Professional Documents
Culture Documents
A. Pendahuluan
Setiap orang pasti telah mengetahui perkataan ini.
ِ صي
ن ّ طُلُبْوا الِعْلَم َوَلْو في ال
ْ ُا
“Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China.”
سِلٍم
ْ ل ُم
ّ عَلى ُك
َ ضٌة
َ ب اْلِعْلِم َفِرْي
ُ طَل
َ
Kecacatan hadits ini terletak pada Abu A’tikah. Dia telah disepakati
akan kelemahannya. Al-Bukhori Rohimahulloh berkata: “Munkarul hadits.”
An-Nasa‘i Rohimahulloh berkata: “Tidak terpercaya.” Abu Hatim
Rohimahulloh berkata: “Haditsnya hancur.”
Al-Marwazi Rohimahulloh bercerita: “Hadits ini pernah disebutkan di
sisi Imam Ahmad, maka beliau mengingkarinya dengan keras. Ibnul Jauzi
Rohimahulloh mencantumkan hadits ini dalam al-Maudhu’at (1/215) dan
berkata: Ibnu Hibban berkata: ‘Hadits batil, tidak ada asalnya.’ Dan disetujui
as-Sakhowi.” (al-Maqoshid al-Hasanah hlm. 63)
Kesimpulannya, hadits ini adalah hadits batil dan tidak ada jalan lain
yang menguatkannya. (Lihat Silsilah Ahadits adh-Dho’ifah: 416)
Mengkritik Matan Hadits Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rohimahulloh—
setelah menjelaskan lemahnya hadits ini—berkata:
“Seandainya hadits ini shohih maka ia tidaklah menunjukkan tentang
keutamaan negeri Cina dan penduduknya karena maksud hadits ini—kalaulah
memang shohih—adalah anjuran untuk menuntut ilmu sekalipun harus
menempuh perjalanan yang sangat jauh (1). Alasannya, menuntut ilmu
merupakan perkara yang sangat penting karena ilmu merupakan penyebab
kebaikan dunia dan akhirat bagi orang yang mengamalkannya. Jadi, bukanlah
maksud hadits ini adalah negeri Cina itu sendiri melainkan karena Cina adalah
negeri yang jauh dari tanah Arab, maka Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
menjadikannya sebagai permisalan. Hal ini sangat jelas bagi orang yang mau
memperhatikan hadits ini.” (at-Tuhfatul Karimah Fi Bayani Ba’dhi Ahadits
Maudhu’ah wa Saqimah hlm. 60)
Tambahannya Shohih? Adapun tambahan dalam hadits ini dengan
lafazh:
سِلٍم
ْ ل ُم
ّ عَلى ُك
َ ضٌة
َ ب اْلِعْلِم َفِرْي
ُ طَل
َ
سِلَمٍة
ْ سِلٍم َوُم
ْ ل ُم
ّ عَلى ُك
َ ضٌة
َ ب اْلِعْلِم َفِرْي
ُ طَل
َ
حِد
ْ ن اْلَمْهِد ِإَلى الّل
َ طُلُبْوا اْلِعْلَم ِم
ْ ا
“Carilah ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur.”
TIDAK ADA ASALNYA. Yang benar ini adalah ucapan Imam asy-
Syafi’i bukan ucapan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam.
Dan masih banyak lagi hadits lemah lainnya yang sering dibawakan untuk
menganjurkan manusia agar bersemangat menuntut ilmu. Sekali lagi, kita
tidak butuh kepada hadits-hadits lemah. Cukuplah bagi kita dalil-dalil dari al-
Qur‘an, hadits yang shohih, dan ucapan para ulama. (Lihat kitab Jami’ Bayanil
Ilmi wa Fadhlihi kar. Imam Ibnu Abdil Barr dan Miftah Dar Sa’adah kar.
Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah)
E. Penutup
Pembicaraan tentang ilmu panjang sekali. Namun, satu poin penting
yang ingin kami tekankan di sini, bahwa banyak para penulis dan penceramah
tatkala membawakan dalil-dalil al-Qur‘an dan hadits—baik yang shohih
maupun tidak shohih—tentang menuntut ilmu mereka memaksudkannya
untuk ilmu dunia. Hal itu adalah suatu kesalahan, karena setiap ilmu yang
dipuji oleh dalil-dalil tersebut maksudnya adalah ilmu agama, ilmu tentang al-
Qur‘an dan sunnah. Kita memang tidak mengingkari ilmu-ilmu dunia seperti
kedokteran, arsitektur, pertanian, perekonomian, dan sebagainya tetapi ilmu-
ilmu duniawi itu bukanlah yang dimaksudkan dalam dalil-dalil tersebut.
Hukumnya (ilmu-ilmu duniawi itu) tergantung pada tujuannya. Apabila ilmu-
ilmu duniawi tersebut digunakan dalam ketaatan maka baik, dan bila
digunakan dalam kejelekan maka jelek. Perhatikanlah hal ini baik-baik,
semoga Alloh menambahkan ilmu bagimu.