Professional Documents
Culture Documents
Panitia pengadaan dan/atau pejabat yang berwenang dalam mengeluarkan keputusan, ketentuan,
prosedur, dan tindakan lainnya, harus didasarkan pada Prinsip-Prinsip Dasar Pengadaan
Barang/Jasa agar tercipta suasana yang kondusif bagi tercapainya efisiensi, partisipasi dan
persaingan yang sehat dan terbuka antara penyedia jasa yang setara dan memenuhi syarat,
menjamin rasa keadilan dan kepastian hukum bagi semua pihak, sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap proses pengadaan barang/jasa, karena hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, baik dari segi fisik, keuangan dan manfaatnya bagi
kelancaran pelaksanaan tugas institusi pemerintah. Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah antara
lain:
1.EFISIEN
2.EFEKTIF
5. ADIL/TIDAK DISKRIMINATIF
6.AKUNTABEL
Efisien berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang
terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertanggungjawabkan;
Efektif berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang
terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertanggungjawabkan;
Terbuka dan Bersaing berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa
yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang jelas dan
transparan;
Transparan berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk syarat
teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia
barang/jasa,sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat
luas pada umumnya;
Adil/Tidak Diskriminatif berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia
barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan
atau alasan apapun;
Akuntabel berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta
ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa
2. Cara Pengadaan
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya
menyediakan barang/layanan jasa
2. Swakelola
Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri
oleh institusi pemerintah penanggungjawab anggaran atau institusi pemerintah penerima kuasa
dari penanggungjawab anggaran atau kelompok masyarakat penerima hibah.
Pemilihan penyedia barang/jasa adalah kegiatan untuk menetapkan penyedia barang/jasa yang
akan ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan.
Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku. Barang
setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran.
Jasa Pemborongan adalah layanan pekerjaan pelaksanaan kontruksi atau wujud fisik lainnya
yang perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen sesuai
penugasan Kuasa Pengguna Anggaran dan proses serta pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.
Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang yang meliputi
jasa perencanaan kontruksi, jasa pengawasan kontruksi, dan jasa pelayanan profesi lainnya,
dalam rangka mencapai sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk piranti lunak yang disusun
secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen
sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran.
Jasa Lainnya adalah segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultansi, jasa
pemborongan, dan pemasokan barang.
3. Pembiayaan Pengadaan
4. Pemaketan Pekerjaan
Kebijakan Umum Pengadaan Barang Jasa Pemerintah yang harus diakomodir oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) dan/atau Pengguna Anggaran (PA).
- Memecah pengadaan barang/jasa menjadi beberapa paket dengan maksud untuk menghindari
pelelangan.
- Menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yg tersebar di beberapa daerah/unit.
Menyatukan/menggabung beberapa paket pekerjaan yg menurut sifat pekerjaan dan besaran
nilainya seharusnya dikerjaan oleh usaha kecil, termasuk koperasi kecil.
- Menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur pengadaan yang diskriminatif dan/atau dan
dengan pertimbangan yg tidak obyektif.
PPK/PA diharuskan... (Kebijakan)
- Memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri, dan perluasan kesempatan bagi usaha
kecil termasuk koperasi.
- Menetapkan sebanyak-banyaknya paket pengadaan untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil.
- Mengumumkan secara luas paket-paket pekerjaan dan rencana pelaksanaan pekerjaan
5. Pihak Pihak
Pengadan barang/jasa melibatkan dua pihak, yaitu pihak pembeli atau pengguna dan pihak
penjual atau penyedia barang/jasa.
Pembeli atau pengguna barang/jasa adalah pihak yang membutuhkan barang/jasa. Dalam
pelaksanaan pengadaan, pihak pengguna adalah pihak yang meminta atau memberi tugas kepada
pihak penyedia untuk memasok atau membuat barang atau melaksanakan pekerjaan tertentu.
3. Penyedia Barang/Jasa
b. Pengumuman Pengadaan
Panitia harus mengumumkan secara terbuka rencana pengadaan dan pelaksanaan pemilihan
penyedia pengadaan barang/jasa kecuali yang bersifat rahasia, pada setiap awal pelaksanaan
anggaran kepada masyarakat luas dengan menggunakan media dengan ketentuan sbb;
Calon peserta lelang dari propinsi/kabupaten/kota lain tidak boleh dihalangi/dilarang untuk
mengikuti proses lelang di propinsi/kabupaten/ kota lokasi pelelangan.
c. Persyaratan Umum
Secara umum persyaratan penyedia barang/jasa yang diatur dalam keppres 80/2003 adalah
sebagai berikut:
Persyaratan Penyedia
3. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan,
dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani
sanksi pidana;
5. Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan
melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak
Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29;
6. Dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pernah memperoleh pekerjaan menyediakan
barang/jasa baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak,
kecuali penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;
7. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang diperlukan dalam
pengadaan barang/jasa;
9. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos;
10. Khusus untuk penyedia barang/jasa orang perseorangan persyaratannya sama dengan di atas
kecuali angka 4.
a) Memiliki surat izin usaha pada bidang usahanya yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah
yang berwenang yang masih berlaku, seperti SIUP untuk jasa perdagangan, IUJK untuk jasa
konstruksi, dan sebagainya;
c) Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak sedang
dihentikan, dan/atau tidak sedang menjalani sanksi pidana.
d) Dalam hal penyedia jasa akan melakukan kemitraan, penyedia barang/jasa wajib mempunyai
perjanjian kerjasama operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang
mewakili kemitraan tersebut;
e) Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta memiliki laporan bulanan PPh
pasal 25 atau pasal 21/pasal 23 atau PPN sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan yang lalu;
f) Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman menyediakan barang/jasa baik
di lingkungan pemerintah atau swasta termasuk pengalaman subkontrak baik di lingkungan
pemerintah atau swasta , kecuali penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga)
tahun;
g) Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau daftar hitam di suatu instansi;
h) Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha kecil termasuk koperasi
kecil;
i) Memiliki kemampuan pada bidang dan sub bidang pekerjaan yang sesuai untuk bukan usaha
kecil:
(1) Untuk jasa pemborongan memenuhi KD = 2 NPt (KD : Kemampuan Dasar, NPt : nilai
pengalaman tertinggi pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk bukan usaha kecil dalam
kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir;
(2) Untuk pengadaan barang/jasa lainnya memenuhi KD = 5 NPt (KD : Kemampuan Dasar,
NPt : nilai pengalaman tertinggi pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk bukan usaha kecil
dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir;
j) Dalam hal bermitra yang diperhitungkan adalah kemampuan dasar dari perusahaan yang
mewakili kemitraan (lead firm);
l) Memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari bank pemerintah/swasta untuk mengikuti
pengadaan barang/jasa sekurang-kurangnya 10% (sepuluh per seratus) dari nilai proyek untuk
pekerjaan jasa pemborongan dan 5% (lima per seratus) untuk pekerjaan pemasokan barang/jasa
lainnya, kecuali untuk penyedia barang/jasa usaha kecil termasuk koperasi kecil;
m) Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan;
n) Termasuk dalam penyedia barang/jasa yang sesuai dengan nilai paket pekerjaan;
o) Menyampaikan daftar perolehan pekerjaan yang sedang dilaksanakan khusus untuk jasa
pemborongan;
p) Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kompetensi dan kemampuan usaha yang
dimilikinya;
q) Untuk pekerjaan jasa pemborongan memiliki sisa kemampuan keuangan (SKK) yang cukup
dan sisa kemampuan paket (SKP).
c.2. Prakualifikasi
Proses Prakualifikasi
Pra Kualifikasi digunakan hampir di semua metoda pemilihan penyedia barang/jasa;
1. Pra KualifikasiPrakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta
pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa, sebelum memasukkan penawaran.
pengumuman prakualifikasi,
2. Pasca KualifikasiPasca Kualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta
pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa, setelah memasukkan penawaran.
D. HPS
Mengecek kecukupan dana dalam hubungannya dengan perubahan harga satuan barang/jasa.
Menilai kewajaran harga penawaran yang disampaikan pihak penyedia (evaluasi harga) tetapi tidak
dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran.
Sebagai dasar bagi penetapan nilai nominal jaminan penawaran (1-3% dari HPS).
E. Aanwijzing
Aanwijizing berasal dari bahasa belanda aanwijzen yang dalam bahasa Inggris berarti;
indication, direction; instruction; pointer, clue; evidence (http://wiktionary.org/) atau dalam
bahasa Indonesia sering diartikan menjadi penjelasan dalam hal ini penjelasan terhadap hal-hal
yang terkait dengan pemilihan penyedia barang/jasa yang sedang dilakukan.
Dalam acara aanwijzing, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement
Unit) harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menjelaskan isi dokumen pengadaan, menampung pertanyaan peserta, dan memberikan
jawaban atas hal-hal yang kurang jelas yang terdapat dalam dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa.
2. Membuat Berita Acara Penjelasan (aanwijzing). Berita acara memuat segala keterangan dan
perubahan yang dianggap perlu, serta risalah tanya jawab. Apabila terjadi perubahan atau
tambahan ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa harus dituangkan dalam adendum.
F. Penyampaian Dokumen
Dalam pemilihan penyedia barang / jasa pemborongan / jasa lainnya dapat dipilih salah 1 (satu)
dari 3 (tiga) metoda penyampaian dokumen penawaran berdasarkan jenis barang/jasa yang akan
diadakan dan metoda penyampaian dokumen penawaran tersebut harus dicantumkan dalam
dokumen lelang yang meliputi metoda;
b. Dua Sampul. Dokumen Penawaran dimasukan ke dalam 2 buah sampul; Sampul I berisi
dokumen administrasi dan dn Sampul II berisi penawaran harga.
c. Dua Tahap. Dokumen Penawaran dimasukan ke dalam 2 buah sampul dan disampaikan
secara bertahap dalam waktu yang berbeda.
Sebelum pemasukan dokumen penawaran dilakukan, semua pihak yang terkait dalam pemilihan
penyedia barang/jasa (PPK, panitia dan peserta pemilihan/penyedia barang/jasa) harus
menandatangani Pakta Integritas.
Satu Sampul
1 SAMPUL LUAR
2. Penawaran Teknis
2. Penawaran Teknis
SAMPUL II
2. Penawaran Teknis
Sampul II disampaikan pada waktu yang berbeda, yaitu pada Tahap II setelah Sampul I dinilai
diumumkan hasilnya.
TAHAP II
SAMPUL II
G. Pakta Integritas
Pakta IntegritasPakta Integritas adalah surat pernyataan bersama yang ditandatangani oleh pejabat
pembuat komitmen (PPK), panitia/pejabat pengadaan dan penyedia barang/jasa sebagai pernyataan
komitmen untuk menolak KKN, dan memberikan informasi dengan benar.
F.b.Satu Sampul
Metoda Satu SampulMetode Satu Sampul adalah metode penyampaian dokumen penawaran yang
terdiri dari persyaratan administrasi, teknis, dan penawaran harga yang dimasukan ke dalam 1 (satu)
sampul tertutup kepada panitia/pejabat pengadaan.
Metode Satu Sampul; lebih tepat digunakan untuk:
1. Pekerjaan pengadaan barang/jasa lainnya yg sederhana dan speknya jelas.
Contoh: Kontrak terima jadi, rancang bangun industri petrokimia, pembangkit tenaga listrik
nuklir dll.
G. Pembukaan Penawaran
Secara umum dalam pemilihan penyedia dapat dipilih metoda evaluasi dokumen penawaran
sesuai dengan Metode Pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dipakai yaitu sebagai berikut;
Pemborongan/Barang/Jasa Lainnya
a. sistem Gugur;
b. sistem Nilai;
c. sistem Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis.
d. Penunjukan Langsung
Sedangkan Metode Evaluasi Dokumen Penawaran untuk Pengadaan Jasa Konsultansi terdiri
dari:
Jasa Konsultansi
Penawaran memenuhi syarat bila sesuai dengan ketentuan, syarat, dan spesiflkasi yang ditetapkan,
tanpa ada penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau penawaran bersyarat
Persyaratan yang diminta dipenuhi dan isi setiap dokumen benar serta ditandatangani yang berwenang
Penawaran menunjukkan adanya persaingan yang sehat, tidak terjadi kolusi di antara para
peserta/dengan Panitia Pengadaan yang merugikan negara/peserta lainnya
Daftar kuantitas dan harga dan HS untuk kontrak HS diisi lengkap, kecuali ditentukan lain dalam dok.
pelelangan umum.
kontrak LS, daftar kuantitas dan harga hanya sebagai pelengkap dan tidak dapat dijadikan dasar untuk
menggugurkan penawaran dan perhitungan prestasi kerja;
Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir dibuktikan foto copy SPT PPh dan Surat Setoran Pajak
(SSP) PPh pasai. 29;
Terhadap penawaran yang memenuhi persyaratan teknis dilanjutkan evaluasi kewajaran harga.
Terhadap penawaran yang tidak lulus teknis dinyatakan gugur.
K. Jenis Perikatan
Kontrak adalah Perikatan antara Pejabat Pembuatan Komitmen dengan penyedia barang/jasa
dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
Jenis Perikatan
b. SPK (Surat Perintah Kerja) : Untuk nilai antara RP 10 Juta sd Rp. 50 Juta
1) Tahun Tunggal.
2) Tahun Jamak.
Jumlah PPK
L. Masa Pemeliharaan
Masa Pemeliharaan
Pekerjaan Semi Permanen adalah Pekerjaan dengan umur rencana kurang dari 1 tahun
Pekerjaan Permanen adalah Pekerjaan dengan umur rencana lebih dari 1 tahun
Apabila pekerjaan telah selesai 100%, maka PPK dapat melakukan pembayaran dengan cara
sebagai berikut:
Pembayaran 100% Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) dari nilai kontrak,
sedangkan yang 5% (lima persen) merupakan retensi selama masa pemeliharaan,
atau Pembayaran dilakukan sebesar 100% (seratus persen) dari nilai kontrak dan penyedia barang/jasa
harus menyerahkan jaminan bank sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak yang diterbitkan oleh Bank
Umum atau oleh perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan
direasuransikan sesuai dengan ketentuan Menteri Keuangan.
M. Jaminan Pelaksanaan
a) Nilai jaminan pelaksanaan dengan jaminan bank 5% (lima persen) dari nilai kontrak;
b) Untuk nilai pengadaan kecil sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan semua
pengadaan Jasa Konsultansi tanpa jaminan pelaksanaan;
N. Pelaksanaan Swakelola
Pekerjaan Swakelola
a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia
instansi pemerintah yang bersangkutan dan sesuai dengan fungsi dan tugas pokok Pejabat
Pembuat Komitmen;
c. pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati
oleh penyedia barang/jasa;
d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga
apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan menanggung resiko yang besar; dan/atau
g. pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian
di laboratorium, pengembangan sistem tertentu dan penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga
ilmiah
pemerintah;
h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi Pejabat Pembuat Komitmen yang bersangkutan.
Pembayaran upah harian berdasarkan daftar hadir atau upah borong Gaji TKA ,
Kelompok Masyarakat/LSM
Swakelola yang dikelola oleh Kelompok masyarakat atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Penerima Hibah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Pengadaan barang, dilakukan oleh penerima hibah, Penyaluran dana khusus utk pekerjaan
konstruksi:
50 % penerima hibah telah siap,
50 % apabila pekerjaan mencapai 30 %.
Pencapaian kemajuan pekerjaan dan dana yg dikeluarkan dilaporkan secara berkala kepada
Pejabat Pembuat Komitmen,
Pihak Pengadaan
Secara umum pengadaan barang/jasa melibatkan dua pihak, yaitu pihak pembeli atau pengguna
dan pihak penjual atau penyedia barang/jasa.
Pembeli atau pengguna barang/jasa adalah pihak yang membutuhkan barang/ jasa. Dalam
pelaksanaan pengadaan, pihak pengguna adalah pihak yang meminta atau memberi tugas kepada
pihak penyedia untuk memasok atau membuat barang atau melaksanakan pekerjaan tertentu.
Pengguna barang/jasa dapat merupakan suatu lembaga atau organisasi dan dapat pula orang
perseorangan. Yang tergolong lembaga antara lain: Instansi pemerintah (pemerintah pusat,
pemerintah ropinsi, pemerintah kabupaten, pemerintah kota), Badan usaha (BUMN, BUMD,
swasta), dan organisasi masyarakat. Sedangkan yang tergolong orang perseorangan adalah
individu atau orang yang membutuhkan barang/jasa.
Untuk membantu pengguna dalam melaksanakan pengadaan dapat dibentuk panitia pengadaan.
Lingkup tugas panitia dapat melaksanakan seluruh proses pengadaan mulai dari penyusunan
dokumen pengadaan, penyeleksi dan memilih para calon penyedia barang/jasa, meminta
penawaran dan mengevaluasi penawaran, mengusulkan calon penyedia barang/jasa dan
membantu pengguna dalam menyiapkan dokumen kontrak, atau sebagian dari tugas tersebut.
Pengguna yang kurang memahami seluk beluk pengadaan atau kurang mengetahui detail teknis
barang/jasa yang akan diadakan dapat meminta bantuan pihak ketiga atau para ahli yang
memahami segi teknis maupun seluk beluk pengadaan yang diinginkan.
Penyedia barang/jasa adalah pihak yang melaksanakan pemasokan atau mewujudkan barang atau
melaksanakan pekerjaan atau melasakanakan layanan jasa berdasarkan permintaan atau perintah
resmi atau kontrak pekerjaan dari pihak pengguna. Penyedia barang/jasa dapat merupakan badan
usaha, atau orang perseorangan. Penyedia yang bergerak dalam bidang pemasokan barang
disebut pemasok atau leveransir, bidang jasa pemborongan disebut pemborong atau kontraktor,
dan bidang jasa konsultansi disebut konsultan.
Berikut adalah para pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa yang diatur dalam keppres
80/2003;
Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran
Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
3. Penyedia barang/jasa
Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya
menyediakan barang/layanan jasa.
4. Panitia/Pejabat Pengadaan
Panitia Pengadaan adalah tim yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direksi BUMN / Direksi BUMD,9 untuk
melaksanakan pemilihan penyedia barang barang/jasa. 8a. Unit Layanan Pengadaan
(Procurement Unit) adalah satu unit yang terdiri dari pegawai-pegawai yang telah memiliki
sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, yang dibentuk oleh Pengguna Anggaran /
Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direksi BUMD yang
bertugas secara khusus untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa di lingkungan
Departemen / Lembaga / Sekretariat Lembaga Tinggi Negara / Pemerintah Daerah / Komisi /
BI / BHMN / BUMN / BUMD.
Pejabat Pengadaan adalah 1 (satu) orang yang diangkat oleh Pengguna Anggaran / Kuasa
Pengguna Anggaran / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direksi BUMN / Direksi BUMD
untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa11 dengan nilai sampai dengan Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta)
Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya
menyediakan barang/layanan jasa. Secara umum persyaratan penyedia barang/jasa yang diatur
dalam keppres 80/2003 adalah sebagai berikut:
3. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan,
dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani
sanksi pidana;
5. sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan
melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak
Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29;
6. dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pernah memperoleh pekerjaan menyediakan
barang/jasa baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak,
kecuali penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;
7. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang diperlukan dalam
pengadaan barang/jasa;
Tenaga ahli yang akan ditugaskan dalam melaksanakan pekerjaan jasa konsultansi harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP) dan bukti penyelesaian kewajiban pajak;
b. lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi oleh
instansi yang berwenang atau yang lulus ujian negara, atau perguruan tinggi luar negeri yang
ijasahnya telah disahkan/diakui oleh instansi pemerintah yang berwenang di bidang pendidikan
tinggi;
c. mempunyai pengalaman di bidangnya.
Huruf 1 a
Yang dimaksud dengan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan
usaha/kegiatan sebagai penyedia barang/jasa antara lain peraturan perundang-undangan di
bidang jasa konstruksi, kesehatan, perhubungan, perindustrian.
Huruf h
Merupakan kewajiban panitia/pejabat pengadaan untuk mencari informasi dalam rangka
meyakini atau memastikan suatu badan usaha tidak masuk dalam daftar hitam instansi
pemerintah manapun dengan cara antara lain menghubungi Pejabat Pembuat Komitmen
sebelumnya. Untuk mempercepat kerja panitia/pejabat pengadaan, cukup penyedia membuat
pernyataan bahwa penyedia barang/jasa tidak sedang masuk dalam daftar hitam. Kepada seluruh
penyedia jasa juga tidak diwajibkan mempunyai surat keterangan tidak masuk dalam daftar
hitam dari instansi/lembaga baik pemerintah maupun swasta.
Ayat (4)
Jasa Konsultansi
Dalam pelaksanaan kegiatan, seringkali kita memerlukan layanan keahlian/ profesional yang
keluarannya pada umumnya bukan merupakan bentuk fisik, melainkan berbentuk rekomendasi,
nasehat, hasil survey, disain ataupun dukungan manajerial seperti pengawasan, dll. Layanan ini
dikenal dengan jasa konsultansi.
Alasan kebutuhan
Jasa konsultansi pada umumnya diperlukan untuk melaksanakan sebagian fungsi user
(pengguna) dengan alasan-alasan seperti:
1. Pengguna menilai akan lebih efektif dan efisien apabila lingkup pekerjaan kegiatan tersebut
dilakukan oleh perusahaan jasa konsultansi karena telah tumbuh bidang-bidang usaha profesi,
misalnya jasa konsultan perencana konstruksi.
2. Pengguna memerlukan telaahan atau rekomendasi pihak ketiga untuk menjamin obyektivitas
atapun karena kompetensi pihak ketiga ybs dalam mengambil keputusan trategis, misalnya jasa
konsultan survey.
3. Pengguna tidak memiliki sumber daya dengan keahlian/pengetahuan yang cukup untuk
melaksanakan kegiatan bersangkutan, sedangkan di dunia usaha sangat berkembang kebutuhan
untuk bidang keahlian ybs.
4. Pengguna tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan sendiri kegiatan bersangkutan.
Alasan-alasan tersebut menggambarkan berbagai situasi yang menjadi titik penentuan perlu
tidaknya kita akan jasa konsultansi. Dalam banyak hal, kebutuhan melaksanakan kegiatan tidak
selalu terjawab dengan mengadakan kontrak jasa konsultansi. Ada kalanya, pengguna sudah
mengetahui atau lebih mampu dalam melaksanakan kegiatan yang bersangkutan. Pada situasi ini,
swakelola untuk melaksanakan pekerjaan lebih tepat dilakukan dibandingkan dengan
menyerahkan sepenuhnya pekerjaan yang bersangkutan kepada penyedia jasa konsultansi.
Dengan demikian, adalah kesalahan besar apabila pengguna yang tidak memahami kebutuhan
akan jasa konsultansinya maupun ruang lingkup pekerjaan yang tepat dilaksanakan oleh
konsultan menyerahkan persoalannya kepada konsultan. Hasilnya pasti tidak menjawab
persoalan pengguna.
Hal ini biasanya tercermin dalam perumusan Kerangka Acuan Kerja (KAK atau TOR), yang
memuat:
1. Gambaran mengenai latar belakang kebutuhan/pekerjaan (termasuk gambaran masalah
yang dihadapi), maksud dan tujuannya, termasuk gambaran dari organisasi pengguna.
2. Apa yang menjadi tujuan dan ruang lingkup pekerjaan, yang harus mencerminkan hasil dan
ukuran-ukurannya.
3. Bagaimana perkiraan cara melaksanakan kegiatan dan cara mencapai hasil (metodologi).
4. Perkiraan input yang diperlukan dan dukungan yang dapat disediakan oleh pengguna,
termasuk rencana pelaksanaan pekerjaan dan jumlah serta kualifikasi tenaga ahli yang harus
disediakan.
Jasa konsultansi didefinisikan adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang
dalam rangka mencapai sasaran yang diinginkan pengguna jasa. Output jasa konsultansi
merupakan suatu piranti lunak, nasehat, rekomendasi, rencana, rancangan, ataupun layanan jasa
profesional seperti manajemen proses, pengawasan, audit, dsb.
Di sektor konstruksi yang dikategorikan jasa konsultansi adalah jasa perencanaan konstruksi dan
jasa pengawasan konstruksi. Sampai saat ini, masih selalu muncul pertanyaan sekitar cara
menyusun rencana anggaran biaya (RAB) pekerjaan jasa konsultansi. Keppres 80 tahun 2003
memang tidak mengatur cara menyusun RAB, karena penyusunan RAB adalah proses
penganggaran yang sangat teknis dan satu kasus dengan kasus lainnya dapat sangat berbeda.
Oleh karena itu, perlu diingat kembali sebelum masuk tahap ini, pengguna dituntut untuk
memahami terlebih dahulu karakteristik kebutuhan jasa konsultansinya, termasuk kebutuhan
akan output yang ingin diperoleh. Pada banyak kasus, pengguna tidak cukup memahami
kebutuhannya sehingga waktu merumuskan kerangka acuan kerja (TOR) tidak cukup tergambar
metodologi pelaksanaan kegiatan, input yang diperlukan serta bagaimana jasa konsultansi
memenuhi kebutuhan tersebut.
Tahap ini menentukan kebutuhan jasa konsultansi sama kritisnya dengan tahap menyusun
TOR jasa konsultansi. Pada banyak kasus, output yang diperlukan tidak dapat dipenuhi oleh
bisnis jasa konsultansi, karena pekerjaan yang bersangkutan tidak berkembang secara komersial.
Disini perlunya kita memilah-milah kegiatan menjadi sub-sub kegiatan sehingga menghasilkan
lingkup-lingkup yang dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa konsultansi dan lingkup-lingkup
yang perlu didekati secara internal (dalam Keppres 80 tahun 2003 disebut dengan Swakelola. –
lihat Forum Pengadaan 5/11/2007 mengenai alasan penggunaan jasa konsultan).
Yang salah kaprah, seolah-olah semua pekerjaan kita otomatis dapat dilaksanakan dengan
bantuan perusahaan jasa konsultan, sehingga banyak sekali contoh pekerjaan penelitian tidak
memberikan hasil yang sahih karena sebenarnya bukan kompetensi perusahaan jasa konsultansi.
Biaya Langsung Personil
Untuk jasa konsultansi yang lazimnya tidak memiliki standar fee (non standar), Bappenas dan
Depkeu pernah menerbitkan pedoman kepada instansi dalam penyusunan RAB untuk pekerjaan
jasa konsultansi jasa konsultan non-standar seperti ini. Sedangkan untuk jasa konsultan standar
di sektor konstruksi, Dep. PU pernah menerbitkan pedoman sejenis.
RAB untuk kegiatan jasa konsultansi non-standar pada dasarnya terdiri atas dua komponen biaya
yaitu: Biaya Langsung Personil (Remuneration); dan Biaya Langsung Non Personil (Direct
Reimbursable Cost).
Biaya Langsung Personil adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga ahli dan
tenaga pendukung. Tenaga ahli adalah personel dengan jenis keahlian dan persyaratan tertentu
seperti: Tingkat pendidikan tertentu misalnya perlu lulusan perguruan tinggi; Jenis keahlian
(spesialisasi) tertentu; Pengalaman kerja profesional tertentu; Penguasaan bahasa, adat-istiadat
dsb. Tenaga pendukung adalah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam rangka mendukung tenaga
ahli baik dengan kualifikasi tertentu seperti operator komputer, sekretaris, sopir, maupun tenaga
kerja tanpa kualifikasi seperti kurir, penjaga kantor, dsb.
Biaya Langsung Non Personil adalah semua perkiraan pengeluaran yang diperlukan guna
mendukung pelaksanaan kegiatan oleh tenaga ahli maupun tenaga pendukung. Ketentuan
terakhir dari pedoman Bappenas dan Depkeu tsb, penentuan perkiraan Biaya Langsung Personil
pada dasarnya dihitung secara profesional mengacu pada harga pasar yang berlaku umum pada
saat penyusunan RAB untuk kompensasi tenaga ahli berdasarkan
masing-masing kualifikasi tenaga ahli di bidang keahliannya serta harga pasar yang berlaku
umum untuk kompensasi tenaga pendukung.
Untuk mendapatkan data harga pasar yang berlaku dapat diperoleh dari berbagai sumber
seperti hasil survey penggajian Badan Pusat Statistik, jurnal-jurnal asosiasi profesi, hasil survey
harga pasar oleh instansi yang bersangkutan, hasil survey oleh instansi terkait lainnya, survey
lembaga swasta, maupun kontrak-kontrak jasa konsultan sebelumnya.
Dari data-data yang ada, terlihat bahwa harga pasar tergantung pada sektor, level jabatan, dan
lingkup penugasan. Tidak terlihat harga yang berkorelasi dengan pengalaman, pendidikan, lama
kerja Adapun komponen-komponen Biaya Langsung Personil tenaga ahli pada umumnya
meliputi :
- Gaji Dasar (GD) termasuk PPh,
- Beban Biaya Sosial (BBS), 0,3 - 0,4 dari Gaji Dasar.
- Beban Biaya Umum (BBU), 0,5 - 1,3 dari Gaji Dasar.
- Tunjangan Penugasan, 0,1 - 0,3 dari Gaji Dasar.
- Keuntungan yang besarnya, 0,1 (GD + BBS + BBU).
Atau secara total, Biaya Langsung Personil adalah (2,08 - 3,2) Gaji Dasar.
Dengan pedoman tersebut, dalam menyusun RAB perlu mengetahui besaran umum Gaji Dasar
untuk suatu kualifikasi personel yang diperlukan sesuai TOR. Besaran ini tidak menuntut angka
yang sangat pasti karena sifatnya masih ancar-ancar. Oleh karena itu tidak perlu khawatir bahwa
RAB kita akan sangat besar atau jauh diatas harga yang sesungguhnya. Dalam pengadaan, harga
penawaran akan mengoreksi dengan sendirinya RAB yang kita susun, karena Keppres 80
membatasi perusahaan konsultan menawarkan Biaya Langsung Personel yang melebihi 3,2 kali
gaji dasar yang layak diterimakan kepada tenaga ahli ybs (pada sistem evaluasi kualitas).
Billing Rate Konsultan
Pertanyaan yang sering muncul dalam setiap pertemuan adalah bagaimana mendapatkan
harga yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai imbalan suatu pekerjaan jasa konsultansi.
Di pada yang lalu, Bappenas dan Depkeu pernah menerbitkan Surat Edaran Bersama (SEB)
berkaitan dengan standar harga satuan untuk jasa konsultan yang terkenal dengan sebutan Billing
Rate Bappenas. Dalam perjalanannya, praktek penerapan billing rate tersebut menimbulkan
kerancuan banyak pihak.
Angka-angka billing rate kemudian digunakan sebagai dasar negosiasi harga, dan panitia
pengadaan cenderung tidak berani keluar dari angka yang ada. Akhirnya, pengguna seringkali
menghadapi persoalan karena angka-angka tersebut tidak mencerminkan harga pasar
sesungguhnya untuk suatu keahlian. Yang terjadi kemudian adalah akal-akalan (akrobat) dengan
angka yang ada. Hal ini jelas tidak sehat. Pada waktu pemeriksaaan oleh auditor, persepsi serupa
juga terjadi. Auditor memandang angka dalam SEB tersebut sebagai harga yang tidak boleh
dilampaui.
Dari sisi penyedia, karena billing rate diperlakukan sebagai pagu yang tidak dapat dilampaui
maka penyedia juga tidak dapat memberikan proposal yang baik. Penyedia jasa konsultansi
kemudian menggunakan dan memberikan tenaga ahli yang mau dibayar di bawah harga pasar,
atau mengajukan proposal yang dalam perjalanannya diganti dengan tenaga ahli yang lebih
rendah kualifikasinya.
Alhasil, dua belah pihak terbelenggu oleh implementasi dari angka billing rate dalam SEB dan
menyebabkan hasil pekerjaan tidak optimal. Studi yang dilakukan oleh Bappenas tahun 1999
terhadap perkembangan jasa konsultansi nasional menyimpulkan bahwa billing rate dalam SEB
yang diperlakukan sebagai pagu atau ”plafon” merupakan salah satu penyebab dunia jasa
konsultansi nasional (proyek pemerintah) tidak berkembang dan tidak menarik.
Dari hasil studi tersebut, konsep billing rate harus diluruskan, dan pada tahun 2000 Bappenas dan
Depkeu menerbitkan SEB untuk pedoman penyusunan rencana anggaran biaya jasa konsultansi
yang di dalamnya tidak mencerminkan angka-angka sebagai pagu.
Lebih lanjut, dengan terbitnya Keppres 80 Tahun 2003, secara tegas diatur dalam pasal 53 bahwa
semua ketentuan sebelumnya yang berkaitan dengan pengadaan dinyatakan tidak berlaku,
termasuk pengaturan mengenai penetapan billing rate.
Singkatnya, berdasarkan Keppres 80 Tahun 2003, harga atau biaya pekerjaan jasa konsultansi
yang dapat dipertanggung jawabkan pada prinsipnya merupakan harga yang diperoleh sebagai
hasil proses seleksi umum yang kompetitif.
Pada proses seleksi, perusahaan jasa konsultansi harus menawarkan proposal teknis
sebaik-baiknya dan proposal biaya, baik biaya langsung personil maupun biaya lainnya. Billing
rate sebagai rincian dari komponen biaya personil yang ditawarkan adalah harga sesungguhnya
dari suatu keahlian seseorang dan tingkat efisiensi perusahaan.
Pada metode evaluasi kualitas dan metode evaluasi kualitas dan biaya, karena faktor keahlian ini
sangat penting dalam jasa konsultansi maka billing rate tenaga ahli yang ditawarkan tidak boleh
dinegosiasi sepanjang billing rate yang bersangkutan tidak lebih dari 3,2 kali gaji dasar yang
diterima tenaga ahli yang bersangkutan.
Dua metode evaluasi ini pada umumnya digunakan untuk pekerjaan yang relatif kompleks, atau
perlu inovasi, dan tidak dapat mengacu kepada standar yang umum berlaku. Penyusunan RAB
maupun proposal biaya jasa konsultansi perlu diperinci sampai kepada menentukan biaya
langsung personil.
Istilah yang dulu pernah dikenal adalah jasa konsultansi yang lazimnya tidak memiliki standar
fee (non standar). RAB maupun proposal biaya dapat diperinci ke dalam dua komponen biaya
yaitu: Biaya Langsung Personil (Remuneration); dan Biaya Langsung Non Personil (Direct
Reimbursable Cost).
Pengertian Biaya Langsung Personil adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga ahli
dan tenaga pendukung. Tenaga ahli adalah personel dengan jenis keahlian dan persyaratan
tertentu seperti: Tingkat pendidikan tertentu misalnya perlu lulusan perguruan tinggi; Jenis
keahlian (spesialisasi) tertentu; Pengalaman kerja profesional tertentu;
Penguasaan bahasa, adat-istiadat dsb. Tenaga pendukung adalah tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam rangka mendukung tenaga ahli baik dengan kualifikasi tertentu seperti
operator komputer, sekretaris, sopir, maupun tenaga kerja tanpa kualifikasi seperti kurir, penjaga
kantor, dsb.
Biaya Langsung Non Personil adalah semua perkiraan pengeluaran yang diperlukan guna
mendukung pelaksanaan kegiatan oleh tenaga ahli maupun tenaga pendukung. Untuk jasa
konsultansi lazim biaya ini tidak lebih dari 40 persen total biaya.
Di samping perkerjaan konsultansi yang non-standar, juga dikenal pekerjaan jasa konsultansi
yang dapat diberlakukan suatu standar fee. Biaya atau fee atau RAB dapat ditentukan
berdasarkan persentase tertentu dari pekerjaan fisik terkaitnya, misalnya untuk disain gedung
sebesar 4-7%, pengawasan 4%.
Pada jenis imbalan dengan standar tertentu, maka dengan mengacu pada Keppres 80 dapat
dipilih metode evaluasi pagu anggaran. Pada metode ini, harga yang ditawarkan sama sekali
tidak boleh dinegosiasi.
Pada metode ini, peserta seleksi perlu mengajukan proposal teknis sebaik-baiknya (dengan
tenaga ahli terbaik) dan proposal biayanya tidak melampaui pagu. Pada metode ini tidak
dipersoalkan billing rate. Jadi tidak perlu banting-bantingan.
Problem-problem
Pengadaan pemerintah baik itu barang maupun jasa, sering kali menemui banyak sekali
permasalahan-permasalahan / problem, antara lain : inefisiensi, bagaimana belanja yang efisien
lemahnya daya saing nasional, bagaimana memaksimalkan peran belanja pemerintah bagi
pertumbuhan perekonomian, khususnya mendorong peningkatan daya saing; governance.
Inefisiensi
Proses dan tata cara yang tidak sederhana, persaingan tidak sempurna dalam suatu lingkungan
usaha, dan rendahnya daya saing barang / jasa domestik.
e-Proc (bagian 1)
Sudah sering kita berkecimpung di dunia pelelangan, baik itu di Jawa ataupun di luar Jawa. Dan
tak jarang pula sebagian kita yang memiliki keterbatasan, baik itu pendanaan, waktu, personil
sehingga tidak banyak pelelangan yang kita ikuti. Begitu pula yang dirasakan oleh panitia
ataupun PPK, sehingga beberapa tahun lalu mulailah dirintis penggunaan e-Proc (lelang secara
elektronik), walaupun belum terintegrasi namun sudah dibentuk di sejumlah daerah di tanah air.
Apa itu e-Proc, dan bagaimana dasar dan registrasinya? Mari saya sampaikan informasinya.
Tantangan Pengadaan
1. Terbatasnya informasi harga dan barang
2. Akses pasar yang terbatas
3. Pasar yang tersekat-sekat
4. Persaingan usaha tidak sehat
5. Bad governance
6. SDM pengadaan terbatas
Latar Belakang
Tujuan pemerintah untuk mendapatkan barang/jasa yang diperlukan dengan harga yang sama
atau lebih rendah dari harga pasar, tuntutan masyarakat akan adanya keterbukaan / transparansi,
kemajuan teknologi informasi yang pesar serta potensi pemanfaatannya secara luas membuka
peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar
secara cepat dan akurat, penggunaan media elektronik merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam berbagai transaksi international.
Dasar Hukum
Kepres No. 80 Tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah
Inpres No. 5 Tahun 2003, tentang Paket Kebijakan Ekonomi Menjelang dan Sesudah
Berakhirnya Program Kerjasama dengan international Monetory Found
Inpres No. 5 Tahun 2004, tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
Perpres No. 8 Tahun 2006, tentang Perubahan keempat atas Keputusan Presiden No. 80 Tahun
2003 (tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)
Pengertian e-Proc
proses pembelian barang dan jasa yang diperlukan bagi kebutuhan operasional organisasi secara
elektronik, penggunaan teknologi internet dalam penyediaan barang dan jasa pemerintah, praktik
pembelian barang antar pelaku bisnis dengan memanfaatkan internet untuk mengidentifikasi
penawaran yang protensial, pembelian barang dan jasa, pembayaran, dan berinteraksi dengan
pemasok, pembelian dan penjualan dari sektor bisnis ke bisnis dengan menggunakan sarana
internet.
Etika e-Procurement
1. Menjaga kerahasiaan dan mencegah penyalahgunaan kode akses (user id dan password)
2. Menjaga kerahasiaan dan mencegah penyalahgunaan data dan informasi elektronik yang tidak
diperuntukkan untuk umum
3. Tidak mengganggu, mengacaukan, merusak sistem
4. Tidak mencuri informasi, memanipulasi data, berbuat curang dalam pengadaan barang / jasa
secara elektronik
5. Mematuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pengadaan
barang / jasa secara elektronik.
Keuntungan e-Proc
1. Biaya transaksi lebih rendah
2. Siklus pembelian dan penjualan lebih pendek
3. Pilihan terhadap vendor lebih luas
4. Proses terstandarisasi (lebih efisien)
5. Tingkat investasi lebih rendah (paperless)
6. Transparansi lebih tinggi
7. Meningkatkan akuntabilitas
8. Mengurangi kebutuhan personil
e-Proc (Bagian 2)
Setelah dibahas sebelumnya dalam e-Proc (Bagian 1) yaitu tentang tantangan pengadaan, latar
belakang, dasar hukum, etika e-Procurement, prinsip-prinsip dasar e-Proc, keuntungan e-Proc,
maka akan saya lanjutkan pembahasan tentang e-Proc. Selamat mengikuti.
Peranan
1. LKPP: regulasi & standarisasi, membangun sistem aggregator, mendorong inisiatif
pengembangan LPSE (Aplikasi LPSE, SDM, dan pendampingan);
2. LPSE Pusat: mengoperasikan sistem aggregator, development dan maintenance aplikasi
LPSE;
3. LPSE Regional / Kementrian / Lembaga: membangun infrastruktur LPSE, mengoperasikan
LPSE, melayani pengguna & penyelenggara di masing-masing region;
4. Stake Holders: Berkontribusi terhadap pengembangan (aplikasi, infrastruktur, SDM, dan
kelembagaan), berkontribusi untuk pendampingan, berkontribusi terhadap pengawasan.
Aktor e-Proc
1. Publik: badan usaha yang berminat untuk menjadi peserta lelang;
2. PPE (Pusat Pelayanan Elektronik): administrator sistem yang level otoritasnya paling tinggi
dalam sistem aplikasi;
3. Verifikator: merupakan pejabat yang bertugas untuk menangani pendaftaran publik menjadu
rekanan;
4. Certificate Agent: bertugas untuk memberikan persetujuan bagi publik yang mendaftar sebagai
rekanan;
5. Agency: merupakan petugas dari daerah yang mempunyai wewenang untuk membentuk
panitia;
6. PPK: adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan barang / jasa;
7. Panitia: adalah tim yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pemilihan penyedia
barang/jasa di setiap instansi yang akan melakukan pengadaan barang / jasa;
8. Rekanan: peserta lelang
Setelah dibahas sebelumnya dalam e-Proc (Bagian 1) yaitu tentang tantangan pengadaan, latar
belakang, dasar hukum, etika e-Procurement, prinsip-prinsip dasar e-Proc, keuntungan e-Proc,
maka akan saya lanjutkan pembahasan tentang e-Proc. Selamat mengikuti. Dan e-Proc (Bagian
2) yaitu Aspek-Aspek Sistem Pengamanan Komunikasi Elektronik, Peranan, Aktor e-Proc,
Entitas & Aktivitas, Tahapan Lelang Konvensional vs Lelang Elektronik, Pendaftaran di LPSE.
Selanjutnya akan dibahas mengenai tahap setelah pendaftaran online di website LPSE dan cara
mengikuti lelang, selengkapnya
Setelah selesai mengisi data perusahaan secara online, selanjutnya diminta untuk verifikasi data
yang disampaikan secara online dengan berkas asli perusahaan, apa saja yang perlu dipersiapkan
dalam verifikasi ini, sebagai berikut :
1. Isilah formulir yang telah diunduh dalam e-Proc (Bagian 2), atau silakan download form di
bawah ini:
Formulir Pendaftaran (Form_Penyedia.xls).
http://www.ziddu.com/download/8464869/Form_Penyedia.xls.html
Formulir Keikutsertaan (Formulir_Keikutsertaan.doc).
http://www.ziddu.com/download/8464870/Formulir_Keikutsertaan.doc.html
Dalam Formulir Pendaftaran (Form_Penyedia.xls) terdapat 6 sheet yang terdiri dari identitas
perusahaan, akta, ijin usaha, pemilik, pengurus, staf ahli.
Dalam Formulir Keikutsertaan (Formulir_Keikutsertaan.doc) terdapat 5 lembar yang berisi
formulir keikutsertaan, surat penunjukan admin, surat kuasa (apabila yang mengikuti verifikasi
diwakilkan).
2. Setelah data di atas diisi dengan benar selanjutnya perlu dipersiapkan beberapa berkas antara
lain :
2.1. KTP Direksi / Direktur / Pemilik Perusahaan / Pejabat yang berwenang di perusahaan (asli
dan FC);
2.2. NPWP perusahaan (asli dan FC);
2.3. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP / Surat Ijin Jasa Konstruksi (SIUJK) / ijin usaha sesuai
bidang masing-masing (asli dan FC);
2.4. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) (asli dan FC);
2.5. Akta pendirian perusahaan, serta akta perubahan terakhir (jika ada) (asli dan FC)
2.6. Formulir keikutsertaan dalam Sistem e-procurement nasional untuk penyedia barang / jasa
beserta lampirannya (asli).
3. Data sudah siap untuk itu segera datang ke kantor LPSE tempat Anda mendaftar secara online
(dalam hal ini saya mencontohkan di LPSE UNDIP) di Komplek Gedung Rektorat Kampus
UNDIP Jalan Prof. Soedarto, S.H., Tembalang - Semarang, ikuti arahan tim verifikator dari
LPSE, sekiranya persyaratan sudah lengkap maka akan diberi tanda terima oleh tim verifikator,
4. Proses selanjutnya akan diberi "user id" dan "password" yang diemailkan ke alamat email
Anda mendaftar.
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dimiliki setiap kali akan mengadakan pengadaan barang /
jasa pemerintah, yaitu
1. Efisien
2. Efektif
3. Terbuka dan bersaing
4. Transparan
5. Adil / tidak diskriminatif
6. Akuntabel
Efisien, menggunakan sumber daya yang tersedia diperoleh barang dan jasa dalam jumlah,
kualitas yang diharapkan, dan diperoleh dalam waktu yang optimal.
Efektif, yang dimaksud di sini adalah setiap pengadaan barang / jasa pemerintah memiliki asas
maksimal (pemanfaatannya tepat guna)
Persaingan sehat, adanya persaingan antar calon penyedia barang dan jasa berdasarkan etika dan
norma pengadaan yang berlaku, tidak terjadi kecurangan dan praktek KKN.
Terbuka, memberikan kesempatan kepada semua penyedia barang dan jasa yang kompeten untuk
mengikuti pengadaan.
Transparansi, pemberian informasi yang lengkap tentang aturan main pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa kepada semua calon penyedia barang dan jasa yang berminat dan masyarakat.
Tidak diskriminatif, pemberian perlakuan yang sama kepada semua calon penyedia barang dan
jasa yang berminat mengikuti pengadaan barang dan jasa.
Siklus Pengadaan
Siklus yang ada dalam Pengadaan memiliki sembilan tahapan, antara lain :
1. Merencanakan pengadaan
2. Membentuk panitia
3. Menetapkan sistem pengadaan
4. Menyusun jadwal pengadaan
5. Menyusun owner estimate
6. Menyusun dokumen pengadaan
7. Melaksanakan pengadaan
8. Menyusun kontrak
9. Melaksanakan kontrak
Perencanaan Pengadaan
1. Pemaketan pekerjaan
Memaksimalkan penggunaan produk dalam negeri, menetapkan sebanyak-banyaknya paket
untuk usaha kecil, perluasan kesempatan bagi usaha kecil, mengumumkan secara luas rencana
pengadaan, dilarang memacah paket agar tidak lelang, menyatukan atau menggabungkan paket
pekerjaan yang menurut sifat dan besarnya seharusnya untuk usaha kecil, dan menyatukan atau
memusatkan yang tersebar di beberapa daerah.
3. Biaya pengadaan
Departemen / Pemda, dll wajib menyediakan biaya untuk pelaksanaan pengadaan barang / jasa,
antara lain untuk : honorarium pengguna barang / jasa, panitia / pejabat pengadaan, bendahara,
dan staf proyek, pengumuman pengadaan barang / jasa, pengadaan dokumen pengadaan dan atau
dokumen prakualifikasi, administrasi lainnya.
Tahapan kedua dalam siklus pengadaan adalah membentuk panitia pengadaan, bagaimana
ketentuannya mari kita simak bersama dalam uraian di bawah
Panitia Pengadaan
Pembentukan Panitia atau Pejabat Pengadaan didasarkan pada nilai dari Pengadaan. Untuk
semua pengadaan dengan nilai di atas 50 Juta Rupiah harus dibentuk Panitia Pengadaan. Untuk
sampai dengan nilai 50 juta Rupiah (< Rp. 50juta) pengadaan dilaksanakan oleh panitia atau
pejabat pengadaan. Untuk semua nilai tersebut di atas dapat dilaksanakan oleh ULP (Unit
Layanan Pengadaan)
Anggota panitia pengadaan / pejabat pengadaan / anggota unit layanan pengadaan berasal dari
pegawai negeri, baik dari instansi sendiri maupun instansi teknis lainnya,
Pengambilan panitia dari unit kerja / instansi / departemen / lembaga lain dapat dikarenakan di
instansi yang sedang melakukan pengadaan barang/jasa tidak mempunyai pegawai yang
memahami masalah teknis yang ada dalam ketentuan pengadaan barang/jasa, jenis pekerjaan,
dan isi dokumen pengadaan dari pekerjaan yang akan dilakukan pengadaannya.
Pejabat pengadaan hanya 1 (satu) orang yang memahami tata cara pengadaan, substansi
pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain
yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar instansi yang bersangkutan.
Panitia / pejabat pengadaan / anggota unit layanan pengadaan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;
2. memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan;
3. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas panitia / pejabat pengadaan / unit
layanan pengadaan yang bersangkutan;
4. memahami isi dokumen pengadaan/metode dan prosedur pengadaan pengadaan;
5. tidak mempunyai hubungan keluarga (hubungan keluarga sedarah dan semenda) dengan
pejabat yang mengangkat dan menetapkannya sebagai panitia / pejabat pengadaan / anggota unit
layanan pengadaan;
6. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah.
Yang dilarang menjadi panitia / pejabat pengadaan / anggota Unit Layanan Pengadaan
(Procurement Unit):
1. Pejabat Pembuat Komitmen dan bendahara;
2. Pegawai pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) / Inspektorat Jenderal
Departemen / Inspektorat Utama Lembaga Pemerintah Non-Departemen / Badan Pengawas
Daerah Propinsi / Kabupaten/Kota, Pengawasan Internal BI / BHMN / BUMN / BUMD kecuali
menjadi panitia / pejabat pengadaan / anggota unit layanan pengadaan untuk pengadaan
barang/jasa yang dibutuhkan instansinya;
3. Pejabat yang bertugas melakukan verifikasi surat permintaan pembayaran dan/atau pejabat
yang bertugas menandatangani surat perintah membayar.
Pejabat Pembuat Komitmen diangkat dengan surat Keputusan Pengguna Anggaran / Kuasa
Pengguna Anggaran / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN BUMD.
Pejabat Pembuat Komitmen dilarang mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia barang/jasa
apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang akan mengakibatkan
dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan/proyek yang dibiayai dari
APBN/APBD.
Yang dimaksud dengan dilarang mengadakan ikatan perjanjian adalah menerbitkan surat
penunjukan dan/atau menandatangani surat perintah kerja/kontrak.
Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab dari segi administrasi, fisik, keuangan, dan
fungsional atas pengadaan barang/jasa yang dilaksanakannya.
Dasar Hukum; Keppres 80/2003 Pasal 9 - Persyaratan dan Tugas Pokok Pejabat Pembuat
Komitmen
Apabila nanti setelah lelang kita memperoleh harga yang terbaik (bisa termurah, bisa pula
sepadan), maka ada persoalan lain yang perlu kita pikirkan yaitu cara mengikat harga yang
ditawarkan dalam kontrak.
Dalam Keppres 80/2003 dikenal jenis kontrak berdasarkan imbalan, yaitu: 1). Kontrak
Lumpsum; 2). Kontrak Harga Satuan;
Di antara jenis kontrak di atas, Kontrak Lumpsum adalah jenis kontrak yang paling sederhana
dan paling sering digunakan. Namun, dari kedua belah pihak, baik konsumen maupun penjual
atau penyedia, jenis kontrak ini seringkali tidak menguntungkan apabila ruang lingkup kontrak
(volume pekerjaan atau barang) tidak dapat dipastikan.
Ketidakpastian jumlah/volume penyerahan akan meningkatkan resiko diperolehnya barang
secara tidak efisiensi dan tidak efektif bagi konsumen. Di pihak penyedia, ketidak pastian ini
akan menambah biaya atau mengurangi keuntungan.
Dengan demikian, dikatakan kontrak jenis ini lebih tepat diguna kan untuk pengadaan yang
penyelesaian pekerjaannya dapat dipastikan waktunya, ruang lingkupnya atau jumlah dan
harganya. Seringkali, semua resiko yang mungkin terjadi dalam penyelesaian pekerjaan sepe
nuhnya ditanggung oleh penyedia. Harga yang mengikat dalam kontrak sistem ini adalah total
penawaran harga.
Contoh penggunaan misalnya untuk pembelian barang dengan contoh yang jelas, jumlah yang
pasti, kalaupun ada kebutuhan tambahan tidak besar, waktu delivery juga pasti. Kontrak jenis ini
juga lebih tepat digunakan untuk jenis pekerjaan jasa pemborongan yang perhitungan volumenya
untuk masing-masing unsur/jenis pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan
gambar rencana dan spesifikasi teknisnya, misalnya bangunan gedung.
Banyak kasus pengadaan tidak menggunakan jenis kontrak secara tepat, misalnya pada
pembelian barang dengan banyak item, volume atau jumlah yang dibutuhkan tidak pasti untuk
waktu penyerahan yang pasti pula. Karena yang diikat adalah harga total dan volume total sesuai
penawaran, maka satuan harga di masing-masing item hanyalah gambaran untuk mendapatkan
total penawaran. Biasanya lalu muncul perdebatan dengan pihak pemeriksa, karena terdapat
harga item-item pekerjaan yang melampaui harga item dalam HPS dan oleh pemeriksa
dinyatakan merugikan negara.
Walaupun pemilihan jenis kontrak tidak tepat, sepanjang proses pengadaannya dilakukan melalui
pelelangan, maka harga-harga yang terjadi adalah harga pasar yang sesungguhnya, sehingga
tidak dapat dikatakan merugikan negara dalam arti korupsi.
Jenis kontrak yang berikutnya adalah kontrak Harga Satuan. Penggunaan kontrak ini dapat
mengurangi resiko di kedua belah pihak (konsumen dan penyedia) yang disebabkan oleh ketidak
pastian ruang lingkup pengadaan serta waktu penyerahan.
Dalam kontrak harga satuan, yang diikat adalah harga satuan setiap item pekerjaan/barang untuk
batas waktu penyelesaian yang ditentukan. Dengan demikian, volume yang diikat dalam kontrak
hanya perkiraan (disampaikan pada saat pelelangan) yang pada kenyataannya dapat berkurang
atau bertambah. Tentunya, harga yang dibayarkan didasarkan pada harga satuan dikalikan
dengan volume yang nyata. Pada penggunaan kontrak jenis ini, tambah kurang volume pekerjaan
dimungkinkan.
Walaupun demikian, tetap saja dalam menentukan pemenang lelang, digunakan nilai total
penawaran dari perkiraan ruang lingkup yang ditentukan. Dalam lelang, harga satuan masing-
masing item pekerjaan tetap tidak layak dinegosiasikan, walaupun lebih tinggi dari harga satuan
dalam HPS.
Seringkali kita dihadapkan pada situasi bahwa secara teknis dipastikan suatu pekerjaan misalnya
membangun bangunan kantor 20 lantai yang tidak dapat dipecah-pecah ke dalam beberapa paket
pekerjaan struktur dan memerlukan waktu pelaksanaan lebih dari satu tahun sehingga ruang
lingkup kontrak yang bersangkutan akan meliputi lebih dari satu tahun anggaran.
Pada kasus seperti ini, yang memerlukan waktu pelaksanaan lebih dari 1 tahun, Keppres 80 tahun
2003 mengharuskan pekerjaan dilelangkan sebagai 1 paket lelang, walaupun anggarannya
dialokasikan untuk misalnya 2 tahun anggaran.
Disini, tidak ada alasan untuk melelangkan hanya untuk anggaran tahun pertama, sedangkan
lingkup anggaran tahun berikutnya ditunjuk langsung kontraktor sebelumnya. Pada kasus ini,
kontrak tahun jamak harus diterapkan. Bagaimana menjamin anggaran tahun berikutnya? Untuk
itu perencanaan anggaran harus mempertimbangkan hal ini.
Pada kasus yang lain, kita sering menghadapi kebutuhan suatu barang misalnya obat untuk
rumah sakit memerlukan supply yang terus menerus, yang tidak akan berhenti, atau paling tidak
dalam jangka waktu tertentu yang lebih dari satu tahun tetap dibutuhkan barang tersebut.
Persoalannya adalah bagaimana kebutuhan tersebut dapat dijamin terpenuhi setiap saat sesuai
kebutuhan.
Untuk kasus seperti ini, salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan adalah skala kontrak dan
kepastian supply. Pada umumnya skala kontrak menentukan harga terbaik yang dicapai,
demikian juga kepastian supply dari kepentingan konsumen sekaligus merupakan keuntungan
bagi produsen.
Bila kontrak dengan skala tertentu akan memberi tingkat harga terbaik dan skala ini
menyebabkan ruang lingkup kontrak perlu lebih dari satu tahun, maka kontrak tahun jamak perlu
dipikirkan untuk diterapkan, tentunya dengan tetap memperhatikan kebijakan memberi
kesempatan usaha yang luas.
Pada kasus yang lain, misalnya secara teknis pelaksanaan pekerjaan harus dimulai awal musim
hujan dan selesai sebelum musim kemarau, sehingga walaupun secara hari kalender
pelaksanaannya tidak lebih dari 1 tahun tetapi akan melampaui akhir tahun anggaran dan
meliputi dua tahun anggaran. Di sini juga harus menggunakan kontrak tahun jamak.
Pada kasus yang lain lagi, biasanya pada bulan Desember kita diingatkan bahwa batas akhir
pembayaran tidak boleh melampaui tanggal 20 Desember. Padahal, antara tanggal 20-31
Desember terdapat pekerjaan yang tetap harus dilakukan yang tanggal 20, pekerjaan belum
selesai dilakukan, sehingga tidak dapat dibayar dari anggaran tahun yang berjalan.
Biasanya kontrak dianggap selesai tanggal 20 Desember. Kebingungan yang sering muncul
adalah bagaimana membayar kontrak yang sudah selesai dan melaksanakan pekerjaan tersebut?
Pada kasus ini, kontrak tahun jamak adalah salah satu solusi untuk memecahkan persoalan
administrasi keuangan, termasuk menjawab persoalan apabila pada bulan Januari anggaran
belum dapat dicairkan pembayarannya.
Kasus lain yang seringkali terjadi, suatu pekerjaan semula direncanakan selesai akhir tahun
anggaran, namun karena berbagai alasan pekerjaan tidak dapat diselesaikan pada waktunya
sehingga sisa pekerjaan akan melampaui tahun anggaran berjalan. Pertanyaan pertama, apakah
sisa pekerjaan harus dilelangkan kembali? Kasus ini tidak dipecahkan melalui prosedur
pengadaan, melainkan merupakan bagian dari pengelolaan kontrak.
Langkah yang perlu diambil oleh pembuat komitmen adalah memperpanjang kontrak sesuai
kebutuhan, dan pengguna anggaran menganggarkan sisa nilai kontrak pekerjaan di tahun
berikutnya.
Frequently Asked Question
Kami mengalami perbedaan penafsiran tentang surat kuasa pemimpin/direktur perusahaan
dlm akta notaris yg nama kuasanya tidak tercantum dalam akta pendirian perusahaan atau
perubahannya?
.Berdasarkan Lampiran I Bab II huruf A angka 1.f.5).d).(1), surat penawaran dinyatakan
memenuhi syarat apabila ditandangani oleh pimpinan/direktur utama perusahaan atau penerima
kuasa dari direktur utama yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akte pendirian atau
perubahannya, atau kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh pusat yang dibuktikan dengan
akte otentik, atau pejabat yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang berhak mewakili
perusahaan yang bekerjasama. Pembatasan nama penerima kuasa harus tertuang dalam akta
pendirian perusahaan dimaksudkan untuk menghindari pinjam nama/bendera yang artinya
perusahaan pemberi kuasa hanya dipakai namanya saja,sedangkan yang mengerjakan seluruh
pekerjaan sebenarnya orang lain yang tidak bertanggung jawab terhadap perusahaan.
Mohon penjelasan untuk penawaran terendah 89,43% dari HPS, tetapi terdapat kekurangan :
Surat kuasa materai dan Jaminan Penawaran materai tidak bertanggal. Apakah dapat dijadikan
pemenang?
Keppres No. 80 Tahun 2003 dan perubahannya tidak mengatur mengenai surat kuasa dan
jaminan harus bermaterai dan bertanggal. Merujuk pada Pasal 5 UU No.13 Tahun 1985 bahwa
apabila suatu dokumen yang dibuat oleh satu pihak belum dibubuhi materai maka dianggap
pemegang dokumen tersebut masih berutang Bea Materai. Pelunasan atas Bea Materai yg
terutang menurut pasal 8 Ayat (2) UU No. 13 Tahun 1985 dapat dilakukan dengan cara
pemateraian-kemudian (materai dapat ditempelkan kemudian). Dengan demikian, terhadap
penawaran dari penyedia barang/jasa yang kurang lengkap dlm hal surat kuasa dan jaminan
penawaran yg tidak bermaterai dan bertanggal maka tidak dapat digugurkan, sehingga penyedia
barang/jasa yang bersangkutan dapat ditetapkan sebagai pemenang.
Mohon penjelasan Keppres No 80 Tahun 2003 pasal 7 ayat 1 huruf c : 1.Penggunaan dasar
hukum yg digunakan pd pasal di atas 2.Peraturan lain yg mengatur pasal tsb?
Sesuai pasal 7 ayat 1 huruf c Keppres No 80 Tahun 2003 yg diubah dengan Perpres No.8 Tahun
2006 Tentang Perubahan Keempat Atas Keppres No.80 Tahun 2003, bahwa untuk pengadaan
barang/jasa untuk investasi di lingkungan BI, BHMN, BUMN, BUMND yg pembiayaannya
sebagian atau keseluruhannya dibebankan pada APBN/APBD harus tunduk pd Keppres No. 80
Tahun 2003. Apabila pengadaan barang/jasa BUMD yg pembiayaannya tidak dibebankan pd
APBN/APBD dpt menggunakan ketentuan direksi masing-masing. Namun demikian karena
BUMD mengelola dana publik, maka pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus dilakukan secara
efisien, efektif, transparan, terbuka, dan akuntabel sehingga dlm menyusun peraturan direksi
wajib mengacu pd ketentuan peraturan perundang-undangan yg diacu oleh Keppres No.8 Tahun
2003 yaitu: a) UU No 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi b) UU No 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat c) PP.No. 29 Tahun 2000
Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi d) Peraturan-peraturan lainnya yg mengatur tentang
BUMD
Mulai tanggal 6 Juni 2006 sampai 5 Juni 2007 ditetapkan Harian Media Indonesia menjadi
satu-satunya Surat Kabar Nasional sbg media pengumuman Barang/Jasa pemerintah. Bagaimana
dasar penetapannya ?
Pengumuman kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan sekurang-kurangnya di satu
surat kabar yg mempunyai oplah besar dan memiliki peredaran luas secara nasional dan/atau
wilayah propinsi. Maka berdasarkan surat Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Nomor:
3458/M.PPN/06/2006 tanggal 7 juli dan sesuai Pasal 20A huruf b Perpres No 8 Tahun 2006
ditetapkan Harian Umum Media Indonesia menjadi satu-satunya Surat Kabar Nasional sebagai
media mengumumkan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
1.Koefisien yg ditawarkan rekanan tdk sesuai dgn SNI 2.Perbedaan harga pd Analisa Biaya
Pekerjaan dgn Daftar Harga satuan bahan Apakah 2 hal tsb dapat mengugurkan penawaran ?
Perbedaan koefisien yg ditawarkan dg analisa biaya pekerjaan dan perbedaan analisa biaya
sesuai ketentuan dalam Lampiran I Bab II huruf A angka 1.f.9. Keppres No 80 Tahun 2003 yg
terakhir dirubah dengan Perpres No.8 Tahun 2006 tidak dapat mengugurkan teknis berdasarkan
analisa harga satuan.
Dalam sampul luar penawaran dr rekanan terdapat nama dan alamat perusahaan,tetapi sampul
penawaran tersebut sudah dibuka oleh panitia.Apakah dpt mengugurkan penawaran ?
Dalam sampul luar penawaran terdapat nama perusahaan dan alamat perusahaan, tetapi sampul
penawaran tersebut sudah terlanjut dibuka, tidak boleh dijadikan alasan untuk mengugurkan.
Karena sesuai dengan ketentuan dlm lampiran I Bab II huruf A angka1.f.3). penawaran
memenuhi syarat apabila penawaran tersebut sesuai dgn ketentuan, syarat-syarat dan spesifikasi
yang ditetapkan dlm dokumen pemilihan barang/jasa, tanpa ada penyimpangan yg bersifat
penting/pokok atau penawaran bersyarat.
Jika PNS (dosen) menjadi konsultan di Bank NTB dan Pemkab, tetapi tetap menjalankan
tugas pokok mengajar di Univ Mataram, apakah boleh menjadi konsultan tanpa mengambil cuti
luar tanggungan negara?
Berdasarkan Ketentuan pasal 1 angka 3, dan Pasal 11 ayat (3) diatur bahwa : a) Penyedia
barang/jasa adalah badan atau orang perseorangan yg kegiatan usahanya menyediakan
barang/jasa. b) Pegawai negeri, pegawai BI, pegawai BHMN/BUMN/BUMD dilarang menjadi
penyedia barang/jasa, kecuali yang bersangkutan mengambil cuti di luar tanggungan
negara/BI/BHMN/BUMN/BUMD. Sesuai ketentuan di atas, apabila dosen (PNS) menjadi
penyedia barang/jasa (konsultan) harus cuti di luar tanggungan negara.
Apakah surat jaminan penawaran yang formatnya berbeda dengan yang sudah ditentukan
dalam dokumen pengadaan dapat dijadaikan alasan untuk mengugurkan administrasi ?
Tidak boleh dijadikan alasan untuk mengugurkan karena bukan substansial
apakah badan usaha yang terdaftar di salah satu kabupaten bisa mengikuti tender di seluruh
Indonesia?
Perusahaan yang sudah terdaftar pada salah satu kabupaten dapat mengikuti tender di seluruh
Indonesia, karena dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 sudah tidak ada lagi pembatasan wilayah.
PPK/Panitia tidak boleh melarang perusahaan dari kabupaten/kota lain untuk mengikuti tender di
kabupeten/kota mereka. (Pasal 14 ayat 10 Keppres No. 80 Tahun 2003).
mohon kiranya dijelaskan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam hal ini adalah gedung
kantor yang akan dihancurkan lalu dibangun gedung kantor yang baru di tempat yang sama ?
Pertama kali PPK harus menetapkan paket pekerjaan yaitu : pembongkaran gedung dan
pembangunan kembali gedung tersebut. Tata cara pengadaannya melalui pelelangan umum
dengan pascakualifikasi.
Apakah pemenang untuk pengadaan barang/jasa diakhir tanggal mereka tidak dapat
menyediakan barang 1 item dari paket tersebut dan apakahdapat membuat addendum pembatalan
terhadap 1 item tersebut?
Sesuai dengan ketentuan pasal 37 ayat (1) Keppres No. 80 Tahun 2003 apabila ketidakmampuan
perusahaan tersebut mensuplay 1 item barang akibat dari kesalahan perusahaan (bukan karena
force major) maka PPK harus mengenakan denda kepada perusahaan tersebut karena
keterlambatan sebesar satu per seribu per hari dari nilai kontrak dan mencairkan jaminan
pelaksanaan serta apabila denda tersebut sudah mencapai sebesar jaminan pelaksanaan atau
kontrak sudah berakhir masa wakttunya maka PPK harus membatalkan kontrak tersebut.
Dalam KEPPRES 80/2003 Jaminan Pelaksanaan yang disyaratkan hanya yang dikeluarkan
Bank tanpa menyebutkan Asuransi apa Jaminan Pelaksanaan yang dikeluarkan Asuransi tidak
diperkenankan?
Untuk jaminan pelaksanaan harus dari bank umum tidak boleh dari asuransi sedangkan untuk
jaminan penawaran, uang muka dan pemeliharaan bisa dari asuransi atau bank umum.
bagaimana prosedur untuk mendapatkan standard ISO untuk suatu badan usaha?
Pertanyaan tidak terkait pengadaan.
1.Dalam proses evaluasi pengadaan barang / jasa apakah orang lain selain panitia lelang dapat
hadir sebagai saksi dan kalau dapat apa yang sebaiknya dibuat oleh saksi tersebut?
Proses evaluasi pengadaan adalah rahasia tidak boleh ada pihak lain selain panitia/PPK
Untuk pengadaan di atas Rp. 10.000.000, apakah bisa dibayar oleh kas bendahara atau harus
dibayar lewat LS ke rekening rekanan?
Berdasarkan pasal 31 ayat (3), (40 dan (5) untuk pengadaan : a. dengan nilai dibawah Rp. 5 juta
bentuk kontraknya cukup kuitansi. b. dengan nilai Rp. 5 juta s/d Rp. 10 juta bentuk kontraknya
Surat Perintah Kerja (SPK). c. dengan nilai di atas Rp. 50 juta bentuk kontraknya kontrak
pengadaan barang/jasa (KPBJ) dengan jaminan pelaksanaan. Mengenai pembayaran tergantung
dalam kontraknya, untuk Lump Sum digunakan untuk pengadaan barang/jasa atas seluruh
penyelesaian pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah yang pasti dan tetap, dan
semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepeenuhnya
ditanggung oleh penyedia barang/jasa
Mohon penjelasan pengadaan barang & jasa secara terintegrasi utk pembangunan &
pengadaan ALKES RSD dana APBD Kab. Rp 40 M & 60 M apakah boleh ? penjelasanya yg
detail
Tidak dilarang yang penting prosesnya tetap pelelangan umum. Persyaratan penyedianya harus
mampu mengerjakan pekerjaan tersebut.
Lanjutan pertanyaan no. 17,19 Ket. : Dana Utk alkes Rp30 M & Gedung Rp 30 M& satu lagi
U/ Alkes Rp20 M & edung 20 M (APBD) apa boleh disatukan lelangannya ALKES dgn Gedung
RSD jelaskan kami bingung !
Sebaiknya paket-paket tersebut dipecah saja menjadi dua yaitu : paket pengadaan alkes dan paket
pengadaan pembangunan gedung dan prosesnya melalui pelelangan umum. Supaya dapat harga
yang termurah.
Untuk proses pengadaan konsultan dari luar negeri dgn jumlah pagu 108.000.000 apa yang
harus dilakukan berdasarkan Keppres 80 thn 2003
Sesuai dengan pasal 42 ayat (1) perusahaan asing untuk jasa konsultansi hanya boleh mengikuti
seleksi di Indonesia kalau pengadaannya bernilai di atas Rp. 5 milyar. Untuk pengadaan dibawah
Rp. 5 milyar harus konsultan nasional.
Sesuai penjelasan persyaratan manajerial utk menjadi PPK apakah pendidikan minimal D3
dan pernah selama 2 tahun mengorganisasi pekerjaan yang berhubungan pengadaan barang/jasa?
Sesuai dengan ketentuan dalama penjelasan pasal 9 huruf c salah satu syarat PPK adalah
pendidikan minimal D3 dan pernah selama 2 tahun mengorganisasi pekerjaan yang berhubungan
pengadaan barang/jasa dan ini harus dipenuhi.
Hi apakah dengan mendaftar ada biaya biaya yang harus di bayar? Terima kasih
Semua layanan di website LPSE nasional ini tidak dipungut biaya, dan jika membutuhkan
pelatihan kami menyediakan juga training tanpa dipungut biaya.
Apakah diperkenankan panitia mengubah vol atau rate saat koreksi aritmetik dng alasan tidak
sesuai HPS (vol dan rate tidak dijelaskan dalam dokumen pelelangan) ?
Berdasarkan ketentuan dalam Lampiran I bab I huruf A angka 1.f.12).f) dalam koreksi
aritamatika yang boleh diubah adalah volume pekerjaan disesuaikan dengan dokumen pengadaan
dan mengkoreksi perkalian dan penjumlahan. Khusus untuk pengadaan barang apabila volume
kurang maka langsung dinyatakan gugur. Dalam koreksi aritmatik dilarang mengubah harga
satuan pekerjaan yang ditawarkan
Apakah perusahaan dengan SIUP Menengah boleh mengikuti pelelangan usaha kecil karena
omset tahunan dibawah 1 Milyard?
Sesuai dengan ketentuan dalam penjelasan pasal 1 angka 18 kriteria usaha kecil adalah : a.
memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta di luar tanah dan bangunan untuk usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1 milyar rupiah, dan b. Milik WNI, dan c.
Berdiri sendiri. atau d. Koperasi kecil. Apabila perusahaan tersebut tidak memenuhi kriteria
diatas maka tidak termasuk usaha kecil sehingga dilarang untuk mengikuti pengadaan yang
paketnya dicadangkan untuk usaha kecil. Dari kriteria diatas yang disebut usaha kecil tidak
hanya dilihat dari omset saja, tetapi harus memenuhi beberapa kriteria di atas.
Surat Kabar provinsi untuk Provinsi Sulawesi Tengah apa sudah ditentukan & apa asnksi jika
tidak diumumkan melalui Surat Kabar Nasiona dan/atau Surat Kabar Provinsi?
Belum, apabila tidak diumumkan sesuai ketentuan dalam Perpres No. 8 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Keempat Atas Keppres No. 80 Tahun 2003, maka pengadaan tersebut dinyatakan
melanggar prosedur dan bisa dibatalkan.
Apakah peraturan LPJK no.11 tahun 2006 akan diberlakukan pada pelaksanaan lelang
pengadaan barang dan jasa pemerintah tahun anggaran 2007?
Ketentuan yang dipakai dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah adalah Keppres
No. 80 Tahun 2003 beserta perubahannya.
Dengan Hormat, Bolehkah anak perusahaan dan koperasi karyawan perusahaan mengikuti
proses pelelangan di lingkungan perusahaan. Demikian kami sampaikan, mohon informasinya.
Terima kasih
Koperasi karyawan dan anak perusahaan tidak dilarang mengikuti pelelangan yang penting
diperlakukan sama dengan yang lain. Berdasarkan ketentuan penjelasan pasal 5 huruf e Keppres
No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah apabila
pengurus koperasi karyawan menjadi panitia pengadaan barang/jasa dimana peserta lelangnya
salah satu adalah koperasi karyawan tersebut, maka panitia pengadaan tersebut harus diganti.
. Mohon penjelasan apakah dukungan keuangan harus berbentuk penyertaan modal (CASH) yg
ditempatkan di bank ataukah dapat berbentuk SURAT DUKUNGAN SAJA?
Sesuai dengan ketentuan dalam Lampiran I Bab II huruf A angka 1. b.1).l) syarat kualifikasi
penyedia adalah memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari bank pemerintah/swasta
untuk mengikuti pengadaan barang/jasa sekurang-kurangnya 10% dari proyek untuk pekerjaan
pemborongan dan 5% dari nilai proyek untuk pekerjaan pemasokan barang/jasa lainnya, kecuali
untuk penyedia barang/jasa usaha kecil termasuk koperasi kecil. Jadi hanya surat keterangan
tidak perlu penyertaan modal.
Mohon penjelasan mengenai Pengadaan barang yang spesifik, apakah hrs disertai dgn SNI?
(Jika barang tersebut impor, bagaimana?) Mohon penjelasannya. Terima Kasih.
Untuk pengadaan barang harus memenuhi standar SNI atau standar internasional lainnya.
Pengadaan barang import dapat dilakukan apabila barang tersebut tidak diproduksi di Indonesia
dan atau spesifikasi teknis barang yang diproduksi di Indonesia belum memenuhi persyaratan
Apakah Paket Pekerjaan Rehabilitasi Gedung memerlukan Masa Pemeliharaan? Bila perlu
berapa lama?
Sesuai dengan ketentuan pasal 36 ayat (5) masa pemeliharaan kalau untuk pekerjaan permanen
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dan untuk pekerjaan semi permanen sekurang-kurangnya 3
(tiga) bulan
Bagaimana sebaiknya tindakan kami sebagai peserta lelang, apabila diketahui ada indikasi
persekongkolan diantara Panitia dengan sekelompok peserta lainnya?
Bapak lakukan sanggahan ke PPK dengan melampirkan bukti-bukti persekongkolan tersebut dan
paralel bapak laporkan kepada aparat pengawas (inspektorat Jenderal atau Bawasprop/da).
Bagaimana cara masuk (login) ke dalam situs ini, biar kami dapat mengisinya
Untuk dapat login ke website pengadaan nasional, instansi (pengguna)/ publik (rekanan) harus
mendaftarkan diri terlebih dahulu. Cara memperoleh password dapat dilihat/didownload di
petunjuk rekanan, bagi instansi harus mengirim surat permohonan user dan password untuk
dapat melaksanakan pelelangan online (e-procurement) di website LPSE nasional. Surat
permohonan ditujukan kepada Kepala Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Publik Bappenas.
Kami juga ingin menanyakan, panitia mensyaratkan untuk pengadaan golongan Non Kecil
dengan Biaya Administrasi Rp. 750.000, apakah legal?
Tidak boleh melanggar prinsip dasar pengadaan.
apakah mulai sekarang pelelangan harus melalui internet, bagimana kalau ada yang belum
menggunakan pasilitas internet untuk pelelangan
Pemerintah belum mewajibkan pelelangan online (e-procurement). Tetapi pemerintah
mewajibkan pengumuman rencana pengadaan/belanja negara di tiap-tiap instansi seseuai dengan
Keppres 80 tahun 2003 salah satunya lewat media internet di website LPSE nasional atau di
website lokal tiap instansi pemerintah yang terkoneksi langsung dengan website LPSE nasional
ini.
Bagaimana prosedur yang harus dilakukan panitia lelang untuk mengikuti e-Announcement?
Prosedur untuk dapat menampilkan rencana kegiatan dan anggaran belanja selama 1 tahun (e-
announcement), pengumuman lelang, dan lelang online (e-procurement), silahkan kirim : 1.Surat
permohonan user dan password untuk entry data di e-announcement atau di e-procurement.
2.Untuk e-announcement dilampirkan copy surat pengangkatan KPA dan PPK, serta struktur
organisasi. Surat ditujukan kepada Kepala Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Publik Bappenas, Jl. Taman Suropati No. 2 Jakarta Pusat Gedung B Lantai VI Telp:
021-31934247 ; Fax : 021-3101924
Saya sudah mendaftar untuk login di LPSE, tapi kenapa selalu setiap login nggak bisa dan
selalu ada jawaban anda salah 'user name atau password'? Mohon penjelasan ! Trims.
Untuk dapat log-in di layanan LPSE nasional pastikan anda telah mengikuti alur yang
ditentukan. Pastikan anda telah mendapat password dari kami. Untuk petunjuk rekanan dapat
didownload di website ini.
bagaimana caranya untuk mengetahui apakah rekanan termasuk dalam daftar hitam atau
tidak?
Perusahaan yang di black list karena telah melakukan penyimpangan akan ditampilkan di
halaman depan di kolom black list. Bagi perusahaan yang di balck list tidak akan dapat
mengikuti lelang pemerintah di seluruh wilayah Indonesia dan data-datanya dapat diakses publik.
Bagian mana di dalam Keppres 80/2003 ataupun perubahannya yang mengatur bahwa untuk
jaminan pelaksanaan harus dari bank umum tidak boleh dari asuransi? Terima kasih.
Berdasarkan Ketentuan dalam Lampiran I Bab II huruf A angka 1.n.1).a) jaminan pelaksanaan
hanya disebut bank.
apakah metode pemilihan langsung hanya cukup melalui papan pengumuman saja? atau harus
juga melalui e-procurement?
Sesuai dengan ketentuan dalam Lampiran I Keppres No. 80 tahun 2003 Bab II huruf A angka 3.
pengumuman prakualifikasi sekurang-kurangnya di tempel di papan pengumuman resmi yang
dapat dibaca untuk umum dan bila memungkinkan melalui internet. Kami sarankan juga
diumumkan melalui internet kalau sudah ada internetnya.
Keppres 80 Tahun 2003 Psl 31 ayat 3, bahwa kontrak s/d 5 juta, kontrak cukup kuitansi dgn
materai, dgn uang persediaan. Apakah pengadaan s/d 5 juta tidak perlu lewat panitia/pejabat?
Mekanismenya?
Sesuai dengan ketentuan dalam Lampiran I Bab I huruf A.1.d.3) untuk pengadaan sampai dengan
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dapat dilaksanakan oleh panitia pengadaan atau pejabat
pengadaan. Jadi untuk pengadaan dibawah Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) tetap diperlukan
panitia pengadaan atau pejabat pengadaan.
Pakta Integritas ditandatangani pada saat rekanan mendaftar atau menjadi salah satu lampiran
dalam isian kualifikasi ?
Pakta integritas ditandatangani pada saat daftar apabila yang mendaftar adalah direksinya sendiri
atau yang orang yang diberi kuasa yang namanya tercantum dalam akta pendirian atau
dimasukan sebagai salah satu dokumen kualifikasi apabila yang daftar bukan direksinya sendiri
atau yang orang yang diberi kuasa yang namanya tercantum dalam akta pendirian.
P2K dilarang duduk sbg panitia/pejabat pengadaan. Apakah P2K tersebut tidak dapat duduk
sebagai pejabat/panitia pengadaan pada kegiatan diluar kegiatan yang mjd tanggung jawab dia?
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 10 ayat 8 Keppres No. 80 Tahun 2003 yang dilarang duduk
sebagai panitia/pejabat pengadaan adalah : a. PPK dan bendaharawan. b. Pegawai
BPKP/Inspektorat Jenderal/Inspektur Utama LPND/Bawasprop/Bawas
kabupaten/kota/pengawasa internal.
1.Apakah wajib mengumumkan pengadaan barang/jasa lewat situs bappenas, sedangkan kami
sudah mengumumkannya di situs e-procurement Departemen Pekerjaan Umum ?
Sesuai dengan ketentuan dalam penjelasan pasal 4 huruf h. semua instansi wajib mengumumkan
rencana pengadaan di website nasional : www.pengadaannasional-bappenas.go.id dan/atau di
website instansinya masing-masing. Kalau sudah diumukan di web isntansinya masing-masing
maka tinggal di hubungkan (link) ke website nasional saja.
Sehubungan dengan peraturan LPJK No. 12 tahun 2006 yang akan terbit sebelum tgl 31 maret
2007, Bagaimana ?
Ketentuan pengadaan pemerintah adalah Keppres No. 80 tahun 2003 dan perubahannya.
Apakah bentuk dan format pengadaan jasa konsultansi harus memeakai format standar
nasional yang diterbitkan oleh bappenas ?
Tidak harus, standar yang dibuat Bappenas hanya sebagai salah satu acuan saja. dalam membuat
dokumen harus mengacu pada Keppres No. 80 Tahun 2003 dan perubahannya.
mohon penjelasan pemberlakuan peraturan LPJK No. 12 tahun 2006 (tentang perubahan
Bidang, sub-bidang dan layanan jasa konsultansi) sedang penandatanganan kontrak diperkirakan
bulan april 2007 ?
Tidak perlu dibingungkan dengan ketentuan LPJK kembalikan pada ketentuan dalam Keppres
No. 80 tahun 2003.
Banyak Panitia memasukkan persyaratan diluar yg ditetapkan Keppres 80/2003, terutama
untuk pengadaan barang khusus? Apakah hal ini diperbolehkan? Bagaimana bila hal ini terjadi?
Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 14 ayat (6) panitia/pejabat pengadaan dilarang menambah
persyaratan di luar yang sudah ditentukan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 atau ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Panitia/pejabat pengadaan dilarang menambah persyaratan
yang bersifat dikriminatif.
apakah boleh pengadaan kendaraan roda empat dengan penunjukan langusung pada
dealer/pabriknya? mengingat kenderaan tersebut sudah ditentukan merknya (kebutuhan pemilik).
Sesuai dengan ketentuan dalam lampiran I Keppres No. 80 Tahun 2003 Bab I huruf F angka 1. f.
7) dalam membuat spesifikasi teknis barang tidak boleh mengarah atau menyebut merk/produk
tertentu. Jadi untuk pengadaan mobil tidak boleh menyebut merk dan tidak boleh ditunjuk
langsung dan harus dilelang umum.
apakah pengadaan mobil puskesmas keliling dgn nilai pengadaan 2,5 M dapat dilakukan dgn
penunjukan langsung ke Dealer resmi.
Tidak boleh harus di lelang umum
memphtkn Pert. LPJK No. 11 thn 2006 & Srt Menteri PU. RI No. IK.01.06-Kn/467 tgl 22 Des
2006 msh mempersyaratkn SBU dlm pelaks Pengad. brg/Jasa, berbeda dgn kebijakan public yg
dikeluarkan Bappenas
Sesuai dengan ketentuan pasal 11 Keppres No. 80 Tahun 2003 bahwa salah satu syarat penyedia
barang/jasa harus memenuhi ketentuan perijinan menjalankan usaha dan kententuan dalam UU
No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi syarat menjadi berusaha di bidang konstruksi harus
memiliki Ijin Usaha Jasa Konstruksi dan harus memiliki Sertifikat Badan Usaha. Jadi khusus
untuk penyedia jasa konstruksi disamping memeiliki IUJK juga harus memiliki SBU.
Mohon penjelasannya, apakah untuk pengadaan dengan golongan Non Kecil bisa
menggunakan SIUP Klasifikasi Menengah? (Mis: Paket Pengadaan Diatas 3.5 Milyard)
Sesuai dengan ketentuan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 bahwa untuk pengadaan barang/jasa
pemborongan/jasa lainnya hanya dibagi kecil dan bebas. Sudah tidak dibagi lagi menengah atau
besar. Paket pekerjaan yang nilainya dibawah Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar) untuk usaha
kecil kecuali si kecil secara teknis tidak mampu mengerjakan.
apakah boleh pengadaan kendaraan roda empat dengan penunjukan langusung pada
dealer/pabriknya? mengingat kenderaan tersebut sudah ditentukan merknya (kebutuhan pemilik).
Sesuai ketentuan dalam Lampiran I Bab I Keppres No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah diatur bahwa dalam menentukan spesifikasi
teknis dilarang mengarah atau menyebut satu merk. Sehingga apabila spesifikasi teknisnya
diperbaiki sesuaikan kebutuhan jangan terlalu tinggi atau terlalu rendah kemudian dilakukan
pelelangan umum antar dealer mobil.
Mohon penjelasan, apakah pengalaman pekerjaan sangat menentukan dalam penilaian
dokumen tender? Dan Jika ya, apakah harus sesuai dengan 5NPt?
Sesuai dengan ketentuan dalam Lampiran I Bab II Keppres No. 80 Tahun 2003 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bahwa khusus untuk pengadaan yang
dipruntukan untuk usaha non kecil harus dituntut mempunyai pengalaman pada sub bidang yang
sama. Terkait mengenai cara menghitung kemampuan dasar (KD) diatur : a. Untuk jasa
pemborongan KD = 2.Npt (Nilai pengalaman tertinggi pada tujuh tahun terakhir pada bidang
yang sama untuk usaha kecil dan pada sub bidang yang sama untuk usaha non kecil). b. Untuk
jasa penggadaan barang KD = 5.Npt (Nilai pengalaman tertinggi pada tujuh tahun terakhir pada
bidang yang sama untuk usaha kecil dan pada sub bidang yang sama untuk usaha non kecil).. c.
Untuk jasa konsultansi KD = 3. Npt (Nilai pengalaman tertinggi pada tujuh tahun terakhir pada
bidang yang sama untuk usaha kecil dan pada sub bidang yang sama untuk usaha non kecil).
Kami ada silang pendapat masalah evaluasi penawaran, apakah dalam kontrak lumpsum perlu
dilakukan koreksi aritmatik? mengingat dalam Dokumen lelang volume pekerjaan telah
dimunculkan.
Sesuai dengan ketentuan dalam keppres No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa diatur bahwa kontrak lump sum yang dikat adalah total penawarannya
ditailnya tidak mengikat sehingga dalam kontrak lump sum tidak ada koreksi aritmatik.
mohon penjelasan metoda yg sesuai untuk pengadaan barang/jasa yg penggunaan
anggarannya >60% untuk jasa instalai, jasa implementasi, jasa training dan <40& untuk
pengadaan barang/hardware
Metoda pelelangan umum dengan pascakualifikasi.
Saya usul kepada Bappenas mengenai sertifikasi Panitya Pengadaan Barang/Jasa kalau
dikelompokkan jenis pengadaan? Cth A-untuk pengadaan jasa konsultasi, B-untuk pengadaan
barang/jasa pemborongan, dll.
Usulan anda akan disampaikan Tim Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Publik
Assalamu Alaikum, Mohon tanggapan Apakah BUMN seperti Pertamina wajib menggunakan
Keppres 80/2003 dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa?.
Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 7 ayat (3) BUMN/BUMD yang penggadaannya dibiayai
seluruh/sebagian dari dana APBN/APD harus tunduk pada ketentuan Keppres No. 80 Tahun
2003. Apabila pengadaan BUMN/BUMD murni didanai dari dana BUMN/BUMD sendiri
pengadaannya menggunakan ketentuan SK Direksi masing-masing. Dalam membuat SK Direksi
sebaiknya mengacu Keppres No. 80 tahun 2003.
16. Apakah surat jaminan penawaran yang formatnya berbeda dengan yang sudah ditentukan
dapat dijadikan alasan mengugurkan? Jika tidak boleh, apakah ini mengurangi penilaian?
Tidak boleh, yang penting jaminan tersebut asli dan dapat diacairkan. Panitia dalam
mengevaluasi hanya boleh mengugurkan penyimpangan-penyimpangan yang bersifat substansial
(penyimpangan akan memperngaruhi mutu, hasil, lingkup pekerjaan). Penyimpangan yang tidak
subtansial dilarang digugurkan.
Apakah lelang dibawah Rp. 1 M juga wajib diumumkan di situs ini ?
Sesuai dengan ketentuan dalam Perpres No. 8 Tahun 2006 Tentang Perubahan Keempat Atas
Keppres No. 80 Tahun 2003 pengumuman pengadaan di web site tidak diwajibkan hanya
diupayakan.
Selain Perpres 80/2003 beserta perubahannya, landasan hukum apa saja yang menjadi dasar
pelaksanaan bagi panitia dalam melaksanakan pengadaan jasa konstruksi?
UUNo. 18 Tahun 199 Tentang Jasa Kontruksi dan PP No. 28 Tahun 2000, PP No. 29 Tah un
2000, dan PP No. 30 Tahun 2000.
Bantuan dana Block grant bukan dana yang bersumber dari APBN, apakah pengadaan barang
& jasa dari dana tersebut tetap harus dilelangkan ?
Dana block grant sumbernya pasti dari APBN?APBD sehingga tetap harus dilelang umumkan
Apakah BA evaluasi (pascakualifikasi) harus ditandatangani wakil perusahaan?
Tidak perlu
1. Waktu penjelasan (anwijzing) : a. HPS harus diberitahu atau cukup perkiraan biaya ? b.
Amplop penawaran harga harus dibuka & diberitahu (pascakualifikasi) ?
Yang diumumkan adalah total HPS, rincian HPS bersifat rahasia.
APAKAH ADA KETENTUAN BERAPA BIAYA LELANG YANG HARUS
DIANGGARKAN UNTUK PENGADAAN DIATAS 1 MILYAR DAN DIBAWAH 1
MILYAR
Besaran biaya lelang hanya untuk penganti penggadaan dokumen saja. Dan diusahakan tidak
perlu memungut biaya kepada peserta akan memberatkan peserta.
Apakah dalam pengadaan jasa konstruksi lanjutan dari tahun anggaran sebelumnya dapat
dilakukan dengan penunjukan langsung, mohon sekalian dengan dasar hukumnya
Sesuai dengan ketentuan dalam PP No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaran Jasa Konstruksi
diatur bahwa untuk pekerjaan satu kesatuan konstruksi/satu kesatuan kegagalan bangunan dapat
dilakukan dengan penunjukan langsung. Namun demikian dalam Keppres No. 80 Tahun 2003
Tentang Ketentuan Pemaketan, apabila pekerjaan itu satu kesatuan bangunan/kekagalan
bangunan tidak boleh dipecah-pecah paketnya. Sehingga kasus di atas melanggar ketentuan
pemaketan. Seharusnya dilelang umum satu paket dengan kontrak yang tahun jamak (kontrak
yang dibiayai lebih dari satu tahun anggaran).
Bagaimana caranya penyusunan spek dan syarat, agar kita dapat barang yang kita inginkan?
Misalnya kami ingin beli sepeda motor merk jepang tapi jangan sampai dapatnya motor cina.
Permasalahannya spek barang antara motor jepang dan motor cina sama tapi kualitas jelas beda,
padahal harga motor cina lebih murah tapi tidak awet.
Berdasarkan pasal 3 dan lampiran Bab I, angka 7) Keppres 80/2003, dalam menentukan
spesifikasi teknis suatu barang harus memperhatikan : 1. kesesuaian dengan kebutuhan yang
telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran
yang ditetapkan. Jadi bukan didasarkan pada keinginan user (kantor). 2. spesifikasi teknis tidak
boleh mengarah kepada merk/produk tertentu kecuali untuk suku cadang/komponen tertentu.
dalam hal pengadaan seperti motor, untuk menghindari medapatkan barang yang tidak
berkualitas maka panitia harus menetapkan kriteria teknis yang sesuai dengan keperluan,
misalnya: a. harus ada bengkel resmi di daerah tersebut b. memenuhi uji teknis dari departemen
perindustrian dan BPPT c. adanya jaminan purna jual (spare parts)