You are on page 1of 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul TERMOREGULASI PADA HEWAN, Salawat dan salam penulis
persembahkan kepada sang guru sejati Nabi Muhammad saw yang telah mengajari
manusia sampai akhir hayatnya.
Dalam menyelesaikan makalah ini, mulai dari perencanaan, pengumpulan dan
penyusunan terdapat hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak semua kesulitan dan hambatan dapat teratasi.
Selanjutnya terimakasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Fisiologi
Hewan yang begitu banyak memberi bimbingan kepada penulis, serta sahabat-sahabat
seperjuangan yang selalu memberi motivasi dan masukan kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan
dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan makalah ini menjadi sumbangan pikiran
dalam meningkatkan hasil produk bagi perusahaan demi tercapainya tujuan yang telah
direncanakan.

Darussalam,17 Februari 2010


Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar blakang

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu


internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir (Campbell, 2004). Berdasarkan
Tobin (2005), suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan
menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin
besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain
semakin besar pula (Chang, 1996). Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya
akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini
disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki
suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun
drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya

Di dalam tubuh organisme (tingkat individu) pasti ada mekanisme regulasi untuk
mencapai keadaan yang homeostatic. Homeostatik pada dasarnya merupakan suatu upaya
mempertahankan atau menciptakan kondisi yang stabil dinamis (“steady state “) yang
menjamin optimalisasi berbagai proses fisiologis dalam tubuh. Untuk mencapai keadaan
tersebut, tubuh melakukan berbagai aktivitas regulasi, sebagai mekanisme untuk
mencapai homeostatis yang diharapkan. Regulasi dan homeostatis juga terjadi di tingkat
populasi dan komunitas dalam suatu ekosistem.

Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil. Regulasi
dilakukan dalam banyak bentuk, misalnya regulasi untuk mempertahankan cairan tubuh,
osmolaritas tubuh, keasaman, suhu, kadar lemak, gula dan protein darah,dsb. Pada tubuh
manusia, regulasi diperankan oleh antara lain adalah syaraf dan hormone.karena kedua
komponen merupakan pengendali utama dalam proses regulasi dalam tubuh. Pengaturan
suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen
dari homeostasis. Pada topik yang dibahas yaitu mengenai termoregulasi (pengaturan
suhu tubuh) beruang kutub.

Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan /manusia harus mengatur panas yang diterima
atau yang hilang ke lingkungan. Mahluk butuh suhu lingkungan yang cocok, agar
metabolisme dalam tubuh berjalan normal. Jika suhu lingkungan terlalu rendah ia harus
mengeluarkan energi lebih besar daripada biasanya berupa panas . Enzim bekerja dalam
suhu optimum. Kalau suhu rendah enzim tak bisa bekerja, berarti metabolisme terhalang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Termoregulasi

Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk


mempertahankan panas tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan
cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi
dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas
(warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah
ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan.
Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya
untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem
metabolismenya hanya sedikit contoh ikan dan amfibia. Sedangkan hewan endoterm,
adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang
merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan contoh aves dan mamalia.

Cara adaptasi hewan eksoterm menghadapi suhu yang sangat tinggi yaitu dengan
meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan melalui kulit, bagi hewan yang
berkulit lembab atau dengan cara berkeringat untuk hewan yang mempunyai kelenjar
keringat dan melalui saluran napas, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air; dan
mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi. Sebaliknya cara
adaptasi hewan eksoterm pada suhu sangat dingin yaitu dengan menambah zat terlarut ke
dalam cairan tubuhnya untuk meningkatkan konsentrsasi osmotik dan menambah protein
anti beku ke dalam cairan tubuhBeberapa cara hewan endoterm dalam mengantisipasi
pengaruh cekaman dingin yaitu Pengurangan Gradien Termik (T 1-T2), Penurunan
Konduktans Termik (C), Penurunan Panas Melalui Evaporasi dan Peningkatan
Termogenesis. Sebaliknya pada lingkungan yang panas, hewan endoterm akan
menurunkan termogenesis dan meningkatkan termolisis. Respon hewan endoterm dalam
mengantisipasi variasi temperatur pada lingkungan baru yaitu dengan aklimatisasi dan
akhirnya Hewan golongan homeoterm dalam menghadapi perubahan suhu lingkungan
cenderung mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan adaptasi atau
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Ada juga mempertahankan suhu tubuhnya karena
golongan homeoterm mempunyai kemampuan faal untuk mengontrol suhu tubuhnya,
sehingga hewan homeoterm memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi dibanding hewan
golongan poikiloterm Contoh hewan yang tergolong eksoterm yaitu ikan salmon (22 oC),
ikan saumon (18 oC), crapaud bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 - 35 oC), iguana
38 oC), lezard anolois sp (30 - 33 oC), dan larva lalat rumah (30 - 37 oC.

Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam


(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat
buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara
hibernasi atau estivasi.

Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan homeoterm,


sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya disebut poikiloterm.

1. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu

1.1 poikiloter.

Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian


dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga
disebut hewan berdarah dingin.

1.2 homoiterm

Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm


suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga
dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu
lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan
homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur,
faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor
makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.

Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada
suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan
sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang
menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap
konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia. Hewan
yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu
lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara
panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang.

2. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan
evaporasi.

2.1 Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium
untuk merambat dengan kecepatan cahaya.

2.2 Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang
berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang
suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah.

2.3 Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya
konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.

2.4 Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi
kehilangan panas karena evaporasi .

3. Adaptasi yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh hewan

Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya


bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di
bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat
exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku
adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi,
dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan
suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi
atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah
satu perilaku unik dalam termoregulasi.

Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan.


Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju
metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga
meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi
terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme
lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.

3.1 Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan
sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi,
kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena
giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah
makanan.

3.2 Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup
dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang
punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang
pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak
yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.

3.3 Adaptasi Tingkah Laku


Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku /
perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah
warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk
menyembunyikan diri.

Adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm terhadap lingkungan adalah dengan


tingkah lakunya. Contoh adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm antara lain :
 Ikan (Pisces).
Jika lingkungan panas adaptasi yang dilakukan ikan adalah dengan berenang ke
perairan yang lebih dasar atau menuju ke tempat yang intensitas sinar matahari lebih
sedikit seperti dibawah pepohonan.
 Katak (Amphibi)
Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara
menguapkan panas dari dalam tubuhnya . Sedangkan secara tingkah laku yan dilakukan
katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang dianggap lebih rendah suhunya.
Namun jika suhu lingkungan ekstrim panas katak menggunakannya untuk
memaksimalkan reproduksinya. Dengan tujuan melestarikan spesiesnya. Telur yang
dihasilkan ditempelkan pada daun atau ranting pohon. Ketika lingkungan sudah
memungkinkan seperti pada saat musim penghujan, Maka telur tersebut akan
berkembang menjadi berudu yang akhirnya akan menjadi katak dewasa yang baru.
 Belalang (Insecta)
Pada lingkungan panas belalang beradaptasi secara morfologi dengan cara
mengubah warna tubuhnya. Secara tingkah laku yang dilakukan belalang adalah
bersembunyi dabalik daun.
 Buaya (Reptile)

Buaya memiliki kulit yang tebal sehingga untuk beradaptasi pada lingkungan panas dia
mengurangi penguapan dengan kulitnya yang tebal tersebut. Secara tingkah laku yang
dilakukan buaya adalah dengan membuka mulut untuk menguapkan panas tubuhnya
(Evaporasi). Kelompok hewan melata (reptil) adalah binatang bertulang belakang berkulit
berkulit kering, bersisik, dan bernapas dengan paru-paru. Hewan melata termasuk kelompok
hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk
mengatur suhu tubuhnya.

 Ular
Secara tingkah laku ular melakukan adaptasi pada lingkungan panas dengan
bersembunyi dibawah tanah atau dalam liangnya. Pada beberapa ular gurun adaptasi pada
lingkungan panas dilakukan dengan berjalan karah menyamping bersudut sekitar 45o.
BAB III
KESIMPULAN

Termoregulasi merupakan proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu
tubuhnya supaya tetap konstan, paling tidak supaya suhu tubuhnya tidak mengalami
perubahan yang terlalu besar. Tidak semua hewan mampu mempertahankan suhu tubuh
yang konstan.

Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan homeoterm,


sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya disebut poikiloterm.

Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di


lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan
dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Sedangkan hewan endoterm,
adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang
merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan.

Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam


(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat
buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara
hibernasi atau estivasi.

poikiloter.

Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian


dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga
disebut hewan berdarah dingin.

homoiterm
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya lebih
stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu
tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/ (diakses pada tanggal 2010)

Anonim 1997. Kamus Istilah Kesehatan Hewan dan Peternakan. Penerbit kanisius.
Yogyakarta

Kuncoro, EB. 2008. Akuarium Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Lesmana, DS. 2006. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta

Prahara, W. 2003. Perawatan dan Penangkaran Burung Paruh Bengkok yang Dilindungi.
Penebar Swadaya. Jakarta

You might also like