You are on page 1of 6

HUBUNGAN

FALSAFAH INDUSTRIAL PANCASILA

A. PENGEIITIAN
1. Hubungan Industrial Pancasila adalah suatu sistim hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan jasa (Pekerja, Pengusaha dan Pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan manifestasi dari keseluruhan sila-sila dari Pancasila dan UUD 1945, yang tumbuh dan berkembang diatas kepribadian bangsa dan kebudayaan Nasional Indonesia. Sejalan dengan pengertian di atas, sila-sila dari Pancasila yang melandasi Hubungan Industrial Pancasila adalah merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahpisabkan. Sila yang satu tidak lebih menonjol peranannya dari sila yang lain. Dalam membahas suatu sila sebagai dasar, tidak boleh terJepas dari sila yang lain, karena Pancasila harus dilaksanakan dan diamalkan secara bulat dan utuh.

2.

8. TUJUAN
1. Tujuan Hubungan Industrial Pancasila adalah mengemban cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia 17 Agustus 1945 di dalam Pembangunan Nasional, ikut mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan tersebut dicapai melalui penciptaan ketenangan, ketentraman, ketertiban, kegairahan kerja serta ketenangan usaha, meningkatkan produksi atau produktivitas dan meningkatkan kesejahteraan pekerja serta derajatnya sesuai dengan martabat manusia.

2.

c.

AZAS-AZAS
1. Hubungan Industrial Pancasila dalam mencapai tujuannya mendasarkan diri pada azas-azas pembangunan, yaitu: a. Azas Mufakat Segala usaha dan kegiatan pembangunan harus dapat dimanfaatkan sebesarbesamya bagi kemanusiaan, dan kesejahteraan rakyat. b. Azas Usaha Bersama dan Kekeluargaan Usaha mencapai cita-cita dan aspirasi-aspirasi bangsa harus merupakan usaha bersama seluruh rakyat yang dilakukan secara gotong-royong dan kekeluargaan. c. Azas Demokrasi Yaitu berdasarkan Pancasila yang meliputi bidang politik, sosial dan ekonomi.

12

Penyelesaian masalah-masalah untuk mufakat. d.

nasional ditempuh dengan jalan musyawarah

Azas Adil dan Merata Hasil-hasil yang dicapai dalam pembangunan harus dapat dinikmati secara adil dan merata sesuai dengan darma baktinya. Azas Perikehidupan Dalam Keseimbangan Keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yaitu, antara kepentingan dunia dan akhirat, material dan spiritual, jiwa dan raga, individu dan masyarakat dan lain-lain. Azas Kesadaran Hnkum Setiap Warga Negara harus taat dan sadar kepada hukum dan mewajibkan Negara menegakkan hukum. Azas Kepercayaan pada diri sendiri Pembangunan berdasarkan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan kepada kepribadian bangsa. Hubungan Industrial Pancasila berlandaskan kepada dua penting yaitu: dan gotong-royong. untuk mufakat.

e.

f.

g.

2.

Dalam pelaksanaannya azas kerja yang sangat a. Azas kekeluargaan b. Azas musyawarah

3.

Sebagai manifestasi dari kedua azas di atas, maka Hubungan Industrial Pancasila mendasarkan diri kepada 3 (tiga) azas kerjasama, yaitu: a. Pekerja dan pengusaha atau Pimpinan Perusahaan adalah ternan seperjuangan dalam proses produksi, yang berarti baik pekerja maupun pengusaha atau Pimpinan Perusahaan wajib bekerja-sama serta membantu dalam kelancaran usaha dalam meningkatkan kesejahteraan dan menaikkan produksi. Pekerja dan pengusaha atau Pimpinan Perusahaan adalah ternan seperjuangan dalam pemerataan menikmati hasil perusahaan yang berarti hasil usaha yang diterima perusahaan dinikmati bersama dengan bagian yang layak dan serasi sesuai dengan prestasi kerja. Pekerja dan pengusaha atau Pimpinan Perusahaan adalah ternan seperjuangan di dalam bertanggung-jawab yang meliputi: Tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa Tanggung jawab kepada Bangsa dan Negara Tanggung jawab kepada masyarakat sekelilingnya Tanggung jawab kepada pekerja serta keluarganya Tanggung jawab kepada perusahaan di mana mereka bekerja.

b.

c.

13

D. CIRI·CIRI KHUSUS
Berdasarkan pengertian, tujuan, landasan dan azas dari Hubungan Industrial Pancasila itu, maka Hubungan Industrial Pancasila mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan Hubungan Industriallainnya. Ciri-ciri khusus tersebut adalah: I. Hubungan Industrial Pancasila mengakui dan meyakini bahwa bekerja bukan hanya bertujuan untuk sekedar mencari nafkah saja, akan tetapi sebagai pengabdian manusia kepada Tuhannya, kepada sesama manusia, kepada masyarakat, Bangsa dan Negara. Hubungan Industrial Pancasila menganggap pekerja bukan hanya sekedar faktor produksi belaka, tetapi sebagai manusia pribadi dengan segala harkat dan martabatnya. Karena itu perlakuan pengusaha kepada pekerja bukan hanya dilihat dari segi kepentingan produksi belaka, akan tetapi haruslah dilihat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat manusia. Hubungan Industrial Pancasila melihat antara pekerja dan pengusaha bukanlah mempunyai kepentingan yang bertentangan, akan tetapi mempunyai kepentingan yang sarna yaitu kemampuan perusahaan. Karena dengan perusahaan yang maju dan semua pihak akan dapat meningkatkan kesejahteraan. Dalam Hubungan Industrial Pancasila setiap perbedaan pendapat an tara pekerja dan pengusaha harus diselesaikan dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat yang dilakukan secara kekeluargaan. Karena itu penggunaan tindakan penekanan dan aksi-aksi sepihak seperti mogok, penutupan perusahaan (lock out) dan lain-lain tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Hubungan Industrial Pancasila. Di dalam pandangan Hubungan Industrial Pancasila terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban kedua belah pihak dalam perusahaan. Keseimbangan itu dicapai bukan didasarkan atas perimbangan kekuatan (balance of power), akan tetapi atas dasar rasa keadilan dan kepatutan. Disamping itu juga Hubungan Industrial Pancasila juga mempunyai pandangan bahwa hasil-hasil perusahaan yang telah dicapai berdasarkan kerja-sama antara pekerja dan pengusaha, harus dapat dinikmati secara adil dan merata sesuai dengan pengorbanan masingmasing.

2.

3.

4.

5.

E. SIICAP SOSIAL DAN SIKAP MENTAL


1. Sikap Sosial
Untuk dapat mewujudkan hubungan yang dicita-citakan, diperlukan satu sikap

14

sosial yang mencenninkan persatuan nasional serta kesatuan, serta sifat kegotongroyongan, toleransi, tenggang rasa, terbuka, bantu membantu dan mampu mengendalikan diri. 2. Sikap Mental Untuk mewujudkan hubungan yang dicita-citakan disamping sikap sosial, diperlukan pula sikap mental para pelaku proses produksi sebagai ternan seperjuangan yang saling hormat menghormati, masing-masing mengerti kedudukan serta peranannya, masing-masing memahami hak dan kewajibannya dalam keseluruhan proses produksi. Dengan demikian masing-masing pihak dituntut mempunyai dan mengembangkan sikap mental sebagai berikut:

Pekerja atau Serikat Pekerja a. Hubungan Industrial Pancasila berpegang dan berusaha mendorong timbul dan berkembangnya sikap mental pekerja yang sesuai dengan Tri Dharma dan sikap mental pengusaha "Memanusiakan manusia". Sikap Mental Tri Dharma yaitu: a. Merasa ikut memiliki (Rumongso melu handarbeni). b. Ikut memelihara dan mempertahankan (Melu hangrungkebi). c. Terus menerus mawas diri (Mulat sariro hangroso wani). b. Serikat pekerja bukan saja penyalur aspirasi pekerja dengan hak-haknya seperti hak berorganisasi, hak secara kolektif menyatakan pend irian atau pendapat mengenai segala masalah yang menyangkut kondisi kerja, hak untuk mengadakan Kesepatakan Kerja Bersama (KKB), dan hak perlindungan lainnya, juga berkewajiban membawa pekerja berperan serta dalam tugas-tugas Pembangunan.

Pengusaha a. Sikap mental pengusaha yang diinginkan oleh Hubungan Industrial Pancasila adalah sikap mental "Memanusiakan manusia", yaitu: kesadaran bahwa pekerja itu adalah manusia yang mempunyai martabat, harkat dan harga diri. kesadaran bahwa meningkatkan derajat, martabat, harga diri dan kesejahteraan pekerja adalah merupakan kewajiban dan tugas kemanusiaan. Pihak pengusaha disamping diakui hak-haknya seperti hak milik (walaupun mempunyai fungsi sosial dalam penggunaannya), hak untuk dapat mengembangkan usahanya serta laba usaha, hak untuk mengelola modalnya, (walaupun kepentingan semua pihak dalam masyarakat hams diperhatikan), juga kewajiban memberikan sahamnya secara konstruktif terhadap peningkatan kesejahteraan pekerja serta

b.

15

membina azas-azas manajemen yang baik dalam rangka Pembangunan Nasional secara keseluruhan. Pemerintah Pihak Pemerintah dalam hal ini menempati posisi dan mempunyai peranan sebagai pengayom, pembimbing, pelindung dan pendamai yang secara singkat berperan sebagai pengayom bagi seluruh pihak dalam masyarakat pada umumnya dan pihakpihak yang tersangkut dalam proses produksi pada khususnya.

F. RUANO LINOKUP
I. Ruang Lingkup Cakupan (Coverage) Pada dasarnya prinsip-prinsip di dalam Hubungan Industrial Pancasila itu mencakup seluruh tempat-tempat kerja, di mana para pekerja dan pengusaha, bekerjasama dalam hubungan kerja untuk mencapai tujuan usaha. Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup Hubungan Industrial Pancasila adalah seluruh permasalahan yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dalam hubungan antara pekerja, pengusaha dan Pemerintah. Di dalamnya termasuk masalah: syarat-syarat kerja, pengupahan, jam kerja, jaminan sosial, keselamatan dan kesehatan kerja, masalah organisasi pekerja dan organisasi pengusaha, cara penyelesaian kelnh-kesah dan perselisihan, sikap serta perilaku satu sarna lain antara pekerja dan pengusaha cara membina keserasian kerja, cara memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing dan lain sebagainya.

2.

16

You might also like