You are on page 1of 44

PROPOSAL KUALITATIF

JUDUL :
Analisis Framing Pada berita tentang” Ibu
Tega Bunuh Anak Kandung “ dalam surat
kabar Harian Media Indonesia Edisi Juni
2009

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Belakangan, media masssa ibu kota dihiasi berbagai kasus pembunuhan yang
terkadang disertai perampokan, dan tak jarang diselingkan dengan pemerkosaan. Dalam
bulan Maret ini saja setidaknya sudah ada 8 kasus pembunuhan terjadi di Jakarta.
Berbagai factor jadi pemicunya, ada yang dibunuh oleh pembunuh bayaran, ada yang
dirampok oleh mantan pembantunya, ada pula karena cinta ditolak pisau bertindak. Tapi
muaranya satu, bahwa pembunuhan sangat gampang dilakukan dan banyak orang merasa
pembunuhan adalah jalan paling aman menuntaskan sakit hati.
Ada berbagai macam kejahatan yang terjadi di bumi ini, mulai dari yang
berskala besar seperti pembunuhan massal (genocide) hingga yang berskala kecil seperti
pencurian, penipuan, penggelapan, perampokan, pemerkosaan dan lain sebagainya.
Sejumlah kejahatan dapat terjadi seketika seperti pembunuhan tidak berencana dan
semacamnya. Sementara itu, terdapat banyak bentuk kejahatan yang sudah direncanakan
sebelumnya, bahkan disiapkan secara cukup matang.
Dalam Pembunuhan anak terdapat unsur-unsur didalamnya , yaitu Unsur
khusus dimana seorang anak yang baru dilahirkan atau tidak berapa lama setelah
dilahirkan dan Unsur umum merupakan perbuatan itu merupakan perbuatan pembunuhan
yang harus dilakukan dengan sengaja. Selain itu , Perbuatan itu harus dilakukan oleh
seorang ibu. Dan Perbuatan itu harus dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya yang
sedang atau tidak berapa lama setelah dilahirkan sendiri. Lalu Perbuatan pembunuhan itu
harus dilakukan berdasarkan suatu motif yaitu si ibu didorong oleh perasaan takut akan
diketahui bahwa ia melahirkan anak.
Sepertinya kalimat diatas tidak berlaku bagi beberapa keluarga di Indonesia.
Maraknya pemberitaan media yang mengangkat kasus anak dibunuh oleh orangtua (ibu)
kandung menyimpulkan bahwa hadirnya anak ditengah keluarga tidak selamanya
menjadi kebahagian bagi orangtua.

2
Kesekian kalinya media memberitakan pembunuhan anak yang dilakukan oleh
seorang ibu. Masih lekat dalam ingatan kita kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Anik
Komariah (31 thn) di Bandung Jawa Barat. Anik membunuh ketiga buah hatinya yang
masih belia, Nazhif (6 tahun), Faras (3 tahun) dan si bungsu Umar (9 bulan).
Disusul oleh Junania Mercy di Malang, Jawa Timur. Ia memberi racun
potasium yang dicampurkan ke dalam susu anaknya. Kontan saja nyawa ke empat
anaknya melayang. Berita terakhir yang teranyar dari kasus pembunuhan yang
dilakukan oleh ibu terhadap anak kandung terjadi di Bekasi, Jawa Barat. Ismayati, Ibu 2
(dua) anak yang tega membunuh anak-anaknya dengan menenggelamkan dalam bak
mandi.
Gangguan kejiwaan yang dialami si ibu diduga menjadi faktor pemicu felicide.
Felicide adalah pembunuhan anak oleh orang tua sendiri. dr. Teddy Hidayat, Sp.K.J
Kepala Bagian Kedokteran Jiwa RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, menyatakan bahwa
felicide sebagai penyebab kematian anak tertinggi di dunia.Para pelaku felicide
umumnya menderita skizofrenia tipe paranoid. Mereka mengaku mendengar bisikan
berupa komando yang memerintahkan untuk membunuh anak kandungnya sendiri.
Keadaan ekonomi yang dijadikan alasan untuk membunuh buah hati, menjadi
pencetus terjadinya gangguan jiwa skizofrenia tipe paranoid. Ketakutan berlebihan
karena tidak dapat menghidupi si buah hati, dan hanya dengan mengakhiri nyawa si buah
hati si ibu merasa dapat mengakhiri penderitaan si anak. Hal ini dapat kita telusuri dari
cerita para ibu yang melakukan felicide seperti yang dilakukan oleh Anik Komariah,
Junania Mercy dan yang lainnya.
Tetapi lain halnya , dengan made wijayanti , seorang pembantu rumah tangga
tega membunuh bayi laki – lakinya yang baru ia lahirkan. Dia malu dengan bayi yang dia
lahirkan dari hasil hubungan gelap , karena motif itulah dia tega membunuh anak laki –
lakinya tersebut.
Atas dasar alasan itulah maka peneliti ingin meneliti tentang kasus pembunuhan
yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya , dengan menggunakan media massa
sebagai bahan acuan analisis.sehingga dapat dilakukan pembingkaian pada suatu berita
tersebut. Dan akhirnya peneliti menggunakan Surat kabar harian Media Indonesia edisi
Juni 2009 sebagai bahan acuan penelitian.

3
1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana analisis Framing Pada berita tentang” Ibu Tega Bunuh Anak
Kandung “ dalam surat kabar Harian Media Indonesia Edisi Juni 2009 ?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana media cetak
melakukan pemberitaan maupun membingkai suatu peristiwa dalam berita ibu Tega
Bunuh Anak Kandung . Sehingga pada akhirnya dapat memunculkan cara pandang
dan perspektif pada suatu peristiwa dan akhirnya bisa menemukan fakta apa yang di
ambil dari berita ini.

1.4. Manfaat Penelitian

• Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada mahasiswa dalam


membingkai suatu peristiwa dimedia cetak. Sehingga cara pandang dan perspektif
berita itu pada akhirnya dapat menentukan fakta yang akan di ambil , sehingga
kita bisa mengetahui dan mengerti bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan
serta hendak dibawa kemana berita tersebut.
• Dapat sebagai bahan pertimbangan dalam mengkonstruksi dan mengembangkan
suatu peristiwa sebelum menjadi berita dan dikonsumsi khalayak.
• Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para pembuat berita agar
dalam merancang pesan yang hendak di evaluasi pakah sudah sesuai dengan
tujuan dan etika yang ditetapkan dalam melakukan pemberitaan kepada khalayak.

4
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1. Analisis Framing menurut Pan Zhong Dan Pan Kosicki


Analisis framing atau disebut analisis bingkai adalah pembingkaian yang
dilakukan oleh surat kabar terhadap suatu peristiwa yang nantinya akan disajikan kepada
khalyak. Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya
untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh
Beterson tahun 1995 ( Sobur, 2002 : 161 ).
Dengan teori ini, bisa dilihat bagaimana perspektif atau cara pandang yang
digunakan oleh media atau wartawan ketika menyeleksi isu-isu dan menulis berita,
kemudian menyajikannya dengan penonjolan pada titik-titik tertentu. Framing merupakan
perpanjangan dari teori agenda setting yang dikemukakan oleh Mc Comb dan Shaw
”mass media have the ability to transfer the saliance of items on their new agendas to
public agendas” ( Griffin, 1997 :376 ).
Framing mempunyai dua aspek (Eriyanto, 2002 : 69) pertama, memilih fakta
atau realitas. Proses memillih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin
melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta, selalu terkandung dua
kemungkinan : apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (excluded). Peristiwa
dilihat dari isu tertentu. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa, bisa
jadi berbeda antara satu media dengan media lain. Kedua, menuliskan fakta.
Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi framing yang saling berkaitan, yaitu
konsepsi psikologis dan konsepsi sosiologis. Dalam konsepsi psikologis, framing dilihat
sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks khusus dan menempatkan elemen
tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang.
Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi lebih penting dalam mempengaruhi
pertimbangan seseorang saat membuat keputusan tentang realitas. Jadi, konsepsi
psikologis lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam
dirinya.

5
Sedangkan dalam konsepsi sosiologis framing dipahami sebagai prosesbagaimana
seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman
sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Dalam model anaalisis
Framing Pan dan Kosicki, kedua konsepsi tersebut diintegrasikan. Konsepsi psikologis
melihat frame sebagai persoalan internal pikiran seseorang, dan konsepsi sosiologis
melihat frame dari sisi lingkungan sosial yang dikonstruksi seseorang. Kedua konsepsi
tersebut diaplikasikan pada proses mencari tahu bagaimana sebuah peristiwa dikonstruksi
oleh wartawan dan bagaimana berita atas peristiwa tersebut diproduksi. Ada tiga hal
dalam proses produksi berita yang dapat dikaitkan dengan konsepsi psikologis dan
sosiologis.yang pertama adalah proses konstruksi atas peristiwa atau realita melibatkan
nilai-nilai sosial yang melekat dalam diri seorang wartawan. Yang kedua, ketika menulis
dan mengkonstruksi yang , wartawan pasti mempertimbangkan kondisi khalayak yang
akan membaca beritanya. Yang ketiga, proses konstruksi sebuah peristiwa juga
ditentukan oleh standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar profesional dari wartawan.
Dalam model ini, perangkat framing yang digunakan dibagi dalam empat
struktur besar, yaitu struktur sintaksis (penyusunan peristiwa dalam bentuk susunan
umum berita ), struktur skrip (bagaimana wartawan menceritakan peristiwa ke dalam
bentuk berita ), struktur tematik (bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya
atas peristiwa ke dalam preposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk
teks secara keseluruhan), dan struktur retoris (bagaimana wartawan menekankan arti
tertentu ke dalam berita ). Adapun penjabaran dari keempat struktur tersebut adalah
sebagai berikut:
• Sintaksis
Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam
kalimat. Pada berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian
berita dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Bentuk sintaksis yang
paling banyak digunakan adalah piramida terbalik Yang dimulai dengan judul,
lead, episode, latar, dan penutup. Judul digunakan untuk menunjukkan bagaimana
wartawan mengkonstruksi suatu isu, seringkali dengan menekankan makna
tertentu lewat pemakaian tanda baca khusus. Selain judul, lead adalah perangkat

6
sintaksis lain yang sering digunakan. Lead yang baik biasanya memberikan sudut
pandang dari berita dan menunjuk perspektif tertentu dari realita yang diberitakan.

Bagian berita lain yang penting diperhatikan adalah pengutipan sumber


Berita . Bagian ini sering dimaksudkan untuk menampakkan objektivitas. Pengutipan
sumber ini menjadi perangkat framing atas tiga hal.yang pertama, untuk mengklaim
validitas atau kebenaran dari pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri pada
klaim otoritas akademik. Kedua, menghubungkan poin tertentu dari pandangannya
kepada pejabat yang berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu
yang dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pandangan
tersebut terlihat menyimpang.
• Skrip

Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini disebabkan
oleh dua hal. Yang pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan
hubungan peristiwa yang ditulis dengan peristiwa sebelumnya. Kedua, berita
umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan
lingkungan komunal pembaca. Karenanya, peristiwa biasanya sengaja diramu
sedemikian rupa dengan melibatkan unsur emosi dan menampilkan peristiwa
tampak sebagai
sebuah kisah dari awal adegan, klimaks, hingga akhir. Cara menceritakan
suatu peristiwa dapat menjadi penanda framing yang ingin ditampilkan. Bentuk
umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W+1H, who, what, when, where, why,
dan how. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang
penting.
Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita ,
bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun
bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skrip memberikan tekanan mana yang
didahulukan dan bagian mana yang dipakai untuk menyembunyikan informasi
penting.

7
• Tematik
Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu
diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Struktur tematik berhubungan dengan
bagaimana fakta itu ditulis, kalimat yang dipakai, penempatan dan penelitian
sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan.
Dalam menulis berita , seorang wartawan mempunyai tema tertentu
atas suatu peristiwa. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari strukturini.
Dia antaranya adalah koherensi pertalian antar kata, proposisi, atau kalimat.
• Retoris
Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau
kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan
oleh wartawan. Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh
wartawan.Yang paling penting adalah leksikon dan pemilihan kata untuk
menandai atau menggambarkan peristiwa.
Dengan demikian, pilihan kata yang dipakai tidak semata-mata hanya
karena kebetulan, tetapi juga menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang
terhadap fakta atau realitas. Peristiwa yang sama dapat digambarkan dengan
pilihan yang berbeda-beda. Selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita juga
dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis.
Elemen grafis muncul dalam bentuk foto, gambar, dan tabel untuk
mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Elemen
grafik memberikan efek kognitif, mengontrol perhatian secara intensif, dan
menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga
harus menjadi fokus

8
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis Penelitian Pada penelitian ini , adalah Kualitatif deskriptif . Dimana
penelitian ini berusaha memaparkan berita tentang “ Ibu Tega Bunuh Anak Kandung “
pada harian media Indonesia edisi juni 2009.

3.2. Obyek Penelitian


objek penelitian dilakukan pada surat kabar harian Media Indonesia . Objek
yang dimaksud adalah semua pemberitaan mengenai pemberitaan kasus pembunuhan
yang dilakukan oleh ibu terhadap anak kandungnya sendiri dalam berita Ibu Tega Bunuh
Anak Kandung pada harian media Indonesia edisi juni 2009.

3.3 Metode Analisis


Metode analisis pada penelitian ini adalah metode analisis framing dengan
mengunakan analisa data model Zhongdang Pan dan Gerald .M. Kosicki.

3.4. Sumber Data


Data yang diambil untuk dijadikan suatu sumber dalam penelitian ini adalah
• Primer
Data primer bersumber dari pemberitaan pada surat kabar harian Media
Indonesia

9
• Sekunder
Data sekunder adalah data-data pendukung lainnya yang diperoleh tidak
secara langsung. Data sekunder bisa berupa dokumen, arsip, maupun
laporan-laporan tertentu yang didapat oleh peneliti dari berbagai sumber.

3.5. Tekhnik Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara mengamati berita


tentang kasus ini .dan membuat dokumentasi berita ini pada pemotongan berita di Koran
Media Indonesia edisi juni 2009.

3.6.Tekhnik Analisa Data


Penelitian ini menggunakan tekhnik analisa data Framing dengan model analisis
dari Zhongdang Pan dan Gerald .M. Kosicki, berikut analisa datanya :

SINTAKSIS
• Headline : Ibu Tega Bunuh Anak Kandung
• Lead : Menceritakan tentang seorang pembantu Rumah tangga bernama
made wijayanti ( 29 ) tega membunuh bayi laki – laki yang baru
dilahirkannya , disuga aksi nekat wanita aal denpasar bali ini
dilakukan di tempat kerja majikannya , dan bayi laki – lakinya
dibunuh dengan cara yang sangat sadis , dengan menggorok
leher bayi itu.
• Sumber : Harian Media Indonesia Edisi Juni 2009

• Penutup : berita ini ditutup dengan pernytaan psikiater Ukrida yang


bernama Andri , dimana dia mengajukan bahwa banyak cara
yang dilakukanb untuk menimalisasi kasus ini.

10
SKRIP

• Who : Made Wijayanti ( 29 ) , seorang pembantu Rumah Tangga


• What : Pembunuhan Terhadap anak kandungnya
( ibu tega Bunuh Anak Kandung )
• When : Peristiwa ini Terjadi Rabu ( 17 /6) pukul 23.30 WIB
• Where : Peristiwa ini terjadi di tempat kerja Majikannya bernama Daniel
dilantai 3 ruko permata kota Blok J , Jalan Tubagus Angke RW
01 , Penjaringan , Jakarta Utara.
• Why :Wijayanti nekat membunuh bayi laki –lakinya itu karena malu
hasil hubungan gelap.
• How : saat ini wijayanti masih dalam tahap pemeriksaan petugas polsek
penjaringan dan meminta keterangan sejumlah saksi termasuk
majikan tersangka untuk mengetahui dugaan adanya motif lain
dibalik pembunuhan sadis itu dan petugas polsek penjaringan
juga meminta seluruh barang bukti terkait kasus ini.

TEMATIK
• Kata ganti : Kata ganti yang dipakai wartawan / penulis berita
adalah kata ganti orang ketiga sebagai orang yang
menulis berita , karena berita ini memaparkan
kejadian atas peristiwa pembunuhan seorang ibu
terhadap anaknya.
• Bentuk Kalimat : Cara wartawan menulis berita dengan menggunakan
kalimat tidak baku. Hal ini jelas terlihat dari kata –
kata kutipan sumber.dan berita ini terdiri dari 9
paragraf , yang terdiri dari paragraf pembuka dan
penutup.

11
• Maksud : Cara wartawan menulis berita tentang kasus ini
secara jelas , dimana pemberitaan tentang berita ibu
tega bunuh anak kandung mendapat perhatian besar
dari khalayak dan wartawan / penulis ingin
memaparkan kejadiaan yang sebenar – benarnya.

RETORIS

• Penekanan pesan : dalam kata “ Faktor malu dan dikucilkan masyarakat dan
keluarga menjadi faktor salah satu penyebab seorang ibu
nekat membunuh bayinya “
• Grafis : tidak ada unsur grafis didalam berita ini karena penulis
berita tidak mencantumkan foto maupun unsur grafis lainnya.

12
Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah surat kabar harian Media Indonesia dalam
berita ini menonjolkan fakta bahwa kasus pembunuhan anak yang dilakukan oleh seorang
ibu memang banyak terjadi . Dan hasil penelitian menjelaskan bahwa headline didalam
berita ini tentang “ ibu Tega Bunuh Anak kandungnya “ memiliki sebagian besar
perangkat framing diantaranya Sintaksis yang salah satunya penulis berita berusaja
memaparkan Lead kedalam bentuk reka kejadian persitiwa , lalu Skrip dimana penulis
berita memaparkan fakta kejadian peristiwa ini ,selain itu tematik dimana penulis berita
tidak menggunakan kalimat baku dalam penulisan pemberitaan ini. Dan retoris walaupun
berita ini tidak secara grafis tidak menonjolkan peristiwa sehingga tidak memberikan
efek kognitif, dan mengontrol perhatian secara intensif.

13
PROPOSAL KUALITATIF
JUDUL :

“ ANALISIS SEMIOTIKA LIRIK LAGU KUPU – KUPU LIARKU KARYA


SLANK “

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini , manusia tidak bisa hidup tanpa mendengarkan lagu. Lagu
merupakan irama kuat yang dapat membawa situasi hati seseorang dalam kehidupan
sehari – harinya. Lagu juga dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan kegiatan
dalam bekerja , belajar maupun dalam saat santai.hal tersebutlah yang mendasari banyak
musisi muda berdatangan ke kancah musik indonesia untuk bersaing dalam membuat
karya sebuah lagu yang mereka ciptakan.karena dengan lagu mereka bisa memotivasi
hobi sekaligus cita – cita mereka untuk menjadi musisi yang sukses.

14
Sekarang banyak musik atau lagu yang menjadi fenomena. Karena
kemunculan judul maupun musisinya sendiri yang bisa menarik hati para penikmat
musik, dimana mereka tidak hanya menyuguhkan lirik atau syair lagu – lagu yang
memikat hati tetapi kini para musisi lebih sering mengobral gaya khas mereka di atas
panggung.
Fenomena musik atau lagu sendiri banyak bermunculan dari mulai jenis musik
melayu sampai rock sesuai kesukaan para penikmat musik itu sendiri. Banyak lagu
maupun jenis musik dulu yang didaur ulang menjadi lagu yang syairnya sama tetapi
memakai jenis musik yang berbeda , misalnya lagu pop yang bisa didaur ulang menjadi
musik melayu atau musik melayu yang kini banyak didaur ulang menjadi musik Pop
maupun banyak musisi – musisi junior yang mengambil lagu yang akan mereka
nyanyikan dari para musisi – musisi senior.
Walaupun banyak fenomena lagu seperti di atas , tetapi tidak menutup
kemungkinan bagi para musisi senior yang telah jatuh bangun berkarya untuk musik
indonesia masih dapat membuat lagu yang briliant , contohnya Slank , slank merupakan
Grup band yang bisa dibilang senior di dunia musik indonesia.karya – karyanya sudah
banyak dikenal diluar negeri contohnya di malaysia bahkan sudah terkenal di america
serikat. Slank juga selalu mampu memberikan karya – karya musik yang bisa dinikmati
oleh siapa saja , atas dasar ituah sampai kini. Slank bisa mampu masuk dalam jajaran
musisi papan atas.
Selama ini slank selalu menyuguhkan lagu - lagu yang mempunyai makna dibalik
setiap syairnya , salah satu contohnya adalah Lagu yang Berjudul “ Kupu – Kupu
Liarku “ lagu ini mempunyai makna dibalik judulnya karena judul lagu ini memakai
kata kiasan yang khas , yaitu kata “ kupu – kupu liarku “. Dimana kata ini mengandung
makna negatif untuk masyarakat. Lagu ini menjelaskan bahwa ada seorang pria yang
mencintai seorang wanita yang mempunyai pekerjaan sebagai pekerja seks komersil.
Atas dasar inilah , penelitian ini dilakukan semata – mata untuk mengetahui
makna apa yang terkandung pada lagu “ kupu – kupu liarku “ karya slank dan bagaimana
semiotika yang muncul pada lagu ini mengapa mengandung makna negatif didalam
masyarakat.

15
1.2. RUMUSAN MASALAH
“ Bagaimana analisis Semiotik pada Lirik Lagu “ kupu – kupu liarku “ karya Slank ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN


• untuk mengkaji makna social dibalik kumpulan makna – makna pada Lagu kupu
– kupu liarku karya slank
• untuk mengkaji bagaimana analisa semiotika secara terperinci pada lagu kupu –
kupu liarku karya Slank

1.4.MANFAAT PENELITIAN
• Memberi sumbangsih ilmiah dalam studi semiotika mengenai lagu Kupu – kupu
liarku karya slank
• Memberikan kemudahan serta bantuan berupa suatu acuan penelitian bagi peneliti
yang nantinya bisa untuk dijadikan pedoman dalam melakukan sebuah penelitian.
• Mahasiswa dapat mempraktekkan ilmu yang sudah ia dapat dalam kehidupan
nyata untuk melakukan penelitian.
• Dapat sebagai bahan pertimbangan dalam mengkonstruksi dan mengembangkan
suatu musik atau lagu yang akan disajikan untuk masyarakat

1.5. TINJAUAN PUSTAKA


Kajian tentang semiotika banyak berhutang pada karya perintis yang menjadi
contoh di bidang ini yaitu Mythologies (terj: Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa:
Semiotika atau Sosiologi Tanda, Simbol, dan Representasi (2007)) karya Roland Barthes.
Karya tersebut membahas pernak-pernik budaya massa yang ada pada masa kontemporer
ini mulai dari sabun cuci hingga gulat bebas beserta makna yang dapat terbaca darinya.
Analisis semiotika diterapkankannya terhadap hal-hal tersebut menjadi satu rujukan awal
yang penting bagi kajian semiotika selanjutnya

16
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Musik Dan Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan penyampaian pesan oleh komunikator kepada


komunikan dalam jumlah yang besar melalui media massa. Pesan dapat memiliki
berbagai macam bentuk, baik lisan maupun tulisan. Demikian halnya media massa yang
mempunyai beberapa bentuk seperti cetak dan elektronik.
Dengan demikian komunikan dapat leluasa memilih bentuk pesan dan
melalui media apa pesan tersebut akan dasampaikan. Demikian pula dengan penyanyi
sebagai komunikator untuk menyampaikan pesannya yang berbentuk Lagu dengan media

17
seperti kaset, CD (compact disk) maupun VCD (video compact disk). Musik dapat
dimasukkan dalam suatu bentuk komunikasi massa karena memiliki beberapa unsur,
karakteristik dan fungsi yang sama dengan komunikasi massa.
Dilihat dari definisinya yaitu komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Karlinah, Soemirat &
Komala, 1999, p. 1.3). Musik, dalam hal ini lirik Lagu pada dasarnya adalah pesan yang
nantinya akan disampaikan pada khalayak melalui media tertentu. Sedangkan dari
karakteristiknya, seperti yang dijelaskan oleh Wright (1985) ada 8 karakter komunikasi
massa, yaitu : komunikatornya terlembaga, pesan bersifat umum, komunikan anonym dan
heterogen, menimbulkan keserempakan, mengutamakan isi, linier dan berifat sekilas
(Karlinah, Soemirat &Komala, 1999, p. 1.3).
Musik merupakan salah satu bentuk komunikasi massa, karakter keduanya ada
kesamaan yaitu pesannya bersifat linier dimana hubungan komunikasinya searah dari
komunikator pada komunikannya; disini penyanyi sebagai komunikator yang
memberikan pesan secara searah pada pendengrarnya. Kemudian komunikan anonim dan
haterogen, maksudnya adalah dimana komunikator atau penyanyi tidak mengenal
komunikannya yang terdiri dari lapisan masyarakat yang berbeda. Lalu komunikatornya
terlembaga yaitu adalah pesan yang sampai ke komunikan melalui proses yang
memerlukan banyak pihak.

2.2 Lirik Lagu

Lirik Lagu merupakan ekspresi seseorang tentang suatu hal yang sudah
dilihat, didengar maupun dialaminya. Dalam mengekspresikan pengalamannya, penyair
atau pencipta Lagu melakukan permainan kata-kata dan bahasa untuk menciptakan daya
tarik dan kekhasan terhadap lirik atau syairnya.
Permainan bahasa ini dapat berupa permainan vokal, gaya bahasa maupun
penyimpangan makna kata dan diperkuat dengan penggunaan melodi dan notasi musik
yang disesuaikan dengan lirik lagunya sehingga pendengar semakin terbawa dengan apa
yang dipikirkan pengarangnya (Awe, 2003, p.51).

18
Definisi lirik atau syair Lagu dapat dianggap sebagai puisi begitu pula
sebaliknya. Hal serupa juga dikatakan oleh Jan van Luxemburg (1989) yaitu definisi
mengenai teks-teks puisi tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra melainkan juga
ungkapan yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyan-semboyan politik, syair-syair
lagu pop dan doa-doa.
Jika definisi lirik lagu dianggap sama dengan puisi, maka harus diketahui apa
yang dimaksud dengan puisi. Puisi menurut Rachmat Djoko Pradopo (1990) merupakan
rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting dan digubah dalam wujud
yang berkesan. Sedangkan menurut Herman J. Waluyo (1987) mengatakan puisi adalah
bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif
dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa pada struktur fisik dan
struktur batinnya.
Dari definisi diatas, sebuah karya sastra merupakan karya imajinatif yang
menggunakan bahasa sastra. Maksudnya bahasa yang digunakan harus dibedakan dengan
bahasa sehari-hari atau bahkan bahasa ilmiah. Bahasa sastra merupakan bahasa yang
penuh ambiguitas dan memiliki segi ekspresif yang justru dihindari oleh ragam bahasa
ilmiah dan bahasa sehari-hari (Awe, 2003, p. 49). Karena sifat yang ambigu dan penuh
ekspresi ini menyebabkan bahasa sastra cenderung untuk mempengaruhi, membujuk dan
pada akhirnya mengubah sikap pembaca (Wellek & Warren, 1989, p. 14-15).
Lagu yang terbentuk dari hubungan antara unsur musik dengan unsur syair
atau lirik lagu merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Pada kondisi ini, lagu
sekaligus merupakan media penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
dalam jumlah yang besar melalui media massa.
Pesan dapat memiliki berbagai macam bentuk, baik lisan maupun tulisan. Lirik
lagu memiliki bentuk pesan berupa tulisan kata-kata dan kalimat yang dapat digunakan
untukmenciptakan suasana dan gambaran imajinasi tertentu kepada pendengarnya
sehingga dapat pula menciptakan makna-makna yang beragam.
Dalam fungsinya sebagai media komunikasi, lagu juga sering digunakan sebagai
sarana untuk mengajak bersimpati tentang realitas yang sedang terjadi maupun atas
cerita-cerita imajinatif. Dengan demikian lagu juga dapat digunakan untuk bebagai

19
tujuan, misalnya menyatukan perbedaan, pengobar semangat seperti pada masa
perjuangan, bahkan lagu dapat digunakan untuk memprovokasi atau sarana propaganda
untuk mendapatkan dukungan serta mempermainkan emosi dan perasaan seseorang
dengan tujuan menanamkan sikap atau nilai yang
kemudian dapat dirasakan orang sebagai hal yang wajar, benar dan tepat.
Propaganda melalui maupun tidak melalui lirik lagu tetap memiliki efek yang
kompleks. Contohnya Jika pesan dalam lirik lagu oleh propagandis diketengahkan
tentang ketidakadilan dan ketimpangan-ketimpangan sosial dan
secara tidak langsung menempatkan pemerintah sebagai pihak yang harusnya
bertanggung jawab pada keadaan itu, bukan tidak mungkin hanya melalui lagu ,
khalayak menjadi marah, menuntut bahkan melawan pemerintah sebagai pihak yang
bertanggungjawab dengan berbagai bentuk.
Oleh karena bahasa dalam hal ini kata-kata, khususnya yang digunakan dalam lirik
lagu tidak seperti bahasa sehari-hari dan memiliki sifat yang ambigu dan penuh ekspresi
ini menyebabkan bahasa cenderung untuk mempengaruhi, membujuk dan pada akhirnya
mengubah sikap pembaca (Wellek & Warren, 1989, 14-15).
Maka untuk menemukan makna dari pesan yang ada pada lirik lagu , digunakanlah
metode semiotika yang notabene merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang
sistim tanda. Mulai dari bagaimana tanda itu diartikan,
dipengaruhi oleh persepsi dan budaya, serta bagaimana tanda membantu manusia
memaknai keadaan sekitarnya. Tanda atau sign menurut Littlejohn adalah basis
dari seluruh komunikasi (1996, p. 64). Sedangkan yang disebut tanda dapatberupa
gambar atau tulisan (Kurniawan, 2001,p.53).

2.3. Semiotika, Tanda, dan Kode


Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan konsumsi tanda pada
masyarakat atau konsumen maka terlebih dahulu perlu dipahami pengertian tentang tanda
dan pertandaan. Pemikiran terkait dengan tanda dikaji dalam disiplin yang disebut
semiotika. Semiotika dalam definisi Ferdinand de Saussure adalah ilmu yang
mempelajari peranan tanda dalam kedudukannya sebagai bagian dari suatu kehidupan

20
sosial (Piliang, 2003: 256). Umberto Eco, sebagaimana dikutip dalam Piliang (2003: 44)
menambahkan definisi yang menarik bahwa semiotika pada dasarnya adalah teoridusta.
Suatu tanda adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk membuat dusta meskipun
juga dapat dijadikan pembuat kebenaran. Suatu hal yang tidak dapat dijadikan alat dusta
tidak akan dapat pula dijadikan alat kebenaran. Dengan demikian semiotika dapat
dipahami juga sebagai teori kebenaran. Dua rintisan gagasan utama terkait dengan tanda
berasal dari C S Peirce dan Ferdinand de Saussure. Peranan keduanya dianggap sama
pentingnya dalam rintisan kajian tentang tanda. Yang pertama salah satu tokoh filsafat
aliran pragmatisme Amerika sedangkan yang kedua ialah ahli bahasa berkebangsaan
Swiss. Yang pertama lebih senang menyebut kajiannya tentang tanda dengan sebutan
semiotika sedangkan yang kedua menyebutnya dengan semiologi. Istilah pertama inilah
yang saat sekarang digunakan secara lebih luas guna menyebut kajian tentang tanda.
Gagasan Pierce tentang tanda dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut, Tanda adalah
sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas.
Tanda menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan di benak orang tersebut
suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang
diciptakannya saya namakan interpretant dari tanda pertama. Tanda itu menunjukkan
sesuatu, yakni objeknya. (Peirce dalam Zeman sebagaimana dikutip oleh Fiske (2004:
63)) Apabila disusun dalam model sebagai berikut (Fiske, 2004: 63), Gambar 1. Skema
gagasan Peirce tentang tanda Skema tersebut menunjukkan satu relasi segi tiga antara
tanda, interpretant, dan objek. Suatu tanda akan dapat dipahami dalam relasinya dengan
interpretant, suatu tanda yang setara bahkan lebih berkembang dalam benak seseorang
yang merujuk pada objek tertentu.
Tampak dalam pemikiran Peirce adanya relasi tak terpisahkan antara tanda dan
interpretant dengan objek yang dirujuknya. Disinilah perbedaan utama gagasan Peirce
apabila dibandingkan dengan teori tanda yang digagas oleh Saussure. Gagasan lain dari
Peirce yang penting dalam perkembangan pengertian tentang tanda adalah
kategorisasinya terhadap tanda. Tanda dapat dimasukkan dalam tiga kategori yaitu ikon,
indeks, dan simbol. Ikon adalah sebuah tanda yang menyerupai objeknya seperti sebuah
foto misalnya. Indeks adalah sebuah tanda yang memiliki hubungan langsung dengan

21
objek seperti asap adalah indeks dari api. Simbol adalah tanda yang tidak memiliki
keterkaitan atau kemiripan dengan objeknya, jadi sebuah simbol dapat dipahami
berdasarkan kesepakatan belaka (Fiske, 2004: 68-69).
Tanda Interpretant Objek
Tanda dalam gagasan Saussure, sebagimana dijelaskan oleh Adian (2006: 41),
dapat dipahami sebagai paduan tak terpisahkan antara penanda misalkan dalam bahasa
adalah suatu citraan bunyi (misalkan huruf k/u/r/s/i) dengan petanda yaitu konsep mental
tentang objek yang dirujuk (misalkan suatu tempat duduk). Penanda dalam pemikiran
Saussure dekat dengan konsep tanda dalam pemikiran Peirce sedangkan petanda dekat
dengan konsep interpretant Peirce (Fiske, 2004: 65). Berbeda dengan Peirce, tanda dalam
gagasan Saussure dapat dikatakan terlepas dari rujukan objeknya sehingga bahasa adalah
suatu yang otonom dari realitas (Adian, 2006: 41).
Aturan utama dalam bahasa menurut Saussure, sebagaimana dikutip oleh Piliang
(2003: 259), adalah semata-mata perbedaan. Tidak ada satu hubungan Langsung antara
(k/u/r/s/i) dengan tempat untuk duduk, yang menghasilkan satu hubungan adalah
perbedaan antara kata kursi dengan kata kusir, kasir, usir, dan sebagainya. Karenanya
dalam pandangan strukturalisme bahasanya Saussure pada relasi antar tanda lebih utama
dibandingkan dengan hakikat tanda. Makna suatu tanda berasal dari perbedaan antar
berbagai penanda, perbedaan ini meliputi dua dimensi yaitu sintagmatik terkait posisi
suatu tanda dan paradigmatikTanda , Penanda , Petanda , Pertandaan Realitas eksternal
atau makna yaitu terkait dengan penggantian satu tanda dengan tanda lainnya yang absen.
Dimensi paradigma yaitu perbendaharaan tanda yang melaluinya dipilih salah
satutanda. Dimensi ini dapat dipahami dengan permisalan adalah perbendaharaan sekian
ribu kata dalam sebuah kamus. Dimensi kedua adalah dimensi sintagma yaitu kombinasi
tanda dengan tanda lain dari perbendaharaan yang ada dalam sebuah aturan sehingga
menghasilkan satu makna tertentu (Piliang, 2003: 259-260). Saussure menyebut istilah
paradigmatik sebagai asosiatif namun saat ini istilah paradigmatik yang digagas oleh
Roman Jacobson lebih sering digunakan (Chandler, 2003, diakses 8 Juni 2008 jam 8.48
WIB).

22
Tanda dalam kehidupan sosial akan tunduk kepada apa yang disebut sebagai
kode, suatu kesepakatan berisi aturan-aturan bagaimana tanda akan diorganisasikan oleh
masyarakat pengguna kode tersebut. Kode menunjukkan aspek sosial dari tanda karena
sifat konvensional atau berdasar kesepakatan dari pengguna tanda (Fiske, 2004: 91-92).
Kode, menurut Chandler (2003, diakses 8 Juni 2008 jam 8.48 WIB), tidak semata-mata
dipahami sebagai sebuah konvensi atau kesepakatan dalam komunikasi namun lebih
merupakan satu sistem prosedural yang mengorganisasi tanda menjadi sistem yang
bermakna dengan mengaitkan penanda dengan petanda. Kode akan mentransendensikan
teks, mengaitkan mereka semua dalam kerangka nterpretatif.

2.4. ANALISA SEMIOTIK ROLAND BARTHES


Roland barthes adalah penerus pemikiran soussure. Saussure tertarik pada
cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk – bentuk kalimat menentukan
makna , tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja
menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes
meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan
pengalaman personal dan cultural pengunanya , interaksi antara konvensi dalam teks
dengan konvensi yang di alami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan barthes ini
dikenal dengan “ order of significations “
Tataran pertandaannya , terdiri dari :
• Denotasi
Makna kamus dari sebuah kata atau terminology atau objek. Ini adalah deskripsi
dasar.

• Konotasi
Makna – makna cultural yang melekat pada sebuah terminology

• Metafora

23
Mengkomunikasikan dengan analogi. Contoh mtafora yang didasarkan pada
identitas . “ cintaku adalah mawar merah “ , artinya mawar merah digunakan
untuk menganologikan cinta.

• Simile
Subkategori metaphor dengan menggunakan kata – kata seperti metafora
berdasarkan identitas. Sedangkan simile berdasakan kesamaan

• Synecdoche
Dubkategori metomini yang memberikan makna “ keseluruhan “ atau “
sebaliknya “ , artinya sebuah bagian digunakan untuk mengasosiakan keseluruhan
bagian tersebut

• Intertextual
Hubungan antartext ( tanda ) dan dipakai untuk memperlihatkan bagaimana teks
saling bertukar satu dengan yang lain , sadar ataupun tidak sadar

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

24
Jenis Penelitian Pada penelitian ini , adalah Kualitatif deskriptif . Dimana
penelitian ini berusaha menganalisis makna – makna yang terkandung didalam lirik lagu
“ kupu – kupu liarku “ karya Slank.

3.2. Obyek Penelitian


Obyek Penelitian Pada penelitian ini adalah Lirik lagu dengan judul lagu kupu
– kupu liarku karya Slank.

3.3. Metode Analisis


Metode analisis pada penelitian ini adalah metode analisis semiotika dengan
memakai model semiotika roland barthes.

3.4. Sumber Data

• Data Primer
Sumber Data ini diperoleh dengan menganalisis lirik lagu slank yang
berjudul kupu – kupu malam di internet dan mendengarkan cuplikan lagu ini di media
elektronik. Setelah itu di observasi sehingga menemukan hasil data primer.

• Data Sekunder
Data sekunder dari penelitian ini adalah artikel – artikel lagu slank yang
berada di sampul Album slank sendiri.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


• Observasi

25
Dimana penelitian ini menggunakan tekhnik pengumpulan data observasi
melalui cuplikan lagu slank di media elektronik.
• Dokumentasi
Dimana penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi , dengan cara
mendapatkan dokumentasi lirik lagu di situs internet maupun sampul lirik album
slank.

3.6. Teknik Analisa Data

MODEL ANALISIS SEMIOTIK LIRIK LAGU

KUPU – KUPU LIARKU KARYA SLANK DENGAN ANALISIS SEMIOTIK


ROLAND BARTHES

• Denotasi
Denotasi pada lirik lagu ini adalah kata “ kupu – kupu liar “ yang mengandung
arti sebuah serangga yang hidup liar di alam bebas. Kata “ Buah Bibir “ yang
mengandung denotasi arti , organ bibir atau mulut manusia yang berbuah. Kata “
bunga Ranjang “ yang mempunyai arti Bunga yang berada di Ranjang ( Tempat
Tidur ) .

• Konotasi
Didalam lirik lagu “ kupu – kupu liarku “ juga mengandung makna konotasi ,
diantaranya kata “ kupu – kupu liar “ yang berarti wanita yang mempunyai
pekerjaan sebagai pekerja seks komersil. Kata “ Buah Bibir “ yang mempunyai
makna konotasi sebagai bibir yg selalu menjadi bahan sebutan (pembicaraan)
orang; -- cakap buah tutur katanya , kata “ Bunga Ranjang “ yang mempunyai
makna konotasi sebagai wanita yang paling disegani sebagai wanita pekerja seks

26
komersial diantara wanita pekerja seks lainnya yang melakukan pekerjaannya di
atas ranjang ( tempat tidur ). Kata “ Hisap Sari Cinta “ mengandung arti konotasi
sebagai mengambil makna dari sebuah cinta.

• Metafora
Kata “ hisap sari Cintaku “ mengandung metafor yang berarti mengambil /
mendapatkan rasa dan makna cinta dan kata ini digunakan untuk menganologikan
cinta dimana maksud dari kata ini bagaimana seseorang bisa merasakan cinta
untuk orang yang disayangi.
Kata “ andai memang kamu cukup liar “ mengandung metafor yang berarti
memandang wanita dalam lagu ini mempunyai sifat yang liar dan kata ini
digunakan untuk menganologikan sifat yang bebas dan tidak mengenal aturan.

• Simile
Kata “ Buah Bibirkan kamu Sebagai Bunga Ranjang “ yang mempunyai makna
kesamaan bahwa buah bibir seperti bunga ranjang.

• Metonimi
Kata kupu – kupu di asosiasikan dengan “ keindahan “ karena kita ketahui kupu –
kupu sangat indah dari bentunya yang beragam . dan bisa diasosiakan sebagai “
wanita yang memiliki keindahan fisik “ didalam lagu ini.

• Intertektual
Intertektual dari lirik lagu ini adalah
Kupu – kupu liarku
Terbanglah kau padaku
Hinggaplah dihatiku
Hisap sari cintaku

27
Kata – kata di atas merupakan itertektual dimana penyair
memperlihatkan bagaimana teks saling bertukar satu dengan lainnya.dimana kata – kata
tersebut mengambarkan perilaku kupu – kupu yang meniru tindakan seorang wanita.

Lirik Lagu Slank “ Kupu – Kupu Liarku “

Walau ku tahu tentang kisahmu


Waktu yang lewat atau engkau kini
Jangan hindari aku dan jangan kau malu
Karena cintaku ini dari hati yang suci

Aku tak peduli apa kata mereka


Ceritakan segala caci maki
Buah bibirkan kamu sebagai bunga ranjang
Andai memang kamu cukup liar

Koepoe-koepoe liarkoe
Terbanglah kau padaku
Hisap sari cintaku
hinggaplah dihatiku

Biar indah tubuhmu


Dijamah orang-orang
Tapi cinta tulusmu
Harus jadi milikku

“ ANALISIS SEMIOTIKA
IKLAN ROKOK GUDANG GARAM VERSI INDONESIA BARU “

ABSTRAK

28
Penelitian ini berjudul analisis semiotika iklan Gudang Garam Versi Indonesia

Baru .dimana latar belakang pada penelitian ini menjelaskan bagaimana fenomena iklan

di televisi sekaligus fenomena iklan Gudang Garam yang mengangkat makna

Nasionalime.adapun tujuan dari penelitian ini , yaitu Untuk mengetahui makna

nasionalisme Indonesia terhadap pencerminan makna – makna yang terkandung dalam

iklan Rokok gudang garam Versi Indonesia Baru. dan untuk menginterpretasikan teks

( tanda ) berdasarkan urutan kejadian peristiwa yang memberikan makna untuk iklan

Rokok Gudang Garam Versi Indonesia Baru .

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan mengambil

model analisis semiotik Ferdinand de Saussure Dan sumber data di peroleh dengan

menganalisis dan mengamati cuplikan iklan di media televisi setelah itu dokumentasi

iklan yang dilihat dari You Tube.

Adapun hasil dari penelitian ini , bahwa terdapat makna – makna yang

terkandung dari iklan Gudang Garam versi Indonesia Baru , dimana makna tersebut

mengandung makna nasionalisme yaitu bagaimana kita harus menjaga persatuan dan

kesatuan. iklan ini pun menceritakan tentang Ilustrasi kondisi Indonesia yang penuh

ujian dan cobaan; bencana alam, gejolak sosial, bom, tragedi kemanusiaan, dll. Dengan

kondisi tersebut kita tidak hanya tinggal diam. Saatnya kita kembali bangkit dan bersatu

untuk wujudkan Indonesia Baru

BAB I

29
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Iklan begitu akrab dengan kehidupan kita. Mulai dari bangun tidur,

beraktifitas di rumah,keluar rumah, ditempat kerja, sampai kita pulang lagi ke rumah dan

tidur, berapa banyak iklan yang kita saksikan , Lalu berapa banyak iklan yang dapat

mempengaruhi kita sehingga kita tertarik untuk membeli produk/ jasa yang ditawarkan.

Iklan adalah senjata paling ampuh untuk mempengaruhi konsumen. Yang sebelumnya

tidak tertarik dengan sebuah produk, namun karena iklan yang ditayangkan begitu

gencarnya sehingga lama-kelamaan tertarik dan ingin mencobanya.

Televisi sebagai media hiburan yang paling digemari oleh masyarakat

Indonesia dan bahkan dunia, merupakan salah satu media yang efektif untuk beriklan.

Hal ini dikarenakan iklan televisi mempunyai karakteristik khusus yaitu

kombinasigambar, suara dan gerak. Oleh karena itu pesan yang disampaikan sangat

menarik perhatian penonton.model iklan yang disajikan oleh televisi juga sangat

bervariasi.

Ketika baru muncul televisi swasta, iklan hanya dalam bentuk klip—baik live

action, stop action maupun animasi dan still. Namun dalam perkembangannya iklan

televise mengalami banyak sekali perkembangan. Model iklan yang sekarang ada antara

lain adalah superimposed, program sponsor, running text, backdrop, caption, credit title,

ad lib, property endorsment, promo ad.

30
Perkembangan iklan yang makin kreatif tersebut menjadikan makin

bervariasinya tayangan iklan dan bisa menjadi hiburan tersendiri. Bagaimana tidak, ada

iklan yang bisa membuat kita melebarkan senyum seperti iklan rokok Gudang Garam dan

masih banyak lagi iklan-ilan lain yang menghibur. Namun tidak dipungkiri banyak juga

iklan- iklan yang menyebalkan.

Selain itu , Pengiklan memberikan jasa dan manfaat tambahan pada produk,

sehingga menjadi produk yang disempurnakan.Penambahan atas produk inilah awal

munculnya persaingan. Kiranya sejalan dengan apa yang ditulis oleh Levit dalam Philip

Kotler sebagai berikut: “Jenis persaingan baru berlangsung buannya antar produk yang

diproduksioleh perusahaan-perusahaan di pabrik, melainkan antar segala macam yang

mereka tambahkan pada hasil pabrik tersebut, seperti bentuk kemasan, jasa pelayanan,

periklanan, persyaratan kredit, jasa pengantaran, pergudangan dan apa saja yang dihargai

oleh konsumen” (Levit, dalam Kotler, 1996:91).

Misalnya rokok Gudang Garam yang memiliki berbagai varian yaitu Gudang

Garam Merah, Gudang Garam Filter, Gudang Garap Surya Pro, dan beberapa varian lain.

Nama dasar yang digunakan sama dengan penambahan frase untuk membuat citra akan

rokok tersebut. Dimana ketika orang merokok tidak hanya sekedar menghisap asapnya

dan mengeluarkannya lagi, namun rokok menjadi gaya hidup yang bisa meningkatkan

gengsi melalui pencitraan yang dibuat oleh iklan.

PT.Gudang Garam Tbk merupakan Produsen rokok yang dikenal berani

mengeluarkan dana yang besar untuk beriklan. Perusahaan ini mengatakan bahwa iklan

ini adalah bentuk tanggung jawab sosial perusahaannya bagi masyarakat Indonesia

31
Dalam merealisasikan iklan televisi tersebut. Untuk itu , perusahaan ini banyak

menghadirkan iklan – iklan yang memiliki nilai jual tinggi salah satunya iklan gudang

garam versi Indonesia baru.

Iklan gudang garam versi Indonesia baru merupakan iklan yang dibuat oleh

PT.Gudang Garam Tbk , untuk memperingati hari Kebangkitan Nasional Indonesia.iklan

ini Iklan Layanan Masyarakat (ILM) bertema "KEBANGKITAN NASIONAL" dalam

rangka menumbuhkan kembali nilai-nilai Kebangsaan & Nasionalisme Indonesia dan

berjudul “ INDONESIA BARU “.iklan ini pun menceritakan tentang Ilustrasi kondisi

Indonesia yang penuh ujian dan cobaan; bencana alam, gejolak sosial, bom, tragedi

kemanusiaan, dll. Dengan kondisi tersebut kita tidak hanya tinggal diam. Saatnya kita

kembali bangkit dan bersatu untuk wujudkan Indonesia Baru.

Sehingga ada beberapa hal yang peneliti ingin meneliti iklan gudang garam versi

“ Indonesia Baru “Yang pertama, peneliti sangat jarang menemukan iklan bertema

nasionalisme dalam televisi Indonesia. Yang kedua, iklan ini merupakan sebuah

kampanye terintegrasi yang berkelanjutan , yang ketiga Bila kebanyakan iklan

menyampaikan pesannya secara eksplisit, dalam iklan ini terkandung makna yang

implisit di balik simbol-simbol yang ditampilkan.dimana dalam iklan ini, makna

sesungguhnya tersembunyi di balik tampilan fisik yang dapat dilihat penonton.

Demikian Untuk melakukan analisis representasi, dapat diketahui signifikansi

medium dan makna apa yang sesungguhnya ingin dibangun PT.Gudang Garam Tbk.

Dalam iklan korporatnya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan adalah

studi semiotika yang memusatkan perhatian pada tanda, sistem penandaan (kode) dan

kebudayaan tempat kode itu bekerja. Maka, penelitian ini akan menggunakan kajian

32
semiotika untuk menganalisis makna – makna dalam iklan korporat PT.Gudang Garam

Tbk versi Indonesia Baru.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana Analisa semiotika Iklan Rokok Gudang Garam Versi “ Indonesia Baru “ ?

1.3. Tujuan Penelitian

• Untuk mengkaji makna social dibalik kumpulan makna – makna pada iklan

Rokok Gudang Garam Versi “ Indonesia Baru “.

• Untuk mengetahui makna nasionalisme Indonesia terhadap pencerminan makna –

makna yang terkandung dalam iklan Rokok gudang garam Versi Indonesia Baru.

• untuk menginterpretasikan teks ( tanda ) berdasarkan urutan kejadian peristiwa

yang memberikan makna untuk iklan Rokok Gudang Garam Versi Indonesia

Baru .

1.4. Manfaat Penelitian

• Memberikan kemudahan berupa suatu acuan penelitian bagi peneliti yang

nantinya bisa dijadikan pedoman dalam melakukan sebuah penelitian semiotik

pada iklan layanan suatu produk.

• Penelitian ini juga dapat menjadi bahan referensi mengenai iklan korporat

sebagai salah satu jenis iklan di samping iklan produk dan iklan layanan

masyarakat, serta sebagai bahan kepustakaan jurusan Ilmu Komunikasi di bidang

semiotika.

33
• Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian studi ilmu sosial /

komunikasi yaitu penggunan media massa sebagai media periklanan.

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Analisis Semiotika ( kriyantono , 2008 : 263 - 264 )

2.1.1. Pengertian Semiotika

Semiotik adalah ilmu tentang tanda – tanda . studi tentang tanda dan segala yang

berhubungan dengannya , cara berfungsinya , hubungan dengan tanda – tanda lain ,

pengirimannya , penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya. Menurut Preminger

( 2001) , ilmu ini mengangap bahwa fnomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan

itu merupakan tanda – tanda. Semiotik mempelajari sistem – sistem , aturan – aturan ,

konvensi – konvensi yang memungkinkan tanda – tanda tersebut mempunyai arti.

2.1.2. Tujuan Analisis Semiotik

Analisis semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk hal – hal

yang tersembunyi dibalik sebuah tanda ( teks , iklan , berita ). Pemikiran penggunaan

tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda

tersebut berada.

2.1.3. Model Semiotika Ferdinand De Sousure ( kriyantono , 2008 : 267 )

Menurut saussure , tanda terbuat atau terdiri dari :

1. Bunyi – Bunyi dan Gambar yang disebut “ Signifier “

2. Konsep – Konsep dari Bunyi dan Gambar disebut “ Signified “

34
Saussure menyebut signifier sebagai bunyi atau coretan bermakna,

sedangkan signified adalah gambaran mental atau konsep sesuatu dari signifier.

Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan

signification. Dengan kata lain, signification adalah upaya dalam memberi makna

terhadap dunia (Fiske, 1990, p.44).

Pada dasarnya apa yang disebut signifier dan signified tersebut adalah produk

kultural. Hubungan diantara keduanya bersifat abriter (manasuka) dan hanya berdasarkan

konvensi, kesepakatan atau peraturan dari kultur pemakai bahasa tersebut. Hubungan

antara signifier dan signified tidak bisa dijelaskan dengan nalar apapun, baik pilihan

bunyi-bunyinya maupun pilihan untuk mengaitkan rangkaian bunyi tersebut dengan

benda atau konsep yang dimaksud. Karena hubungan yang terjadi antara signifier dan

signified bersifat arbitrer, maka makna signifier harus dipelajari, yang berarti ada struktur

yang pasti atau kode yang membantu menafsirkan makna. Hubungan antara signifier dan

signified ini dibagi tiga yaitu (van Zoest,1996, p.23) :

• Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang

ditandainya, misalnya foto atau peta.

• Indeks adalah tanda yang kehadirannya menunjukkan adanya hubungan dengan

yang ditandai, misalnya asap adalah indeks dari api.

• Simbol adalah sebuah tanda di mana hubungan antara signifier dan signified

semata-mata adalah masalah konvensi, kesepakatan atau peraturan (van Zoest,

1996, p.23)

35
Dalam pandangan Saussure, makna sebuah tanda sangat dipengaruhi oleh

tanda lain. Sementara itu Umar Junus menyatakan bahwa makna dianggap sebagai

kombinasi beberapa unsur dengan setiap unsur itu. Secara sendiri-sendiri, unsur tersebut

tidak mempunyai makna sepenuhnya. Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda

yang beranjak ke luar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks rumit,

tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian

pada makna tambahan (connoative) dan arti penunjukan (denotative)- kaitan dan kesan

yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda.

Pelaksaan hal itu dilakukan dengan mengakui adanya mitos, yang telah ada dan

sekumpulan gagasan yang bernilai yang berasal dari kebudayaan dan disampaikan

melalui komunikasi. Pada daasarnya, penjelajahan semiotik sebagai metode kajian ke

dalam berbagai cabang keilmuan ini, seperti dikatakan Piliang (1999, p.262),

dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial

sebagai fenomena bahasa.

Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial.

Berdasarkan pandangan semiotik , bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai

fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda-tanda. Hal ini

dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.

BAB III

36
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian Pada penelitian ini , adalah Kualitatif deskriptif . Dimana

penelitian ini berusaha menganalisis makna – makna yang terkandung didalam iklan

Rokok Gudang Garam Versi “ Indonesia Baru “.

3.2. Obyek Penelitian

Obyek Penelitian Pada penelitian ini adalah cuplikan iklan rokok Gudang

Garam Versi Indonesia Baru yang merupakan iklan yang berdurasi sekitar ± 120 detik

dengan memanfaatkan media Televisi sebagai media periklanan / Promosi .

3.3. Metode Analisis

Metode analisis pada penelitian ini adalah metode analisis semiotika dengan

memakai model semiotika Ferdinand De Soussure yang mengangap bahwa tanda terbuat

dari Signifier dan Signified ( kriyantono , 2008 : 267 ).

3.4. Sumber Data

• Data Primer

Sumber Data ini diperoleh dengan menganalisis dan mengamati cuplikan

iklan di media televisi

37
• Data Sekunder

Data sekunder dari penelitian ini adalah dokumentasi iklan yang dilihat dari

You Tube.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

• Observasi

Dimana penelitian ini menggunakan tekhnik pengumpulan data observasi

melalui pengamatan dimedia televisi.

• Dokumentasi

Dimana penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi , dengan cara

mendapatkan dokumentasi cuplikan iklan via Internet.

3.6. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan Teknik analisa data model Ferdinand de Saussure ,

berikut analisanya :

SIGNIFIER SIGNIFIED
Gambar , Peta Indonesia Negara Kesatuan Republik Indonesia
Gambar , Pulau Jawa Retak Mewakili keadaan Indonesia yang retak
Gambar , Gunung Retak Bencana Gunung Meletus
Gambar , Rumah dan Air Laut Bencana Tsunami
Gambar , gedung Dan awan Hitam Bencana Banjir melanda perkotaan
Menghampiri
Gambar ,Pengeboran Tambang Ekploitasi Sumber daya Alam Besar –
besaran
Gambar , Tanda Orang demo Terjadinya unjuk rasa dimana – mana
Gambar , Letusan Bom Terjadinya peristiwa pengemboman
Gambar , Pesawat Jatuh Seringkali Terjadi Kecelakaan pesawat

38
Gambar , Perahu Tenggelam Seringkali Terjadi Kecelakaan kapal
Tenggelam
Gambar , Tanda Api Kebakaran
Gambar , wayang Masyarakat
Gambar , patung Semar Pemerintah / Presiden
Gambar , Tangan Marilah Bersatu
Gambar , Tiang Bendera disertai rumah , Menjadikan Indonesia Baru
gedung , laut dan Matahari

Penelitian Secara Paradigmatik , yaitu :

Paradigmatiknya yaitu kumpulan Gambar rumah , laut , gunung , gedung ,

pesawat , kapal , tambang , wayang dan semar merupakan paradigmatik dari penelitian

ini karena gambar – gambar ini merupakan gambar yang dapat bekerja dan memberikan

makna dari iklan ini.

Penelitian secara Sintagmatik , yaitu :

• Slide 1

Gambar peta Indonesia , yang mempunyai makna negara kesatuan republik

Indonesia.

• Slide 2

Cuplikan gambar pulau jawa yang retak mempunyai makna bahwa pada masa

sekarang ini indonesia sudah tidak menjaga persatuan dan kesatuan , semenjak

timbulnya berbagai peristiwa buruk yang terjadi di indonesia

• Slide 3

Gambar Gunung disertai retakan yang mempunyai makna di indonesia selalu

terjadi peristiwa bencana alam salah satunya gunung meletus.

• Slide 4

39
Cuplikan gambar iklan rumah – rumah yang terserang air laut yang mempunyai

makan indonesia telah mengalami peristiwa tsunami.

• Slide 5

Gedung bertingkat dan dihampiri awn hitam lalu hujan menandakan bahwa

peristiwa banjir menerpa kota – kota besar di indonesia

• Slide 6

Gambar pengeboran tambang mempunyai makna bahwa di indonesia terjadi

eksploitasi sumber daya alam secara besar – besaran yang mengakibatkan adanya

bencana lumpur lapindo di indonesia.

• Slide 7

Gambar , Ada orang – orang berdemo maknanya di indonesia seringkali terjadi

unjuk rasa atas penolakan sistem di indonesia.

• Slide 8

Gambar , orang – orang dan letusan Bom mempunyai makna di indonesia

seringkali terjadi peristiwa letusan Bom sehingga banyak korban yang berjatuhan.

• Slide 9

Terdapat gambar pesawat jatuh dalam iklan yang mempunyai makna bahwa d

indonesia banyak terjadi kecelakan pesawat terbang

• Slide 10

Tanda Api pada iklan , yang berarti bahwa kebakaran selalu terjadi di indonesia

• Slide 11

40
Cuplikan gambr perahu tenggelam di laut maknanya bahwa diindonesia

seringkali terjadi peristiwa kapal tenggelam.

• Slide 12

Gambar wayang yang deisertai gambar semar maknanya bahwa pemerintah /

presiden dan masyarakat harus bersama – sama membantu dalam masalah yang

terjadi diindonesia.

• Slide 13

Gambar wayang dan semar lalu disusul gambar tangan berpegangan mempunyai

makna bahwa masyarakat dan pemerintah harus bersatu untuk membuat indonesia

baru .

• Slide 14

Gambar pemandangan disertai , rumah , gedung , lalu tiang bendera mempunyai

makna kalau kita semua bersatu kita akan hidup di indonesia yang baru.

• Slide 15

Cuplikan kata “ satukan hati , bersatu padu wujudkan Indonesia baru “

Makna yang terkandung bahwa kita harus sehati dalam mewujudkan impian untuk

menciptakan indonesia yang damai dan maju.

Jadi paradigmatik dari penelitian ini adalah kumpulan Gambar rumah , laut ,

gunung , gedung , pesawat , kapal , tambang , wayang dan semar merupakan

paradigmatik dari penelitian ini . Sehingga syntagmatik dari penelitian ini adalah gambar

41
peta Indonesia , yang merupakan perwakilan gambar dari iklan ini berupa paduan bentuk

pilihan dan gambar pilihan.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dicapai dalam penelitian ini bahwa terdapat makna – makna

yang terkandung dari iklan Gudang Garam versi Indonesia Baru , dimana makna tersebut

mengandung makna nasionalisme yaitu bagaimana kita harus menjaga persatuan dan

kesatuan. iklan ini pun menceritakan tentang Ilustrasi kondisi Indonesia yang penuh

ujian dan cobaan , bencana alam, gejolak sosial, Letusan bom, tragedi kemanusiaan, dll.

Dengan kondisi tersebut kita tidak hanya tinggal diam. Saatnya kita kembali bangkit dan

bersatu untuk wujudkan Indonesia Baru.

Dan hal ini pula yang harus di contoh oleh perusahaan lain , dalam

menampilkan iklan produknya tidak harus bersifat komersil dan hanya mengandalkan

keuntungan semata , tetapi juga harus memiliki nilai moral dan ideologi yang tinggi

untuk masyarakat tentang bagaimana menjaga keutuhan bangsa dan negara seperti iklan

Gudang Garam Versi Indonesia Baru demi terciptanya kebangkitan nasional.

\\

DAFTAR PUSTAKA

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi , Jakarta: kencana prenada media
group, 2008.

42
Eriyanto, Analisa Wacana dengan Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS. 2001

Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya,


2001.

Internet :

www.Google.com
www.wikipedia.com
www.kompas.com

43
44

You might also like