Professional Documents
Culture Documents
2
daging, ayam Pemanasan tuntas
Jalur Kontaminasi
Tanah dan debu
Air
Feces
Ingus
Penjamah makanan
3
Potensi Bahaya Kimiawi
Yang terdapat secara alamiah
a. Mikotoksin
b. Skombrotoksin
c. Ciguatoksin
d. Toksin jamur
e. Phytotoksin
f. Polychlorinated biphenyls
Yang ditambahkan/digunakan di tempat pengolahan
a. Bahan kimia pertanian
pestisida, fungisida, pupuk, insektisida, antibiotik
b. Logam berat : Pb dan Hg
c. Bahan makanan tambahan
bahan pengawet, bahan pewarna
penambah nutrisi (vitamin & mineral)
d. Bahan kimia lain : detergen, sanitizer, pelumas, bahan bakar
Potensi Bahaya Fisis
Bahan Sumber
Gelas Botol, jar, lampu, alat
Kayu Palet, box, perabot
Batu Bangunan, lingkungan
Logam Mesin, kabel, pegawai
Serangga Lingkungan
Tulang Lingkungan
Plastik Kemasan, lingkungan
4
Faktor yang meningkatkan resiko atau tingkat keparahan
Faktor mikrobia :
• Jenis patogen yang termakan
• Jumlah patogen yang termakan
Faktor makanan
• Buah & sayur segar/mentah
• Daging, unggas, telur, susu, ikan
• Berlemak tinggi (santan, coklat, dll.)
Faktor manusia
• Usia kurang dari 5 tahun
• Usia di atas 50 atau 60 tahun
• Sedang hamil
• Sedang menderita sakit
• Sedang mengalami infeksi
• Stres
• Higiene yang buruk
5
Foodborne Diseases dan Food Recall
Faktor-faktor Utama FBD
Pendinginan makanan yang tidak tepat
Membiarkan makanan selama ³ 12 jam (penyajian)
Kontaminasi makanan mentah ke dalam makanan “non-reheating”
Penanganan makanan oleh pekerja yang menderita infeksi
Proses pemasakan dan pemanasan tidak cukup
Penyimpanan makanan dlm keadaan hangat < 65 °C
Pemanasan kembali makanan pada suhu tidak tepat
Makanan berasal dari sumber yang tidak aman
Terjadi kontaminasi silang.
6
Membedakan Infeksi dan Intoksikasi
Infeksi Intoksikasi
Periode inkubasi Cukup lama (beberapa Cukup pendek
hari) (beberapa menit/jam)
Gejala Diare, mual, muntah, kram Muntah dan mual,
perut, demam kepekaan indera
berkurang, pandangan
ganda, lemah,
keseimbangan
terganggu
Patogen Infeksi : C. Botulinum (dewasa)
Salmonella B. cereus
Campylobacter S. aureus
Yersinia
V.
parahaemolyticus
Toxo plasma
Hepatitis A
Infeksi dengan mediasi
toksin :
C. botulinum (bayi)
B. cereus
E. coli
Recall
A firm’s action to remove a marketed food product that the FDA considers to be in
violation of the laws it enforces and the FDA would initiate legal action if the firm failed to
recall the product
Recall to protect customers and to avoid private lawsuits
A company recall doesn’t guarantee that FDA will not take a company to court
A firm can recall a product at any time
FDA will reviews the firm’s recall
Objective
The objective of this paper is to evaluate the number of recalls of food products under the
US-FDA authority reported between January and June 2000
161 recalls reported to the FDA and all of these actions were initiated by the firms.
The causes for recall were due to the presence of microbial (27%), chemical (50%),
and physical (4%) hazards.
20% of recall was resulted from incorrect labeling and off-odor.
Violative food products were effectively recovered within at least 6 months.
7
This indicates that the food companies and the FDA could work together effectively in
assuring the safety of food consumers in the USA.
8
Standar Makanan dan Peraturan Perundangannya
UU Pangan
LEMBARAN-NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Menimbang:
a. bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak
asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
untuk melaksanakan pembangunan nasional;
b. bahwa pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup
merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu
sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin
berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat;
c. bahwa pangan sebagai komoditas dagang memerlukan dukungan sistem perdagangan
pangan yang jujur dan bertanggung jawab sehingga tersedia pangan yang terjangkau oleh
daya beli masyarakat serta turut berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi
nasional;
d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada butir a, butir b, dan butir c, serta untuk
mewujudkan sistem pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang efektif di bidang
pangan, maka perlu dibentuk Undang-undang tentang Pangan;
Mengingat:
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;
DENGAN PERSETUJUAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
9
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman.
2. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode
tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.
3. Sistem pangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan, pembinaan,
dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi pangan dan peredaran
pangan sampai dengan siap dikonsumsi manusia.
4. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan,
dan membahayakan kesehatan manusia.
5. Produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah,
membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan atau mengubah bentuk
pangan.
6. Pengangkutan pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka
memindahkan pangan dari satu tempat ke tempat lain dengan cara atau sarana angkutan
apa pun dalam rangka produksi, peredaran, dan atau perdagangan pangan.
7. Peredaran pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka
penyaluran pangan kepada masyarakat, baik untuk diperdagangkan maupun tidak.
8. Perdagangan pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka
penjualan dan atau pembelian pangan, termasuk penawaran untuk menjual pangan, dan
kegiatan lain yang berkenaan dengan pemindahtanganan pangan dengan memperoleh
imbalan.
9. Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan
berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman,
peralatan, dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia.
10. Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus
10
pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.
11. Iradiasi pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan, baik dengan menggunakan
zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan
serta membebaskan pangan dari jasad renik patogen.
12. Rekayasa genetika pangan adalah suatu proses yang melibatkan pemindahan gen
(pembawa sifat) dari suatu jenis hayati ke jenis hayati lain yang berbeda atau sama untuk
mendapatkan jenis baru yang mampu menghasilkan produk pangan yang lebih unggul.
13. Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan, dan
minuman.
14. Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi
pertumbuhan dan kesehatan manusia.
15. Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan,
kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.
16. Iklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk
gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran
dan atau perdagangan pangan.
17. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan
terjangkau.
18. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun tidak.
Pasal 2
a. tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi
kepentingan kesehatan manusia;
b. terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; dan
c. terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
BAB II
KEAMANAN PANGAN
Bagian Pertama
Sanitasi Pangan
Pasal 4
(1)
Pemerintah menetapkan persyaratan sanitasi dalam kegiatan atau proses
11
produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan.
(2)
Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
persyaratan minimal yang wajib dipenuhi dan ditetapkan serta diterapkan
secara bertahap dengan memperhatikan kesiapan dan kebutuhan sistem
pangan.
Pasal 5
(1)
Sarana dan atau prasarana yang digunakan secara langsung atau tidak
langsung dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan
sanitasi.
(2)
Penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan serta penggunaan sarana dan
prasarana, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai
dengan persyaratan sanitasi.
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 38, dan Pasal 39 ditetapkan lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VI
TANGGUNG JAWAB INDUSTRI PANGAN
Pasal 41
(1)
Badan usaha yang memproduksi pangan olahan untuk diedarkan dan atau
orang perseorangan dalam badan usaha yang diberi tanggung jawab
terhadap jalannya usaha tersebut bertanggung jawab atas keamanan
pangan yang diproduksinya terhadap kesehatan orang lain yang
mengkonsumsi pangan tersebut.
(2)
Orang perseorangan yang kesehatannya terganggu atau ahli waris dari
orang yang meninggal sebagai akibat langsung karena mengkonsumsi
pangan olahan yang diedarkan berhak mengajukan gugatan ganti rugi
terhadap badan usaha dan atau orang perseorangan dalam badan usaha,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
12
(3)
Dalam hal terbukti bahwa pangan olahan yang diedarkan dan dikonsumsi
tersebut mengandung bahan yang dapat merugikan dan atau
membahayakan kesehatan manusia atau bahan lain yang dilarang, maka
badan usaha dan atau orang perseorangan dalam badan usaha,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib mengganti segala kerugian
yang secara nyata ditimbulkan.
(4)
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam hal badan
usaha dan atau orang perseorangan dalam badan usaha dapat
membuktikan bahwa hal tersebut bukan diakibatkan kesalahan atau
kelalaiannya, maka badan usaha dan atau orang perseorangan dalam
badan usaha tidak wajib mengganti kerugian.
(5)
Besarnya ganti rugi, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), setinggi-
tingginya sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk setiap
orang yang dirugikan kesehatannya atau kematian yang ditimbulkan.
Pasal 42
Dalam hal pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) tidak diketahui atau tidak
berdomisili di Indonesia, ketentuan dalam Pasal 41 ayat (3) dan ayat (5) diberlakukan terhadap
orang yang mengedarkan dan atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia.
Pasal 43
(1)
Dalam hal kerugian yang ditimbulkan melibatkan jumlah kerugian materi
yang besar dan atau korban yang tidak sedikit, Pemerintah berwenang
mengajukan gugatan ganti rugi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat (2).
(2)
Gugatan ganti rugi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan untuk
kepentingan orang yang mengalami kerugian dan atau musibah.
Pasal 44
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dan Pasal 43 ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB VII
KETAHANAN PANGAN
Pasal 45
(1)
Pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan
ketahanan pangan.
13
(2)
Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata,
dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Pasal 46
Dalam pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, Pemerintah:
d. mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah dan atau menanggulangi gejala
kekurangan pangan, keadaan darurat, dan atau spekulasi atau manipulasi dalam
pengadaan dan peredaran pangan.
Pasal 47
(1) Cadangan pangan nasional, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf
a, terdiri atas:
Untuk mencegah dan atau menanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang dapat merugikan
ketahanan pangan, Pemerintah mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka mengendalikan
14
harga pangan tersebut.
Pasal 49
(1)
(2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh
Pemerintah.
Pasal 50
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, dan Pasal 49
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 51
15
Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan sistem pangan, masyarakat dapat menyampaikan
permasalahan, masukan, dan atau cara pemecahan mengenai hal-hal di bidang pangan.
BAB IX
PENGAWASAN
Pasal 53
(1)
Untuk mengawasi pemenuhan ketentuan Undang-undang ini, Pemerintah
berwenang melakukan pemeriksaan dalam hal terdapat dugaan terjadinya
pelanggaran hukum di bidang pangan.
(2)
(3)
Pejabat pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dilengkapi dengan surat perintah.
(4)
Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan, sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), patut diduga merupakan tindak pidana di bidang pangan, segera
dilakukan tindakan penyidikan oleh penyidik berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(5)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
16
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
17
Nutritional Food Safety
18
Safe Food Consumption is a Public Good
o Healthy People = healthy, productive economy
o Role of Government = right combination of policies and practices that deliver the optimum
level of safe food
o Consumption - in their economy and culture.
o Policy Choice - depends on specific risks associated with specific food
o Role of economist – find optimum investment to ensure healthy & safe food consumption.
19
GMP’s
GMPs define a quality system that manufacturers use as they build quality INTO their products.
For example, approved drug products developed and produced according to GMP are :
•
safe
• properly identified
• of the correct strength
• pure
• of high quality
o Originally, GMPs were based upon the best practices of the industry.
o As technology and practices improve, the GMPs also evolved.
o In the U.S., drug cGMPs were formally introduced in 1963 and significantly rewritten in the
1970’s.
o Canadian drug GMPs existed in various forms in the 1950’s-1970’s before being published in
their current form in the 1980’s.
20
Example of formal change:
The U.S. medical device GMPs have been completely rewritten, making them more compatible with
the ISO-9001 quality document (see www.iso.ch). In fact device GMPs were renamed - FDA now
calls them the Quality System Regulation (QSR).
At a high level, GMPs of various nations are very similar; most require things like:
• equipment and facilities being properly designed, maintained, and cleaned
• Standard Operating Procedures (SOPs) be written and approved
• an independent Quality unit (like Quality Control and/or Quality Assurance)
• well trained personnel and management
ISO Standards
What is the ISO?
• “International Organization for Standardization”
• a network of national standards institutes of 147 countries
• a non-government organization (NGO)
• grants an ISO standard status to manufacturing companies who voluntarily meet the
requirements
What is ISO 9000?
• This standard is concerned with “quality management”
• Customer’s quality requirements, customer satisfaction, applicable regulatory requirements,
and continual improvement are the focus of this standard.
What is ISO 14000?
• This standard is concerned with “environmental management”
• Minimizing harmful effects on the environment and continual improvement are the focus of
this standard.
21
HACCP
Tujuan pembelajaran : mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian HACCP
2. Menjelaskan tujuan penerapan HACCP
3. Menjelaskan manfaat penerapan HACCP
4. Menyebutkan tujuh prinsip HACCP
5. Menjelaskan isi dari rencana HACCP
6. Melakukan Identifikasi bahaya pada satu contoh produk makanan
7. Menetapkan CCP pada satu contoh makanan
8. Menetapkan batas / limit kritis untuk CCP yang telah diidentifikasi pada satu contoh makanan
9. Menetapkan langkah pemantauan untuk CCP sesuai batas limit yang telah ditentukan
10. Menetapkan tindakan koreksi jika ditemukan CCP yang melebihi batas kritisdari hasil
pemantauan
11. Menetapkan langkah-langkah verifikasi dari hasil tindakan koreksi CCP
12. Menjelaskan kegiatan dokumentasi yang diperlukan untuk penerapan HACCP
Suatu system yang mengidentifikasi BAHAYA SPESIFIK yang mungkin timbul dan cara
pencegahannya untuk mengendalikan bahaya tersebut.
Tujuan HACCP
Umum
: Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara mencegah atau mengurangi kasus keracunan
dan penyakit melalui makanan (“Food borne disease”).
Khusus :
Mengevaluasi cara produksi mkn à bahaya ?
Memperbaiki cara produksi mkn à critical process
Memantau & mengevaluasi penanganan, pengolahan, sanitasi
Meningkatkan inspeksi mandiri
Kegunaan HACCP
Mencegah penarikan makanan
·
22
Meningkatkan jaminan Food Safety
· Pembenahan & “pembersihan” unit pengolahan (produksi)
Mencegah kehilangan konsumen / menurunnya pasien
Meningkatkan kepercayaan konsumen / pasien
Mencegah pemborosan beaya
1.HACCP team
2.Definition of HACCP and CCP
3.Target of the HACCP system
4.Description product
5.Ingredients
6.Hazard Analysis and Assignment of Risk categories à form 1 & form 2
7.Process Flow Diagram
8.Decision tree for Establish CCP
9.HACCP plan matrix
10.Standard Operation Procedure
11.HACCP audit form
PRINSIP HACCP
Identifikasi bahaya
Penetapan CCP
Penetapan batas / limit kritis
Pemantauan CCP
Tindakan koreksi thd penyimpangan
Verifikasi
Dokumentasi
23
Hazard Analysis
Product:
Process Step Potential hazard Should the
introduced, controlled or hazard be
enhanced at this step addressed What control measures can be
B= Biological in the applied to prevent the significant
C= Chemical HACCP Justification for decision.
hazards?
P= Physical plan?
24
Principle 2 - CCP Determination (Decision Tree)
Product:
A critical control point is defined as a point, step or procedure at which control can be applied and a food safety hazard can be prevented, eliminated or
reduced to acceptable levels. Only steps presenting a significant potential food safety risk (Q1, Hazard Analysis) are listed.
25
Principles 3, 4 and 5
Critical Limits, Monitoring and Corrective Actions
Product:
Process Step/ Critical Limits Monitoring Procedures Corrective Actions
CCP (Who/What/When/How)
Who: 1.
What: 2.
When: 3.
How: 4.
Who: 1.
What: 2.
When: 3.
How: 4.
26
Principles 6 and 7
Record Keeping and Verification
Product:
Process Step/CCP Records Verification Procedures
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
27
HACCP Plan Summary
Product:
Monitoring
Procedures/
Process Step Hazard CCP Frequency/ Verification
Corrective Actions/ HACCP
Descrip- Description Person Procedures/ Person
Critical Limit Records
Responsible Responsible
tion
Who: 1. 1. 1.
What:
2.
When: 2. 2.
3.
How:
3. 3.
4. 4.
28
EVALUASI POKOK BAHASAN HACCP
29
30
Ketahanan Pangan
31
Mengembangkan kelembagaan pangan yang menjamin
peningkatan produksi serta konsumsi yang lebih beragam
Mengembangkan usaha bisnis pangan
Menjamin ketersediaan gizi dan pangan bagi masyarakat.
Sasaran Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Meningkatnya produksi dan ketersediaan beras secara
berkelanjutan serta meningkatnya produksi, ketersediaan dan
konsumsi pangan sumber karbohidrat non beras dan pangan
sumber protein
Meningkatnya keanekaragaman dan kualitas konsumsi pangan
masyarakat dan menurunnya konsumsi beras per kapita
Berkembangnya pola distribusi pangan yang mampu menjamin
keterjangkauan pangan oleh masyarakat secara fisik dan ekonomi
Berkembangnya sistem kelembagaan pangan di masyarakat yang
partisipatif dalam menangani kerawanan pangan
Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat dalam
peningkatan ketahanan pangan rumah tangga
Meningkatnya produksi dan kualitas pangan sering dengan
peningkatan pendapatan para petani dan pelaku agribisnis lainnya
Menurunnya volume impor bahan pangan dan meningkatnya
bahan pangan substitusi impor
Berkembangnya industri dan bisnis pangan
Meningkatnya partisipasi masyarakat dan investasi swasta dalam
pengembangan bisnis pangan
Definisi Ketahanan Pangan (Menurut UU No.7 Tahun 1996) :
Aman
Merata
32
Dan terjangkau
33
Melaksanakan evaluasi dan pengendalian pemantapan dan
ketahanan pangan
Ketua DKP pusat à presiden
Ketua DKP harian à Mentri Pertanian
Gubernur à ketua DKP provinsi
Konferensi DKP à forum tertinggi untuk mengevaluasi,
mendiskusikan dan membahas permasalahan serta menetapkan
langkah-langkah operasional dalam membangun ketahanan
pangan di Indonesia
Konferensi I à tahun 2002
Konferensi II à tahun 2004
Pemantapan Ketahanan Pangan
34
Pembangunan ketiga subsistem tersebut melalui pendekatan
koordinasi dan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif.
Pendekatan ini berbasis à sistem dan usaha agribisnis yang
berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan desentralistis
Faktor-faktor pendukung keberhasilan ketiga subsistem tersebut adalah :
Faktor-faktor input :
Sarana, prasarana dan kelembagaan dalam kegiatan produksi,
distribusi, pemasaran, pengolahan, dsb
Faktor-faktor penunjang :
Kebijakan, peraturan, pembinaan dan pengawasan
Pelaku Ketahanan Pangan
Produsen
Pengolah
Pemasar
Konsumen
Output Pembangunan Ketahanan Pangan
35
WFS 2002 à untuk mengevaluasi pencapaian sasaran yang telah
disepakati dalam deklarasi Roma 1996, hambatan yang dihadapi
dan cara mengatasinya.
WFS 2002 dihadiri 183 negara, lebih dari 7 delegasi dipimpin langsung
oleh kepala atau wakil kepala negara.
36
Juga ditegaskan pentingnya pembangunan pertanian dan pedesaan
dalam mengikis kelaparan dan kemiskinan.
Membentuk FAO trust fund dengan dana awal sebesar US$ 500
juta
37
Ketahanan Pangan di Indonesia
Ketersediaan Pangan
semakin terbatas dan menurunnya kapasitas produksi dan daya saing
pangan nasional
Distribusi Pangan
Belum memadainya infrastruktur, prasarana distribusi darat dan antar
pulau, dan kerusakan pangan selama penyimpanan dan distribusi
Konsumsi pangan
Belum berkembangnya teknologi, industri, dan produk pangan alternatif
berbasis sumber daya pangan lokal
Rendahnya daya beli masyarakat dan food habit
Pemberdayaan masyarakat
sistem pemantauan secara dini dan akurat untuk mendeteksi kerawanan
panagan dan gizi
Manajemen
Terbatasnya data yang akurat, mutakhir, dan mudah diakses untuk
perencanaan pengembangan ketahanan pangan
Masalah kunci dalam ketersediaan pangan
Upaya mewujudkan ketersediaan pangan cukup menghadapi kendala
Berlanjutnya konversi lahan pertanian kepada kegiatan non pertanian
terutama lahan subur di Jawa
Semakin langkanya sumber daya air untuk pertanian, karena bersaing
dengan kegiatan ekonomi lainnya
Fenomena iklim yang tidak menentu karena pengaruh global warming
oleh emisi karbon dan penebangan hutan yang berlebihan
Kendala dari perwujudan ketersediaan pangan
38
Kinerja pelayanan teknologi pengolahan hasil tepat guna belum
memadai
Masalah konsumsi
39
Paradigma baru pembangunan ketahanan pangan
40
Faktor yang mengancam kondisi ketahanan pangan
Iklim
41
Meningkatkan upaya pemanfaatan pekarangan dengan pola usaha tani
yang berorientasi agribisnis
42