Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dokter J mengambil darah vena Ny. D dan Tn. A serta darh vena C dan melakukan
pemeriksaan mikroskopik dan pemeriksaan DNA dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Ny. D
2
Pemeriksaan darah ditemukan gangguan sel darah merah yang menjurus ke
thalasemia
Analisis DNA: Heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta Kodon 26 dari
GAG (Glutamat) menjadi AAG (Lisin)
2. Tn. A
3. Putri C
3
5. Hemoglobin: Pigmen pembawa oksigen eritrosit, dibentuk oleh eritrosit yang
berkembang dalam sum-sum tulang, merupakan empat rantai polipeptida globin
yang berbeda, masing-masing terdiri dari beberapa ratus asam amino
6. Pemeriksaan mikroskopik darah tepi: Salah satu bentuk pemeriksaan penunjang
melalui pemeriksaan darah, terutama pada Hb
7. Anamnesis: Sejarah masa lalu mengenai seorang pasien atau keluarganya
8. Prognosis: ramalan kemungkinan perjalanan dan hasil akhir gangguan.
9. Pemeriksaan analisis hemoglobin: tindakan memilah bagian-bagian komponen
hemoglobin.
10. Genetika: Ilmu keturunan
11. Pemeriksaan DNA: analisis DNA. tindakan memilah bagian-bagian komponen
DNA.
12. HbE: Hemoglobin abnormal dengan lisin mengganti asam glutamat di posisi 26
rantai beta, terlihat paling sering di Asia Tenggara.
13. Southeast Asian Ovalosytosis: sel darah merah yang berbentuk oval, karena
mutasi pada band 3 yaitu pada membran protein eritrosit
14. Delesi: Hilangnya materi genetic dari kromosom
15. Gen Globin bheta kodon 26 dari GAG menjadi AAG: gen yang akan membentuk
rantai globin beta, yang terdapat pada kromosom 11, sekuens yang dimaksudkan
ialah kodon ke-26.
4
5. Dokter J mengambil darah vena Ny. D dan Tn. A serta darh vena C dan
melakukan pemeriksaan mikroskopik dan pemeriksaan DNA dengan
kesimpulan sebagai berikut:
Ny. D: Pemeriksaan darah ditemukan gangguan sel darah merah yang
menjurus ke thalasemia
6. Analisis DNA: Heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta Kodon 26 dari
GAG (Glutamat) menjadi AAG (Lisin)
7. Tn. A: Pemeriksaan darah ditemukan gangguan sel darah merah yang
menjurus ke thalasemia
8. Analisis DNA: Heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-42 berupa
delesi TTCT dan Heterozigot mutasi Southeast Asian Ovalocytosis berupa
delesi 27 bp gen AE-1
9. Putri C: Pemeriksaan darah ditemukan gangguan sel darah merah yang
menjurus ke thalasemia
10. Analisis DNA: Heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta Kodon 26 dari
GAG (Glutamat) menjadi AAG (Lisin) dan Heterozigot mutasi Gen Globin
Bel Kodon 41-42 berupa delesi TTCT
5
berat tipe mikrositik dengan pembesaran pada hati dan limpa. Muka
mongoloid, pertumbuhan badan kurang sempurna (pendek), perubahan pada
tulang karena hiperaktifitas sumsum merah berupa deformitas dan fraktur
spontan (terutama tulang panjang). Dapat pula mengakibatkan pertumbuhan
berlebihan tulang frontal, zigomatik dan maksilaris. Pertumbuhan gigi
biasanya buruk. IQ kurang baik apabila tidak mendapat tranfusi darah secara
teratur dan menaikan kadar Hb. Anemia biasanya mulai muncul pada usia 3
bulan dan jelas pada usia 2 tahun.
6
* Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (Hepatomegali)
*Limpa yang besar ini mudah ruptur karena trauma ringan saja
1. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah.
2. Pengambilan Darah
Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan
pengambilan darah.
3. Pengelolahan Darah
Beberapa usaha pencegahan yang di kerjakan oleh PMI sebelum darah
diberikan kepada penderita adalah penyaringan terhadap penyakit di
antaranya :
a. Penyakit Hepatitis B
b. Penyakit HIV/AIDS
c. Penyakit Hipatitis C
d. Penyakit Kelamin (VDRL)
Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1-2 jam
7
4. Penyimpanan Darah
Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 26 derajat celcius.
a. Talasemia alpha
Talasemia alpha disebabkan karena adanya mutasi dari salah satu atau
seluruh globin rantai alpha yang ada. Talasemia alpha dibagi menjadi :
1. Silent Carrier State (gangguan pada 1 rantai globin alpha).
Pada keadaan ini mungkin tidak timbul gejala sama sekali pada
penderita, atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa sel darah merah
yang tampak lebih pucat (hipokrom).
2. Alpha Thalassaemia Trait
Gangguan pada 2 rantai globin alpha. Penderita mungkin hanya
mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang
tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer).
3. Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha).
Gambaran klinis penderita dapat bervariasi dari tidak ada gejala
sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran
limpa (splenomegali).
4. Alpha Thalassaemia Major
Gangguan pada 4 rantai globin aplha. Talasemia tipe ini merupakan
kondisi yang paling berbahaya pada talasemia tipe alpha. Pada kondisi
ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau
HbF yang diproduksi. Biasanya fetus yang menderita alpha talasemia
mayor mengalami anemia pada awal kehamilan, membengkak karena
kelebihan cairan (hydrops fetalis), perbesaran hati dan limpa. Fetus
yang menderita kelainan ini biasanya mangalami keguguran atau
meninggal tidak lama setelah dilahirkan.
b. Talasemia Beta
8
Talasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai
globin yang ada. Talasemia beta dibagi menjadi :
1. Beta Thalassaemia Minor.
Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen
yang bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang
ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer). Kadar Hb
turun. Kadar Hb A2 tinggi (> 3,5%). Adanya sel target. Ciri-ciri :
Pembawa (Talesemia trait) selalunya tidak mempunyai
simptom (asimptomatik).
Namun demikian, kejadian batu karang jenis bilirubin boleh
berlaku di pundi hempedu dan ini mungkin memerlukan
pembuangan jika ia menimbulkan masalah. Talasemia trait
selalunya dijumpai secara kebetulan apabila seseorang itu
menjalani ujian darah.
Bilangan sel-sel darah merah seseorang itu selalunya sama ada
normal atau kurang sedikit (anemia) dan saiz sel-sel darah
merah ini selalunya dilaporkan sebagai mempunyai saiz yang
kecil. Seperti keadaan talassemia lain, pengenalpastian
dilakukan dengan menjalankan Haemoglobin Electrophoresis.
Kekurangan zat besi boleh memberikan keadaan saiz sel darah
merah yang kecil dan talasemia trait ini boleh tersilap diberikan
diagnosis sebagai, anemia yang berpunca daripada kekurangan
zat besi.
Pemberian zat besi kepada individu yang mempunyai talasemia
trait tidak akan menyebabkan saiz (serta kuantiti) sel darah
merah itu bertambah. Sebaliknya, ia boleh melibatkan
seseorang itu terlebih zat besi. Namun demikian, kekurangan
zat besi boleh berlaku dalam kehamilan dan perdarahan.
Dalam konteks ini, seseorang yang mempunyai talasemia trait
mungkin memerlukan zat besi. Talasemia trait tidak
memerlukan apa-apa rawatan dan ia tidak membawa kepada
sebarang kemudaratan. Walau bagaimanapun, kaunseling
9
genetik berkenaan dengan sifat keturunan penyakit ini perlu
diberikan.
Disebabkan penyakit ini yang diwarisi melalui cara autosomal
resesif (keabnormalan pada kromosom 11), ada kemungkinan
besar yang salah seorang dari ibu bapa pembawa turut menjadi
pembawa (mempunyai Beta Thalassaemia Trait juga). Adik-
beradik juga mungkin turut menjadi pembawa walaupun
sebahagian besar dari mereka mempunyai profil hemoglobin
yang normal.
Namun demikian, kejadian talasemia ini pernah dilaporkan
terjadi secara mutasi spontan iaitu apabila seseorang itu sahaja
yang mempunyai talasemia manakala anggota keluarganya
yang lain adalah normal.
Jika suami adalah normal, 50 peratus daripada anak mungkin
turut menjadi pembawa (Beta Thalassaemia Trait) dan yang
lainnya normal. Jika suami atau isteri adalah pembawa, 50
peratus dari anak mungkin menjadi pembawa, 25 peratus
normal manakala yang 25 peratus lagi mungkin mempunyai
Beta Thalassemia Major.
2. Thalassaemia Intermedia.
Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa
memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami
anemia yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang
terjadi.
3. Thalassaemia Major (Cooley’s Anemia).
Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat
memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi
ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.
Atau
10
ditemukan tidak kurang dari 200.000 orang thalasemia trait/bawaaan.
Mereka disebut juga sebagai pembawa thalasemia yang sehat.
Thalasemia trait/ bawaan disebut juga sebgai thalasemia minor.
Thalasemia mayor. Ini adalah suatu penyakit darah serius yang
bermula sejak awal kanak-kanak, anak-anak yang memiliki thalasemia
mayor tidak dapat membentuk haemoglobin yang cukup dalam darah
mereka. Mereka memerlukan transfuse darah yang sering dan
perawatan medis.
f. Bagaimana mekanisme terjadinya thalasemia?
Pathophysiology of b-thalassemia
Thalassemia β terkadi karena mutasi pada gen HBB pada khromosom 11.
Tidak dihasilkannya rantai β karena mutasi kedua alel β globin pada
thalassemia β menyebabkan kelebihan rantai α. Rantai α tersebut tidak dapat
membentuk tetramer sehingga kadar HbA menjadi turun, sedangkan produksi
HbA2 dan HbF tidak terganggu karena tidak membutuhkan rantai β dan justru
sebaliknya memproduksi lebih banyak lagi sebagai usaha kompensasi.
Kelebihan rantai α tersebut akhirnya mengendap pada prekursor eritrosit.
Eritrosit yang mencapai darah tepi memiliki inclusion bodies/heinz bodies
yang menyebabkan pengrusakan di lien dan oksidasi membran sel, akibat
pelepasan heme dari denaturasi hemoglobin dan penumpukan besi pada
eritrosit. Sehingga anemia pada thalassemia β disebabkan oleh berkurangnya
produksi dan pemendekan umur eritrosit.
11
g. Apakah thalasemia dapat dicegah?
Jika kedua orang tua mempunyai thalasemia trait/bawaan maka terdapat
beberapa cara untuk mencegah agar anak-anak mereka tidak menjadi sakit.
Misalnya para dokter sekarang dapat melakukan test untuk mengetahui secara
dini apakah bayi yang dikandung menderita thalasemia mayor atau tidak.
Banyak di antara para suami istri yang kedua-duanya mempunyai hamil untuk
mengetahui apakah bayi yang dikandung menderita thalasemia mayor atau
tidak.
Jika ya, maka seringkali meraka memutuskan untuk menghentikan hamil. Di
samping itu terdapat juga beberapa cara untuk mencegah mempunyai anak
dengan thalasemia mayor.
Atau
Kelainan penderita thalasemia dapat dicegah dengan 2 cara:
Mencegah perkawinan antara 2 orang pembawa sifat thalasemia.
Memeriksa janin yang dikandung oleh pasangan pembawa sifat dan
menghentikan kehamilan bila janin dinyatakan sebagai penderita
thalasemia (mendapat kedua gen thalasemia dari ayah dan ibunya).
12
h. Adakah cara pengobatan lain selain transfusi darah pada penderita
thalasemia?
Di Negara-negara maju para ahli melakukan cangkok sumsum tulang. Dengan
cara ini maka jaringan sumsum tulang penderita diganti dengan jaringan
sumsum tulang donor dari saudara kandungnya atau orang tuanya karena harus
diperlukan donor yang cocok.
Sebaiknya dilakukan sedini meungkin, yakni pada saat anak belum banyak
mendapat transfuse darah, makin besar kemungkinan untuk terjadinya
penolakan terhadap jaringan sumsum tulang donor dan batas usianya tidak
lebih dari 15 tahun, ini banyak terjadi di luar Negeri atau Negara-negara
berkembang yang sudah biasa menangani cangkok sumsum.
13
3. a. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada thalasemia?
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli
medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
14
- Menilai hapusan darah.
a. Giemsa
b. Wright’s stain : mengandung Eosin dan Methylene blue, Buffer phospat ph = 6,4
komposisi KH2PO4, Na2HPO4
15
c. Bagaimana cara pemeriksaan analisis hemoglobin pada thalasemia?
Retroforesis Hb
Metode HPLC
Pada pemeriksaan ini darah akan diperiksa dengan mikroskop untuk melihat
jumlah dan bentuk dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet. Selain itu
dapat juga dievaluasi bentuk darah, kepucatan darah, dan maturasi darah.
16
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan jumlah relatif
hemoglobin yang ada dalam darah.
17
Buruk, pada thalasemia homozigot umumnya meninggal pada usia
muda danjarang mencapai usia dekade ke-3, walaupun digunakan antibiotik
untuk mencegah infeksi dan pemberian chaleting agents untuk
mengurangihemosiderosis (harganya pun mahal, pada umumnya tidak
terjangkau olehpenduduk negara berkembang).
c. Bagaimana upaya mendapatkan anak normal pada Ny. D dan Tn. A dalam
kasus ini?
Kehamilan dengan donor sperma atau ovum merupakan salah satu solusi, di
mana sel sperma dan sel telur dipertemukan di luar rahim. Dalam hal ini akan
diperiksa apakah sel sperma atau sel ovum yang mengandung kelainan
genetik. Sel yang mengandung kelainan genetik akan digantikan dengan sel
dari donor, sehingga tetap terjadi pembuahan dan diharapkan anak yang
dilahirkan dapat hidup sehat dengan risiko terpapar kelainan genetika yang
minim.
18
pertumbuhan kurang dan perut makin lama makin membuncit karena
terjadipembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegali).
Warna sel darah merah lebih gelap, bentuk tisak teratur, rusak atau pecah.
Fungsi Analisis DNA : untuk diaknosis prenatal (pada janin) dan penelitian
Sistematika tes DNA dilakukan seperti metode di atas. Sistematika ini dimulai
dari proses pengambilan sample sampai ke analisis dengan PCR. Pada
pengambilan sample dibutuhkan kehati-hatian dan kesterilan peralatan
yangdigunakan. Setelah didapat sample dari darah, maka dilakukan isolasi
untuk mendapatkan sample DNA. DNA sample yang diambil adalah
kromosom 11 dan16. Bahan kimia yang digunakan untuk isolasi adalah seperti
phenolchlorofomdan chilex. Phenolchloroform bisa digunakan untuk isolasi
darah yang berbentuk cairan, sedangkan chilex digunakan untuk
mengisolasikan barang bukti berupakanrambut(besertakan akar)Tahapan
selanjutnya adalah sample DNA dimasukkan ke dalam mesin PCR. Langkah
dasar penyusunan DNA dengan PCR yaitu dengan amplikasi (pembesaran)
sebuah set potongan DNA yang urutannya belum diketahui. Prosedur ini
dimulai dengan mencampurkan sebuah primer amplikasidengan sampel
genomik DNA. Satu nanogram DNA sudah cukup untk membuatplate reaksi.
Jumlah sebesar itu dapat diperolehi dari isolasi satu tetes darahkering, dari sel-
sel yang melekat pada pangkal rambut atau dari sampel jaringanapa saja.
Kemudian primer amplikasi tersebut digunakan untuk menggandakan sampel
DNA yang mempunyai urutan basa yang cocok. Hasil akhirnya berupa kankoi
urutan DNA lengkap hasil amplikasi dari DNA sampel.
19
Selanjutnya kopi urutan DNA akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk
melihat pola pitanya. Dari sana, dilihat satu-persatu pada kromosom 11 dan16,
apakah ada gen penyebab thalasemia ataukah tidak.Analisis hemoglobin
dilakukan dengan dua cara:
1. Elektroforesis hemoglobin
- Hb varian kualitatif
2. Metoda HPLC (beta short variant Biorad): analisis kualitatif dan kuantitatif
b. Apa makna mutasi Gen Globin Beta kodon 26 dari GAG menjadi AAG ?
20
mutasi yang terjadi adalah frameshift atau nonsense. Dan saat mengenali
daerah mutasi ini, terjadi terminasi lebih awal (karena stop codon). Sehingga
hasil splicing alternatif pada mutasi ini adalah perubahan panjang ekson
1 mRNA yang semula dari 92 menjadi 76 nukleotida. Rantai globin-β abnormal
ini bersifat tidak stabil dan mengarah pada penurunan produksi rantai globin-β.
Tetapi biasanya hanya mengalami penurunan 5-8%. Mekanisme degradasi
mRNA inti ini mencegah sintesis fragmen rantai globin β yang terpotong pada
C-terminus (C-terminally truncated) dan secara klinik meringankan gejala
pada carier sifat thalassemia β ini. Mekanisme ini dilakukan oleh NMD
(nonsense-mediated mRNAdecay) yang aktif dengan cara membatasi jumlah
mRNA yang memiliki translasi stop codon prematur (PTC, premature
translation stop codon) pada frameshift mutation dan menekan akumulasi C-
terminally truncated polypeptides.
21
a). Faktor fisika (radiasi)
Banyak zat kimia bersifat mutagenik. Zat- zat tersebut antara lain adalah
sebagai berikut:
Pestisida
22
Industri
Formadehid.
Zat ini digunakan dalam pabrik resin, tekstil, kertas dan pupuk,
disenfektan benih, dan fungisida, anti kusut pada tekstil .
Banyak dijumpai pada asap tembakau, asap mobil, mesin serta buangan
pabrik tekstil.
Mutagen ini digunakan untuk Drosophila, Neuspora dan Escherichia coly
Glycidol.
Zat yang digunakan untuk membuat zat kimia yang lain seperti, eter, ester,
amin untuk farmasi, dan tekstil
Bersifat antibakteri dan anti jamur pada makanan
Mutagen pada drosophila, neuspora, aberasi dan jaringan mencit.
Mencegah mikroba
Untuk tekstil dan farmasi
Mutagen pada drosophila, neuspora dan E, coli . salmonella,
penicillium, lalat rumah ragi, jagung, tomat dan mamalia. Aberasi pada
allium, drosophila dan mamalia.
Caffein.
Banyak didapatkan pada minuman, kopi, teh, cokelat, dan limun yang
mengandung cola.
Pada bidang medis untuk antihistamin dan obat pusing, pengembang
pembuluh darah, koroner.
Mutagen lemah pada drosophila, mutagen letal adan aberasi pada bakteri,
bakteriofage, dan kultur sel orang,
23
Siklamat dan sikloheksilamin.
Obat
Siklofosfamid.
Metil di-kloro etil amin. Banyak digunakan diklinik. Mutagen pada mencit,
drosophila, aberasi pada Allium.
Antibiotik .
24
Anti neoplasma.
Penghalang replikasi DNA.
Mutagen pada drosophila. Aberasi pada kultur lekosit orang.
Aminopterin 4- aminoflic dan methoteraxate.
Bromo urasil
Faktor biologi
25
penghancuran sel eritrosit sangat cepat sebelum waktunya sehingga penderita
akan tampak pucat, gizi kurang, pertumbuhan kurang dan perut makin lama makin
membuncit karena terjadi pembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegali).
Dalam kasus ini, tidak ada perbedaan berdasarkan jenis kelamin.
8. a. Apa yang dimaksud dengan heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-
42 berupa delesi TTCT?
Dilihat dari morfoligi RBC tn.A, yaitu anisopoikilositosis, sel target, tear
drops, dan ovalocytocytosis. Dan analisis DNA : Heterozigot muatasi gen
globin globin betaq kodon 41-42 beupa delesi TTCT dan heterozigot SAO
berupa delesi 27 bp gen AE-1. Tn. A menderita thalassemia beta intermedia,
karena morfologi RBC T.B.I mirip dengan thallasemia mayor.
Pada penderita thalasemia ciri-ciri dari morfologi sel darah merahnya akan
berwarna pucat dan lebih kecil dari yang normal, kemidian akan ditemukan sel
target dan adanya ovalocytosis.
Sedangkan pada hasil lab tuan A ditemukan ketiga-tiganya, jadi tuan A juga
terkena thalasemia.
26
9. a. Bagaimana ciri-ciri sel darah merah yang menjurus ke thalasemia (anak)?
10. a. Apa yang dimaksud dengan mutasi Gen Globin Beta Kodon 26 dari AAG
(Glutamat) menjadi AAG (Lisin) dan heterozigot mutasi Gen Globin Beta
Kodon 41-42 berupa delesi TTCT?
Pada analisis DNA dapat diketahui dengan pasti bagian yang mengalami
kelainan, sehingga akan menimbulkan gejala-gejala yang salah satunya
tampak pada morfologi RBC.
2.3.4 Hipotesis
27
C, putri dari Tn. A & Ny. D dan berusia 4 tahun, menderita Thalasemia beta
karena diwariskan mutasi Gen Globin beta kodon 26 dari ibu dan mutasi Gen
Globin beta kodon 41-42 dari ayah.”
Tn. A Ny. D
Putri C
Thalasemia
gen beta
28
2.3.6 Keterbatasan pengetahuan dan learning issue
Pokok bahasan What I know What I don’t What I have to What I will
know prove learn
1. Pedigree Pedigree tentang
tentang thalasemia
thalasemia
3. Proses Proses
pembentukan Hb pembentukan Hb
dari embrio dari embrio
sampai dewasa sampai dewasa
4. Pandangan Pandangan
Islam tentang Islam tentang
transfuse darah transfuse darah
29
7. Tata cara Tata cara
pemeriksaan pemeriksaan
darah darah
Learning Issue
2. Teori thalasemia
9. Mutasi gen
30
2.3.7 Sintesis
Thalassemia
Talasemia adalah sekelompok heterogen pada kelainan genetic sintesis
hemoglobin, ditandai oleh tiadanya atau berkurangnya sintesis rantai globin.
Pada α-talasemia sintesin rantai α-globin berkurang, sedang pada β-talasemia
sintesis rantai globin β tidak ada (dinyatakan sebagai b o-talasemia) ataupun
nyata berkurang (β +-talasemi).
Talasemia bersifat diturunkan sebagai keadaan autosom kodominan.
Bentuk heterozigot (talasemia minor atau ciri berbakat talasemia) dapat
asimptomatik atau bergejala ringan. Bentuk homozigot yang disebut talasemia
mayor, disertai anemia hemolisis yang parah. Gen yang mengalami mutasi
khususnya terdapat di antara penduduk Timur Tengah, Afrika dan Asia.
Epidemiologi
Frekuensi gen thalassemia di Indonesia berkisar 3-10%. Diperkirakan
lebih 2000 penderita baru dilahirkan setiap tahunnya di Indonesia
Di Indonesia berdasarkan parameter hematologi, frekuensi pembawa
sifat thalassemia β di Sumatera Selatan sekitar 8%.
Klasifikasi thalasemia secara klinis dan genetis
31
Patogenesis
Hemoglobin dewasa atau HbA mengandung dua rantai α dan dua
rantai β . Ditandai oleh dua gen globin b yang bertempat pada masing-masing
dari dua kromosom nomor 11. Dan, dua pasang gen α-globin yang fungsional
32
berada pada setiap kromosom nomor 16. Struktur dasar gen α- globin dan β ,
begitu juga langkah-langkah yang terlibat dalam biosintesis rantai globin
adalah sama. Setiap gen globin memiliki tiga rangkaian pengkodean (ekson)
yang diganggu oleh dua rangkaina peratara (intron). Pengapitan sisi 5’ gen
globin merupakan serentetan “rangkaian promoter” yang tidak dapat
diterjemahkan, yang diperlukan untuk inisiasi sintesis mRNA β -globin.
Seperti pada semua gen eukariotik, biosintesis rantai globin mulai
dengan transkripsi gen globin di dalam nucleus. Transkripsi mRNA awal
mengandung suatu salinan seluruh gen, termasuk semua ekson dan intron.
Precursor mRNA yang besar ini mengalami beberapa modifikasi
pascatranskripsi (proses) sebelum diubah menjadi mRNA sitoplasma dewasa
yang siap untuk translasi yaitu penyambungan dua intron dan mengikat
kembali ekson. mRNa dewasa yang terbentuk meninggalkan nucleus dan
menjadi terkait ribosom pada tempat translasi berlaku. Jalur ekspresi gen α-
globin sangat serupa. (Buku Ajar Patologi II, Robbins & Kumar – Jakarta
:EGC, 1995)
Thalassemia diartikan sebagai sekumpulan gangguan genetik yang
mengakibatkan berkurang atau tidak ada sama sekali sintesis satu atau lebih
rantai globin (Weatherall and Clegg, 1981). Abnormalitas dapat terjadi pada
setiap gen yang menyandi sintesis rantai polipeptid globin, tetapi yang
mempunyai arti klinis hanya gen-β dan gen-α. Karena ada 2 pasang gen-α,
maka dalam pewarisannya akan terjadi kombinasi gen yang sangat bervariasi.
Bila terdapat kelainan pada keempat gen-α maka akan timbul manifestasi
klinis dan masalah. Adanya kelainan gen-α lebih kompleks dibandingan
dengan kelainan gen-β yang hanya terdapat satu pasang. Gangguan pada
sintesis rantai-α dikenal dengan penyakit thalassemia-α, sedangkan gangguan
pada sintesis rantai-β disebut thalassemia-β. Kelainan klinis pada sintesis
rantai globin-alfa dan beta dapat terjadi, sebagai berikut:
1. Silent carrier yang hanya mengalami kerusakan 1 gen, sehingga pada
kasus ini tidak terjadi kelainan hematologis. Identifikasi hanya dapat
dilakukan dengan analisis molekular menggunakan RFLP atau sekuensing.
2. Bila terjadi kerusakan pada 2 gen-α atau thalassemia-α minor atau carrier
thalassemia-α menyebabkan kelainan hematologis.
33
3. Bila terjadi kerusakan 3 gen-α yaitu pada penyakit HbH secara klinis
termasuk thalassemia intermedia.
4. Pada Hb-Bart’s hydrop fetalis disebabkan oleh kerusakan keempat gen
globin-alfa dan bayi terlahir sebagai Hb-Bart’s hydrop fetalis akan
mengalami oedema dan asites karena penumpukan cairan dalam jaringan
fetus akibat anemia berat.
5. Pada thalassemia-β mayor bentuk homozigot (β0) dan thalassemia-β minor
(β+) bentuk heterozigot yang tidak menunjukkan gejala klinis yang berat.
34
Thalassemia β melibatkan dua gen (kromosom 11) didalam membuat beta
globin yang merupakan bagian dari hemoglobin, masing-masing satu dari
setiap orangtua. Beta thalassemia terjadi ketika satu atau kedua gen
mengalami variasi.
Jika salah satu gen dipengaruhi, seseorang akan menjadi carrier dan
menderita anemia ringan. Kondisi ini disebut thallasemia trait/beta
thalassemia minor,
Jika kedua gen dipengaruhi, seseorang akan menderita anemia sedang
(thalassemia beta intermedia atau anemia Cooley’s yang ringan) atau
anemia yang berat ( beta thalassemia utama, atau anemia Cooley’s).
Anemia Cooley’s, atau beta thalassemia mayor jarang terjadi. Suatu survei
tahun 1993 ditemukan 518 pasien anemia Cooley’s di Amerika Serikat.
Kebanyakan dari mereka mempunyai bentuk berat dari penyakit, tetapi
mungkin kebanyakan dari mereka tidak terdiagnosis .
Faktor risiko
35
·Anak dengan orang tua yang memiliki gen thalassemia
Anak dengan salah satu/kedua orang tua thalasemia minor
Anak dengan salah satu orang tua thalasemia
- Resiko laki-laki atau perempuan untuk terkena sama
- Thalassemia Beta mengenai orang asli dari Mediterania atau
ancestry (Yunani, Italia, Ketimuran Pertengahan) dan orang dari
Asia dan Afrika Pendaratan.
- Alfa thalassemia kebanyakan mengenai orang tenggara Asia,
Orang India, Cina, atau orang Philipina.
Manifestasi klinis
Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot) yang
telah agak besar menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik berupa hambatan
pertumbuhan, anak menjadi kurus bahkan kurang gizi, perut membuncit akibat
hepatosplenomegali dengan wajah yang khas mongoloid, frontal bossing,
mulut tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik, maloklusi gigi. Anemia
berat menjadi nyata pada usia 3-6 bulan. Pembesaran limpa dan hati terjadi
karena destruksi eritrosit yang berlebihan, hemopoesis ekstramedula, dan lebih
lanjut akibat penimbunan besi. Limpa yang besar meningkatkan kebutuhan
darah dengan meningkatkan volume plasma dan meningkatkan destruksi
eritrosit dan cadangan eritrosit.
Pelebaran tulang yang disebabkan oleh hyperplasia sumsum tulang
yang hebat yang menyebabkan terjadinya fasies thalasemia dan penipisan
korteks di banyak tulang dengan suatu kecenderungan terjadinya fraktur dan
penonjolan tengkorak dengan suatu gambaran rambut berdiri (hair-onend)
pada foto roentgen. Penumpukan besi akibat transfuse darah menyebabkan
kerusakan organ endokrin (dengan kegagalan pertumbuhan, pubertas yang
terlambat atau tidak terjadi), miokardium.
Infeksi dapat terjadi. Anak yang melakukan transfusi darah rentan
terhadap infeksi bakteri.
Penatalaksanaan
a. Transfusi darah teratur yang perlu dilakukan untuk mempertahankan
Hb di atas 10 gr/dl tiap saat. Hal ini biasanya membutuhkan 2-3 unit
36
tiap 4-6 minggu. Darah segar, yang telah disaring untuk memisahkan
leukosist, menghasilkan eritrosit dengan ketahanan yang terbaik dan
reaksi paling sedikit. Pasien harus diperiksa genotipnya pada
permulaan program transfuse untuk mengantisipasi bila timbul
antibody eritrosit terhadap eritrosit yang ditransfusikan.
b. Asam folat diberikan secara teratur (misal 5 mg/hari) jika asupan diet
buruk
c. Terapi khelasi besi digunakan untuk mengatasi kelebihan besi.
Desferioksamin dapat diberikan melalui kantung infus terpisah
sebanyak 1-2 g untuk tiap unit darah yang ditransfusikan dan melalui
infus subkutan 20-40 mg/kg dalam 8-12 jam, 5-7 hari seminggu. Hal
ini dilaksanakan pada bayi setelah pemberian transfusi 10-15 unit
darah.
d. Vitamin C (200 mg perhari) meningkatkan eksresi besi yang
disebabkan oleh desferioksamin.
e. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat
memperpanjang umur sel darah merah.
f. Splenektomi mungkin perlu untuk mengurangi kebutuhan darah.
Splenektomi harus ditunda sampai pasien berusia > 6 tahun karena
tingginya resiko infeksi pasca splenektomi.
g. Transplantasi sum-sum tulang alogenik memberi prospek kesembuhan
permanent. Tingkat kesuksesan adalah lebih dari 80% pada pasien
muda yang mendapat khelasi secara baik tanpa disertai adanya fibrosis
hati atau hepatomegali.
h. Terapi endokrin
i. Imunisasi hepatitis B
j. Koenzim Q10 dan Talasemia
Adanya kerusakan sel darah merah dan zat besi yang menumpuk di
dalam tubuh akibat talasemia, menyebabkan timbulnya aktifasi oksigen
atau yang lebih dikenal dengan radikal bebas. Radikal bebas ini dapat
merusak lapisan lemak dan protein pada membram sel, dan organel sel,
yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel.
Biasanya kerusakan ini terjadi di organ-organ vital dalam tubuh seperti
hati, pankreas, jantung dan kelenjar pituitari. Oleh sebab itu penggunaan
37
antioksidan, untuk mengatasi radikal bebas, sangat diperlukan pada
keadaan talasemia.
Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung.
Transfusi darah yang berulang-ulang dan proses hemolisis menyebabkan
kadar besi dalam darah tinggi, sehingga ditimbun dalam berbagai jaringan
tubuh seperti hepar, limpa, ku.lit, jantung dan lainnya. Hal ini dapat
mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut. Limpa yang besar mudah
rupture akibat trauma yang ringan. Kadang-kadang thalasemia disertai
oleh tanda hipersplenisme seperti leukopenia dan trombopenia.
Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.
Kelebihan Fe (khususnya pada pemberian transfusi)
Komplikasi pada jantung, contoh constrictive pericarditis to heart
failure and arrhythmias.
Komplikasi pada hati, contoh hepatomegali sampai cirrhosis.
Komplikasi jangka panjang, contoh HCV.
Komplikasi hematologic, contoh VTE.
Komplikasi pada endokrin, seperti endokrinopati, DM.
Gagal tumbuh karena diversi dari sumber kalori untuk eritropoesis.
Fertil, seperti terjadi hypogonadotrophic hypogonadism dan gangguan
kehamilan.
38
trait. Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan DNA cairan amnion
merupakan suatu kemajuan dan digunakan untuk mendiagnosis kasus
homozigot intra-uterin sehingga dapat dipertimbangkan tindakan abortus
provokotus (Soeparman dkk, 1996).
Edukasi Sampaikan kepada pasien dan keluarga mengenai
kondisinya sekarang, beri saran agar sebelum melakukan pernikahan, cek
pasangan untuk kemungkinan thalasemia., Hindari pemakaian obat
pencetus hemolitik seperti fenasetin, klorpromazin (tranquilizer), penisilin,
kina, dan sulfonamide, Makan-makanan bernutrisi khususnya asupan B12
dan folic acid.
Beberapa mutasi yang biasanya terjadi pada penderita talasemia β dan efek
yang ditimbulkan adalah :
Regio promotor mengendalikan inisiasi dan kecepatan transkripsi,
sehingga mutasi yang mempengaruhi sekuensi promoter biasanya
menyebabkan penurunan transkripsi gen globin. Karena sedikit banyak
masih melakukan sintesis β globin, pasien mengalami talasemia β +.
Mutasi di sekuensi pengkode akan menimbulkan masalah serius.
Contohnya pada sebagian kasus perubahan satu nukleotida di salah satu
ekson menyebabkan terbentuknya kodon terminasi atau kodon stop yang
menghentikan translasi RNA messenger (mRNA) β globin. Hal ini akan
menyebabkan bentuk β globin yang dihasilkan non fungsional dan
menyebabkan talasemia β O.
Mutasi yang menyebabkan kelainan pemrosesan mRNA.Sebagian besar
mutasi ini mengenai intron, tetapi sebagian diketahui terletak di dalam
ekson. Apabila mutasi mengubah splice junction normal, tidak terjadi
penyambungan dan semua mRNA yang terbentuk menjadi abnormal.
mRNA yang tidak tersambung diuraikan di dalam inti sel dan terjadi
talasemia β O. Namun, sebagian mutasi mengenai intron di lokasi yang
jauh dari splice junction intron ekson normal. Mutasi ini menciptakan
tempat baru yang menjadi substrat bagi enzim penyambung di lokasi
abnormal-di dalam sebuah intron misalnya. Karena tempat penyambungan
39
normal utuh, terjadi penyambungan normal dan abnormal sehingga
terbentuk mRNA β globin yang normal dan abnormal. Para pasien ini
menderita talasemia β +.
Hb F : alfa2 gamma2 = α2 γ2
40
seorang muslim atau muslimah menyumbangkan darahnya untuk tujuan
kemanusiaan, bukan komersialisasi, baik darahnya disumbangkan secara
langsung kepada orang yang memerlukannya, misalnya untuk anggota
keluarga sendiri, maupun diserahkan pada palang merah atau bank darah
untuk disimpan sewaktu-waktu untuk menolong orang yang memerlukan.
Jadi boleh saja mentransfusikan darah seorang muslim untuk orang non
muslim dan sebaliknya, demi menolong dan saling menghargai harkat sesama
umat manusia. Sebab Allah sebagai Khalik alam semesta termasuk manusia
berkenan memuliakan manusia, sebagaimana firman-Nya: “dan sesungguhnya
Kami memuliakan anak cucu Adam (manusia).” (QS. Al-Isra:70). Maka sudah
seharusnya manusia bisa saling menolong dan menghormati sesamanya.
Adapun dalil syar’i yang menjadi dasar untuk membolehkan transfusi darah
tanpa mengenal batas agama dan sebagainya, berdasarkan kaidah hukum fiqih
Islam yang berbunyi: “Al-Ashlu Fil Asyya’ al-Ibahah Hatta Yadullad Dalil
‘Ala Tahrimihi” (bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu itu boleh
hukumnya, kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Padahal tidak ada satu
ayat dan hadits pun yang secara eksplisit atau dengan nash yang sahih,
melarang transfusi darah, maka berarti transfusi darah diperbolehkan, bahkan
donor darah itu ibadah, jika dilakukan dengan niat mencari keridhaan Allah
dengan jalan menolong jiwa sesama manusia.
41
kesehatan pendonor darah; harus benar-benar bebas dari penyakit menular,
seperti AIDS dan HIV. Penyakit ini bisa menular melalui transfusi darah,
suntikan narkoba, dll.
Adapun hubungan antara donor dan resipien, adalah bahwa transfusi darah itu
tidak membawa akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara donor
dan resipien. Sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemahraman sudah
ditentukan oleh Islam sebagaimana tersebut dalam An-Nisa:23, yaitu: Mahram
karena adanya hubungan nasab. Misalnya hubungan antara anak dengan
ibunya atau saudaranya sekandung, dsb, karena adanya hubungan perkawinan
misalnya hubungan antara seorang dengan mertuanya atau anak tiri dan
istrinya yang telah disetubuhi dan sebagainya, dan mahram karena adanya
hubungan persusuan, misalnya hubungan antara seorang dengan wanita yang
pernah menyusuinya atau dengan orang yang sesusuan dan sebagainya.
42
mengakibatkan hubungan kemahraman antara pendonor dengan resipien.
Karena itu perkawinan antara pendonor dengan resipien itu diizinkan oleh
hukum Islam.
Namun pendapat yang paling kuat adalah bahwa jual beli darah manusia itu
tidak etis disamping bukan termasuk barang yang diboelhkan untuk diperjual
belikan karena termasuk bagian manusia yang Allah muliakan dan tidak
pantas untuk diperjual belikan, karena bertentangan dengan tujuan dan misi
semula yang luhur, yaitu amal kemanusiaan semata, guna menyelamatkan jiwa
sesama manusia. Karena itu, seharusnya jual beli darah manusia itu dilarang,
karena bertentangan dengan moral agama dan norma kemanusiaan.
43
dirinya maupun orang lain sehingga terjalin hubungan yang simbiosis
mutualis.
Dengan demikian praktik Menjual belikan darah baik secara langsung maupun
melalui rumah sakit dapat dihindarkan karena sebenarnya transfusi darah
terlaksana berkat kerjasama sosial yang murni subsidi silang melalui
koordinasi pemerintah dan bukan menjadi objek komersial sebagaiman
dilarang Syariat Islam dan bertentangan dengan perikemanusiaan, sehingga
setiap individu tanpa dibatasi status ekonomi dan sosialnya berkesempatan
untuk mendapatkan bantuan darah setiap saat bilamana membutuhkannya
sebab di sini harus berlaku hukum barang siapa menamam kebaikan maka ia
berhak mengetam pahala dan ganjaran kebaikannya.
Hasil dari PCR yaitu kopi urutan DNA akan dikarakterisasi dengan
elektroforesis untuk melihat pola pitanya. Disana, dilihat satu-persatu
pada kromosom 11 dan 16, apakah ada gen penyebab thalasemia
ataukah tidak.
44
Tata cara pemeriksaan mikroskopik darha tepi
Tujuan pemeriksaan : menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti RBC,
WBCPLT dan mencari adanya parasit seperti malaria, tripanosoma,
microfilaria, dll. HDT yang dibuat dan diwarnai dengan baik merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaaan yang baik. Ciri hapusan darah
tepi yang baik : Cukup tipis, sel-sel darah terpisah satusama lain, tidak saling
menumpuk, dapat diidentifikasi masing2 jenis sel, tidak ada artefak, lekosit
tidak boleh mengerombol di akhir hapusan darah.
Prinsip : Setetes darah dipaparkan di atas gelas obyek lalu dicat dan diperiksa
dibawah mikroskop.
Pembuatan hapusan darah :
a. Alat-alat : Gelas obyek, Gelas penghapus
b. Tehnik :
- Membuat hapusan darah di atas gelas obyek
- Mengeringkan
- Mengecat
- Menilai hapusan darah.
a. Giemsa
b. Wright’s stain : mengandung Eosin dan Methylene blue, Buffer phospat ph = 6,4
komposisi KH2PO4, Na2HPO4
45
2. Pemeriksaan menggunakan minyak imersi
46
1. Perbesaran mikroskop objektif 10x
a. Menilai kualitas preparat termasuk pengecatannya
b. Menentukan daerah dengan distribusi ertrosit yang merata
c. Melakukan pemeriksaan selayang pandang terhadap bentuk-bentuk eritrosit
d. Melakukan estimasi jumlah lekosit ( membedakan lekosit dengan eritrosit
berinti)
47
muka, dan meminimalkan dilatasi jantung dan osteoporosis. Meskipun begitu,
tindakan
minggu.
Pada pasien thalassemia juga diberikan vitamin C, vitamin E, dan asam folat.
Pemberian vitamin C 100-250 mg/hari bertujuan untuk meningkatkan ekskresi
besi dan hanya diberikan pada saat kelasi besi saja. Asam folat 2-5 mg/hari
diberikan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, dan vitamin E 200-400
IU/hari bertujuan untuk memperpanjang umur sel darah merah. Pemeriksaan
kadar feritin juga perlu dilakukan setiap 1-3 bulan untuk memantau kadar besi
dalam darah.
- Dampak Transfusi
Hemolisis Intravaskular Akut. Terjadi karena transfusi sel darah merah yang
tidak kompatibel, sehingga terjadi hemolisis. Hemolisis tersebut disebabkan
oleh antibodi yang terdapat di dalam plasma darah pasien. Hal ini sering
terjadi karena kesalahan penulisan formulir permintaan darah, pemberian label
yang salah pada tabung sampel yang dikirim ke bank darah, dan pengecekan
darah yang kurang
48
memiliki risiko lebih besar untuk menerima darah yang salah jika sering
berganti
rumah sakit. Pada pasien yang sadar, tanda dan gejala biasanya muncul dalam
beberapa menit sesudah transfusi dimulai. Kadang-kadang tanda dan gejala
tersebut timbul pada pemberian < 10 mL darah. Pada pasien yang tidak sadar,
keadaan hipotensi dan perdarahan yang tidak terkendali akibat Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC) mungkin merupakan satu-satunya tanda yang
menunjukkan transfusi yang tidak kompatibel.
oleh kolaps kardiovaskular, gawat nafas, dan tanpa febris. Risiko terjadinya
reaksi
digunakan Fresh Frozen Plasma (FFP) sebagai cairan penukar dalam terapi
49
pertukaran plasma. Sitokin plasma dapat menjadi salah satu penyebab
bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada beberapa resipien tertentu.
Defisiensi IgA pada resipien merupakan kelainan langka yang dapat
menyebabkan reaksi anafilaksis yang sangat berat. Keadaan ini dapat
ditimbulkan oleh setiap produk darah. Transfusion-Related Acute Lung Injury
(TRALI). Biasanya disebabkan oleh antinetrofil spesifik atau anti-HLA
antibodi dalam plasma donor. Kegagalan faal paru yang terjadi dengan cepat
biasanya muncul dalam waktu 1-4 jam sesudah transfuse dimulai, terlihat
gambaran opasitas yang difus pada rontgen toraks. Gejala TRALI berupa
dispnoe, takikardia, febris, dan hipotensi. Penatalaksanaannya meliputi
pemberian oksigen, kortikosteroid, diuretik, dan jika perlu digunakan
ventilator.
Penatalaksanaan:8
50
4. Pantau jumlah trombosit resipien (N: 150.000-440.000/mm3).
a. Hemosiderosis
Hemosiderosis adalah akibat terapi transfusi jangka panjang yang tidak dapat
dihindari, karena dalam setiap 500 mL darah dibawa 200 mg besi ke jaringan.
Pada individu normal, semua besi plasma terikat pada transferin. Kapasitas
transferin untuk mengikat besi terbatas sehingga bila terjadi kelebihan besi
seperti pada pasien thalassemia, seluruh transferin akan berada dalam keadaan
tersaturasi. Akibatnya besi akan berada dalam plasma dalam bentuk tidak
terikat, atau disebut juga Non-Transferrin Bound Plasma Iron (NTBI). NTBI
akan menyebabkan pembentukan radikal bebas hidroksil dan mempercepat
peroksidasi lipid membrane in vitro.
Besi yang berlebihan dalam tubuh terbanyak berakumulasi dalam hati, namun
efek paling fatal disebabkan oleh akumulasi di jantung.3 Siderosis
miokardium merupakan faktor penting yang ikut berperan pada kematian awal
penderita. Gejala kelainan jantung lain yang ditemui adalah perikarditis dan
gagal jantung kongestif. Gagal jantung yang berkelanjutan akan menyebabkan
blok atrioventrikular sehingga dapat menyebabkan blok jantung total atau
kanan atau kiri. Juga ditemukan aritmia atrial pada setengah pasien
51
thalassemia yang mendapat transfusi teratur tanpa terapi pengikatan besi.3
Pada pasien-pasien yang lebih tua, penyakit hati adalah penyebab kematian
yang umum, dan sering diperberat dengan infeksi virus hepatitis C. Kelainan
fungsi endokrin juga ditemukan, dimana kelebihan besi di hipofisis anterior
dapat menyebabkan gangguan maturasi seksual. Di RSCM, Batubara dkk
menemukan sebanyak 56% pasien thalassemia mengalami hambatan pubertas.
Lebih jauh lagi, dapat terjadi amenore sekunder pada seperempat pasien yang
berusia > 15 tahun, diabetes mellitus pada 5-10% pasien dewasa, serta
kerusakan kelenjar tiroid, paratiroid, dan adrenal. Selain itu, kelebihan besi
juga telah dihubungkan dengan penurunan densitas tulang, hipertensi
pulmonal, dan penurunan fungsi paru.3 Kadar kelebihan besi dalam tubuh
dapat diukur dengan melakukan berbagai pemeriksaan penunjang, baik
pengukuran secara langsung maupun tidak langsung.
1. TIDAK LANGSUNG
Pencitraan (CT scan hati, MRI hati, MRI jantung, MRI hipofisis anterior)
2. LANGSUNG
Terapi kelasi besi secara umum harus dimulai setelah kadar feritin serum
mencapai 1000 ƒÊg/L, yaitu kira-kira 10-20 kali transfusi (} 1 tahun).
Olivieri dkk menyarankan pemeriksaan kadar besi hati dengan biopsi hati
sebelum memulai terapi kelasi besi. Terapi hanya dimulai bila konsentrasi besi
hati minimal 3.2 mg/g berat kering hati. Apabila biopsi tidak mungkin
dilakukan, terapi kelasi besi dapat dimulai pada pasien usia < 3 tahun yang
sudah mendapat transfusi teratur selama 1 tahun.3
52
Hemosiderosis dapat diturunkan atau bahkan dicegah dengan pemberian
parenteral obat pengkelasi esi (iron chelating drugs).8 Obat pengkelasi besi
yang dikenal adalah deferoksamin, deferipron, dan deferasirox.3
3. Deferasirox (ICL-670). Deferasirox adalah obat kelasi besi oral yang baru
saja mendapatkan izin pemasaran di Amerika Serikat pada bulan November
2005. Terapi standar yang dianjurkan adalah 20-30 mg/kgBB/hari dosis
tunggal. Deferasirox menunjukkan potensi 4-5 kali lebih besar dibanding
deferoksamin dalam memobilisasi besi jaringan hepatoseluler, dan efektif
dalam mengatasi hepatotoksisitas. Efek samping yang mungkin terjadi adalah
sakit kepala, mual, diare, dan ruam kulit.
53
masing obat, sehingga menurunkan toksisitas obat namun tetap menjaga
efektifitas kelasi.3
c. Infeksi Yersinia
ƒÀ pada tahun 1970. Infeksi harus dicurigai pada pasien dengan kelebihan
besi yang menderita panas tinggi dan fokus infeksi tidak ditemukan, seringkali
disertai
selama beberapa jam. Reaksi yang hebat dapat ditandai dengan panas tinggi
yang
d. Hipersplenisme
54
hipersplenisme kadang-kadang dapat dihindari dengan transfusi lebih awal dan
teratur, namun banyak pasien yang memerlukan splenektomi. Indikasi
terpenting untuk splenektomi adalah meningkatnya kebutuhan transfusi, yang
menunjukkan unsur hipersplenisme. Kebutuhan transfusi melebihi 240 mL/kg
PRC/tahun biasanya merupakan bukti hipersplenisme dan merupakan indikasi
untuk mempertimbangkan splenektomi. Splenektomi dapat menurunkan
kebutuhan sel darah merah sampai 30% pada pasien yang indeks transfusinya
melebihi 200 mL/kgBB/tahun. Karena adanya risiko infeksi, splenektomi
sebaiknya ditunda hingga usia 5 tahun. Sedikitnya 2-3 minggu sebelum
dilakukan splenektomi,pasien sebaiknya divaksinasi dengan vaksin
pneumococcal dan Haemophilus influenzae tipe B dan sehari setelah operasi
diberi penisilin profilaksis.
Jadi, Ny. D dan Tn. A memiliki seorang putri bernama Putri C berusia 4 tahun
yang didiagnosis oleh dokter spesialis anak dan thalasemia, sehingga C
mendapat transfusi darah setiap 20 hari sekali. Putri C menderita Thalasemia
beta mayor karena diwariskan mutasi Gen Globin beta kodon 26 dari ibu dan
mutasi Gen Globin beta kodon 41-42 dari ayah.”
55
DAFTAR PUSTAKA
http://www.drdidispog.com/2008/07/istilah-obstetri-dan
ginelogi.html#ixzz1I8CSlZ9E
http://www.eramuslim.com/konsultasi/fikih-kontemporer/hukum-transfusi-
darah.htm
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1683408-
talasemia/#ixzz1I8tXwWBW.
http://www.scribd.com/doc/49779493/skenario-A-blok-5-thalasemia
56