Professional Documents
Culture Documents
BAB 11
PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD :
PEMERIKSAAN INTERIM DAN PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
Sesuai dengan SPKN, pemeriksaan harus direncanakan dengan sebaik-
baiknya. Perencanaan pemeriksaan atas LKPD suatu Perwakilan sebaiknya telah
dimulai setidaknya pada akhir Triwulan III tahun sebelumnya. Sebagai contoh:
Untuk Pemeriksaan LKPD TA 2010, pada akhir bulan September 2010, Kepala
Perwakilan akan menentukan apakah pemeriksaan atas LKPD TA 2010 diawali
dengan pemeriksaan interim atau tidak. Hal ini tentu saja dilakukan dengan
memperhatikan RKP TA 2010.
Pemeriksaan interim adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum berakhirnya tanggal Neraca
(31 Desember) dan umumnya dilaksanakan pada bulan Oktober sd Desember.
Apabila pemeriksaan interim tidak dilakukan dianjurkan Perwakilan
menggunakan tahapan Pemeriksaan Pendahuluan dilanjutkan dengan
Pemeriksaan Rinci.
Pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum pemerintah daerah
menyampaikan LKPD kepada BPK dan umumnya dilaksanakan pada bulan Januari sd April.
Bila kondisi tidak memungkinkan untuk melaksanakan Pemeriksaan
Pendahuluan, maka perwakilan dapat langsung melakukan Pemeriksaan Rinci.
Siegel dan Shim (2000: 519) melihat pemeriksaan interim dari dua
pendekatan, yaitu:
1) Pemeriksaan keuangan terhadap laporan keuangan interim (audit of an
interim period), misalnya Laporan Keuangan Triwulanan atau Laporan
Keuangan Semesteran.
2) Pemeriksaan keuangan terhadap laporan keuangan tahunan yang dilakukan
selama periode akuntansi masih berjalan. Pemeriksaan yang dilakukan dapat
meliputi konfirmasi, cek fisik persediaan, atau kegiatan pemeriksaan lainnya
yang nantinya akan digabungkan dengan tahap akhir pemeriksaan keuangan
secara menyeluruh terhadap laporan keuangan tahunan yang diperiksa.
Tahapan Pemeriksaan Interim terdiri dari tiga bagian utama yaitu persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan yang secara rinci terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
1) Lakukan evaluasi atas desain SPI. Jika tidak terdapat pemutakhiran desain
SPI objek yang menjadi cakupan pemeriksaan, pemeriksa dapat
memanfaatkan hasil evaluasi desain SPI tahun sebelumnya. Jika terdapat
pemutakhiran desain SPI, lakukan analisis dan identifikasikan kelemahan
desain SPI tersebut dan dampaknya.
2) Lakukan pengujian atas implementasi SPI, dan identifikasi kelemahan
implementasi SPI dan dampaknya.
Materialitas pada tingkat akun (TE) merupakan salah saji minimum pada
saldo akun yang dapat menyebabkan akun tersebut dianggap mengandung salah
saji material. Penetapan nilai TE secara teori dapat dilakukan 1) secara
proporsional yaitu mengalokasikan PM ke masing-masing akun berdasarkan
proporsi nilai akun; dan 2) penetapan % langsung dari PM.
Dalam panduan pemeriksaan LKPD diambil kebijakan penerapan TE sebesar 50% PM.
Hal ini akan mempermudah dalam Penilaian Risiko untuk pendekatan Pemeriksaan
Berbasis Risiko.
Untuk pemeriksaan LKPD, besarnya persentase tingkat materialitas yang
digunakan untuk menentukan PM antara lain berdasarkan opini atas laporan
keuangan tahun sebelumnya yaitu sebagai berikut, yaitu:
2) Menentukan nilai TE
TE = 50% x PM
Revisi atas perhitungan PM dan TE dilakukan setelah adanya reviu oleh
Pengendali Teknis dan disetujui oleh Penanggung Jawab.
(1)) Nilai tertinggi difokuskan pada transaksi yang nilainya relatif tinggi
(2)) Saat transaksi difokuskan pada transaksi yang resikonya tinggi yaitu
pada bulan Nopember – Desember. Atau volume transaksi
BAB 12
PEMERIKSAAN ATAS BLUD
3) kinerja keuangan;
4) manfaat bagi masyarakat.
6) Peraturan Daerah terkait yang mengatur tentang penetapan SKPD atau unit
organisasi dalam SKPD menerapkan PPK-BLUD serta pedoman pengelolaan
keuangan BLUD terkait.
1. Organisasi
2. Kebijaksanaan
3. Personalia
4. Prosedur
6. Pengawasan
Tabel 12.1
Ikhtisar Pengujian Tambahan untuk Pengendalian dan Pengujian Subtantif atas Saldo/Transaksi Satker BLUD
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
1 Kas di BLUD Mengetahui dan Terdapat Kebijakan Reviu kebijakan akuntansi a. Salah saji (overstated Uji subtantif :
meyakinkan saldo kas akuntansi, sistem dan terkait, juga ketentuan lain dan understated)
Rekonsiliasi antara saldo
BLUD yang tercantum prosedur penyusunan dengan penyajian dan (Mutasi saldo kas
menurut rekening koran
pada neraca Satker konversi laporan pengungkapan saldo kas, menurut laporan
dengan saldo dana lancar
BLUD berdasarkan keuangan BLUD dari apakah telah sesuai dengan keuangan BLUD
menurut SPM dan SP2D
SAP telah disajikan SAK ke SAP. standar akuntansi didasarkan SAP
pengesahan.
sesuai dengan pemerintahan. Reviu didasarkan atas
standar yang ada pelaksanaan penyusunan penerbitan SPM dan Lakukan pemeriksaan
(Penyajian dan konversi laporan keuangan SP2D Pengesahan). batas waktu untuk
Pengungkapan). BLUD dan verifikasi internal transaksi yang termuat
b. Saldo Kas yang
untuk memastikan bahwa dalam SPM dan SP2D
disajikan tidak sesuai
pengungkapan atas Pengesahan pada triwulan
dengan SAP (PP24
penyajian saldo kas telah ke-4.
Tahun 2005) dan
sesuai dengan SAP.
Peraturan Lainnya.
2 Piutang Mengetahui dan Terdapat Kebijakan Reviu kebijakan akuntansi Nilai Piutang yang disajikan Uji subtantif Saldo: Teliti
BLUD meyakinkan saldo akuntansi, sistem dan terkait, juga ketentuan lain lebih rendah dari daftar penerimaan kas dan
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
Piutang BLUD yang prosedur penyusunan dengan penyajian dan seharusnya (Penyajian cermati seluruh
tercantum pada konversi laporan pengungkapan saldo Piutang, Piutang menurut SAK pembayaran yang terkait
neraca Satker BLUD keuangan BLUD dari apakah telah sesuai dengan memperhitungkan dengan pembayaran
berdasarkan SAP SAK ke SAP. standar akuntansi penyisihan sedangkan SAP piutang telah
telah disajikan sesuai pemerintahan. Reviu berdasarkan nilai diperhitungkan sebagai
dengan standar yang pelaksanaan penyusunan tagihan/surat penagihan). pengurang saldo piutang,
ada (Penyajian dan konversi laporan keuangan penerimaan pembayaran
Pengungkapan). BLUD dan verifikasi internal yang mengurangi saldo
untuk memastikan bahwa piutang adalah yang telah
pengungkapan atas diajukan SPM dan SP2D
penyajian saldo kas telah Pengesahan.
sesuai dengan SAP.
3 Persediaan Persediaan telah Terdapat prosedur a. Teliti apakah persediaan Persediaan yang disajikan Dalam pemeriksaan fisik
BLUD diklasifikasikan sesuai pemeriksaan fisik yang diperoleh dicatat dalam Laporan keuangan atas persediaan akhir,
dengan Standar persediaan secara dengan menggunakan BLUD berdasarkan SAK inventarisir jumlah
Akuntansi reguler dan telah identifikasi yang tidak memisahkan antara persediaan yang rusak,
Pemerintahan direkonsiliasi dengan memadai. persediaan yang rusak kadaluarsa dan hilang.
(Klasifikasi). catatan persediaan. atau persediaan yang tidak Bandingkan dengan
b. Teliti apakah terdapat
diperlukan lagi dalam catatan persediaan yang
prosedur untuk
operasioanl kegiatan, akan ada.
persediaan yang rusak,
tetapi mendasari pada net
kedaluarsa dan hilang
realize value dari
dan dapatkan dokumen
persediaan. Sedangkan
pencatatan atas kondisi
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
persediaan tersebut. Persediaan yang disajikan
dalam laporan Keuangan
BLUD berdasarkan SAP.
memisahkan klasifikasi
persediaan yang masih
digunakan dengan
persediaan yang tidak bisa
digunakan.
Mengetahui dan Terdapat prosedur Reviu kebijakan akuntansi Salah saji (understated, Uji Subtantif terhadap
meyakinkan bahwa pencatatan dan terkait dengan penyajian dikarenakan dokumen Saldo:
saldo persediaan pengikhtisaran atas saldo persediaan dan telaah sumber mutasi tambah dan
a. Reviu apakah terdapat
sudah sesuai dengan penyajian persediaan kesesuaiannya dengan kurang persediaan menurut
jumlah mutasi tambah
standar akuntansi pada saat penyusunan standar akuntansi SAK berbeda dengan
dan kurang. Jika ada
pemerintahan konversi laporan pemerintahan. Reviu menurut SAP, menurut
telusuri lebih lanjut.,
(Penyajian dan keuangan BLUD pelaksanaan penyusunan SAP mutasi persediaan
minta bukti pendukung
Pengungkapan) sehingga Memo konversi laporan keuangan didasarkan atas penerbitan
penerimaan dan
Penyesuaian (MP) yang BLUD dan verifikasi internal SPM dan SP2D
pengeluaran
disusun sesuai dengan untuk memastikan bahwa Pengesahan.)
persediaan serta
standar Akuntansi pengungkapan atas
telusuri data
Pemerintahan penyajian saldo persediaan
penambahan dan
telah memadai
pengurangan
berdasarkan penerbitan
SPM dan SP2D
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
Pengesahan.
b. Dapatkan data semua
persediaan pada
satker, lakukan secara
berjenjang.
c. Lakukan pengujian
tambah kurang atas
perhitungan saldo dan
cek ke buku
Pendukung
d. Lakukan pemeriksaan
batas waktu untuk
transaksi yang termuat
dalam SPM dan SP2D
Pengesahan pada
triwulan ke 4, apakah
terdapat transaksi
penambahan
persediaan yang
berasal tidak pada
tahun yang berkenan.
4 Aset Tetap Aset tetap telah Penggunaan bagan a. Teliti apakah aset tetap Aset tetap (kecuali tanah) Dalam pemeriksaan fisik
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
BLUD diklasifikasikan akun yang memadai, yang diperoleh dicatat yang disajikan dalam atas Aset tetap (kecuali
(Kecuali dengan pantas serta telah melalui reviu dengan menggunakan Laporan keuangan BLUD tanah), inventarisir jumlah
Tanah) (Klasifikasi). dan verifikasi intern identifikasi yang berdasarkan SAK tidak Aset tetap yang tidak
pada saat konversi memadai. memisahkan antara aset dimanfaatkan dan aset
laporan keuangan BLUD tetap yang rusak atau aset tetap yang masih
b. Teliti apakah terdapat
sehingga Memo tetap yang masih dimanfaatkan dalam
prosedur untuk aset tetap
Penyesuaian (MP) yang dimanfaatkan dalam kegiatan operasional
yang rusak, kedaluarsa
disusun sesuai dengan operasional kegiatan. dan/atau hilang,
dan hilang dan dapatkan
Standar Akuntansi Sedangkan Aset tetap bandingkan dengan
dokumen pencatatan atas
Pemerintahan. yang disajikan dalam catatan aset tetap (kecuali
kondisi aset tetap
laporan Keuangan BLUD tanah) yang ada.
tersebut.
berdasarkan SAP
c. Teliti apakah pembuatan memisahkan klasifikasi
Memo Penyesuaian telah aset tetap yang masih
memperhatikan hasil digunakan dengan aset
klasifikasi aset tetap tetap yang tidak bisa
berdasarkan SAP. digunakan.
Mengetahui dan Terdapat prosedur Reviu kebijakan akuntansi Salah saji (understated, Uji Subtantif terhadap
meyakinkan bahwa pencatatan dan terkait dengan penyajian dikarenakan saldo Aset Saldo:
saldo aset tetap pengikhtisaran atas saldo Aset tetap (kecuali tetap (kecuali Tanah)
Teliti apakah saldo aset
(Kecuali tanah) sudah penyajian Aset tetap tanah) dan telaah dalam laporan keuangan
tetap (kecuali tanah) yang
sesuai dengan pada saat penyusunan kesesuaiannya dengan BLUD berdasarkan SAK
disajikan dalam laporan
standar akuntansi konversi laporan standar akuntansi disajikan setealh dikurangi
keuangan BLUD
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
pemerintahan keuangan BLUD, pemerintahan. Reviu dengan nilai penyusutan, berdasarkan SAP tanpa
(Penyajian dan sehingga Memo pelaksanaan penyusunan sedangkan saldo aset tetap dikurangi penyusutan atas
pengungkapan). Penyesuaian (MP) yang konversi laporan keuangan (kecuali tanah) disajikan aset tetap tersebut.
disusun sesuai dengan BLUD dan verifikasi internal tanpa dikurangi dengan
standar Akuntansi untuk memastikan bahwa penyusutan.
Pemerintahan. pengungkapan atas
penyajian saldo Aset tetap
(kecuali tanah) telah
memadai.
5 Pendapatan Pendapatan yang Terdapat prosedur Teliti apakah terdapat Pendapatan yang disajikan Lakukan pengujian pisah
Badan disajikan sudah pencatatan dan verifikasi intern terhadap overstated (Dalam batas atas transaksi
Layanan sesuai dengan pengendalian atas transaksi pendapatan BLUD mengajukan SPM dan penerimaan yang diajukan
Umum periode berkenan. realisasi pendapatan pada saat pengajuan SPM SP2D Pengesahan, Satker dalam SPM dan SP2D
pada saat konversi dan SP2D Pengesahan. BLUD diberikan waktu pengesahan pada
laporan keuangan paling lambat 10 hari triwulan ke-4 dengan
BLUD. setelah triwulan berakhir). bukti-bukti pendukungnya.
Seluruh Pendapatan Terdapat prosedur Teliti apakah terdapat Pendapatan yang disajikan Lakukan pengujian atas
BLUD berdasarkan pencatatan dan verifikasi intern terhadap undersatated, karena SPM dan SP2D
SAP telah disajikan. pengendalian atas transaksi pendapatan BLUD terdapat pendapatan yang Pengesahan berserta
realisasi pendapatan pada saat pengajuan SPM belum dimasukkan dalam dokumen-dokumen
pada saat konversi dan SP2D Pengesahan. SPM dan SP2D pendukungnya telusuri ke
laporan keuangan BLUD Pengesahan. buku-buku catatan yang
dan penyusunan SPM ada.
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
dan SP2D Pengesahan.
Pendapatan yang Penggunaan bagan Teliti apakah terdapat Klasifikasi pendapatan Telusuri klasifikasi
disajikan tidak sesuai akun yang memadai, verifikasi intern terhadap yanga disajikan tidak Pendapatan BLUD
dengan klasifikasinya serta telah melalui reviu proses pengikhtisaran serta sesuai dengan ketentuan berdasarkan SAP ke
(dalam BLUD dan verifikasi intern klasifikasi atas transaksi yang ada (Penerimaan dokumen sumber
penerimaan BLUD pada saat konversi pendapatan BLUD pada saat BLUD dari operasional penerimaan BLUD
dibedakan antara laporan keuangan pengajuan penyusunan layanan, diklasifikasikan berdasarkan SAP (SPM
penerimaan BLUD. Konversi laporan Keuangan sebagai pendapatan dan SP2D Pengesahan)
operasional dan non BLUD. layanan). berikut bukti-bukti
operasional, khusus pendukungnya.
untuk BLUD bertahap
terdapat kewajiban
untuk menyetorkan
sebagian
penerimaannya
sebagai pendapatan
PNBP).
6 Belanja Belanja BLUD yang Terdapat prosedur Teliti apakah terdapat Belanja yang disajikan Lakukan pengujian pisah
Badan disajikan sudah pencatatan dan verifikasi intern terhadap overstated (Dalam batas atas transaksi
Layanan sesuai dengan pengendalian atas transaksi Belanja BLUD pada mengajukan SPM dan penerimaan yang diajukan
Umum periode berkenan. realisasi Belanja pada saat pengajuan SPM dan SP2D Pengesahan, Satker dalam SPM dan SP2D
saat konversi laporan SP2D Pengesahan. BLUD diberikan waktu pengesahan pada
keuangan BLUD dan paling lambat 10 hari triwulan ke 4 beserta bukti-
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
penyusunan SPM dan setelah triwulan berakhir). bukti pendukungnya.
SP2D Pengesahan.
Seluruh Belanja Terdapat prosedur Teliti apakah terdapat Belanja yang disajikan Lakukan pengujian atas
BLUD berdasarkan pencatatan dan verifikasi intern terhadap undersatated, karena SPM dan SP2D
SAP telah disajikan pengendalian atas transaksi belanja BLUD pada terdapat belanja yang Pengesahan berserta
realisasi Belanja pada saat pengajuan SPM dan belum dimasukkan dalam dokumen-dokumen
saat konversi laporan SP2D Pengesahan. SPM dan SP2D pendukungnya telusuri ke
keuangan BLUD dan Pengesahan. buku-buku catatan yang
penyusunan SPM dan ada.
SP2D Pengesahan.
BAB 13
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ)
AKUN-AKUN NERACA
Aset lancar
1. Potongan yang dipungut bendaharawan daerah yang belum disetor.
5. Peraturan Gubernur tentang alokasi bagi hasil pajak terbit pada awal tahun
20xx + 1.
6. Pengakuan piutang pajak bila SKPD belum terbit.
11. Penggunaan metode penilaian investasi apakah sudah harus sesuai SAP?
14. Permasalahan material yang terdapat pada Aset Tetap yang diperoleh sampai
dengan tanggal Neraca Awal.
15. Aset tanah tanpa bukti kepemilikan namun dikuasai oleh Pemda dan aset tanh
diakui milik Pemda tetapi dikuasai oleh pihak lain.
16. Penyajian dalam Neraca dan pengaruhnya terhadap pemberian opini atas Aset
yang mempunyai nilai Rp1,00.
17. Pengakuan aset atas pertanggungjawaban biaya pendidikan apakah diakui
sebagai aset tetap definitif baik dianggarkan dari belanja modal maupun belanja
hibah.
18. Pengakuan aset yang dihibahkan yang anggarannya berasal dari belanja modal
tetapi belum dihapuskan.
19. prosedur pemeriksaan dan perlakuan akuntansi atas pembentukan Dana
Cadangan oleh Pemerintah Daerah.
Aset lancar
20. Kerugian daerah belum didukung dokumen SKTJM dan SK Pembebanan.
AKUN-AKUN LRA
Pendapatan
21. Penyajian dalam Laporan Keuangan atas setoran bagian laba BUMD yang
terlambat.
22. Insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah dibagikan kepada pihak-pihak
di luar instansi pelaksana seperti lembaga perwakilan/instansi vertikal/muspida?
23. Insentif bagian PLN dibagikan kembali kepada pejabat dan pegawai instansi
pemungut.
24. Apakah para Asisten Sekda, Inspektorat, dan Bagian Hukum berhak untuk
mendapatkan insentif ?
25. Apakah penerima insentif pajak dan retribusi daerah termasuk seluruh bidang di
SKPD Keuangan Daerah atau hanya yang membidangi Pajak dan Retribusi
saja.
26. Besaran insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah melebihi ketentuan
yang berlaku.
27. Penganggaran dan pertanggungjawaban insentif pemungutan pajak dan
retribusi daerah.
28. Anggaran belanja daya dan jasa tidak cukup tersedia dalam DPA, Pemda
mengkompensasi penerimaan PPJU dengan kekurangan belanja daya dan jasa
tersebut.
29. Anggaran belanja daya dan jasa tidak cukup tersedia dalam DPA, Pemda
mengkompensasi penerimaan PBBKB dengan kekurangan belanja daya dan
jasa tersebut.
30. Sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesmas yang sampai akhir tahun
masih tersimpan di rekening dana jamkesmas diakui sebagai pendapatan
RSUD.
31. Sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesda dari Provinsi ke RS-RS
Kabupaten yang sampai akhir tahun masih tersimpan di rekening dana
jamkesda diakui sebagai pendapatan RSUD.
32. Beberapa masalah terkait penggunaan langsung penerimaan klaim
askes/jamkesmas.
33. Saat pendapatan dari program Jamkesmas diakui oleh RSUD.
34. Jasa giro dari dana jamkesmas yang ada di rekening transitoris diakui sebagai
pendapatan RSUD.
35. Klaim yang sudah diajukan RSUD tapi belum disahkan verifikator independen
diakui sebagai piutang.
36. Sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesmas yang sampai akhir tahun
masih tersimpan di rekening giro POS diakui sebagai pendapatan Puskesmas.
37. Saat pendapatan dari program Jamkesmas diakui oleh Puskesmas.
Belanja
39. Pencairan uang tanpa SP2D dan hanya berdasar SPM.
40. Penyajian di LK atas SP2D yang telah diterbitkan, tetapi kas belum keluar dari
rekening Pemda di Bank Persepsi.
41. Langkah pemeriksa bila ditemukan kegiatan yang tidak tersedia anggaran.
51. Hibah dalam bentuk barang dianggarkan dalam dan direalisasikan belanja
modal.
52. Hibah dalam bentuk barang dianggarkan dalam dan direalisasikan dari belanja
barang.
53. Kesalahan pembebanan atau fakta tidak sesuai dengan realisasi anggaran
yang tersaji dalam LK.
54. Bentuk pertanggungjawaban Belanja Penunjang Operasional (BPO) Pimpinan
DPRD.
55. Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD melebihi ketentuan yang telah
ditetapkan.
56. Persamaan perlakuan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD dengan
Belanja Penunjang Operasional Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah terutama
terkait dengan bukti pertanggungjawabannya.
57. BPO DPRD digunakan tidak sesuai dengan ketentuan.
59. Definisi pemberian bantuan sosial tidak diberikan secara terus menerus.
60. Bentuk pertanggungjawaban bantuan sosial dan belanja hibah, apakah sampai
dengan laporan pertanggungjawaban. Jika tidak terdapat laporan
pertanggungjawaban apakah mempengaruhi opini?
61. Pemberian hibah kepada klub sepakbola yang mengikuti liga profesional?
64. SiLPA Tahun Lalu disajikan seluruhnya atau sebagian sebagai penerimaan
pembiayaan dalam LRA tahun berjalan?
65. Akhir masa penyampaian SPJ.
67. Perlakuan akuntansi apabila Pemda menerima hibah dalam bentuk non kas?
AKUN-AKUN NERACA
Aset lancar
2. Q : Bagaimana pula bila potongan tersebut adalah PFK dan masih tersimpan
di BUD?
A : Potongan yang dipungut oleh BUD dapat berupa potongan pajak (PPh &
PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum. Potongan tersebut timbul dari
pengeluaran/belanja langsung (SP2D-LS) yang dilakukan oleh BUD.
Potongan tersebut bersifat non anggaran, karena jumlahnya telah menjadi
bagian dari nilai belanja yang telah dipertanggungjawabkan dan bukan
menjadi hak Pemda, tetapi hanya bersifat titipan uang di kas daerah untuk
diserahkan kepada ke pihak ketiga. Oleh karenanya potongan tersebut
tidak dapat dicatat sebagai penerimaan dalam LRA. Namun, potongan
tersebut harus dilaporkan dalam LAK sebagai aktivitas non anggaran,
karena merupakan bagian dari mutasi debet/kredit yang terjadi di
Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) yang dibuat oleh BUD sebagai
fungsi perbendaharaan (PSAP No.3 paragraf 12 dan 13).
Potongan yang dipungut BUD tetapi belum diserahkan kepada pihak ketiga
dilaporkan di Neraca pada akun “Kas di Kasda” pada sisi aktiva, dan
“utang PFK” pada sisi pasiva karena masih berada di Kas Daerah. Hal ini
sesuai dengan PSAP No.09 Kewajiban Paragraf 40 menyatakan bahwa
‘Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK
yang belum disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan
keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan’. Disamping itu
juga harus diungkapkan dalam CaLK untuk memberikan informasi kepada
pengguna LK bahwa saldo dalam “Kas di Kasda” masih terdapat kewajiban
kepada pihak ketiga.
Kesimpulan:
1) Disajikan pada akun ‘Utang PFK’ pada sisi pasiva(Neraca);
Dasar Kebijakan :
1) Bultek No.6 Tentang Akuntansi Piutang
2) Perda masing-masing daerah
11. Q : Penggunaan metode penilaian investasi apakah sudah harus sesuai SAP?
A : Ya, harus sesuai SAP.
1) Metode penilaian investasi menggunakan metode biaya, metode
investasi dan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net
Realizable Value).
Aset Tetap
14. Q : Permasalahan material apa saja yang terdapat pada Aset Tetap yang
diperoleh sampai dengan tanggal Neraca Awal ?
A : Secara umum pencantuman aset dalam neraca awal juga harus memenuhi
kriteria pengakuan, yakni memenuhi definisi/unsur sebagai aset tetap dan
nilainya pasti atau minimal dapat ditaksir secara andal. Mengacu pada
jenis pemeriksaan keuangan, semua asersi dalam laporan keuangan harus
dilakukan pemeriksaan. Jika terdapat temuan terkait permasalahan asersi
yang tidak terpenuhi dalam pos aset tetap di neraca, seluruhnya harus
dipertimbangkan sesuai dengan batas materialitas. Jadi, tidak dapat
disimpulkan secara sederhana, misalnya jika yang tidak dapat terpenuhi
adalah hanya asersi kelengkapan dan penilaian pada saldo aset yang
diperoleh sampai dengan tanggal neraca awal, maka opininya adalah
WDP.
Permasalahan yang seringkali muncul terkait penyajian aktiva tetap dalam
neraca awal adalah berkaitan dengan asersi keberadaan, kelengkapan,
hak dan kewajiban, dan penilaian terhadap aset tetap. Terhadap
permasalahan asersi yang tidak dapat dipenuhi tersebut, pemeriksa
seharusnya lebih memfokuskan kepada dampaknya, apakah penyajian
yang tidak memenuhi satu atau lebih asersi tersebut akan mengakibatkan
salah saji (misstatement) atau bahkan tidak dapat disimpulkan nilai
wajarnya karena ketidakcukupan bukti pemeriksaan.
1) Dalam hal tanah belum ada bukti kepemilikan yang sah, namun
dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut
tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca
pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
2) Dalam hal tanah dimiliki oleh pemerintah, namun dikuasai dan/atau
digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat
dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta
diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan,
bahwa tanah tersebut dikuasai atau digunakan oleh pihak lain.
3) Dalam hal tanah dimiliki oleh suatu entitas pemerintah, namun
dikuasai dan/atau digunakan oleh entitas pemerintah yang lain,
maka tanah tersebut dicatat dan disajikan pada neraca entitas
pemerintah yang mempunyai bukti kepemilikan, serta diungkapkan
secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Entitas
pemerintah yang menguasai dan/atau menggunakan tanah cukup
mengungkapkan tanah tersebut secara memadai dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
a) Dalam hal belum ada bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah
tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka
tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap
tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
b) Dalam hal pemerintah belum mempunyai bukti kepemilikan
tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan
oleh pihak lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan sebagai
aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara
memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
c) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut
dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah
tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah
pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
d) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut
dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut
tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada
neraca pemerintah, namun adanya sertifikat ganda harus
diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Kesimpulan:
Dengan ketentuan tersebut, maka aset tersebut dicatat dan disajikan
sebagai aset tetap dan di jelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
16. Q : Bagaimana penyajian dalam Neraca dan pengaruhnya terhadap
pemberian opini atas Aset yang mempunyai nilai Rp1,00 ?
A : Berdasarkan PSAP No.07 Aset Tetap paragraf 22 diketahui bahwa ‘Aset
tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan’. Apabila aset telah lama
dimiliki dan tidak diketahui biaya perolehannya, maka berdasarkan Bultek
PSAP No.02 Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah, nilai wajar
aset ditentukan sebagai berikut.
1) Tanah
Jika tanah diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca awal,
maka nilai wajar tanah ditentukan dengan menggunakan rata-rata harga
jual beli tanah antar pihak-pihak independen di sekitar tanggal neraca
tersebut, untuk jenis tanah yang sama di wilayah yang sama. Apabila tidak
terdapat banyak transaksi jual beli tanah pada sekitar tanggal neraca,
sebuah transaksi antar pihak independen dapat mewakili harga pasar.
Apabila tidak terdapat nilai pasar, entitas dapat menggunakan Nilai Jual
Obyek Pajak (NJOP) terakhir. Jika terdapat alasan untuk tidak
menggunakan NJOP maka dapat digunakan nilai appraisal dari
perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian
yang digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan tanah yang
tercantum dalam neraca awal, serta jumlah komitmen untuk akuisisi tanah
apabila ada.
Untuk keperluan penyusunan neraca awal, nilai wajar untuk peralatan dan
mesin adalah harga perolehan jika peralatan dan mesin tersebut dibeli
setahun atau kurang dari tanggal neraca awal atau membandingkannya
dengan harga pasar peralatan dan mesin sejenis dan dalam kondisi yang
sama. Apabila harga pasar tidak tersedia maka digunakan nilai appraisal
dari perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten dengan
memperhitungkan faktor penyusutan. Jika hal tersebut terlalu mahal
biayanya dan memakan waktu lama karena tingkat kerumitan perhitungan
yang tinggi maka dapat dipakai standar harga yang dikeluarkan oleh
instansi pemerintah yang berwenang dengan memakai perhitungan teknis.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian
yang digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan peralatan
dan mesin yang tercantum dalam neraca awal, serta jumlah komitmen
untuk akuisisi peralatan dan mesin apabila ada.
Jika gedung dan bangunan diperoleh lebih dari satu tahun sebelum
tanggal neraca awal, nilai wajar gedung dan bangunan ditentukan dengan
menggunakan NJOP terakhir. Jika terdapat alasan untuk tidak
Untuk keperluan penyusunan neraca awal, nilai wajar jalan, irigasi, dan
jaringan ditentukan oleh perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai
yang kompeten dengan menggunakan standar biaya atau perhitungan
teknis (yang antara lain memperhitungkan fungsi dan kondisi aset) dari
instansi pemerintah yang berwenang yang diterbitkan setahun atau kurang
dari tanggal neraca.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian
yang digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan jalan,
irigasi, dan jaringan yang tercantum dalam neraca awal, serta jumlah
komitmen untuk akuisisi jalan, irigasi, dan jaringan apabila ada.
5) Aset Tetap Lainnya
terdapat surat ketetapan dan telah diterbitkan Surat Penagihan. Dalam hal
terdapat barang/uang yang disita oleh Negara/daerah sebagai jaminan
makahal ini wajib diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Pendapatan
21. Q : Bagaimana penyajian dalam Laporan Keuangan atas setoran bagian laba
BUMD yang terlambat ?
A : 1) Diakui sebagai Piutang pada sisi Aktiva Neraca pada saat jatuh tempo
komitmen penyetoran bagian laba tersebut.
2) Belum dicatat di LRA maupun di LAK.
3) Pengungkapan secukupnya di CaLK
23. Q : Dalam Pemungutan Pajak Penerangan Jalan (PPJ), PLN merupakan pihak
lain yang melakukan pemungutan PPJ, namun ada ketentuan dari internal
PLN yang melarang petugasnya untuk menerima Insentif. Apakah insentif
bagian PLN tersebut dapat dibagikan kembali kepada pejabat dan pegawai
instansi pemungut? (21)
25. Q : Pada Pemda yang sudah memiliki SKPD DPPKAD terdiri dari Bidang PAD,
Bidang Perimbangan, Akuntansi dan Bidang Aset, apakah penerima
insentif pajak dan retribusi daerah tersebut termasuk seluruh bidang di
SKPD tersebut atau hanya yang membidangi Pajak dan Retribusi saja.
A : Pembahasan sama dengan pertanyaan di atas
Kesimpulan:
Sepanjang telah ada SK KDh, tidak perlu menilai apakah layak atau tidak
untuk memperoleh insentif.
26. Q : Bagaimana bila besaran insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah
melebihi ketentuan yang berlaku ?
A : Berdasarkan PP Nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah dan
Keputusan Mendagri Nomor 35 Tahun 2002 diketahui untuk pemungutan
Pajak Daerah dapat diberikan biaya pemungutan yang ditetapkan paling
tinggi sebesar 5% (lima persen) dari realisasi penerimaan Pajak Daerah.
Sedangkan berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 2010 ditetapkan besarnya
insentif ditetapkan paling tinggi 3% untuk provinsi dan 5% untuk
kabupaten/kota, dari rencana penerimaan pajak dan retribusi dalam tahun
anggaran berkenaan. Dengan demikian jika jumlah insentif pada instansi
pelaksana melebihi batas maksimal sebesar 3% untuk provinsi dan 5%
untuk kabupaten/kota dari rencana pendapatan pajak dan retribusi tahun
anggaran yang berkenaan, maka kelebihannya harus disetorkan ke kas
daerah .
Kesimpulan:
Jika jumlah insentif pada instansi pelaksana melebihi batas maksimal
sebesar 3% untuk provinsi dan 5% untuk kabupaten/kota dari rencana
pendapatan pajak dan retribusi tahun anggaran yang berkenaan sesuai PP
nomor 69 tahun 2010, maka kelebihannya harus disetorkan ke kas daerah.
27. Q : Bagaimana penganggaran dan pertanggungjawaban insentif pemungutan
pajak dan retribusi daerah ?
A : Insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah dianggarkan dalam
kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja pegawai. Karena
dianggarkan dalam Belanja Pegawai maka bukti pertanggungjawabannya
cukup berupa SK KDh mengenai pemberian insentif, daftar nominatif dan
kuitansi tanda terima uang serta bukti pemotongan PPh Pasal 21.
Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas
28. Q : Apabila anggaran belanja daya dan jasa tidak cukup tersedia dalam DPA,
Pemda mengkompensasi penerimaan PPJU-nya dengan kekurangan
belanja daya dan jasa tersebut. Bagaimana sikap auditor atas hal tersebut
?
A : Pada prinsipnya pendapatan harus dicatat secara bruto. Jika auditor
menemukan Pemda melakukan pencatatan pendapatan secara netto
maka dengan mempertimbangkan materialitas, auditor mengungkap
masalah tersebut dalam temuan pemeriksaan kepatuhan. Masalah
tersebut tidak dapat dikoreksi karena :
mengacu pada ketentuan yang lebih tinggi dan mengatur secara jelas
peruntukkan penggunaannya, apakah terdapat penggunaan langsung
untuk kepentingan yang tidak diperkenankan oleh peraturan
perundangan (misal: untuk kepentingan pribadi, dll.), apakah atas
penggunaan langsung tersebut terdapat pengembalian setelah tanggal
neraca dan pada saat pemeriksaan telah disetorkan ke Kas Daerah.
34. Q : Apakah jasa giro dari dana jamkesmas yang ada di rekening transitoris
dapat diakui sebagai pendapatan RSUD?
A : Jasa giro dari dana jamkesmas yang ada di rekening transitoris tidak dapat
diakui sebagai pendapatan RSUD karena harus disetor ke rekening kas
negara.
Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas
35. Q : Apakah klaim yang sudah diajukan RSUD tapi belum disahkan verifikator
independen dapat diakui sebagai piutang ?
A : Klaim yang sudah diajukan RSUD tapi belum disahkan verifikator
independen tidak dapat diakui sebagai piutang karena klaim tersebut
belum sah. Namun, apabila laporan pertanggungjawaban telah disahkan
dan dana belum dicairkan maka dapat disajikan sebagai piutang.
Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas
36. Q : Apakah sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesmas yang sampai
akhir tahun masih tersimpan di rekening giro POS dapat diakui sebagai
pendapatan Puskesmas atau tidak ?
A : Sisa dana dalam rekening giro pos belum dapat diakui sebagai
pendapatan Puskesmas karena :
1) Dana tersebut merupakan bantuan sosial dari Kementerian Kesehatan
dan sudah dipertanggungjawabkan secara definitif yang
pengeluarannya ditujukan kepada masyarakat miskin untuk bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Dengan demikian dana
jamkesmas tersebut sebenarnya merupakan dana masyarakat miskin
yang akan digunakan bila masyarakat miskin tersebut mendapatkan
pelayanan kesehatan.
2) Puskesmas dapat mencairkan dana dari rekening giro pos dan
mengakui pendapatan sejumlah dana yang dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian sisa dana jamkesmas yang masih terdapat dalam
rekening giro pos belum bisa diakui sebagai pendapatan Puskesmas.
Untuk tujuan pengendalian dan kepentingan transparansi, dana yang
belum diklaim dan masih ada di rekening giro pos maka dana tersebut
harus diungkapkan dalam CaLK pada akun kas. Pengungkapannya
meliputi saldo awal, jumlah dana jamkesmas yang diterima dalam TA yang
bersangkutan, jumlah dana yang dicairkan (diklaim) dan saldo akhir.
Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas
Belanja
39. Q : Dalam pemeriksaan sering dijumpai pencairan uang tanpa SP2D dan
hanya berdasar SPM. Apakah dapat diperbolehkan ?
dan LAK;. Kas Daerah yang disajikan di neraca adalah kas yang ada di
rekening koran setelah direkonsiliasi.
2) Ungkapkan dalam CaLK atas akun Kas di Neraca dan LAK, bahwa
terdapat SP2D yang belum dicairkan.
Kesimpulan: cukup jelas
41. Q: Apakah langkah pemeriksa bila ditemukan kegiatan yang tidak tersedia
anggaran ?
A : 1) Ungkap sebagai temuan kepatuhan (bertentangan dengan UU Nomor 1
Tahun 2004);
(2) PP No. 58 Tahun 2005 pasal 60 ayat (1) yang menyatakan Setiap
pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah
mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
2) Jika telah dicairkan ke rekening rekanan (kemudian diblokir), maka:
(1) Dalam Neraca, Aset Tetap perlu diusulkan koreksi menjadi KDP.
Nilai yang diakui dalam KDP sebesar progress fisik pekerjaan yang
telah diserahkan kepada Pemda (termin yang telah dibayar
ditambah progress fisik yang telah diserahkan namun belum
dibayar).
Contoh: Pembayaran 100%, progress fisik 70%.
Jurnal di Neraca:
KDP 70%
EDI-Aset Tetap 30%
Aset Tetap 100%
(3) Dalam LRA , Belanja Modal yang tercatat sebesar 100% tidak
mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Hal ini tidak memenuhi
asersi “Keterjadian (Occurence)”. Sehubungan kondisi tersebut
tidak memenuhi asersi “keterjadian” maka berdampak terhadap
kewajaran penyajian Belanja Modal dan dapat dijadikan alasan
pengecualian dalam opini.
(4) Adanya dana dalam Rekening Titipan juga dapat dijadikan dasar
pengecualian opini karena masih ada kas pada rekening yang tidak
jelas status hak dan kewajibannya. (pengecualian pada akun Kas)
4) Jika telah dicairkan ke rekening selain Kas Daerah namun masih
dikuasai Pemda (seperti rekening giro/tabungan yang dikuasai BUD
namun tidak dilaporkan atau rekening Bendahara Pengeluaran), maka:
(2) Adanya garansi bank yang diberikan oleh rekanan perlu dicatat oleh
Pemerintah Daerah dalam CaLK.
(3) Perlakuan sama dengan usulan kebijakan 2c.
Namun demikian, karena kasus ini terjadi secara nasional dan belum
ada jalan keluarnya, sedangkan sistem anggaran dan sistem akuntansi
tidak menjembatani atau memberi jalan keluar kejadian tersebut, maka
kebijakan sementara adalah sbb:
(1) Apabila pada saat pekerjaan lapangan berlangsung dan fisik
pekerjaan sudah selesai, maka perlu diungkapkan sebagai temuan,
namun tidak mempengaruhi opini;
(2) Apabila pada saat auditor memulai pemeriksaan (entry) dan fisik
pekerjaan belum selesai, maka berlaku langkah nomor 1 s.d. 5
A : Jika kondisi ini terjadi, maka perlakuannya sama dengan perlakuan pada
permasalahan pertama: : Proyek fisik belum selesai pada 31 Desember,
tetapi uang sudah dicairkan dengan dokumen pembayaran fiktif.
Kesimpulan: cukup jelas
47. Q : Pemda mengadakan tanah untuk keperluan pembangunan fasilitas publik
dan bangunan dinas. Atas pengadaan tersebut, bukti pertanggungjawaban
belanja modal pengadaan tanah tidak dilengkapi dengan pemungutan dan
penyetoran PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah. Apakah hal tersebut
dibenarkan ?
A : 1) Prosedur pemeriksaan yang perlu dikembangkan adalah untuk
memperoleh keyakinan: apakah persyaratan khusus pelaksanaan
3) Apabila sampai akhir tahun masih terdapat barang yang belum diberikan
kepada penerima hibah maka barang tersebut disajikan sebagai
persediaan dalam neraca pemda.
Kesimpulan:
BPO yang melebihi ketentuan yang telah ditetapkan harus disetorkan ke
Kas Daerah.
Kesimpulan:
Dalam kaitan pemeriksaan LKPD ini pertanggungjawaban BPO Pimpinan
DPRD, dianggap lengkap sepanjang memenuhi persyaratan di atas
59. Q : Bagaimana definisi pemberian bantuan sosial tidak diberikan secara terus
menerus?
A : Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada
masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.
Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat
dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk
uang/barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sifatnya tidak terus-menerus
dan selektif.
Tidak terus menerus diartikan bahwa bantuan sosial tidak wajib dan tidak
harus diberikan setiap tahun anggaran. Dengan demikian perlu dicermati
apakah pemberian bantuan sosial tersebut telah diberikan kepada pihak
yang memang benar-benar membutuhkan (lakukan konfirmasi jika perlu.
Perlu diperhatikan peraturan kepala daerah yang mengatur tentang syarat-
syarat penerima bantuan.
Pemberian belanja bantuan sosial umumnya bersifat sementara dan tidak
terus menerus, namun terdapat kondisi dimana Belanja Bantuan Sosial
tersebut diberikan secara terus menerus atau berkelanjutan. Yang
dimaksud dengan Belanja Bantuan Sosial berkelanjutan yaitu bantuan
yang diberikan secara terus menerus untuk mempertahankan taraf
kesejahteraan sosial dan upaya untuk mengembangkan kemandirian.
Belanja bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus menerus/tidak
mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak wajib dan
A : Pengeluaran bantuan sosial dan belanja hibah dianggap sah apabila telah
dilengkapi dengan proposal atau permintaan dari penerima dan
persetujuan kepala daerah serta SP2D yang sah dan nota hibah.
Pemeriksa juga harus memperhatikan peraturan yang ada pada masing-
masing daerah terkait belanja sosial misalnya peraturan kepala daerah
mengatur bagaimana kewajiban penerima bantuan, apakah mewajibkan
menyampaikan bantuan atau tidak. Perlu diperdalam apabila berindikasi
fiktif atau diberikan kepada pihak yang tidak memenuhi kriteria, maka
belanja bantuan tersebut dapat mempengaruhi opini atas laporan
keuangan (tergantung tingkat materialitasnya)
Kesimpulan: cukup jelas
61. Q : Apakah diperbolehkan pemberian hibah kepada klub sepakbola yang
mengikuti liga profesional?
62. Q : Apa yang menjadi dasar penyusunan LAK SP2D atau SPJ?
A : Arus kas adalah arus masuk dan arus masuk keluar kas dan setara kas
pada BUD. Pada prinsipnya penggunaan kedua dasar penyusunan LAK
tersebut akan menghasilkan saldo kas sama. Mengingat secara substansi
tidak terdapat perbedaan maka dikembalikan kembali kepada masing-
masing pemerintah daerah dengan catatan saldo yang disajikan dalam
LAK dapat diyakini. Dasar hukum : PSAP 03 Laporan Arus Kas
Kesimpulan: cukup jelas
63. Q : Jenis transaksi apa yang tidak akan tersaji dalam LAK?
A : Transaksi yang tidak tersaji dalam LAK adalah pemotongan dan
pemungutan PFK oleh Bendahara pengeluaran, transaksi kas di BLUD.
Dasar hukum : PSAP 03 Laporan Arus Kas paragraf 29.
A : Permasalahan a.
1. Disajikan sebagai beban di LRA,
2. tidak tersaji sebagai kas di bendahara pengeluaran,
3. disajikan sebagai pengeluaran atas mata anggaran beban di LAK
Permasalahan b.
1. Disajikan sebagai beban di LRA,
2. tidak tersaji sebagai kas di bendahara pengeluaran,
3. Diungkap dalam Temuan
Permasalahan c.
Disajikan sebagai hasil aktivitas non anggaranpenerimaan sisa UP tahun
lalu.
Kesimpulan: cukup jelas
64. Q : Mohon penjelasan atas hal berikut.
a. SPJ belum dipertanggungjawabkan sampai pemeriksaan berakhir;
b. SPJ tidak lengkap;
c. SPJ tidak diperoleh dan tidak ada prosedur pemeriksaan lain.
A : Permasalahan a, b dan c dijadikan temuan pemeriksaan dan jika material
dapat mempengaruhi opini.
I. Tujuan Penugasan
1. Standar Pemeriksaan
Dalam rangka pencapaian tujuan pemeriksaan di atas, pemeriksa LKPD Tahun
Anggaran ......... melakukan pemeriksaan laporan keuangan berdasarkan SPKN,
dengan memberlakukan SPAP untuk standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan, kecuali diatur lain dalam SPKN.
2) Kelengkapan
Bahwa semua aset, kewajiban, dan equitas dana yang dimiliki telah dicatat
dalam neraca dan seluruh transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan yang
terjadi selama Tahun 20.... telah dicatat dalam LRA.
DAFTAR ISI
Hal.
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN............................
LAPORAN KEUANGAN.....................................................................................................
1. NERACA....................................................................................................................
2. LAPORAN REALISASI ANGGARAN....................................................................
3. LAPORAN ARUS KAS.............................................................................................
4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN..........................................................
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN.............................................................................
NERACA
2. Tujuan Pemeriksaan
3. Sasaran Pemeriksaan
e. Anggaran (LRA) dan Laporan Arus Kas TA 20x1 sesuai dengan SAP;
Bahwa seluruh aset dan kewajiban yang disajikan dalam Neraca per 31
Desember 20x1 dan seluruh transaksi penerimaan, belanja dan pembiayaan
anggaran yang disajikan dalam LRA TA 20x1 benar-benar ada dan terjadi
selama periode tersebut serta telah didukung dengan bukti–bukti yang memadai.
b. Kelengkapan
Bahwa seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana yang dimiliki telah
dicatat dalam neraca dan seluruh transaksi penerimaan daerah, belanja daerah
dan pembiayaan yang terjadi selama Tahun Anggaran 20x1 telah dicatat dalam
LRA.
Bahwa seluruh aset yang tercatat dalam neraca benar-benar dimiliki atau
hak dari pemerintah daerah dan utang yang tercatat merupakan kewajiban
pemerintah daerah pada tanggal pelaporan.
4. Standar Pemeriksaan
5. Metode Pemeriksaan
a. Perencanaan Pemeriksaan
a) Tingkat risiko;
b) Jika hasil pengujian SPI disimpulkan pengendalian intern suatu akun lemah,
maka sampel untuk pengujian substantif atas akun tersebut harus lebih besar.
Jika akun-akun tertentu mempunyai risiko bawaan (inherent risk) yang lebih
tinggi dari akun-akun lainnya, maka sampel untuk pengujian substantif
untuk akun-akun tersebut harus lebih besar;
d) Saldo akun yang kecil bisa dibentuk dari transaksi-transaksi positif dan
negatif yang besar;
e) Cost and benefit, manfaat uji petik atas suatu transaksi atau saldo akun harus
lebih besar dari biaya pengujian tersebut.
b. Pelaksanaan Pemeriksaan
1) Pengujian Analitis
2) Pengujian Pengendalian
4) Penyelesaian Penugasan
c. Pelaporan
6. Waktu Pemeriksaan
Jangka waktu pemeriksaan adalah selama hari kerja (dari tanggal s.d. ).
7. Objek Pemeriksaan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..............…………………………………………………….................
DAFTAR TABEL..............…………………………………………………….........
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………............................
3. dst.. .......................................................................................................
LAMPIRAN
Kelemahan dan rekomendasi perbaikan secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.
BAB 1
HASIL PEMERIKSAAN
[ URAIAN KONDISI ]
[ URAIAN KRITERIA ]
[ URAIAN AKIBAT ]
[ URAIAN SEBAB ]
[ URAIAN SARAN ]
[ URAIAN KONDISI ]
[ URAIAN KRITERIA ]
[ URAIAN AKIBAT ]
[ URAIAN SEBAB ]
[ URAIAN SARAN ]
3. dst..
BAB 2
1 Tahun 2009
2 Tahun 2008
3 Tahun 2007
4 Tahun 2006
5 Tahun 2005
6 Tahun 2004
Total
Rincian dari temuan terdapat di Lampiran 1.
Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut antara lain adalah
(1) [PERMASALAHAN YANG BELUM DITINDAKLANJUTI], (2)
[PERMASALAHAN YANG BELUM DITINDAKLANJUTI], (3) dst.
Republik Indonesia
Tahun 2008
Tahun 2007
Tahun 2006
Tahun 2005
Tahun 2004
*)
Beri tanda √ untuk kolom yang sesuai
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..............……………………………………………………...............
DAFTAR TABEL..............…………………………………………………….......
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………............................
3. dst.. .......................................................................................................
LAMPIRAN
BAB 1
HASIL PEMERIKSAAN ATAS
KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
3. dst..
BAB 2
Dalam rangka pemeriksaan atas Laporan Keuangan [nama pemda] Tahun 2010,
BPK memantau tindak lanjut [nama pemda] terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan [nama pemda] Tahun 2004 – 2009.
Sesuai dengan Pasal 20 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pelaksanaan tindak lanjut menjadi tanggung
jawab Pemerintah / [nama pemda] dan DPRD.
Pemantauan atas tindak lanjut [nama pemda] terhadap temuan tersebut
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
Hasil Pemantauan Tindak Lanjut
Jumlah
No LHP Tahun Belum Belum
Temuan Sesuai Sesuai /
Selesai Ditindaklanjuti
1 Tahun 2009
2 Tahun 2008
3 Tahun 2007
4 Tahun 2006
5 Tahun 2005
6 Tahun 2004
Total
Rincian dari temuan terdapat di Lampiran 1.
[nama pemda] telah menindaklanjuti rekomendasi yang diajukan BPK, antara
lain mengenai (1) [rekomendasi yang telah ditindaklanjuti], (2) [rekomendasi yang telah
ditindaklanjuti], (3) dst.
Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut antara lain adalah
(1) [permasalahan yang belum ditindaklanjuti], (2) [permasalahan yang belum
ditindaklanjuti], (3) dst.
DAFTAR SINGKATAN
A
AAR Acceptable audit risk
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
B
BLU Badan Layanan Umum
BLUD Badan Layanan Umum Daerah
BPK RI Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
BRM Bussiness Risk Matrix
BUD Bendahara Umum Daerah
BV Book value
C
CR Controll Risk
D
DAK Dana Alokasi Khusus
DAU Dana Alokasi Umum
DBH Dana Bagi Hasil
DPA Dokumen Pelaksanaan Anggaran
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DR Detection Risk
E
EER Expected Error Risk
EM Expected Misstatement
3E Efektifitas, efisiensi dan ekonomis
I
IHPS Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
IR Inherent Risk
J
JUKLAK Petunjuk Pelaksanaan
JUKNIS Petunjuk Teknis
K
KDP Konstruksi Dalam Pengerjaan
KKN Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
KKP Kertas Kerja Pemeriksaan
KLHP Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan
L
LHP Laporan Hasil Pemeriksaan
LKPD Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
M
MP Memo Penyesuaian
MUS Monetary Unit Sampling
P
P2 Program Pemeriksaan
PAD Pendapatan Asli Daerah
PDTT Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
PEMDA Pemerintah Daerah
PERDA Peraturan Daerah
PERMENDAGR
I Peraturan Menteri Dalam Negeri
PM Planning Materiality
PMP Panduan Manajemen Pemeriksaan
PP Peraturan Pemerintah
PPK-BLUD Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan UmumDaerah
PPKD Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
PSP Pernyataan Standar Pemeriksaan
R
RBA Rencana Bisnis dan Anggaran
RBA Risk Based Audit
RBAA Risk Based Audit approach
RF Reliability Factor
RKA Rencana Kerja dan Anggaran
RKP Rencana Kerja Pemeriksaan
S
SAK Standar Akuntansi Keuangan
SAP Standar Akuntansi Pemerintah
T
TA Tahun Anggaran
TAPD Tim Asistensi Perencanaan Daerah
TE Tolerable Error
TMP Tidak Memberikan Pendapat
TP Temuan Pemeriksaan
TUP Tambahan Uang Persediaan
U
UP Uang Persediaan
UU Undang - Undang
UUDP Uang Untuk Dipertanggungjawabkan
W
WDP Wajar Dengan Pengecualian
WTP Wajar Tanpa Pengecualian
10. Tidak terdapat peristiwa atau transaksi material yang terjadi setelah tanggal 31
Desember 200X yang belum dicatat dan diungkapkan dalam catatan laporan
keuangan.
11. Tidak terdapat kecurangan material (kesalahan disengaja, penghilangan jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset yang dapat
berdampak material terhadap laporan keuangan) dan kecurangan lain yang
melibatkan pimpinan atau pegawai yang memiliki peran penting dalam
pengendalian intern.
12. Kami bertanggungjawab untuk menyelenggarakan dan memelihara sistem
pengendalian intern.
13. Kami telah menilai efektifitas sistem pengendalian intern dalam hal :
a. Keandalan pelaporan keuangan: transaksi-transaksi telah dicatat, diproses, dan
diringkas secara memadai untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan aset telah dilindungi
dari kehilangan yang disebabkan oleh pengambilalihan, penggunaan atau
pelepasan hak yang tidak sah.
b. Ketaatan pada peraturan yang berlaku: transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berdampak langsung dan material terhadap
laporan keuangan.
14. Kami telah menyampaikan semua kelemahan seginifikan yang ada pada
perancangan dan pelaksanaan pengendalian intern yang dapat berdampak negatif
terhadap kemampuan [Pemerintah Daerah ....] dalam mencapai tujuan
pengendalian intern dan mengindikasikan kelemahan-kelemahan yang material.
15. Kami bertanggungjawab atas penyelenggaraan sistem pengelolaan keuangan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan tentang keuangan negara dan SAP.
16. Kami telah mengidentifikasi dan mengungkapkan semua pertauran dan undang-
undang yang berdampak langsung dan material terhadap penentuan jumlah dalam
laporan keuangan.
17. Kami telah menyampaikan semua kejadian ketidakpatuhan terhadap peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat representasi ini dibuat sebagai penjelasan atas hasil pemeriksaan BPK
RI atas laporan Keuangan.
Sesuai Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, jawaban atau penjelasan
kepada BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi BPK disampaikan selambat-lambatnya 60
(enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan sejak hasil pemeriksaan ini diterima.
Atas perhatian dan kerjasama [Kepala Daerah], kami ucapkan terima kasih.
Sesuai Pasal 21 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, DPRD menindaklanjuti Hasil Pemeriksaan BPK sebagaimana
tercantum dalam laporan terlampir.
Atas perhatian dan kerjasama [Kepala Daerah], kami ucapkan terima kasih.
Tembusan:
BERITA ACARA
PENYERAHAN HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH (PROVINSI/KABUPATEN/KOTA) …………(NAMA ENTITAS)
TAHUN ANGGARAN ………(TAHUN)
Menyerahkan 3 (tiga) buah dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota……….(nama entitas) Tahun
Anggaran….(Tahun) yakni:
BERITA ACARA
PANDUAN
PENERBITAN SURAT DAN
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LKPD
Untuk laporan hasil pemeriksaan atas kerugian daerah adalah bukan merupakan bagian
dari LHP LKPD sehingga merupakan bagian terpisah dari LHP LKPD.
Contoh:
(1))Buku I :
Nomor : 135.A/LHP/XVIII.BAC/06/2010
Tanggal : 12 Juni 2010
(2))Buku II :
Nomor : 135.B/LHP/XVIII.BAC/06/2010
Tanggal : 12 Juni 2010
(3))Buku III :
Nomor : 135.C/LHP/XVIII.BAC/06/2010
Tanggal : 12 Juni 2010
dan untuk tanggal surat keluar sesuai dengan tanggal dibuatnya surat keluar
tersebut. Dengan format sebagai berikut.
(1)) DPRD
Nomor : (nomor).A/S-HP/XVIII. Kode Perwakilan/bulan surat keluar/tahun
surat keluar.
Tanggal: tanggal surat keluar (spasi) bulan surat keluar (spasi) tahun surat
keluar.
(2)) Kepala Daerah
Nomor : (nomor).B/S-HP/XVIII. Kode Perwakilan/bulan surat keluar/tahun
surat keluar.
Tanggal: tanggal surat keluar (spasi) bulan surat keluar (spasi) tahun surat
keluar.
Contoh:
(1))DPRD
Nomor : 78.A/S-HP/XVIII.BAC/06/2010
Tanggal : 20 Juni 2010
(2))Kepala Daerah
Nomor : 78.B/S-HP/XVIII.BAC/06/2010
Tanggal : 20 Juni 2010
2) Berita Acara
Dalam penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kepada DPRD dan Kepala
Daerah, pihak Perwakilan BPK RI akan membuat Berita Acara Serah Terima LHP
(BA) dengan ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak yang menyerahkan
LHP (Kepala Perwakilan/yang mewakili) dan pihak yang menerima LHP
(DPRD/Kepala Daerah dan atau yang mewakili). Berita acaranya ini tidak
menggunakan nomor akan tetapi menyebutkan tanggal BA tersebut sesuai tanggal
terjadinya penyerahan LHP tersebut.
(10) Neraca
(11) Laporan Arus Kas
(12) Catatan Atas Laporan Keuangan
(13) Lampiran
(14) Gambaran Umum Pemeriksaan
1) Sampul Cover
2) Cover dalam
3) Daftar Isi
4) Daftar Tabel
5) Daftar Lampiran
6) Daftar Singkatan
7) Resume Laporan atas Pengendalian Intern
8) Bab I Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern
9) Bab II Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern Tahun…………….