You are on page 1of 7

Fotoperiodisme

A. PENGERTIAN
Lama penyinaran atau panjang hari pada daerah tropis tidak berbeda
secara nyata sepanajang tahun, yakni sekitar 12 jam. Akan tetapi semakin jauh letak
lokaasi dari garis ekuator, maka fluktuasi panjang hari semakin besar. Pada posisi lintang
30o, panjang hari dapat berfluktuasi antara 10-14 jam.
Proses pertumbuhan dan perkembangan beberapa jenis tanaman sangat
dipengaruhi oleh panjang hari atau panjang hari atau lama penyinaran yang diterimanya
dalam setiap periode 24 jam, tetapi ada pula jenis tanaman yang pertumbuhan dan
perkembangannya tidak di pengaruhi oleh lama penyinaran. Tanaman yang pertumbuhan
dan perkembangannya dipengaruhi oleh panjang hari disebut sebagai tanaman fotoperiod
sensitif, sedangkan tanaman yang tidak terpengaruh oleh panjang hari disebut tanaman
fotoperiod insensitif atau juga dikenal sebagai tanaman hari netral.
Perkembangan tanaman yang dipengaruhi oleh panjang hari yang paling banyak
mendapat perhatian adalah pembentukan organ reproduktif tanaman. Selain pembentukan
bunga, pengaruh panjang hari juga terlihat pada pembentukan organ hasil tanaman yang
lain, misalnya pengaruhnya terhadap terhadap pembentukan umbi pada tanaman bawang
dan bombai.
Karakteristik daun juda dapat dipengaruhi oleh lama penyinaran. Hari panjang
sering dapat memacu laju pembesaran daun (leaf expansion). Hari pendek dapat
menyebabkan penurunan kerapatan stomata, peningkatan penebalan, dan peningkatan
kandungan khlorofil. Kandungan antosianin pada beberapa jenis tanaman juga di
pengaruhi oleh panjang hari.

B. KLASIFIKASI TANAMAN BERDASARKAN HUBUNGAN PANJANG


HARI DENGAN PEMBUNGAANNYA
Di antara tanaman yang pembanganunaya dipengaruhi oleh panjang hari.ada yang
hanya butuh satu siklus lama penyinaran (single inductive cycle) untuk merangsang
perbungan,tetapi ada pula yang membutuhkan beberapa siklus lama penyinaran yang
sesuai.

Tabel 1 : Tanama hari panajng dan hari dan hari pendek yang hanya membutuhkan satu siklus induktif
untuk merangsang pembungaan

Spesies Panjang Malam Kritis (Jam)

A. Tanaman Hari Panjang -


Anagallis arvensi 12-12.5
Anethum graveolens 11
Antlriscus corefolium –
Brassica compestris -
Lemna gibba –
Lolium temulentum 14-16
Sinapis alpa + 14
Spinacia oleracea 13

B. Tanaman Hari Pendek


Chenepodium polyspernum –
Chenepodium rubrum –
Lemna paucicostata –
Lemna perpusilla 12
Oriza satipa 12
Phurbitis nil 9-10
Wolffia microscopia –
Xanthium sirumarium 8,3

Panjang malam kritis sering di penaruhi antara lain oleh suhu udara, umur
tanaman, dan kultivar.
Sumber : Salisbury dan Ross (1985)

TABEL 2. PENGELOMPOKAN TANAMAN BERDASARKAN LAMA PANJANG HARI YANG DI BUTUHKAN UNTUK
MERANGSANG PEMBUNGAANNYA UNTUK KELOMPOK TANAMANAN YANG
MEMBUTUHKAN BEBERAPA SIKLUS INDUKTIF.

spesies kelompok

Cattleya trianae Hari pendek absolut (HpdA)


Chrisanthemum morifolium

Cannabis sativa cv. Kentuky Hari pendek kuantitatif (HPdK)


Chrisanthemum morifolium

Allium cepa HPdK yang dipercepat atau dipacu


Chrisanthemum morifolium Oleh vernalisasi

Agropyron smithii Hari panjang absolut(HPjA)


Arabidopsis thaliana
Avira sativa

Arabidopsis thaliana HPjA, membutuhkan atau dipercepat


Avena sativa oleh vernalisasi
Beta saccharifera

Hordeum vulgare Hari panjang kualitatif (HPjK)


spesies kelompok

Secale cereale
Triticum aestivum

Digitalis purpurea HPjK, membutuhkan atau dipercepat


Pisum sativum oleh vernalisasi
Secale cereale

Cucumis sativus HAri netral (HNt)


Fragaria-vesca semperflorens
Gomprhrina globosa
Gossypium hirsutum
Helianthus annuss
Helianthus tuberosus
Lunaria annua
Nicotiana tabacum
Oryza sativa
Zea mays

Alium ceva HNt, membutuhkan atau dipercepat


Daucus carota oleh vernalisa
Geum sp.
Lunaria annua

Untuk tanaman yang membutuhkan beberapa siklus induktif dapat


dikelompokkan menjadi tanama hari panajang, tanaman ari pendek, tanaman panjang hari
ganda (dual-daylength plant), tanaman hari sedang (intermediate-dayplant), tanaman
ambifotooeriodik, dan tanaman hari netral. Tanaman hari panjang di bedakan menjadi
tanaman hari panjang absolute, untuk kelompok tanaman yang mutlak membutuhkan hari
panjang untuk pembungaannya, dan tanaman hari panjang kuantitatif, untuk kelompok
tanaman yang pembungaannya akan semakin terpacu dengan semakin betambahnya
panjang hari. Tanaman hari pendek juag dipilih menjadi tanaman hari pendek absolute
dan tanaman hari pendek kuantitatif.
Kepekaan beberapa spesis tanaman terhadap lama penyinaran atau panjang hari
sering di pengaruhi oleh suhu. Kebutuhan panjang hari suatu spesies dapat berbeda lika
tanaman tersebut di budidayakan pada lingkungan dengan suhu rendahdi bandingkan
dengan tanaman yang sama di tanampada kondisi suhu udara yang lebih tinggi. Perlakuan
suhu rendah juga dibutuhkan atau paling tidak mempengaruhi kepekaan beberapa spesies
tanaman terhadap lama penyinaran yang dibutuhkan untuk merangsang pembungaannya.
Tanaman panjang hari ganda adalah tanaman yang membutuhkan hari pendek
untuk inisiasi pembungaannya tetapi kemudian butuh hari panjang untuk perkembangan
bunga selanjutnya (disebut tanaman hari pendek-panjang), atau sebaliknya merupakan
tanaman yang membutuhkan hari panjang untuk inisiasi pembungaan dan butuh hari
pendek atau perkembangan selanjutnya (disebut tanaman hari panjang-pendek).
Tanaman hari sedang merupakan kelompok tanaman yang akan berbung jika
mendapat lama penyinaran sekitar 12 jam dan pembungaan tanaman ini akan terhambat
jika mandapat penyinaran hari pendek atau hari panjang, sebaliknya tanaman yang dapat
dirangsang pembungaannya pada hari pendek atau hari panjang tetapi terhambat jika
lama penyinaran sekitar 12 jam disebut sebagai tanaman ambifotoperiodik. Tanaman
yang dapat berbunga pada semua panjang hari disebut sebagai tanaman hari netral.
Hubungan antara lama penyinaran dalam setiap periode 24 jam dengnan
persentase pembungaan tanaman untuk tanaman yang tergolong dari netral, pembungaan
tidak dipengaruhi oleh lama penyinaran atau dengan kata lain pembungaanya akan selalu
mencapai 100% pada lama penyinaran yang mampu diwakili oleh garis lurus A
Tanaman hari panjang diwakili oleh kurva asimptotik B dan C diman garis B
untuk tanaman hari panjang kuantitatif. Sedangkan garis C untuk tanaman hari panajang
kuantitatif (absolut) garis B mencerminkan peningkatan persentase pembungan tanaman
dengan bertambahnya lama penyinaran sedangkan garis C memperlihatkan bahwa
pembungaan baru dimulai pada lama penyinaran tertentu (batas minimum,disepakati
sekitar 12 jam) dan pembuangan tidak terjadi jika lama pentinaran berkurang dari batas
minimum tersebut.

HNt
100

80 HPdK
HPjK
60

40

20

4 8 12 16 20 24
Lama penyinaran (jam)
C. INTERAKSI ANTARA FOTOPERIOD DENGAN SUHU
Vernelisasi pada beberapa kasus dapat mengganti kebutuhan tanaman akan lama
penyinaran tertentu, atau sebaliknya perlakuan dengan panjang hari tertentu dapat
menghilangkan kebutuhan tanaman akan perlakuan vernelisasi. Sebagai contoh, jika
tanaman Campunula médium diberi perlakuan hari pendek, maka tanaman ini selanjutnya
tidak membutuhkan perlakuan vernalisasi untuk merangsang pembungaan tanaman
Campanula médium ini, estela perlakuan hari pendek atau vernalisasi ini harus diikuti
dengan perlakuan hari panjang.
Tanaman Pharbitis nil merupakan tanaman hari pendek, tetapi pembungaan
tanaman ini dapat terjadi pada kondisi hari panjang jika kondisi hari panjang tersebut
dikombinasikan dengan suhu rendah, intensitas cahaya tinggi, perlakuan zat penghambat
tumbuh, pemangkasan akar,atau kondisi ketersediaan hara rendah.
Interaksi anatar suhu dan kebutuhan panjang hari tidak hanya berlaku dalam
kaitanya dengan pembungaan tanaman, tetapi juga dapat terjadi untuk fenomena
pertumbuhan tanaman yang lain. Sebagai contah pemanjangan batang pada tanaman jute
akan di pacu pada kondisi hari panjang hanya jika suhu udara lebih dari 24 o C, sedangkan
pada suhu yang lebih rendah, pemanjangan batang tidak di pengaruhi oleh lama
penyiaran.

D. KESIAPAN TANAMAN UNTUK MENERIMA RANGSANGAN


FOTOPERIOD

Rangsagan fotoperiod untuk menyebabkan pembungaan pada tanaman umumnya


terjadi jika tanaman telah memasuki fase pertumbuhan tertentu, setelah tanaman tumbuh
relatif basar. Pada stadia vegetatif awal, umumnya tanaman akan bersifat responsif
terhadap rangsangan fotoperiod. Pengecualian pada tanaman ipomoea purpurea dan
Chenopodium sp. Yang mulai dapat di rangsang pembungaannya sejak fase awal
pertumbuhanya.fase pertumbuhan di mana tanaman mulai responsif terhadap rangsangan
fotoperiod untuk pembungaannya disebut fase berbubga (ripeness to flower), atau lebih
tepat jika disebut fase siap tanggap(ripeness t0 flower). Fase siap tanggap ini kadang
lebih erat kaitanya dengan stadia pertumbuhan tanaman dari pada umur tanaman,
misalnya tanaman tersebut mulai siap di rangsang pembungaannya setelah mamilki
jumlah daun tertentu.

E. KONSEP FLORIGEN

Organ tanaman yang bberperan mendeteksi panjang hari atau lama penyinaran
adalah daun.daun merupakan organ yang mendeteksi fotoperiot; sedangkan organ yang
akan menjadi bunga adalah tunas (baik apikal ataupun tunas aksilar). Dengan demikian
tentu harus terjadi penyampaian stimulus tersebut dari daun ke tunas. Percobaan dengan
penyambungan tanaman yang telah diinduksi pembungaannya, kemudian tanaman pada
kondisi fotoperiod yang tidak sesuai untuk merangsang pembungaan, tetap menyebabkan
pembungaan pada tanaman tersebut. Percobaan ini membuktikan bahwa stimulus tersebut
memeng dapat ditranslokasikan. Stimulus tersebut merupakan sejenis hormon, yang
kemudian disebut FLORIGEN.
Pada beberapa spesies, hormon banyak dihasilkan pada daun-daun yang masih
sangat muda dan yang lebih berperan sebagai limbung (sink) dari pada sumber (source).
Daun muda ini tidak akan mengirim hasil fotosintesisnya ke organ tanaman yang lain.
Agar hormon yang terkandung dalam daun muda ini dapat di angkut ke tunas tentu harus
ada mekanisme translokasi yang lain.
Jenis hormon yang berperan dalam merangsang pembungaan agaknya sama untuk
semua jenis tanaman, paling tidak pada semua tanaman angiosperma. Argumentasi ini
didasarkan atas hasil percobaan penyambungan antara tanaman Xanthium strumarium
(tanaman hari pendek) yang telah diinduksi pada tanaman Silene armeria (tanaman hari
panjang), kemudian tanaman sambungan ini dipelihara pada kondisi hari pendek.
Ternyata tanaman Silene armeria tersebut menjadi berbunga. Kedua tanaman yang
disambung ini berasal dari famili yang berbeda.

F. PENGARUH APLIKASI HORMON TERHADAP PEMBUNGAAN

Aplikasi hormon untuk merangsang pembungaan tanaman tidak selalu menunjuk-


kan hasil yang konsisten. Hasil yang tidak konsisten ini mungkin berkaitan dengan
konsentrasi yang aplikasikan, waktu aplikasi (dikaitkan dengan stadia perkembangan
tanaman), dan kondisi hormonal tanaman.
Auksin sering dilaporkan menghambat pembungaan. Akan tetapi untuk kasus-
kasus tertentu, auksin dilaporkan dapat merangsang pembungaan, misalnya jika
diaplikasikan pada tanaman nenas (Ananas commusus) atau tanaman nenas-nenasan
(bromeliad) lainnya. Pada kelompok tanaman ini, aplikasi auksin akan memacu sintesis
etilen, di mana etilen ini yang akan merangsang pembungaannya. IAA tidak efektif pada
tanaman nenas (atau tanaman bromeliad lainnya) karena akan diurai oleh enzim-enzim
yang terkandung pada jaringan tanaman ini. Hanya auksin sintetik, seperti NAA dan 2,4-
D yang efektif untuk digunakan pada kelompok tanaman ini.
Auksin juga dilaporkan akan merangsang pembungaan jika di aplikasikan pada
tanaman hari panjang yang menerima lama penyinaran yang hanya kurang sedikit dari
kebutuhan panjang harinya. Pada tanaman hari pendek, auksin hampir selalu dilaporkan
menghambat pembungaan.
Giberelin dapat digantikan kebutuhan perlakuan suhu rendah pada beberapa
spesies dan kebutuhan lama penyinaran pada tanaman hari panjang untuk merangsang
pembungaan ; tetapi giberelin tidak dapat mengantikan lama penyinaran yang dibutuhkan
pada tanaman hari pendek. Peran giberelin mungkin secara tidak langsung, yakni
pengaruhnya dalam memacu pertumbuhan batang dan daun.
Sitokinin jarang dilaporkan berperan dalam merangsang pembungaan, tetapi
kombinasi antara benziladenin (tergolong sitokinin) dengan GA3.

G. PERAN LAMA PERIODE GELAP

Secara alamia siklus gelap-terang berlangsung selama 24 jam, berarti jika lama
periode terang 14 jam, maka lama periode gelap lotomatis adalah 10 jam ; sebaliknya jika
periode terang hanya 10 jam, maka lama periode gelap menjadi 14 jam. Dengan kata lain,
jika periode terang semakin singkat, atau sebaliknya.
Berdasarkan pendekatan pertama diketahui bahwa lama periode gelap kritis
(critical night) bersifat konstan tetapi lama periode terang kritis (critical day) tidak
constan. Hasil pengujian ini menunjukkan pentingnya lama periode gelap dalam
menentukan pembungaan tanaman. Pendekatan kedua memperkuat argumentasi tentang
pentingnya lama periode gelap, karena pemtusan periode gelap walau hanya sesaat dapat
menggagalkan induksi pembungaan tanaman sementara pemutusan periode terang tidak
memberikan pengaruh terhadap pembungaan. Fenomena yang ditunjukkan dari hasil
pengujian dengan pendekatan kedua ini dikenal dengan fenomena interupsi malam (night
interruption phenomenon).
Cahaya dengan intensitas yang rendah (3 sampai 10 kali intensitas cahaya bulan
purnama) yang diberikan selama periode gelap sudah cukup efektif untuk menghambat
pembungaan tanaman hari pendek, sebaliknya interupsi malam akan merangsang
pembungaan tanaman hari panjang.

H. GENERALISASI FENOMENA FOTOPERIODISME PADA TANAMAN

Sehubungan dengan fotoperiodismo pada tanaman :


1. beberapa aspek selama siklus hidup tanaman dipengaruhi oleh fotoperiod.
Hari panjang hampir selalu memacu pemanjangan.
2. hubungan antara lama penyinaran (fotoperiod) dengan perilaku
pembungaan tanaman terbukti sangat beragam antara spesies maupun
antara kultivar dari spesies yang sama.
3. sebelum tanaman menjadi responsif terhadap rangsangan fotoperiod untuk
pembungaannya, organ tanaman yang berperan mendeteksi fotoperiod
(biasanya daun atau jeringan meristem) harus tetap pada fase
perkembangan matang untuk menerima rangsangan (ripeness to response).
4. interupsi malam menghambat pembungaan pada tanaman hari pendek,
sebaliknya memacu pembungaan pada tanaman hari panjang.
5. peran hormon dalam mengendalikan pembungaan tanaman tidak selalu
konsisten. Hormon atau kombinasi beberapa hormon yang berperan dalam
merangsang pembungaan disebut florigen, tetapi hormon ini masih belum
berhasil diindentifikasi. Beberapa hasil penelitian mengisyaratkan bahwa
florigen bukan merupakan jenis hormon yang telah umumnya dikenal,
seperti auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, atau etilen.

You might also like