Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
AGUSTIN AYU KUSUMA (08060144)
WARTIANI (08060161)
Dengan Rahmat Allah SWT serta tidak lupa mengucap syukur ke hadiratNya
karena atas restu-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas KEPERAWATAN
MATERNITAS II ini yang berjudul ASKEP BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN.
Terselesaikannya laporan ini karena adanya bantuan dan kemudahan-
kemudahan yang di berikan oleh orang-orang terdekat. Oleh karena itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada :Kedua orang tua kami atas dukungan dan
Doa-nya.
kami berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua. kami juga
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan, guna perbaikan untuk masa yang
akan datang serta sebagai kelanjutan studi kami nantinya.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG...........................................................................4
TUJUAN ...............................................................................................5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN.......................................................................................6
ETIOLOGI.............................................................................................6
MANIFESTASI KLINIS.......................................................................
PATOFISIOLOGI..................................................................................7
KLASIFIKASI…………………………………………..
PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................
PENCEGAHAN……………………….
KOMPLIKASI…….
PENATALAKSANAAN......................................................................
BAB III
TINJAUAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN.....................................................................................14
POHON MASALAH...........................................................................14
DIAGNOSA KEPERAWATAN.........................................................14
INTERVENSI......................................................................................15
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI................................................ 20
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN....................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat
tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada
neonatus. Pada neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding
orang dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih
banyak dan usianya lebih pendek.
Keadaan bayi kuning (ikterus) sangat sering terjadi pada bayi baru lahir,
terutama pada BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Banyak sekali penyebab bayi
kuning ini. Yang sering terjadi adalah karena belum matangnya fungsi hati bayi untuk
memproses eritrosit ( sel darah merah). Pada bayi usia sel darah merah kira-kira 90
hari. Hasil pemecahannya, eritrosit harus diproses oleh hati bayi. Saat lahir hati bayi
belum cukup baik untuk melakukan tugasnya. Sisa pemecahan eritrosit disebut
bilirubin, bilirubin ini yang menyebabkab kuning pada bayi.
Kejadian ikterus pada bayi baru lahir (BBL) sekitar 50% pada bayi cukup
bulan dan 75% pada bayi kurang bulan (BBLR). Kejadian ini berbeda-beda untuk
beberapa negara tertentu, beberapa klinik tertentu di waktu tertentu. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan dalam pengelolaan BBL ynag pada akhir-akhir ini
mengalami banyak kemajuan.
BBLR menjadi ikterus disebabkan karena sistem enzim hatinya tidak matur
dan bilirubin tak terkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien 4-5 hari berlalu.
Ikterus dapat diperberat oleh polisitemia, memar, infeksi, dan hemolisis.
BBLR ini merupakan faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupan di masa depan.
B. TUJUAN
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
Hal ini melebihi kemampuan bayi mengeluarkannya , misalnya pada hemolisis yang
meningkat pada inkomptabilitas darah Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi
enzim G–6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup, dan sepsis.
3. Gangguan Transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan
bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,
sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin
indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan
di luar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar
biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain. ( Ilmu Kesehatan
Anak, Buku kuliah 3, FKUI, 1985
C. MANIFESTASI KLINIS
• Kulit berwarna kuning sampe jingga
• Pasien tampak lemah
• Nafsu makan berkurang
• Reflek hisap kurang
• Urine pekat
• Perut buncit
• Pembesaran lien dan hati
• Gangguan neurologik
• Feses seperti dempul
• Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
• Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada
hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan
jaundice fisiologi.
D. PATOFISIOLOGI
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik (terutama bilirubin indirek yang
larut dalam lemak) dan merusak jaringan tubuh. Sifat ini memungkinkan terjadinya
efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak.
E. KLASIFIKASI
1. Ikterus Fisiologi
• Timbul pada hari ke 2 atau ke 3, tampak jelas pada hari ke 5-6 dan
menghilang pada hari ke 10.
• Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa
• Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg %,
pada BBLR 10 mg %, dan akan hilang pada hari ke 14.
• Penyebab ikterus fisiologis diantaranya karena kekurangan protein Y
dan Z, enzim Glukoronyl transferase yang belum cukup jumlahnya.
2. Ikterus Patologis
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan bilirubin serum
- Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara
2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak
fisiologis.
- Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl
antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl
tidak fisiologis.
• Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan
diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma
• Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra
hepatic.
• Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar
seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain
itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
• Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi
untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
• Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi
untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
G. PENCEGAHAN
H. KOMPLIKASI
- Bilirubin Encephalopathy ( komplikasi serius )
- Retardasi mental - Kerusakan neurologis
- Gangguan pendengaran dan penglihatan
- Kematian.
- Kernikterus.
I. PENATALAKSANAAN
Terapi sinar diberikan jika kadar bilirubin darah indirek lebih dari 10
mg %. Terapi sinar menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawa
tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut
dalam air dan dikeluarkan melalui urin, tinja, sehingga kadr bilirubin
menurun. Selain itu pada terapi sinar ditemukan pula peninggian konsentrasi
bilirubin indirek dalam cairan empedu duodenum dan menyebabkan
bertambahnya pengeluaran cairan empedu kedalam usus sehingga peristaltik
usus meningkat dan bilirubin akan keluar bersama feses.
Pelaksanaan Terapi Sinar :
A. PENGKAJIAN
Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi).
Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor).
Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas (skin resh),
sclera mata kuning (kadang-kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna
urine dan feses. Pemeriksaan fisik. Inspeksi warna : sclera, konjungtiva, membran
mukosa mulut, kulit, urine, dan tinja.. Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya
peningkatan Tanyakan berapa lama jaundice muncul dan sejak kapan. Apakah bayi
ada demam. Bagaimana kebutuhan pola minum. Riwayat keluarga. Apakah anak
sudah mendapat imunisasi hepatitis B
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.
2) Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar
lingkungan panas.
3) Resiko terjadi cidera berhubungan dengan fototerapi atau peningkatan kadar
bilirubin.
4) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
1. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
a.risiko injury internal b.d peningkatan serum bilirubin sekunder dari pemecahan sel
darah merah dan gangguan eksresi bilirubin
1. risiko kurangnya volume cairan b.d hilangnya air ( insensible water loss )
tanpa disadari sekunder dari fototerapi.
Pohon masalah
penghancuran eritrosit
tua (80 - 85 %)+eritrosit
muda (15 - 20 %) +
hasil metabolisme Bilirubin
protein yg mengandung
heme + enzim yang
mengandung heme
Over produksi
Penurunan ambilan
hepatik