuk di
akhir tahun, maka sampel yang akan dipilih difokuskan pada berita-berita
acara serah terima di akhir tahun karena kemungkinan besar terdapat
proyek yang belum selesai akan tetapi berita acara sudah dibuat selesai
dan dibayar. Jika terjadi ketidaksejalanan antara perubahan belanja
pegawai dengan perubahan jumlah pegawai entitas, pemeriksa disarankan
agar melakukan sampling terhadap pengeluaran belanja pegawai tersebut
untuk bulan-bulan dimana terjadi kondisi tersebut.
(5) Jika terjadi belanja yang signifikan diluar siklus yang normal, disarankan
agar pemeriksa melakukan sampling terhadap belanja tersebut. Contoh:
pengeluaran belanja yang signifikan pada Badan Koordinasi Penanganan
Bencana umumnya terjadi pada saat terjadi bencana atau satu sampai
dengan dua bulan setelah terjadinya bencana. Oleh karena itu, jika terjadi
pengeluaran belanja yang signifikan pada periode bulan keempat setelah
terjadinya bencana atau sebelum terjadinya bencana, disarankan agar
pemeriksa melakukan sampling terhadap pengeluaran belanja tersebut.
(6) Jika terjadi pola pengeluaran belanja yang tidak biasa, disarankan agar
pemeriksa melakukan sampling terhadap pengeluaran belanja tersebut.
Contoh: Pencairan SP2D oleh SKPD di akhir tahun anggaran yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan pencairan SP2D bulan-bulan
sebelumnya. Jika hal tersebut terjadi, disarankan agar pemeriksa
melakukan uji petik pengeluaran belanja pada SKPD A pada bulan-bulan
tersebut.
Dalam memilih unit sampel berupa akun yang akan disampel dan diuji,
pemeriksa mempertimbangkan siklus akun terkait. Misalnya: ketika pemeriksa
memutuskan akan mengambil sampel akun belanja modal, maka pemeriksa
sekaligus akan mengambil sampel pada akun aktiva tetap terkait belanja
modal tersebut.
5) Evaluasi Hasil Uji Petik
(3) Unsur tindak pidana. Jika terdapat unsur tindak pidana dalam satu temuan
maka pemeriksa harus waspada dan berupaya memperluas pengujian
untuk mendapatkan keyakinan awal bahwa indikasi tindak pidana eksis
atau tidak. Pemeriksa sebaiknya mempertimbangkan bahwa tindak pidana
tersebut mempengaruhi kewajaran akun.
(4) Penyebab kesalahan apakah disebabkan oleh sistem aplikasi atau
kesalahan personil. Jika kesalahan disebabkan karena kelemahan sistem
aplikasi maka kemungkinan besar kesalahan akan mempengaruhi
kewajaran akun.
6) Mendokumentasikan perencanaan, pemilihan, pengujian dan evaluasi hasil.
yang diperiksa. Dalam hal ini diketahui bahwa jumlah SPM yang telah
diterbitkan adalah 20.000 lembar sehingga populasinya adalah 20.000 dan
unit samplingnya adalah dokumen SPM beserta dokumen pendukungnya.
(3) Penentuan ukuran sampel
Medium 6%-10%
Low 3%-5%
Jika dari hasil uji petik ditemukan kesalahan/deviasi lebih kecil atau sama
dengan NTE, maka hasil uji petik tersebut mendukung kesimpulan tentang
tingkat keandalan (ARACR) serta tingkat UEL. Misalnya, jika dengan
tingkat keyakinan 95%, EER 2% serta UEL 5% yang ditetapkan didapatkan
nilai NTE sama dengan 6, dan hasil uji petik ditemukan deviasi sebanyak 5,
maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif namun
terdapat risiko sebesar 5% bahwa pemeriksa salah memberikan
kesimpulan. Bila tidak demikian, misalnya ditemukan deviasi lebih dari
pada 6, maka pemeriksa perlu memperbaiki tingkat EER ataupun ARACR
yang ditetapkan. Baik deviasi yang ditemukan lebih besar maupun lebih
kecil daripada NTE, pemeriksa perlu meng-update matriks penilaian risiko
terutama jika ada perubahan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan
pada tahap penilaian risiko.
Contoh penggunaan metode uji petik atribut (attribute sampling) dapat dilihat
pada Boks 1 di bawah ini.
Boks 1
CONTOH PENERAPAN METODE UJI PETIK ATRIBUT (ATTRIBUTE SAMPLING)
Sebagai bagian dari pengujian atas pos belanja, pemeriksa melakukan pengujian
pengendalian terhadap otorisasi Surat Perintah Membayar (SPM).
Penetapan tujuan pengujian: uji petik ini dilakukan untuk menguji apakah proses
pengendalian dalam penerbitan SPM sebagai dokumen otorisasi untuk transaksi belanja
berjalan efektif.
Penetapan atribut dan deviasi: Karena pengujian ditujukan untuk mengetahui
pengendalian terhadap otorisasi SPM, maka atributnya yang ditetapkan adalah SPM
telah diotorisaasi oleh Pengguna Anggaran, sedangkan deviasinya adalah jika ada SPM
yang dicairkan namun tidak diotorisasi atau diotorisasi tapi tidak oleh pejabat yang
berwenang.
Pendefinisian populasi dan unit sampling: Populasi yang akan diambil sampelnya berupa
20.000 lembar SPM.
Penentuan metode pemillihan sampel: simple random sampling.
Penetapan TER: Pemeriksa menetapkan tingkat tolerable error (TER) sebesar 5%.
Penetapan tingkat keandalan: Pemeriksa menetapkan tingkat keandalan sebesar 95%,
atau tingkat ARACR (risiko menilai risiko pengendalian terlalu rendah) sebesar 5%.
Penetapan EER: Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya pemeriksa menetapkan
expected error rate (EER) sebesar 2%.
Penentuan ukuran sampel ditetapkan dengan merujuk pada table ukuran sampel untuk uji
petik atribut dengan tingkat keandalan/keyakinan 95% seperti yang tercantum pada
Lampiran 5.1. Pada tabel tersebut dengan tingkat keyakinan 95%, pilih EER sebesar 2%
dan TER sebesar 5%, diperoleh jumlah sampel sebesar 181 unsur. Dengan melihat tabel
tersebut, selain diperoleh ukuran sampel, juga diperoleh nilai NTE (kesalahan yang masih
dapat diterima) yang ditunjukkan dengan angka dalam kurung disamping ukuran sampel,
yaitu 4.
Pemilihan sampel: Setelah jumlah sampel yang harus dipilih diketahui, maka pemeriksa
harus memilih sampel tersebut dari keseluruhan populasi. Dalam hal ini pemeriksa harus
memilih 181 unsur diantara 20.000 lembar SPM yang ada. Teknik penyeleksian 181 unsur
dari 20.000 dapat dilakukan dengan memilih teknik pemilihan sampel tertentu, misalnya
simple random sampling.
. Pelaksanaan pengujian: Setelah 181 SPM terpilih sebagai sampel, pemeriksa memeriksa
atribut yang ditetapkan sebelumnya, berupa SPM yang ditandatangani oleh Pengguna
Anggaran. Pemeriksa harus mencatat berapa kali ia menemukan SPM yang tidak
diotorisasi dengan semestinya.
. Evaluasi hasil uji petik: Misalnya, setelah memeriksa 181 SPM, pemeriksa menemukan
terdapat 3 lembar SPM yang tidak diotorisasi dengan semestinya, jumlah kesalahan
tersebut kemudian dibandingkan dengan NTE yang diperoleh sebelumnya, yaitu 4. Karena
jumlah kesalahan yang diperoleh masih lebih kecil dari nilai NTE, maka pemeriksa dapat
menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif namun terdapat risiko sebesar
5% bahwa pemeriksa salah memberikan kesimpulan.
Dalam juknis ini, uji petik satuan mata uang ditetapkan untuk digunakan
dalam pengujian substantif. Karena itu tujuan yang ditetapkan adalah
menguji apakah akun-akun yang terdapat pada laporan keuangan telah
disajikan secara wajar.
(2) Mendefinisikan populasi dan unit samplingnya. Misalnya, untuk pengujian
substantif atas transaksi belanja, ditetapkan populasi adalah seluruh SPM
yang telah diterbitkan dan telah dicairkan melalui penerbitan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D) dari BUD selama tahun anggaran yang diperiksa.
Dalam hal ini diketahui bahwa jumlah SPM yang telah diterbitkan adalah
20.000 lembar sehingga populasinya adalah 20.000 dan unit sampling-nya
adalah dokumen SPM beserta dokumen pendukungnya.
(3) Menentukan tingkat reliability factor untuk risk of incorrect acceptance (β
risk). Risk of incorrect acceptance (β risk) adalah risiko yang masih dapat
diterima oleh pemeriksa karena telah menerima bahwa hasil uji petik
mendukung kesimpulan bahwa saldo yang tercatat tidak mengandung
salah saji material padahal sebenarnya terdapat salah saji material. Untuk
memilih nilai β risk auditor harus menggunakan judgment dan
mempertimbangkan risiko. Namun, mengingat kondisi akuntabilitas
pemerintah yang saat ini masih banyak memiliki kelemahan sistem
pengendalian dalam hampir semua kegiatan/transaksi maka β risk yang
layak dipilih adalah 1-10%. Namun juga auditor memiliki pertimbangan lain
yang layak maka auditor dapat memiliki tingkat risiko β yang lain.
(4) Menentukan tolerable misstatement, expected misstatement, dan
expansion factor. Tolerable misstatement adalah sama dengan tolerable
error per akun yang telah dialokasikan pada saat penentuan tolerable error.
Expected misstatement adalah perkiraan nilai kesalahan yang mungkin
terjadi. Untuk menentukan EM maka auditor harus mempertimbangkan
temuan-temuan tahun sebelumnya atau hasil pemeriksaan interim. Jika
auditor menghitung EM maka Expansion Factor harus dipilih menggunakan
tabel pada lampiran 5.2.
(5) Penentuan ukuran sampel
Keterangan:
N : Ukuran Sampel
BV : Nilai buku (Nilai yang tercatat untuk setiap unsur)
RF : Faktor keandalan (Reliability Factor), yaitu suatu faktor untuk
menyatakan risiko atas penerimaan yang salah, dengan asumsi tidak
ada kekeliruan (nol kekeliruan). RF 0 (untuk kekeliruan yang
diharapkan = nol, atau U) disajikan pada Lampiran 5.2.
TM : Salah saji yang dapat diterima (Tolerable Misstatement), yaitu salah
saji maksimum yang boleh ada dalam populasi tanpa membuat
laporan keuangan dianggap memberikan pandangan/ pengarahan
yang salah (misleading).
EM Salah saji yang diharapkan (Expected Misstatement), yaitu estimas
Pemeriksa pemeriksa atas salah saji moneter dalam populasi.
Biasanya hal ini diestimasikan berdasarkan pengalaman masa lalu
dan pengetahuan mengenai entitas yang diperiksa
EF : Faktor ekspansi (Expansion Factor), yaitu suatu faktor atas salah saji
yang diharapkan, juga menggambarkan penerimaan yang salah. Nilai
faktor ekspansi disajikan pada Lampiran 5.2.
(1))Pemilihan Sampel
Pemilihan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan software
pemeriksaan seperti ACL dengan memasukkan perintah random
setelah memasukkan beberapa parameter seperti yang telah
disebutkan di atas, atau secara manual dengan menggunakan tabel
nomor acak seperti telah diilustrasikan pada bagian metode pemilihan
sampel.
(2))Melakukan prosedur pemeriksaan
Lakukan prosedur pemeriksaan terhadap sampel yang terpilih sesuai
dengan tujuan pemeriksaan yang ingin dicapai.
(7) Evaluasi Hasil Uji Petik
Ket:
Max : Salah saji moneter maksimum
BV : Nilai buku
UMLx : Batas atas salah saji (upper misstatement limit)
N : Jumlah/ukuran sampel
Dengan tidak adanya salah saji, nilai tersebut akan merupakan batasan
dasar (basic bound). Apapun hasil pengujian sampel, pemeriksa akan
selalu mengestimasikan jumlah moneter maksimum dari overstatement
setidaknya sebesar batasan dasar (basic bound) untuk tingkat risiko
yang telah ditetapkan.
2) Kesalahan (tainting)
Contoh penggunaan metode MUS dapat dilihat pada Boks di bawah ini.
Boks 2 :
CONTOH PENERAPAN METODE UJI PETIK SATUAN MATA UANG
(MONETARY UNIT SAMPLING)
Pemeriksa menggunakan metode uji petik satuan mata uang untuk menilai
kewajaran saldo piutang. Akun piutang bernilai Rp50.000.000.000, pemeriksa
mentolerir risiko beta sebesar 5%, Besarnya kesalahan maksimum yang dapat
ditolerir adalah Rp600.000.000 pemeriksa memperkirakan adanya kesalahan
sebesar Rp50.000.000.
Diasumsikan bahwa pekerjaan lapangan menunjukkan bahwa terdapat dua
overstatement, yaitu Rp5.000.000 dari nilai buku Rp10.000.000 dan
Rp16.000.000 dari nilai buku Rp20.000.000.
Dari contoh tersebut, maka diketahui:
BV = 50.000.000.000
TM = 600.000.000
β = 5%
EM = 50.000.000
RF = 3 (Lihat lampiran 5.2 RF dengan risiko 5%)
EF = 1,6 (Lihat lampiran 5.2 EF dengan risiko 5%)
UML0 = 3 (Lihat lampiran 5.3 UML dengan risiko 5%)
UML1 = 4,8 (Lihat lampiran 5.3 UML dengan risiko 5%)
UML2 = 6,3 (Lihat lampiran 5.33 UML dengan risiko 5%)
1. Hitung ukuran sampel n:
= 288 unsur
2. Hitung tainting t1 dan t2:
t1 = Rp5.000.000/10.000.000 = 0,5
t2 = Rp16.000.000/20.000.000 = 0,8
3. Hitung Max :
= 885.416.667
4. Kesimpulan
Dengan hasil di atas, auditor 95 persen yakin bahwa nilai moneter dari
overstatement dalam akun piutang tidak melebihi Rp885.416.667. Namun
karena nilai ini melebihi TM, yaitu Rp600 juta, maka pemeriksa mungkin
menolak BV berdasarkan hasil pengujiannya.
Lampiran 5.1
Lampiran 5.2
Lampiran 5.3
BAB 6
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
1) KKP Indeks A
KKP Indeks A meliputi catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa dalam tahap
perencanaan pemeriksaan yang menghasilkan surat tugas, P2, PKP, Pemahaman
Entitas, Stuktur Organisasi, Peraturan-peraturan terkait LKPD, Pemahaman Sistem
Pengendalian Intern, Pemahaman dan Penilaian Risiko, dan Prosedur Analitikal
Awal.
Untuk setiap tahapan diberikan indeksasi A.1, A.2, A3,…,A19. Indeksasi secara
keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
2) KKP Indeks B
Untuk setiap tahapan diberikan indeksasi B.1, B.2, B3,….,B11. Indeksasi secara
keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
Pengujian akun-akun Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran yang dibuat KKP-
nya adalah akun dengan indeks tiga digit. Setiap akun tersebut disusun satu
kesatuan dengan urutan sebagai berikut:
(1) Lembar Sampul (cover sheet) disingkat CS, format dapat dilihat pada
Lampiran 6.2;
(2) Hasil Pelaksanaan Prosedur Pemeriksaan disingkat HP3, format dapat dilihat
pada Lampiran 6.3;
(3) Lembar Utama (lead schedule) disingkat LS, format dapat dilihat pada
Lampiran 6.4;
(4) Lembar Pendukung (supporting schedule) disingkat SS, format dapat dilihat
pada Lampiran 6.5;
(5) Lembar Pelaksanaan Pengujian Substantif (substantive test) disingkat ST;
(6) Lembar Pelaksanaan Pengujian Pengendalian (control test) disingkat CT ;
Sebagai contoh KKP pengujian akun Kas di Kas Daerah dengan kode indeks
B.1.1.1 mempunyai dua lembar pendukung dan enam prosedur pengujian
substantif, penomoran KKP-nya adalah sebagai berikut:
Tabel 6.1 Kode Indeksasi akun Kas di Kas Daerah
6 Lembar B.1.1.1.CT.01
Pelaksanaan
Pengujian
Pengendalian
Setiap bukti/dokumen yang diperoleh dari entitas, analisis yang dibuat oleh
pemeriksa dan diperoleh dari pihak ketiga harus diberikan nomor indeksasi.
Untuk setiap koreksi atas akun harus didokumentasikan pada lembar induk, jurnal-
jurnal tersebut akan dikumpulkan dalam KKP Daftar Jurnal Koreksi yang terlebih
dahulu disetujui oleh Pengendali Teknis sebelum diajukan kepada auditee. Jurnal
koreksi yang diajukan oleh pemeriksa diberi kode PAJE#XX (XX= nomor dua digit)
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4
Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan
dan jurnal reklasifikasi diberi kode PRJE#XX. Contoh dapat dilihat pada KKP dalam
bentuk CD yang merupakan satu kesatuan dengan panduan ini. Sedangkan jurnal
koreksi yang diajukan oleh entitas diberi kode CAJE#XX. Namun demikian
pengajuan jurnal oleh auditee belum ada dasar hukum yang mengatur apakah
diperbolehkan audite mengajukan jurnal koreksi setelah dilakukannya penyerahan
LKPD oleh kepala daerah untuk diperiksa.
3) KKP Indeks C
KKP Indeks C meliputi catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa dalam tahap
pelaporan pemeriksaan.
Untuk setiap tahapan diberikan indeksasi C.1, C.2, C3, dan C.4 Indeksasi secara
keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
6.5.2 Penyusunan KKP
KKP disusun memuat informasi mengenai identitas BPK (simbol dan nama),
pernyataan “Kertas Kerja Pemeriksaan”, entitas dan tahun yang diperiksa, nomor kode
indeks KKP, nama/initial, tanggal dan paraf, simbol analisis (tickmark) dan pemberian
referensi Silang (cross reference).
6.5.3 Pemberian Tanda Simbol Analisis (Tickmarks)
Tickmarks adalah tanda berupa simbol/huruf/angka yang digunakan untuk
menandakan bahwa suatu prosedur pemeriksaan telah dilakukan oleh pemeriksa, atau
menandakan pemberian penjelasan lebih lanjut atas suatu informasi. Tickmarks
digunakan untuk menyederhanakan pendokumentasian pekerjaan yang telah dilakukan
dan kondisi yang ditemukan selama pelaksanaan pemeriksaan. Tanda tickmarks ini
diletakan di dekat/di sebelah data yang dijelaskannya. Penulisan tanda tickmark
sebaiknya menggunakan warna yang berbeda dengan warna tulisan yang merupakan
isi dari dokumen pemeriksaan tersebut. Setiap penggunaan tanda tickmark ini harus
disertai dengan label keterangan (legenda) yang menjelaskan maksud dari
penggunaan tanda tersebut pada kertas kerja. Legenda tersebut sebaiknya singkat dan
cukup dapat menjelaskan hasil dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan. Tickmark
tidak boleh diberikan apabila prosedur tersebut tidak atau tidak dapat dilakukan oleh
pemeriksa. Contoh tickmarksdapat dilihat pada tabel 6.2 berikut.
4) Lembar Utama dengan Lembar Pendukung dari Lembar Utama yang lain
5) Lembar Pengujian dengan dokumen yang dicopy dari auditee/konfirmasi dari
pihak ketiga.
Gambar 6.1
Contoh Hubungan antar KKP & Referensi Silang
Setiap kardus dan odner juga dibuatkan daftar isi (Lampiran 6.7) untuk
mempermudah pencarian dokumen. Daftar isi kardus berisi rangkuman dokumen apa
saja yang tersimpan dalam kardus tersebut seperti gambar 6.3.
Gambar 6.3 Daftar Isi Kardus
Jika dalam satu odner terdiri dari beberapa dokumen KKP, maka untuk
mempermudah pencarian KKP, diberikan penanda batas untuk setiap KKP sepeti
gambar 6.4.
Gambar 6.4 Penanda Batas KKP
6.6 Penutup
Lampiran 6.1
Matriks KKP Indeks A
INDEKS A
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh
Surat Tugas A.1 Dalam CD
Program Pemeriksaan A.2 Lihat BAB.....
Program Kerja Perseorangan A.3 Dalam CD
Indeks Kertas Kerja Pemeriksaan A.4 Dalam CD
Struktur Organisasi Entitas A.5
Peraturan-Peraturan & Perjanjian A.6
Peraturan Negara [UU, PP, Perpu, Kepres, Inpres, Permen, dll] A.6.1 Dalam CD
Peraturan Daerah [Perda, SK Gubernur, dll ] A.6.2
Kontrak/Perjanjian Jangka Panjang/MOU A.6.3
Hasil Pemeriksaan BPK & APIP Sebelumnya A.7
Pemantauan Tindak Lanjut LHP Sebelumnya A.8 Dalam CD
Rencana Aksi Peningkatan Opini dan Pemantauannya A.9 Dalam CD
Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan A.10
Pemahaman atas Entitas A.11 Dalam CD
Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern A.12
Pemahaman dan Penilaian Risiko A.13 Lihat BAB III
Pengujian Teknologi Informasi A.14
Penentuan Tingkat Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir A.15 Lihat BAB IV
[PM dan TE]
Penentuan Metode Uji Petik Pemeriksaan A.16 Lihat BAB V
Laporan Keuangan Unaudited A.17 Dalam CD
Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal A.18 Lihat BAB II
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan dan Permintaan Data Awal A.19 Dalam CD
INDEKS B
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh
Pengujian Akun-Akun Neraca B.1
Aset Lancar B.1.1
Kas di Kas Daerah B.1.1.1 Dalam CD
Kas di Bendahara Pengeluaran B.1.1.2 Dalam CD
Kas di Bendahara Penerimaan B.1.1.3 Dalam CD
Kas di BLUD B.1.1.4 Dalam CD
Investasi Jangka Pendek B.1.1.5 Dalam CD
Piutang B.1.1.6 Dalam CD
Bagian Lancar Pinjaman Jangka Panjang B.1.1.7 Dalam CD
Bagian Lancar TP TGR B.1.1.8 Dalam CD
Persediaan B.1.1.9 Dalam CD
Belanja Dibayar Dimuka B.1.1.10 Dalam CD
Investasi Jangka Panjang B.1.2
Investasi Non Permanen B.1.2.1 Dalam CD
Investasi Permanen (Penyertaan Modal Pemerintah Daerah) B.1.2.2 Dalam CD
Aset Tetap B.1.3
Aset Tetap B.1.3.1 Dalam CD
Dana Cadangan B.1.4
Dana Cadangan B.1.4.1 Dalam CD
Aset Lainnya B.1.5
Aset Lainnya B.1.5.1 Dalam CD
Kewajiban B.1.6
Kewajiban Jangka Pendek B.1.6.1 Dalam CD
Kewajiban Jangka Panjang B.1.6.2 Dalam CD
Pengujian Akun-Akun Laporan Realisasi Anggara (LRA) B.2
Pendapatan B.2.1
Pendapatan PAD B.2.1.1 Dalam CD
Pendapatan Transfer Pusat B.2.1.2 Dalam CD
Lampiran 6.1
INDEKS B
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh
Pendapatan Transfer Pusat Lainnya B.2.1.3 Dalam CD
Pendapatan Transfer Provinsi *) B.2.1.4 Dalam CD
Pendapatan Transfer Provinsi Lainnya *) B.2.1.5 Dalam CD
Lain-lain Pendapatan yang Sah B.2.1.6 Dalam CD
Belanja B.2.2
Belanja secara Umum B.2.2.0 Dalam CD
Belanja Pegawai B.2.2.1 Dalam CD
Belanja Barang dan Jasa B.2.2.2 Dalam CD
Belanja Bunga B.2.2.3 Dalam CD
Belanja Subsidi B.2.2.4 Dalam CD
Bantuan Hibah B.2.2.5 Dalam CD
Belanja Bansos B.2.2.6 Dalam CD
Belanja Modal B.2.2.7 Dalam CD
Belanja Tidak Terduga B.2.2.8 Dalam CD
Transfer B.2.3
Transfer /Bagi Hasil Pendapatan B.2.3.1 Dalam CD
Transfer Lainnya /Bantuan Keuangan B.2.3.2 Dalam CD
Pembiayaan B.2.4
Penerimaan Pembiayaan B.2.4.1 Dalam CD
Pengeluaran Pembiayaan B.2.4.2 Dalam CD
Ikhtisar Jurnal Koreksi Persetujuan Pengendali Teknis B.3 Dalam CD
Ikhtisar Jurnal Koreksi Persetujuan Entitas B.4 Dalam CD
Worksheet B.5 Dalam CD
Notulen Pertemuan Awal B.6 Dalam CD
Berita Acara Penolakan Pemeriksaan/Pembatasan Audit B.7 Dalam CD
Penyelesaian Penugasan & Cakupan Pemeriksaan B.8 Dalam CD
Penyelesaian Penugasaan B.8.1 Dalam CD
Cakupan Pemeriksaan B.8.2 Dalam CD
Reviuw Sheet KKP B.9 Dalam CD
Konsep Temuan Pemeriksaan B.10
INDEKS B
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh
Surat Pengantar Penyampaian Konsep TP B.10.1 Dalam CD
Konsep Temuan Pemeriksaan B.10.2 Dalam CD
Risalah Diskusi TP/Notulen Pertemuan Akhir B.10.3 Dalam CD
Daftar Konsep TP Batal B.10.4 Dalam CD
Surat Pengantar Penyampaian LTP B.10.5 Dalam CD
Laporan Temuan Pemeriksaan [TP Final dan Komentar Instansi] B.10.6
Laporan Pelaksanaan Kerja Pemeriksa B.11 Dalam CD
*) Hanya ada di Kabupaten/Kota
Lampiran 6.1
Matriks KKP Indeks C
INDEKS C
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan C.1
Risalah Diskusi Penyusunan Konsep LHP C.1.1 Dalam CD
Nota Penyampaian & Konsep LHP C.1.2 Dalam CD
Analisa/reviu Konsep LHP oleh Pengendali Teknis C.1.3 Dalam CD
Analisa/reviu Konsep LHP oleh Tim Reviuw C.1.3
Analisa/reviu Konsep LHP oleh Penanggung Jawab C.1.3
Laporan Kendali Pelaksanaan Laporan C.1.4
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Hasil Analisis C.1.5
Surat Pengantar Penyampaian Konsep LHP kepada Entitas C.1.6 Dalam CD
Tanggapan atas Konsep LHP oleh Pimpinan Entitas dan C.1.7 Dalam CD
Rencana Aksi
Risalah Pembahasan Konsep LHP dengan Pemberi Tugas C.1.8 Dalam CD
Nota Penyampaikan Kembali Konsep LHP Final C.1.9 Dalam CD
Laporan Hasil Pemeriksaan C.2
Surat Keluar LHP C.2.1 Dalam CD
Surat Representasi Manajemen C.2.2 Dalam CD
Laporan Hasil Pemeriksaan C.2.3
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan [Bahan Hapsem] C.3
Matriks Hasil Pemeriksaan C.3.1
Berita Acara Serah Terima KKP C.4 Dalam CD
Lampiran 6.2
Pemeriksaan Atas No. Indeks : (3)
Laporan Keuangan…..(1) Dibuat oleh : (4)
Tahun…..(2) Direviu oleh : (5)
Disetujui oleh : (6)
BPK RI
LEMBAR SAMPUL
Nama Akun : (7)
Kode Akun : (8)
Deskripsi Akun : (9)
Saldo Akun : a. saldo sebelum pemeriksaan : ....... (10)
b. penyesuaian : .......
c. saldo setelah penyesuaian : .......
(Lembar sampul merupakan kertas kerja yang berisi ringkasan hasil pemeriksaan atas akun yang
diperiksa. Lembar sampul ini dibuat setelah seluruh prosedur pemeriksaan telah dilakukan dan angka
dalam laporan keuangan sudah dinyatakan final. Lembar sampul ini diletakkan di bagian terdepan dari
setiap akun yang diperiksa, dilampiri dengan Kerta Kerja Utama, Kertas Kerja Pendukung dan Hasil
Pelaksanaan Prosedur Pemeriksaan )
1. Hasil Pemeriksaan (11)
…………………………………………………………………………………………....
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………(Ref:…..)
2. Simpulan (12)
…………………………………………………………………………………………....
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Keterangan:
(1) : Diisi dengan laporan keuangan yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP
tersebut.
(7) : Diisi dengan nama akun dalam laporan keuangan yang diperiksa dan bukan kelompok
akun, contoh: kas di bendaharawan, piutang pajak, dan pendapatan pajak daerah.
Lampiran 6.2
(8) : Diisi dengan kode akun.
(9) : Diisi dengan keterangan singkat mengenai akun dan saldo normal akun.
(10) : Diisi dengan saldo atas akun sebelum diperiksa (unaudited), nilai koreksi atas saldo
(koreksi pemeriksaan) dan saldo akhir setelah diperiksa (audited)
(11) : Diisi dengan hasil pemeriksaan dan dilengkapi dengan referensi indeks KKP.
Pada kolom ini juga dapat diisi dengan temuan pemeriksaan yang berkaitan dengan
SPI maupun kepatuhan, yang diperoleh pada saat pemeriksaan.
(12) : Diisi dengan simpulan atas hasil pemeriksaan. Simpulan ini berisi tentang penilaian
pemeriksa atas kewajaran penyajian saldo akun dalam laporan keuangan.
Lampiran 6.3
Lampiran 6.3
(8) : Diisi dengan kode referensi silang dengan P2/PKP, sesuai dengan kode numbering
tujuan tersebut dalam P2/PKP tentang prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan
dianalisis pada lembar ini.
(9) : Diisi dengan hasil pemeriksaan dan dilengkapi dengan referensi indeks KKP ke
dokumen pendukungnya.
(10) : Diisi dengan simpulan atas hasil pemeriksaan. Simpulan pemeriksaan ini merupakan
jawaban dari tujuan dari prosedur yang dilakukan.
Lampiran 6.4
Keterangan:
Lampiran 6.5
Pemeriksaan Atas No. Indeks : (3)
Laporan Keuangan…..(1) Dibuat oleh : (4)
Tahun…..(2) Direviu oleh : (5)
Disetujui oleh : (6)
BPK RI
Koreksi Pemeriksa
Saldo Saldo setelah
Uraian Kode Akun Jurnal Penyesuaian Jurnal Reklasifikasi KKP Ref
Tahun Berjalan diperiksa
Debet Kredit Debet Kredit
(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
Kantor Pusat …………………...
…………………...
Total Kantor Pusat …………………...
Keterangan:
(1) : Diisi dengan laporan keuangan yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP tersebut.
(7) : Diisi dengan nama akun dalam laporan keuangan yang diperiksa dan bukan kelompok akun,
contoh: kas di bendaharawan, piutang pajak, dan pendapatan pajak daerah.
(8) : Diisi dengan kelompok akun, misalnya kelompok akun Kas, Aset Tetap, dan sebagainya.
(9) : Diisi dengan saldo akun tahun yang diperiksa .
Lampiran 6.5
Lampiran 6.6
Pemeriksaan Atas
.....…..
Tahun…..
BPK RI
Keterangan:
Pereviu dapat menggunakan P2 atau Program Kerja Perorangan, untuk memonitor apakah prosedur
yang ditentukan telah dipenuhi oleh pemeriksa
Lampiran 6.7
Pemeriksaan Atas
.....…..
Tahun…..
BPK RI
KKP Indeks A
Dokumen-dokumen yang dikelompokkan dalam KKP Indeks A:
Dan seterusnya
Keterangan:
1. Untuk daftar isi yang dilekatkan pada ordner /map, daftar isi KKP ini diletakkan di bagian dalam
sampul ordner/map. Isi KKP dalam daftar isi ini harus sesuai dengan setiap judul KKP yang
dikelompokkan dalam kelompok KKP ini.
2. Untuk daftar isi yang dilekatkan pada kardus, daftar isi KKP ini diletakkan pada bagian samping
kardus. Isi KKP dalam daftar isi cukup diisi dengan jenis/kelompok akun yang diperiksa, untuk
pemeriksaan keuangan, atau jenis area kunci/obyek tertentu untuk pemeriksaan kinerja atau PDTT.
Lampiran 6.8
Pemeriksaan Atas
.....…..
Tahun…..
BPK RI
Pada hari ini, ............ tanggal ............. kami menyerahkan berkas-berkas KKP yang sudah diberi nomor
kode indeks dan direviu secara berjenjang, kami nyatakan telah sesuai standar yang diatur dalam
pedoman pemeriksaan BPK.
_________________ __________________
NIP. NIP.
Keterangan:
Berita Acara Penyerahan KKP ini sebaiknya dilampiri dengan Daftar Indeks KKP yang berisi tentang
seluruh isi KKP yang diserahterimakan beserta indeksasinya.
BAB 7
FORMULASI TEMUAN PEMERIKSAAN LKPD
Salah satu hal yang terpenting dalam menentukan kriteria adalah hindari
menggunakan aturan “sapu jagat”, yang mencakup hal-hal yang terlalu umum
sehingga pelanggaran dalam temuan tersebut menjadi sulit dipahami oleh
pembaca laporan.
Berikut ini contoh pengungkapan kriteria dalam TP yang spesifik.
Tabel 7.1 Tabel Kriteria TP yang spesifik
No Judul TP Kriteria TP
1 Aset tetap Tanah yang Keadaan diatas tidak sesuai dengan PSAP No.7 tentang
disajikan dalam Neraca Aset Tetap paragraph 20 yang menyatakan bahwa
Pemerintah Kabupaten “Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap
B tanpa ada bukti telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau
kepemilikan aset tetap pada saat penguasaannya berpindah”
sebesar
Rp123.456.789,00
Berikut ini contoh pengungkapan kriteria dalam TP yang terlalu umum (bias).
Tabel 7.2 Tabel kriteria TP yang umum
No Judul TP Kriteria TP
1. Undang-Undang
a. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
c. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan
tanggung jawab Keuangan Negara.
d. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah.
2. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
b. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
c. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang SAP.
d. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara
atau Daerah.
e. Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Perubahannya.
f. Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
g. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah
h. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
III Kelemahan struktur 1 Entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk
pengendalian intern suatu prosedur atau keseluruhan prosedur
2 SOP yang ada pada entitas tidak berjalan
secara optimal atau tidak ditaati
3 Entitas tidak memiliki Satuan Pengawas Intern
4 Satuan Pengawas Intern yang ada tidak
memadai atau tidak berjalan optimal
5 Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang
memadai
BAB 8
PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS SPI DAN KEPATUHAN
2) Tidak ada reviu dan persetujuan yang memadai untuk transaksi, pencatatan
akuntansi atau output dari suatu sistem;
3) Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan aktiva;
BAB 9
PANDUAN PENYUSUNAN OPINI
1) Tolerable Error (TE), yaitu tingkat materialitas terhadap suatu akun hanya
mempunyai konsekuensi maksimal pengecualian terhadap akun tertentu
tersebut (apabila tidak dapat dilakukan koreksi). Akan tetapi, hal ini tidak
berpengaruh terhadap penyajian LK secara keseluruhan;
2) Planning Materiality (PM), yaitu tingkat materialitas yang mempunyai
konsekuensi maksimal terhadap laporan keuangan secara keseluruhan
(apabila tidak dapat dilakukan koreksi).
Perlu dipahami bahwa, total salah saji (misstatement) atau pembatasan lingkup yang
nilainya di atas PM tidak selalu mengakibatkan opini Tidak Wajar ataupun Tidak
Memberikan Pendapat. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah masalah tingkat
pervasiveness.
Saat menentukan tingkat materialitas dari suatu kesalahan penyajian,
auditor juga harus mempertimbangkan seberapa besar pengaruh salah saji
tersebut terhadap bagian-bagian laporan keuangan lainnya. Pengaruh semacam
ini disebut sebagai tingkat resapan atau rembetan (pervasiveness). Suatu salah
saji dikatakan pervasive apabila salah saji tersebut memiliki pengaruh pada akun
lain. Pertimbangan atas pervasive dapat didasarkan pada 3 faktor berikut.
1) Kompleksitas
Kompleksitas akun diukur dari tingkat pengaruh akun tersebut terhadap akun
lain dalam laporan keuangan. Beberapa akun dalam laporan keuangan menurut
sifatnya memiliki tingkat kompleksitas tinggi karena pengaruhnya pada akun lain.
Kompleksitas berkaitan dengan dampak permasalahan pada suatu akun
terhadap akun lainnya atau laporan lainnya dan atau banyaknya asersi yang
terpengaruh. Beberapa akun dalam laporan keuangan menurut sifatnya memiliki
tingkat kompleksitas tinggi karena pengaruhnya pada akun lain. Contohnya,
suatu pemda dengan anggaran belanja sebesar Rp1,3triliun ditemukan adanya
10 transaksi belanja modal fiktif sebesar Rp75miliar. Hal tersebut dapat
mengakibatkan salah saji pada pos belanja modal, aset tetap, dan ekuitas,
sehingga dapat dikatakan bahwa temuan terkait belanja modal tersebut bersifat
kompleks. Dalam kasus ini, jika tidak diungkapkan dalam CaLK, pemeriksa
dapat mempertimbangkan memberikan opini Tidak Wajar walaupun secara
proporsi belum mencapai 20% dari nilai akun yang diperiksa. Contoh lain,
penerimaan hibah dari negara donor sebesar Rp40miliar dikelola di luar APBD,
sehingga pendapatan dan belanja menjadi kurang saji, sisa kas tidak dicatat,
dan aset tetap yang dihasilkan juga tidak dicatat. Hal tersebut dapat
dipertimbangkan pemeriksa untuk memberikan opini TW atau TMP.
Tingkat kompleksitas akun diuraikan dalam guideline untuk sektor publik
sesuai Lampiran 9.1.
2) Proporsi
Tidak ada ukuran baku yang menjadi besaran proporsi yang bersifat
substansial karena ini lebih didasarkan pada pertimbangan auditor. Untuk
memudahkan penilaian, auditor bisa menetapkan kebijakan mengenai batasan
proporsi yang dianggap fundamental, misanya 20% dari total akun yang
diperiksa dapat dianggap berpegaruh secara keseluruhan secara kuantitatif.
Sebagai contoh, dampak potensi salah saji (kurang saji) akibat adanya aset
yang tidak tercatat dan pemda tidak bersedia dikoreksi adalah sebesar
Rp500miliar dari total akun yang diperiksa sebesar Rp1,2triliun. Dampak
tersebut dapat dipertimbangkan pervasive karena sudah lebih dari 20% total
akun yang diperiksa, sehingga dapat dipertimbangkan untuk opini Tidak Wajar
dari pada hanya WDP.
Contoh lain, misalnya pemeriksa menemukan dua permasalahan dari total akun
yang diperiksa sebesar Rp1,2 triliun, yaitu (1) piutang tidak ada bukti sebesar
Rp50 miliar; dan (2) penyertaan pada BUMD senilai Rp20 miliar dengan
kepemilikan di atas 20% masih dicatat dengan harga perolehan karena belum
ada laporan keuangan BUMD yang mutakhir. Dalam kondisi ini, pemeriksa dapat
mempertimbangkan untuk memberikan opini WDP dari pada TMP.
3) Pengungkapan yang bersifat fundamental
Pengungkapan dikatakan fundamental apabila dapat mempengaruhi
pengguna laporan keuangan membuat keputusan atau terdapat penilaian yang
berbeda apabila tidak diungkapkan.
Apakah pengungkapan dapat mempengaruhi opini? Jawabannya “ya”.
SPAP Seksi 431 paragraf 3 intinya mengatur : Bila manajemen menghilangkan
dari laporan keuangan, informasi yang seharusnya diungkapkan sesuai dengan
prinsip akuntansi, termasuk catatan atas laporan keuangan, auditor harus
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar
karena alasan tersebut dan harus memberikan informasi yang cukup dalam
laporannya.
Contoh: Pemda menolak untuk mengungkapkan adanya aset yang masih dalam
sengketa, padahal pada tingkat pengadilan negeri pemda sudah dikalahkan. Jika
nilai aset mencapai lebih dari PM, pemeriksa dapat mempertimbangkan untuk
tidak memberikan opini WTP.
Dalam kondisi ini, pemeriksa dapat menyatakan opini modifikasi yaitu WTP
Dengan Paragraf Penjelasan. Adapun kondisi-kondisi yang memungkinkan
terjadinya penambahan penjelasan adalah sebagai berikut.
1) Tidak ada konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
Suatu paragraf penjelasan diperlukan baik untuk perubahan prinsip akuntansi
yang dilakukan secara sukarela maupun yang terjadi kerena adanya
pernyataan akuntansi yang baru.
2) Ketidakpastian atas kelangsungan hidup organisasi (going concern)
Mulai
Ya Tidak
Wajar Tanpa Ya
Pengecualian
(WTP)
WTP dengan
paragraf
penjelas
Wajar Dengan
pengecualian
(WDP)
Tidak Wajar
(TW) (adverse)
Tidak Memberikan
Pendapat
(Disclamer)
(3) Tidak boleh ada kalimat yang menyatakan BPK sudah melaksanakan audit
sesuai dengan standar.
5) Opini Tidak Wajar
(1) Pemeriksa harus menjelaskan dua hal dalam laporan yaitu, semua alasan
yang mendukung dan dampak utama yang menyebabkan pendapat
tersebut.
(2) Semua alasan harus dikemukakan pada paragraf terpisah sebelum
paragraf opini.
3) Opini Wajar Tanpa Pengecualian untuk Tahun Sekarang dan Opini Tidak
Memberikan Pendapat untuk Tahun Lalu
4) Opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan
Pervasiveness
Apakah Ada Batas Nilai
Akun yang Judul Nilai Apakah
No Pembatasan Materialitas Materialitas Unaudited Proporsi
terpengaruh Temuan (Rp) Misstatement? Pengungkapan
Lingkup? (Nilai TE) (Rp) Terhadap Kompleksitas
FS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kas di SPI No.1
Kasda
Kepatuh
an No.7
2 Pendapatan
Pajak
Keterangan:
Kolom 5 : diisi ya atau tidak (sifat masalah pengakuan, penyajian, atau pengungkapan)
Kolom 6 : diisi ya atau tidak
Kolom 8 : diisi ya atau tidak, material jika nilai (kolom 4) melebihi nilai TE (kolom 7)
Kolom 10 : diisi prosentase nilai akun terpengaruh (kolom 4) terhadap keseluruhan nilai laporan keuangan (akun) yang diperiksa
Kolom 11 : diisi apakah terdapat keharusan memerlukan pengungkapan atau tidak (atas permasalahan yang ditemukan)
Kolom 12 : diisi apakah dampak permasalahannya (baik misstatement ataupun tidak cukup bukti) bersifat kompleks atau tidak (lihat guideline untuk
sektor publik)
JUMLAH (A)
JUMLAH (C)
KESIMPULAN:
4 Terhadap persediaan per Kelengkapan Tidak dapat Terhadap kasus ini, pemeriksa Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.3.1
31 Desember 2010, memperoleh dapat mepertimbangkan material- Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Penilaian
pemda hanya melakukan bukti persedia- litas sekitar 50% PM. Karena ABC Tahun 2010, Pemerintah Kabupaten ABC
stock opname pada 3 an per 31 Des permasalahan ini adalah
mencatat persediaan per 31 Desember 2010
SKPD dari 30 SKPD, 20xx pembatasan lingkup, maka
dan 2009 masing-masing sebesar Rp10 miliar
sehingga persediaan di pemeriksa harus memperhitung- dan Rp8miliar. Saldo persediaan per
neraca hanya meliputi 3 kan kemungkinan risiko nilai 31 Desember 2010 sebesar Rp10miliar
SKPD. Diantara SKPD persediaan yang tidak disajikan merupakan nilai persediaan pada tiga SKPD
yang tidak melakukan pada 27 SKPD. Apakah risiko dari 30 SKPD yang ada pada Pemkab ABC.
inventarisasi adalah SKPD Terhdadap 27 SKPD lainnya, Pemkab ABC
tersebut mungkin menjadi material.
yang umumnya mem- Oleh karena itu pemeriksa harus belum melakukan inventarisasi, sehingga nilai
punyai persediaan dalam mempertimbang-kan apakahpersediaan tidak dapat disajikan dalam neraca
jumlah material yaitu SKPD yang belum melakukan per 31 Desember 2010. Nilai persediaan dapat
Dinas Kesehatan, RSUD stock opname adalah SKPD yang berbeda secara signifikan jika pemerintah
dan Dinas Pendidikan. secara normal memiliki persediaankabupaten ABC melakukan inventarisasi
Pemeriksa tidak dapat yang nilainya cukup material. persediaan secara menyeluruh dan
melakukan perhitungan mencatatannya di dalam neraca. BPK tidak
fisik atas persediaan Sebelum memutuskan adanya dapat menerapkan prosedur pemeriksaan yang
6 Inventarisasi dan Eksistensi Tidak dapat Untuk aset tetap jenis ini, Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.3.7
revaluasi aset tetap yang memperoleh pemeriksa dapat menggunakan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Penilaian
diperoleh sebelum Tahun data aset tetap pertimbangan materialitas sekitar ABC Tahun 2010, Pemkab ABC mencatat aset
2004 Kelengkapan dan nilai yang 50% dari PM. Jika masalahnya tetap per 31 Desember 2010 dan 2009 masing-
sebenar-nya hanya ini, maka pemeriksa dapat masing sebesar Rp800miliar dan Rp700miliar.
mempertimbangkan bukan sebagai Dalam jumlah terebut diantaranya termasuk
masalah yang perpasive, sehingga aset tetap yang diperoleh sebelum Tahun 2004.
cenderung memberikan opini WDP Pemerintah Kabupaten ABC belum melakukan
karena pembatasan lingkup. inventarisasi dan penilaian atas aset tetap yang
7 Administrasi aset tetap Eksistensi Pemeriksa Untuk aset tetap, pemeriksa dapat Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.7.1
tidak tertib. Tidak ada KIB. tidak dapat memberikan pertimbangan Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten
Kelengkapan
Aset tetap secara masif menjalankan kualitatif materialitas sekitar 50% ABC mencatat aset tetap per 31 Desember
tidak dapat ditelusuri Penilaian prosedur audit dari PM. Aset tetap biasanya 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp450
rinciannya ke SKPD. Hak dan untuk meya- merupakan nilai yang dominan miliar dan Rp400miliar. Nilai tersebut
Rincian yang ada tidak kewajiban. kini eksistensi, dibanding aset lainnya. Sehingga merupakan nilai aset tetap berdasarkan data
mencerminkan data yang kelengkapan secara proporsi dapat menjadi yang dimiliki DPKAD. Pemerintah Kabupaten
sebenarnya secara maupun perpassive (sangat material), ABC tidak melakukan administrasi asset tetap
massif. penilaiannya. sehingga mungkin dapat secara memadai, antara lain tidak adanya kartu
mengakibatkan opini TMP. inventaris pada masing-masing SKPD,
sehingga nilai aset tetap yang disajikan di
neraca tidak dapat ditelusuri rinciannya pada
masing-masing SKPD. Selain itu, Pemerintah
Kabupaten ABC belum melakukan inventarisasi
dan penilaian atas aset tetap yang diperoleh
sebelum Tahun 2004 sebagaimana yang
disyaratkan oleh Standar Akuntansi
Pemerintah. Dokumen dan catatan yang
tersedia tidak memungkinkan BPK melakukan
prosedur pemeriksaan yang memadai untuk
dapat meyakini nilai aset tetap per 31
Desember 2010 dan 2009.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab
BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan.
Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0,
realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009
dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab
BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan.
Dalam Laporan BPK Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN],
BPK menyatakan pendapat, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu
dilakukan atas [NAMA DAMPAK YANG DIKECUALIKAN], Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS],
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per
tanggal 31 Desember 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan
untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Pada tahun 20X1, [NAMA ENTITAS] telah melakukan……dst. [NAMA ENTITAS] tidak
menyajikan kembali Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS] tahun 20X0.
Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, realisasi anggaran, arus kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
Dalam Laporan BPK Nomor 12/LHP/XV/04/2009 tanggal 30 April 2009, BPK menyatakan
pendapat, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan atas Aset
Tetap jika Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan inventarisasi dan penilaian kembali
yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per
tanggal 31 Desember 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31
Desember 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan inventarisasi dan penilaian
kembali atas seluruh Aset Tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004 dan telah
disajikan dalam Neraca per tanggal 31 Desember 2008. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak
menyajikan kembali Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2008.
Menurut pendapat BPK, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, realisasi
anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak
pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
Kecuali dijelaskan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK
merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas
dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan
keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan
estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan
dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Dalam Laporan BPK Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN],
BPK tidak menyatakan pendapat atas Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X0,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut karena masalah-masalah: (1)….; (2)….; dst
Pada tahun 20X1, [NAMA ENTITAS] telah melakukan……dst. [NAMA ENTITAS] tidak
menyajikan kembali Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS] tahun 20X0.
Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, realisasi anggaran, arus kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung
jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan
yang dilakukan.
Kecuali dijelaskan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK
merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas
dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan
keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan
estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut
memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Dalam Laporan BPK Nomor 13/LHP/XV/04/2009 tanggal 30 April 2009, BPK tidak menyatakan
pendapat atas Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2008, Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut karena masalah-masalah: (1) belum dikonsolidasikannya Laporan
Badan Layanan Umum Daerah; (2) belum dikonsolidasikannya neraca pada 12 SKPD; (3) belum
dicatatnya pendapatan dan belanja yang berasal dari hibah; (4) tidak dilakukannya inventarisasi
fisik atas persediaan; dan (5) belum dilakukannya Inventarisasi dan penilaian kembali Aset
Tetap.
Pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan hal-hal berikut, yaitu: (1)
Konsolidasi laporan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD); (2) mengkonsolidasikan neraca
pada seluruh SKPD; (3) mencatat seluruh hibah yang diterima di LRA; (4) inventarisasi
persediaan akhir tahun; dan (5) Inventarisasi dan penilaian kembali sebagian Aset Tetap yang
diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak menyajikan
kembali Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2008.
Menurut pendapat BPK, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, realisasi
anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab
BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan.
Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0,
realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
Menurut pendapat BPK, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009
dan 2010, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan
untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31
Desember 2009 dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan
untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Seperti telah dijelaskan dalam Catatan 15 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Daerah
Kabupaten ABCD sedang menghadapi gugatan dari pihak ketiga atas tanah seluas 20 ha yang
saat ini dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Keputusan pengadilan
negeri memenangkan Pemerintah Kabupaten ABCD atas kepemilikan aset tersebut, tetapi pihak
penggugat saat ini sedang mengajukan banding. Pemerintah Kabupaten ABCD berkeyakinan
sesuai dengan dokumen kepemilikan, pemerintah daerah yang bersangkutan adalah pemilik
yang sah dari tanah tersebut.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab
BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan.
Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan
berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan
BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi,
atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan
dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan
dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
BPK tidak dapat melakukan ……[DIISI DENGAN HAL-HAL YANG MEMBATASI RUANG
LINGKUP PEMERIKSAAN].
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin
perlu dilakukan jika BPK memeriksa [DIISI DENGAN HAL YANG MEMBATASI], Neraca [NAMA
ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA
ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan
atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan. Kecuali seperti yang diuraikan dalam
paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan
melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian,
bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi
signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan
dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin
perlu dilakukan jika BPK dapat memeriksa bukti-bukti persediaan per 31 Desember 2009, Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, realisasi
anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada
tanggal–tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK
terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan.
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak ……[DIISI PENJELASAN MENGENAI HAL YANG
DIKECUALIKAN] yang diuraikan dalam paragraf di atas, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal
31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31
Desember 20X1 dan 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan
untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR L APORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD.
Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
pemeriksaan yang dilakukan.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 12 atas Laporan Keuangan, aset tetap per 31
Desember 2009 dan 2008 disajikan masing-masing sebesar Rp15,13 miliar dan Rp13,20 miliar.
Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan penilaian aset tetap yang diperoleh sebelum
tanggal 31 Desember 2004 masing-masing untuk tahun 2009 dan 2008 sebesar Rp11,93 miliar
dan Rp12,00 miliar. Namun demikian hasil penilaian kembali tersebut belum disajikan dalam
Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 sebagaimana diatur
dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Jika hasil penilaian kembali atas aset tetap yang
diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004 tersebut telah disajikan seluruhnya, maka nilai
aset tetap tersebut masing-masing akan menjadi sebesar Rp17,93 miliar dan Rp15,00 miliar per
tanggal 31 Desember 2009 dan 2008.
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak tidak disajikannya aset tetap berdasarkan hasil
penilaian kembali seperti yang diuraikan dalam paragraf di atas, Neraca Pemerintah Kabupaten
ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut,
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah
Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut,
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak
pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan
berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan
BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi,
atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan
dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan
dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Dalam Laporan BPK Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN, dan TAHUN],
BPK tidak menyatakan pendapat atas Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X0,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20X0 karena masalah-masalah: (1)….; (2)…;
dan (3)…. Dst.
Pada tahun 20X1, [NAMA ENTITAS] telah melakukan: (1)…..; (2)……; dan (3)…. Dst.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan ....atas Laporan Keuangan, [DIISI DENGAN HAL
YANG DIKECUALIKAN KARENA RUANG LINGKUP]...........................dst.
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu
dilakukan atas [SEBUTKAN HAL-HAL YANG DIKECUALIKAN], Neraca [NAMA ENTITAS] per
tanggal 31 Desember 20X1, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember
20X1, realisasi anggaran, arus kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung
jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan
yang dilakukan.
Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan
berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan
BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi,
atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan
dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut
memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Dalam Laporan BPK Nomor 13/LHP/XV/04/2009 tanggal 30 April 2009, BPK tidak menyatakan
pendapat atas Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2008, Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
yang berakhir pada tanggal tersebut, karena masalah-masalah berikut: (1) belum
dikonsolidasikannya Laporan Badan Layanan Umum Daerah; (2) belum dikonsolidasikannya
neraca pada 12 SKPD; (3) belum dicatatnya pendapatan dan belanja yang berasal dari hibah; (4)
tidak dilakukannya inventarisasi fisik atas persediaan; dan (5) belum dilakukannya Inventarisasi
dan penilaian kembali Aset Tetap.
Pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan: (1) Konsolidasi laporan Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD); (2) konsolidasikan neraca pada seluruh SKPD; (3) mencatat
seluruh hibah yang diterima di LRA; dan (5) Inventarisasi dan penilaian kembali sebagian Aset
Tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak
menyajikan kembali Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2008.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 13 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten
ABCD menyajikan persediaan per 31 Desember 2009 senilai Rp1,76 triliun. Nilai tersebut
merupakan nilai persediaan yang dilaporkan oleh 5 dari 20 satuan kerja di Pemerintah
Kabupaten ABCD. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak melaksanakan pencatatan yang memadai
dan tidak melakukan inventarisasi pada akhir tahun atas persediaan tersebut. Catatan dan data
yang tersedia tidak memungkinkan BPK untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan yang
memadai untuk memperoleh keyakinan atas nilai persediaan per 31 Desember 2009 tersebut.
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin
perlu dilakukan jika BPK dapat memeriksa persediaan, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per
tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31
Desember 2009, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari laporan ini.
Jakarta, 30 April 2010
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Perwakilan Provinsi ..........
Penanggung Jawab Pemeriksaan,
Menurut pendapat BPK, karena dampak hal yang diuraikan dalam paragraf di atas, Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada
tanggal-tanggal tersebut tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, realisasi
anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada
tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan
keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN]
tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 12 atas Laporan Keuangan, aset tetap per 31
Desember 2009 dan 2008 disajikan masing-masing sebesar Rp15,13 miliar dan Rp13,20
miliar. Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan penilaian aset tetap yang diperoleh
sebelum tanggal 31 Desember 2004 masing-masing untuk tahun 2009 dan 2008 sebesar
Rp17,93 miliar dan Rp15,00 miliar. Namun demikian hasil penilaian kembali tersebut belum
disajikan dalam Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD tanggal 31 Desember 2009
sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Jika hasil penilaian kembali
atas aset tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004 tersebut telah disajikan
seluruhnya, maka nilai aset tetap tersebut masing-masing akan menjadi sebesar
Rp11.925,35 miliar dan Rp12.000,00 miliar per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008.
Menurut pendapat BPK, karena dampak hal yang diuraikan dalam Paragraf di atas, Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal-tanggal tersebut tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember
2009 dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan
keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
disajikan dalam Laporan Nomor 15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010
tanggal 30 April 2010, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Karena permasalahan yang diuraikan dalam Paragraf di atas dan BPK tidak dapat
menerapkan prosedur pemeriksaan, lingkup pemeriksaan BPK tidak cukup untuk
memungkinkan BPK menyatakan, dan BPK tidak menyatakanpendapat atas laporan
keuangan [NAMA ENTITAS] Tahun 20X1 dan 20X0.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan
keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN]
tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan undang-undang terkait lainnya, Pemerintah Kabupaten ABCD pada tanggal 15 Maret
2010 telah menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2010
kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diperiksa. Laporan Keuangan tersebut terdiri
dari Neraca per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut. Laporan Keuangan tersebut merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD.
Dalam Tahun Anggaran 2009 dan 2008, Pemerintah Kabupaten ABCD telah menerima hibah
luar negeri dalam bentuk dana tunai untuk membiayai kegiatan-kegiatan tertentu yang telah
ditetapkan dalam perjanjian dengan pemberi hibah. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak
melaporkan dana yang diperolehnya tersebut kepada Menteri Keuangan untuk mendapat
pengesahan, sehingga penerimaan hibah dan belanja yang berasal dari hibah tersebut dikelola di
luar mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan tidak
dipertanggungjawabkan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Sementara itu, saldo kas,
persediaan, dan aset tetap yang berasal dari hibah tidak dicatat di neraca maupun diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan. Dari catatan yang diperoleh BPK, jumlah hibah yang
diterima Pemerintah Kabupaten ABCD dalam Tahun 2009 dan 2008 adalah sebesar
USD2,924,640.52 dan Rp7,10 miliar. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak dapat menyediakan
data secara lengkap mengenai jumlah keseluruhan hibah yang diterima selama tahun 2009 dan
2008, dan saldo kas, persediaan, serta aset tetap yang diperoleh dari hibah tersebut per 31
Desember 2009 dan 2008. Akun-akun yang berkaitan dengan hibah tersebut dapat berpengaruh
secara signifikan bila informasi dan dokumen yang berkaitan dengan hibah tersebut tersedia.
BPK juga tidak dapat memperoleh keyakinan yang memadai atas akun-akun yang berkaitan
dengan hibah tersebut melalui prosedur pemeriksaan yang dilakukan BPK.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 12 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten
ABCD melaporkan persediaan per 31 Desember 2009 dan 2008, masing-masing sebesar
Rp25,00 miliar dan Rp9,00 miliar. Satuan Kerja pengelola persediaan di lingkungan Pemerintah
Kabupaten ABCD tidak menyelenggarakan kartu persediaan untuk mencatat mutasi persediaan
secara memadai. Satuan Kerja juga tidak melakukan inventarisasi fisik atas persediaan yang
dimilikinya per 31 Desember 2009 dan 2008. Catatan-catatan dan dokumen yang tersedia tidak
memungkinkan BPK untuk melakukan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk meyakini nilai
persediaan tersebut.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 13 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten
ABCD melaporkan Aset Tetap per 31 Desember 2009 dan 2008 masing-masing sebesar
Rp272,00 miliar dan Rp256,00 miliar. Dalam tahun 2009, Pemerintah Kabupaten ABCD telah
melakukan inventarisasi dan penilaian kembali atas Aset Tetap yang diperoleh sebelum 31
Desember 2004, namun hasilnya belum dicatat karena masih terdapat permasalahan mengenai
hasil penilaian tersebut. Nilai Aset Tetap dapat terpengaruh secara signifikan jika Pemerintah
Kabupaten ABCD telah mengakui hasil penilaian kembali atas Aset Tetap yang diperoleh
sebelum 31 Desember 2004.
Karena permasalahan yang diuraikan dalam Paragraf di atas dan BPK tidak dapat menerapkan
prosedur pemeriksaan, lingkup pemeriksaan BPK tidak cukup untuk memungkinkan BPK
menyatakan, dan BPK tidak menyatakan, pendapat atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten ABCD Tahun 2009 dan 2008.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
BAB 10
Sesuai dengan PMP, sebelum LHP atas LKPD dari penanggung jawab
diterbitkan, BPK melalui pejabat strukturalnya harus memastikan bahwa
penjaminan mutu telah berjalan. Penjaminan mutu ini menjadi dasar bagi BPK
untuk menerbitkan LHP tersebut. Untuk melaksanakan ini, perwakilan dapat
membentuk tim reviu di perwakilan yang hasilnya menjadi dasar bagi kepala
perwakilan menerbitkan surat keluar penyampaian LHP.
Surat Perintah Surat Tugas Selesainya Konsep LHP yang Penerbitan LHP
Persiapan Pelaksanaan Pelaksanaan telah disetujui dengan Surat Keluar
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Lapangan Penanggungjawab Kepala Perwakilan
PENGARAH 1. ANGGOTA V
PENGARAH
2. ANGGOTA VI
KOORDINATOR 1. TORTAMA V
KOORDINATOR
2. TORTAMA VI
Quality
No Tahapan Kegiatan Ket
Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui
A Pemenuhan Penentuan kebutuhan Form Kebutuhan Kasie Kasub Kalan
kebutuhan jumlah auditor Auditor
pemeriksa Pertimbangan Daftar Set Kalan Kasub Kalan
kompetensi auditor kompetensi
Penentuan tim Risalah penetapan Kasie Kasub Kalan
Penerbitan Surat Tugas Konsep Surat Tugas Kasub Kalan Kalan
Quality Control
No Tahapan Kegiatan Ket
Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui
Penilaian Risiko Form Penilaian AT KT PT Bab 2
Risiko
Penetapan Fokus dan Form Penetapan KT PT PJ Bab 1
Strategi Pemeriksaan Fokus dan
Strategi
Perumusan prosedur Form Prosedur AT KT PT
Pemeriksaan Pemeriksaan per
Akun
Penetapan Metode Kertas kerja AT KT PT Lampiran 4.5
Sampling penentuan uji Juknis
Pelaksanaan prosedur Kertas Kerja AT KT PT Juknis LKPD
analitis awal Prosedur
Analitis Awal
Perumusan P2 Program KT PT PJ Lampiran 4.6 dan
Pemeriksaan 4.7 Juknis
Quality Control
No Tahapan Kegiatan Ket
Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui
Pemberitahuan Surat AT KT KT PMP
Pemeriksaan Pemberitahuan kepada
Auditee
Perencanaan entry Panduan Entry Briefing KT PT PT Bab 1
Meeting
B Pelaksanaan 1 Komunikasi Penyampaian informasi Notulen AT KT KT PMP
Pemeriksaan awal (Entry penting kepada pertemuan awal
Briefing) pimpinan entitas
2 Pelaksanaan Pengujian analitis Cover sheet per akun AT KT PT Juknis LKPD
P2
Pengujian pengendalian Cover sheet per akun AT KT PT Juknis LKPD
Quality Control
No Tahapan Kegiatan Ket
Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui
Pembahasan TP dan Risalah AT KT PT
Koreksi Pembahasan TP
dan Koreksi
Penyerahan TP Surat Pengantar TP AT KT KT
Quality Control
No Tahapan Kegiatan Ket
Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui
Penyusunan konsep akhir LHP LHP KT PT PJ
Entitas Pemeriksaan
Jenis Pemeriksaan
Tahun Pemeriksaan
Tahun Yang Diperiksa
Tim Pemeriksa :
1. Penanggung Jawab : Tanggal
: Reviu
2. Pengendali Teknis
3. Ketua Tim :