Professional Documents
Culture Documents
Kurikulum yang mengandung aspek kesatuan nasional, memberikan bekal kesadaran dan
kesatuan nasional, semangat kebangsaan, kesetiaan sosial, serta mempertebal rasa cinta
tanah air disebut kurikulum nasional, dan yang mengandung unsur-unsur lokal disebut
muatan lokal dalam kurikulum. Di dalam struktur kurikulum, porsi muatan lokal adalah
20% dari kurikulum nasional.
B. Upaya Pembangunan Pendidikan Nasional
1. Jenis Upaya Pembaruan Pendidikan
a. Pembaruan Landasan Yuridis
Suatu pembaruan pendidikan yang sangat mendasar ialah pembaruan yang tertuju
pada landasan yuridisnya, karena pembaruan landasan yuridis berhubungan dengan
hal-hal yang bersifat mendasar dan yang bersifat prinsipal. Dikatakan demikian
karena landasan itu mendasari semua kegiatan pelaksanaan pendidikan dan mengenai
hal-hal yang penting seperti komponen struktur pendidikan, kurikulum, pengelolaan,
pengawasan, dan ketenagaan.
b. Pembaruan Kurikulum
Ada dua faktor pengendali yang menentukan arah pembaruan kurikulum, yaitu yang
bersifat mempertahankan dan yang mengubah. Termasuk yang pertama ialah
landasan filosofis, yaitu falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila dan UUD 1945
dan landasan historis (mencakup unsur-unsur yang dari dahulu hingga sekarang
menguasai hajat hidup orang banyak). Sedangkan faktor pengendali yang kedua yaitu
yang bersifat mengubah ialah landasan sosial (berupa kekuatan-kekuatan sosial di
masyarakat) dan landasan psikologis (yaitu cara peserta di dalam belajar, mengenai
hal ini banyak penemuan-penemuan baru yang menopangnya).
c. Pembaruan Pola Masa Studi
Pembaruan pola masa studi termasuk pendidikan yang meliputi pembaruan jenjang
dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu satuan pendidikan. Pada
bagian ini pembaruan pola masa studi itu hanya disinggung sekedarnya untuk
menunjukkan adanya upaya pembaruan pendidikan. Pembaruan pola masa studi
sebagai suatu pertanda adanya pembaruan pendidikan berupa penambahan ataupun
pengurangan . perubahan pola tersebut dilakukan untuk tujuan dan alasan-alasan
tertentu. Misalnya untuk mempersiapkan tenaga guru SD yang dahulunya dianggap
cukup tamatan SPG, sekarang untuk menjadi guru SD harus berpendidikan Diploma
II. Tujuannya ialah untuk mendapatkan tenaga yang lebih kompeten.
d. Pembarua Tenaga Kependidikan
Yang dimaksud dengan tenaga kependidikan ialah tenaga yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan,
mengelola, dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Pembaruan
terhadap komponen tenaga kependidikan dipandang sangat penting karena pembaruan
pada komponen-komponen lain tanpa ditunjang oleh tenaga-tenaga pelaksana yang
kompeten tidak akan ada artinya. Berdasarkan aneka ragam tugas seperti yang
dinyatakan dalam pasal, maka diperlukan jenis tenaga yang lain di samping guru,
meskipun guru sendiri mengalami perubahan peran dari peran tunggal ke multiperan.
Tenaga yang lain disamping guru ialah pustakawan, laboran, konselor, teknisi sumber
belajar, dan lain-lain.
Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional Indonesia. Pernyataan
tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusianya,
yaitu dapat dipenuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniyah, sebagai mahluk individu, mahluk
social dan mahluk individu, mahluk social, dan makluk rilegius, agar dengan demikian dapat
meningkatkan martabatnya selaku mahluk. Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat
manuisia sesuai sebutan dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah
manusianya yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai mahluk
individu, mahlik sosial dan mahluk rilegius, agar dengan demikian dapat meningkatkan
martabatnya selaku mahluk.
Uraian diatas menunjukan “status” pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi
pembangunan serta antar keduanya.
Pendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh hasilnya tidak segera dapat dilihat. Ada
jarak penantian yang cukup panjang antara dimulainya proses usaha dengan tercapai hasil.