Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Abstrak
Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang perawatan dengan tingkat resiko kematian
pasien yang tinggi. Tindakan keperawatan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan untuk
menyelamatkan pasien. Pengambilan keputusan yang cepat ditunjang data yang
merupakan hasil observasi dan monitoring yang kontinu oleh perawat. Tingkat
kesibukan dan standar perawatan yang tinggi membutuhkan peralatan tehnologi tinggi
yang menunjang. Peralatan yang ditemukan di ICU antara lain bed side monitor,
oksimetri, ventilator, dll yang jarang ditemukan di ruangan lain dan peralatan tersebut
ditunjang oleh tehnologi tinggi.
Inovasi tehnologi tetap dibutuhkan dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan di ICU seiring dengan bertambahnya kompleksitas masalah di ICU. Tele-
ICU sudah digunakan 25 tahun yang lalu dengan metode remote telemedicine pada 395
pasien di ICU yang terdapat pada 100 bed di RS. Proyek tersebut menunjukan bahwa
konsultasi televisi memberikan pengaruh lebih besar pada tataran klinik dan pendidikan
daripada konsultasi via telepon. Secara historis demonstrasi tersebut menunjukan bahwa
tele-ICU consultation memiliki keuntungan klinis yang lebih besar seperti mengurangi
lama hari rawat (lenght of stay), meningkatkan pengelolaan dan tranfer pasien trauma,
dan meningkatkan konsultasi untuk pasien kritis.
Tema Tele-ICU, virtual ICU, remote ICU, dan eICU semuanya mengacu pada konsep
yang sama, yaitu merupakan sentralisasi atau pengendalian berdasarkan tim perawatan
kritis dengan menggunakan networking pada bedside ICU tim dan pasien baik melalui
audiovisual maupun sistem komputer. Tim Tele-ICU dapat mendukung kelangsungan
hidup dan mendukung sebagain besar pasien di ICU walaupun dipisahkan secara
geografis dari berbagai Rumah Sakit.
Penggunaan tele-ICU merupakan aplikasi dari solusi 4 topik ICU, yang menurut
Needham (2010) terdiri dari : isu alamiah mengenai medis dan lebih spesifik berkaitan
dengan perawatan kritis, menggunakan pengetahuan sebagai usaha meningkatkan
patient safety, berfokus pada proyek perpindahan pengetahuan, dan model perpindahan
pengetahuan praktik klinik.
Kajian Literatur
Terpapar lingkungan ICU yang terus menerus bagi perawat akan menyebabkan
distraksi, kelelahan, dan kehilangan konsentrasi yang meningkatkan tingkat kesalahan
yang membahayakan keselamatan pasien. Kadangkala perawat di ICU tidak hanya
mengelola satu pasien, tetapi pasien lain juga membutuhkan perhatian yang tinggi dan
segera. Perawatan darurat membutuhkan perpindahan yang cepat dimana membutuhkan
peralatan yang memberikan informasi untuk merencanakan perkembangan pasien,
desain proses keperawatan, dan lingkungan fisik dimana membutuhkan cara yang
berbeda dibandingkan metode tradisional (Feied C. Et all, 2004).
Tehnologi sistem informasi terbaru yang digunakan di ICU adalah Tele-ICU. Definisi
dari tele mengandung berbagai makna seperti tele-health, tele-nursing, atau tele-
medicine, tetapi secara konsep sama. Tele-medicine didefinisikan sebagai seperangkat
peralatan yang digunakan untuk informasi medis via komunikasi elektronik untuk
meningkatkan status kesehatan dan bukan merupakan suatu pendekatan perawatan
pasien (Goran, 2010). Tele-health merupakan tehnologi yang menggunakan peralatan
komunikasi yang dikembangkan secara ahli di bidang medis, kualitas tinggi,
komunikasi audiovisual dua arah yang memungkinkan antara provider dan pasien
(Pickett et all, 2007). Tele-nursing digambarkan sebagai penggunaan tehnologi
komnikasi oleh perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan untuk
meningkatkan status kesehatan pasien (Ernesater A. Et all, 2009).
Goran (2010) menjelaskan bahwa desain tele ICU merupakan implikasi dari
telemedicine technology dalam perawatan pasien ICU. Platform tehnologi terdiri dari
berbagai vendor, komponen hardware yang spesifik dan sofware serta gabungan antara
tele-ICU dan tim perawatan. Tim Tele-ICU membutuhkan akses yang sama dengan tim
perawatan untuk berbagai elemen data yang berhubungan dengan pasien (seperti : tanda
vital, hasil laboratorium, radiologi, terapi, dan advise) untuk mendapatkan status pasien
yang akurat dan identifikasi yang aktual maupun potensial berkaitan dengan issu-issu
perawatan pasien.
Variasi ditemukan dalam program tele-ICU dari seleksi vendor atau tujuan programnya
sampai kinerjanya, tetapi sama dalam pengkajian pasien dan tampilan virtual.
Komponen tehnik tele-ICU menurut Goran (2010) terdiri dari : bedside waveform alert
system, peralatan audio/video, clinical information, dan network.
Bedside waveform merupakan monitor sentral ICU yang menampilkan data pada
bedside monitor. Tele-ICU juga menampilkan alarm, staff tele-ICU memungkinkan
untuk merubah atau mereset berbagai parameter alarm bedside.
Alert System adalah tele-ICU software yang disediakan yang mendukung kelangsungan
dan automatisasi peralatan untuk membantu mengatur identifikasi perubahan
berdasarkan respon pasien terhadap kondisinya. Sistem ini merupakan mesin untuk
mengevaluasi bedside monitor, laboratorium, medikasi, dan data lain, dimana
dimasukkan pada software sistem informasi klinis untuk memberikan tanda
diberikannya intervensi segera dan setiap pasien memiliki sistem yang individualistik
(berbeda).
Peralatan Audio/Video berperan sebagai mata dan telinga tim tele-ICU. Kamera dengan
resolusi tinggi didukung speaker memungkinkan tim tele-ICU dapat berkomunikasi
dengan perawat dan memberikan saran setelah melihat tindakan, kondisi pasien, dan
diskusi dengan pasien maupun perawat.
Clinical Information merupakan status pasien hasil dari pengkajian yang sesuai standar
yang telah ditetapkan. Network merupakan sarana transmisi dari semua informasi yang
ada di ICU.
Tehnologi tele-ICU bersifat relatif dari satu sistem terhadap sistem lain, program
staffing diperlukan untuk kebutuhan rumah sakit menjalankan sistem yang
membutuhkan sumber daya. Typical Tele-ICU beroperasi selama 24 jam setiap hari, 7
hari dalam seminggu dan saat staff intensive care bisa membutuhkan kontak dengan
intensitivist selama 15 – 20 jam setiap hari. Beberapa program intensitivist hanya aktif
bekerja saat dokter tidak ada walaupun on-call. Replacement of Tele-ICU Registered
Nurses (eRNs) merupakan level menengah seperti praktisi perawat atau asisten dokter
adalah pilihan/pendapat lain dari model (VISICU operation director, oral
communication, monthly teleconfrence).
Dokter tele-ICU atau intensivist memiliki sertifikat intensivist, terhormat, dan berperan
dalam pengembangan RS. Dokter memberikan pelayanan dengan segera berbasis
patient safety. Beberapa program menggunakan metode full time sementara sebagian
besar dengan menggunakan jadwal rotasi.
Staff lain tele-ICU terdiri dari staff pendukung yang berperan entry data, manajemen
telepon, dan monitoring kualitas. Staff pendukung terdiri dari berbagai macam latar
belakang seperti pengalaman sebagai sekretaris, asisten perawat, atau mahasiswa
perawat yang bekerja secara part-time. Tele-ICU juga didukung personel untuk
pemeliharaan yang menguasai sistem informasi baik software, hardware, maupun
networking.
Tele-ICU RN (eRNs) selalu memonitor pasien ICU selama 24 jam setiap hari, 7 hari
dalam seminggu. Pusat tele-ICU memiliki staff dengan pengalaman lebih dari 15 tahun
dengan pengalaman mengelola pasien pada unit perawatan kritis. Beberapa eRNs
menunjukan minat terhadap tele-ICU secara berarti baik fisik maupun emosional saat
perawatan pasien secara full-time. eRNs memiliki beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi untuk posisi tersebut.
Program dengan posisi dedikasi dimana eRNs bekerja secara penuh di tele-ICU
sehingga lebih mudah dalam mengatur jadwal, evaluasi, dan identifikasi issu serta
kontribusi untuk stabilitas tim dan kepuasan staff. Staff ICU selalu konsen tentang
kemampuan eRNs untuk menjaga kompetensi klinis saat tidak melakukan perawatan
pasien.
Sebagai peran dalam tim, eRNs seharusnya berpartisipasi dalam proses interview,
seleksi, dan orientasi staff. Definisi yang baru tentang penyedia pelayanan keperawatan
harus dikembangkan dan diterima untuk kepuasan staff tele-ICU. Orientasi selalu fokus
tidak hanya mengenai pengaturan software dan tehnologi tele-ICU, tetapi tentang
strategi yang mempengarui identifikasi tele-ICU. Standar kompetensi tele-ICU
ditentukan via konsensus dari berbagai program tele-ICU, tetapi masih harus divalidasi
melalui proses penelitian.
Peran eRNs untuk asuhan keperawatan berkaitan dengan supervisi terhadap perawat
ICU melalui observasi maupun ronde. Keuntungan tele-ICU tidak terbatas pada waktu,
ruang, dan tempat sebagai fungsi supervisi. Supervisi didefinisikan sebagai pengawasan
dari atasan kepada bawahan dan dapat memberikan bantuan apabila dibutuhkan.
Bantuan yang diberikan tidak harus bersifat langsung melakukan tindakan keperawatan
tetapi lebih bersifat konsultasi melalui forum diskusi. Supervisi tidak hanya berperan
sebagai sarana pengawasan dalam rangka meningkatkan standar asuhan perawatan di
ICU, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran yang bersifat networking. Sarana
pembelajaran jaringan (networking) yang berfokus pada koneksi antara peserta
pembelajaran, baik peserta dan tutor, maupun materi pembelajaran (Jones et all,2008).
Tele-ICU dapat digunakan sebagai ronde dengan tim kesehatan yang lain sebagai upaya
diskusi, kolaborasi, dan konsultasi. Peran dapat berupa diskusi dan konsultasi untuk
pengambilan keputusan, walaupun berpeluang menimbulkan stres (Snooks H.A. et all,
2007). Ronde yang dimaksud bersifat virtual ronde yang dilakukan secara rutin dengan
melibatkan dokter dan perawat eRN dengan frekuensi tergantung kebutuhan pasien.
Kamera digunakan selama 30 menit untuk pengkajian tele-ICU yang dimulai diawal
shift atas permintaan tim ICU untuk mengidentifikasi perubahan kondisi pasien. Status
pasien meliputi : tanda vital 1 – 4 jam terakhir, konfigurasi waveform pasien berkaitan
dengan alarm, hasil laboratorium terbaru, dokumentasi keperawatan, advise medis,
rencana perawatan terbaru, serta pemeriksaan penunjang lain seperti radiologi dan
diagnostik
Kesimpulan
Tujuan dari tele-ICU bukan untuk menggantikan peran perawat ICU tetapi lebih pada
peningkatan standarisasi berbasis patient safety. Tele-ICU berperan sebagai second-eye
dan second opinion untuk mempercepat pemberian asuhan keperawatan di ICU. Tele-
ICU meningkatkan peran perawat bagi profesi perawat maupun profesi lain sebagai
bagian dari kolaborasi.