You are on page 1of 18

1.

Pengertian & Ruang Lingkup APBN

Tujuan Negara

Tujuan Negara sebagaimana dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar


1945 :
- melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
- untuk memajukan kesejahteraan umum,
- mencerdaskan kehidupan bangsa,
- ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social
Konsekuensi Tujuan Negara
- Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk pemerintahan negara yang
menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang.
- Pembentukan pemerintahan negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan
keuangan negara.

Pengertian APBN
1. Drs. M. Suparmoko, MA, Ph.D, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek,
Edisi 5, BPFE, Yogyakarta, 2003 :
Anggaran (budget) adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang
penrimaan dan pengeluaran Negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu ,
yang biasanya adalah satu tahun.
Pada pokoknya budget harus mencerminkan politik pengeluaran pemerintah yang
rasionil baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif sehingga akan terlihat bahwa:
- Ada pertanggungjawaban atas pemungutan pajak dan pungutan lainnya oleh
pemerintah, misalnya untuk memperlancar proses pembangunan ekonomi.
- Adanya hubungan yang erat antara fasilitas penggunaan dana dan
penarikannya.

APBN I 1
Oleh Bambang Sancoko, SE.
- Adanya pola pengeluaran pemerintah yang dapat dipakai sebagai
pertimbangan di dalam menentukan pola penerimaan pemerintah yang pada
akhirnya menentukan pula tingkat distribusi penghasilan dalam pereknomian.

2. BIGG (Building Institutions for Good Governance)


Perencanaan adalah sebuah proses dimana strategi-strategi komprehensif dan
terkoordinasi, dikembangkan dan dijalankan untuk mencapai tujuan-tujuan dan
kebijakan-kebijakan keuangan pemerintah (daerah). Kebijakan-kebijakan tersebut
dibuat berdasarkan perkiraan-perkiraan gambaran masa mendatang yang mencakup
berbagai macam kerangka waktu. Pemerintah (daerah) mengevaluasi kemungkinan
terjadinya perkiraan-perkiraan serta mempersiapkan tindakan (sebuah perencanaan
keuangan) untuk mengurangi konsekuensi keuangan yang merugikan.
Anggaran adalah perangkat yang paling banyak digunakan dalam proses rencana
keuangan, sebagai kebijakan umum untuk mengalokasikan sumber daya yang langka
dengan tujuan mencapai hasil akhir yang diinginkan. Anggaran tahunan membuat
alokasi pendapatan untuk membiayai pelayanan operasional pemerintah (daerah) dan
pemeliharaan fasilitas umum.

3. UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara :


APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat. (Pasal 1 UU No. 17/2003)
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, kebijakan ekonomi.
- Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam
rangka mencapai tujuan bernegara.
- Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut
perlu dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam
proses penyusunan dan penetapan anggaran sebagai penjabaran aturan pokok
yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.
- Belanja negara/belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja.

APBN I 2
Oleh Bambang Sancoko, SE.
- Setiap pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis
belanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD.

Fungsi Anggaran :
1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektifitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilitasasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Kaidah-kaidah Pengelolaan APBN


Undang-undang Perbendaharaan Negara menganut asas kesatuan, asas universalitas, asas
tahunan, dan asas spesialitas.
1. Asas kesatuan menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
disajikan dalam satu dokumen anggaran.
2. Asas universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan
secara utuh dalam dokumen anggaran.
3. Asas tahunan membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu.
4. Asas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara
jelas peruntukannya.

APBN I 3
Oleh Bambang Sancoko, SE.
Ruang Lingkup APBN
APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:
a. hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih;
b. kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih;
c. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.

Siklus Anggaran
Proses anggaran negara tersebut akan melalui serangkaian tahapan kegiatan yang erat
satu dengan lainnya, yang lazim disebut siklus APBN.
Menurut UU 17/2003 siklus APBN meliputi
a. tahap penyusunan dan penetapan APBN,
b. tahap pelaksanaan APBN dan
c. tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Mengenai siklus APBN ini ada pendapat lain sebelum berlakunya UU 17/2003 yaitu
meliputi penyusunan dan penetapan APBN, pelaksanaan APBN, pengawasan
pelaksanaan APBN dan pertanggungjawaban APBN.
Rincian kegiatan dalam siklus anggaran :
• Penyusunan APBN (Januari-Juli tahun n-1);
• Penetapan APBN (16 Agustus-Oktober tahun n-1);
• Pelaksanaan APBN (Januari-Desember tahun n);
• Perubahan APBN (Nopember tahun n);
• Pertanggungjawaban APBN (Juli n+1).

Struktur & Format Anggaran


• Struktur & Format Sebelum tahun 2000
Struktur dan format APBN sampai dengan tahun anggaran 1999/2000 dibuat
dalam bentuk skontro, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran negara
diletakkan berdampingan. Sisi kiri berisi catatan penerimaan negara dan sisi
kanan berisi catatan belanja negara. Bentuk ini biasanya dikenal dengan
T-account dan berdasarkan pada prinsip anggaran berimbang yang dinamis.
• Struktur & Format Setelah tahun 2000

APBN I 4
Oleh Bambang Sancoko, SE.
Kemudian mulai tahun anggaran 2000 struktur dan format APBN dirubah ke
dalam bentuk staffel, yaitu catatan penerimaan negara dan pengeluarannya
disatuan dalam satu kolom. Catatan penerimaan ditempatkan di bagian atas,
sedangkan catatan belanja negara ditempatkan di bawahnya. Dengan demikian,
dalam format APBN bentuk staffel ini dapat memperlihatkan adanya surplus atau
defisit anggaran, dan kemudian dilanjutkan dengan pembiayaannya baik dari
sumber dalam negeri maupun dari luar negeri. Bentuk ini kemudian dikenal
dengan istilah I-account.
• Struktur APBN :
APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
Sebagai contoh format APBN tahun anggaran 2005 menurut UU 36/2004 sebagai
berikut :

APBN I 5
Oleh Bambang Sancoko, SE.
APBN I 6
Oleh Bambang Sancoko, SE.
Jenis-Jenis Anggaran
1. Anggaran Belanja Line Item (Line Item Budgeting)
2. Anggaran Belanja Berprogram (A Program Budgeting)
3. Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Budgeting)
4. Zero-based Budgeting

2. Sumber-sumber Penerimaan Negara

Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.


Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.
o Penerimaan tidak selalu mrpk pendapatan, karena kas masuk tidak menambah
kekayaan netto. Contoh penerimaan potongan askes, iuran pensiun, taperum.
Pendapatan negara terdiri atas :
 Penerimaan pajak,
o Pendapatan/penerimaan yang diterima oleh pemerintah yang bersumber
dari pajak, bea dan cukai yang sepenuhnya dipergunakan untuk menutupi
seluruh pengeluaran.
 Penerimaan bukan pajak
o Pendapatan/penerimaan yang diterima oleh pemerintah yang bersumber
dari penerimaan lainnya (PNBP) yang tidak dapat dikategorikan kedalam
penerimaan diatas yang sepenuhnya dipergunakan untuk menutupi
seluruh pengeluaran
 Hibah
o Penerimaan yang diterima pemerintah baik berupa uang maupun barang
modal yang sumbernya berasal dari dalam dan luar negeri atau dari hibah
lainnya.

Klasifikasi Pendapatan dan Hibah

MAK/MAP URAIAN
4 PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
41 Penerimaan Perpajakan
411 Pendapatan Pajak Dalam Negeri
4111 Pendapatan Pajak penghasilan
41111 Pendapatan PPh Migas
411111 Pendapatan PPh Minyak Bumi
411112 Pendapatan PPh Gas Alam
411113 Pendapatan PPh Lainnya dari Minyak Bumi
411119 Pendapatan PPh Migas Lainnya
   
41112 Pendapatan PPh Non-Migas

APBN I 7
Oleh Bambang Sancoko, SE.
411121 Pendapatan PPh Pasal 21
411122 Pendapatan PPh Pasal 22
411123 Pendapatan PPh Pasal 22 Impor
411124 Pendapatan PPh Pasal 23
411125 Pendapatan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi
411126 Pendapatan PPh Pasal 25/29 Badan
411127 Pendapatan PPh Pasal 26
411128 Pendapatan PPh Final dan Fiskal Luar Negeri
411129 Pendapatan PPh Nonmigas Lainnya
   
4112 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai
41121 Pendapatan PPN
411211 Pendapatan PPN Dalam Negeri
411212 Pendapatan PPN Impor
411219 Pendapatan PPN Lainnya
   
41122 Pendapatan PPnBM
411221 Pendapatan PPnBM dalam Negeri
411222 Pendapatan PPnBM Impor
411229 Pendapatan PPnBM Lainnya
   
4113 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan
41131 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan
411311 Pendapatan PBB Pedesaan
411312 Pendapatan PBB Perkotaan
411313 Pendapatan PBB Perkebunan
411314 Pendapatan PBB Kehutanan
411315 Pendapatan PBB Pertambangan
411319 Pendapatan PBB Lainnya
   
4114 Pendapatan BPHTB
41141 Pendapatan BPHTB
411411 Pendapatan BPHTB
   
4115 Pendapatan Cukai
41151 Pendapatan Cukai
411511 Pendapatan Cukai Hasil Tembakau
411512 Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol
411513 Pendapatan Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol
411514 Pendapatan Denda Administrasi Cukai
411519 Pendapatan Cukai Lainnya
   
4116 Pendapatan Pajak Lainnya
41161 Pendapatan Pajak Lainnya
411611 Pendapatan Bea Meterai
411612 Pendapatan dari Penjualan Benda Materai
411619 Pendapatan Pajak Tidak Langsung Lainnya
   
41162 Pendapatan Bunga Penagihan Pajak
411621 Pendapatan Bunga Penagihan PPh

APBN I 8
Oleh Bambang Sancoko, SE.
411622 Pendapatan Bunga Penagihan PPN
411623 Pendapatan Bunga Penagihan PPnBM
411624 Pendapatan Bunga Penagihan PTLL
   
412 Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
4121 Pendapatan Bea masuk
41211 Pendapatan Bea masuk
412111 Pendapatan Bea masuk
412112 Pendapatan Bea Masuk ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM Nihil)
412113 Pendapatan Denda Administrasi Pabean
412114 Pendapatan Bea Masuk dalam rangka Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)
412119 Pendapatan Pabean Lainnya
   
4122 Pendapatan Pajak/pungutan ekspor
41221 Pendapatan Pajak/pungutan ekspor
412211 Pendapatan Pajak/pungutan ekspor
   
42 Penerimaan Negara Bukan Pajak
421 Penerimaan Sumber Daya Alam
4211 Pendapatan Minyak bumi
42111 Pendapatan Minyak Bumi
421111 Pendapatan Minyak Bumi
   
4212 Pendapatan Gas Alam
42121 Pendapatan Gas Alam
421211 Pendapatan Gas Alam
   
4213 Pendapatan Pertambangan Umum
42131 Pendapatan Pertambangan Umum
421311 Pendapatan Iuran Tetap
421312 Pendapatan Royalti Batubara
   
4214 Pendapatan Kehutanan
42141 Pendapatan Dana Reboisasi
421411 Pendapatan Dana Reboisasi
   
42142 Pendapatan Provisi Sumber Daya Hutan
421421 Pendapatan Provisi Sumber Daya Hutan
   
42143 Pendapatan Iuran Hak Pengusahaan Hutan
421431 Pendapatan IHPH Tanaman Industri
421432 Pendapatan IHPH Bambu
421433 Pendapatan IHPH Tanaman Rotan
   
42144 Pendapatan Dana Pengamanan Hutan
421441 Pendapatan Dana Pengamanan Hutan
   
42145 Pendapatan Denda Pelanggaran Eksploitasi
421451 Pendapatan Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan
   

APBN I 9
Oleh Bambang Sancoko, SE.
42146 Pendapatan Iuran Menangkap Satwa Liar
421461 Pendapatan Iuran Menangkap, Mengambil dan Mengangkut Satwa Liar
   
4215 Pendapatan Perikanan
42151 Pendapatan Perikanan
421511 Pendapatan Perikanan
421512 Pendapatan Penerimaan Dana Kompensasi Pelestarian Sumber Daya Alam Kelautan
   
422 Pendapatan Bagian Laba BUMN
4221 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN
42211 Pendapatan Laba BUMN Perbankan
422111 Pendapatan Laba BUMN Perbankan
   
42212 Pendapatan Laba BUMN Non-Perbankan
422121 Pendapatan Laba BUMN Non Perbankan
   
4222 Pengembalian Pendapatan atas Laba BUMN
42221 Pengembalian Pendapatan Laba BUMN Perbankan
422211 Pengembalian Pendapatan Laba BUMN Perbankan
   
42222 Pengembalian Pendapatan Laba BUMN Non-Perbankan
422221 Pengembalian Pendapatan Laba BUMN Non Perbankan
   
423 Pendapatan PNBP Lainnya
4231 Pendapatan Penjualan, Sewa, dan Jasa
42311 Pendapatan Penjualan Hasil Produksi/Sitaan
423111 Pendapatan Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan
423112 Pendapatan Penjualan Hasil Peternakan dan Perikanan
423113 Pendapatan Penjualan Hasil Tambang
423114 Pendapatan Penjualan Hasil Sitaan/Rampasan dan Harta Peninggalan
423115 Pendapatan Penjualan Obat-obatan dan Hasil Farmasi Lainnya
423116 Pendapatan Penjualan Informasi, Penerbitan, Film, Survey, Pemetaan dan Hasil Cetakan Lainnya
423117 Pendapatan Penjualan Dokumen-dokumen Pelelangan
423119 Pendapatan Penjualan Lainnya
   
42312 Pendapatan Penjualan Aset
423121 Pendapatan Penjualan Rumah, Gedung, Bangunan dan Tanah
423122 Pendapatan Penjualan Kendaraan Bermotor
423123 Pendapatan Penjualan Sewa Beli
423124 Pendapatan Penjualan Aset Bekas Milik Asing
423129 Pendapatan Penjualan Aset Lainnya yang Berlebih/Rusak/Dihapuskan
   
42313 Pendapatan Sewa
423131 Pendapatan Sewa Rumah Dinas/Rumah Negeri
423132 Pendapatan Sewa Gedung, Bangunan, dan Gudang
423133 Pendapatan Sewa Benda-benda Bergerak
423139 Pendapatan Sewa Benda-benda Tak Bergerak Lainnya
   
42314 Pendapatan Jasa I
423141 Pendapatan Rumah Sakit dan Instansi Kesehatan Lainnya

APBN I 10
Oleh Bambang Sancoko, SE.
423142 Pendapatan Tempat Hiburan/Taman/Museum dan Pungutan Usaha Pariwisata Alam (PUPA)
423143 Pendapatan Surat Keterangan, Visa, Paspor, SIM, STNK, dan BPKB
423144 Pendapatan Hak dan Perijinan
423145 Pendapatan Sensor/Karantina, Pengawasan/Pemeriksaan
423146 Pendapatan Jasa Tenaga, Pekerjaan, Informasi, Pelatihan, Teknologi, Pendapatan BPN, Pendapatan DJBC
423147 Pendapatan Jasa Kantor Urusan Agama
423148 Pendapatan Jasa Bandar Udara, Kepelabuhan, dan Kenavigasian
423149 Pendapatan Jasa I Lainnya
   
42315 Pendapatan Jasa II
423151 Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro)
423152 Pendapatan Jasa Penyelenggaraan Telekomunikasi
423153 Pendapatan Iuran Lelang untuk Fakir Miskin
423154 Pendapatan Jasa Catatan Sipil
423155 Pendapatan Biaya Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa
423156 Pendapatan Uang Pewarganegaran
423157 Pendapatan Bea Lelang
423158 Pendapatan Biaya Pengurusan Piutang dan Lelang Negara
423159 Pendapatan Jasa II Lainnya
   
42316 Pendapatan Bukan Pajak dari Luar Negeri
423161 Pendapatan dari Pemberian Surat Perjalanan RI
423162 Pendapatan dari Jasa Pengurusan Dokumen Konsuler
423169 Pendapatan Rutin Lainnya dari Luar Negeri
   
42317 Pendapatan Bunga
423171 Pendapatan Bunga atas Investasi dalam Obligasi
423172 Pendapatan BPPN atas Bunga Obligasi
423173 Pendapatan Bunga dari Piutang dan Penerusan Pinjaman
423179 Pendapatan Bunga Lainnya
   
4232 Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan
42321 Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan
423211 Pendapatan Legalisasi Tanda Tangan
423212 Pendapatan Pengesahan Surat Dibawah Tangan
423213 Pendapatan Uang Meja (Leges) dan Upah Pada Panitera Badan Pengadilan (Peradilan)
423214 Pendapatan Hasil Denda/Tilang dan sebagainya
423215 Pendapatan Ongkos Perkara
423219 Pendapatan Kejaksanaan dan Peradilan Lainnya
   
4233 Pendapatan Pendidikan
42331 Pendapatan Pendidikan
423311 Pendapatan Uang Pendidikan
423312 Pendapatan Uang Ujian Masuk, Kenaikan Tingkat, dan Akhir Pendidikan
423313 Pendapatan Uang Ujian untuk Menjalankan Praktek
423319 Pendapatan Pendidikan Lainnya
   
4234 Pendapatan Lain-lain
42342 Pendapatan dari Penerimaan Kembali Tahun Anggaran Yang Lalu
423421 Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat TAYL

APBN I 11
Oleh Bambang Sancoko, SE.
423422 Penerimaan Kembali Belanja Pensiun TAYL
423423 Penerimaan Kembali Belanja Lainnya RM TAYL
423424 Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Pinj. LN TAYL
423425 Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Hibah TAYL
423426 Penerimaan Kembali Belanja Swadana TAYL
   
42343 Pendapatan Laba Bersih Hasil Penjualan Bahan Bakar Minyak
423431 Pendapatan Laba Bersih Hasil Penjualan Bahan Bakar Minyak
   
42344 Pendapatan Pelunasan Piutang
423441 Pendapatan Pelunasan Piutang Non Bendahara
423442 Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang Diderita Oleh Negara (Masuk TP/TGR) Bendahara
   
42345 Pembetulan Pembukuan Belanja Tahun Anggaran Berjalan
423451 Pembetulan Pembukuan Belanja RM TAB
423452 Pembetulan Pembukuan Belanja dari Pinjaman Luar Negeri TAB
423453 Pembetulan Pembukuan Belanja dari Hibah TAB
423454 Pembetulan Pembukuan Belanja Swadana TAB
423455 Pembetulan Pembukuan Belanja Subsidi Pajak TAB
423456 Pembetulan Pembukuan Belanja Subsidi Bea Masuk TAB
   
42346 Pembetulan Pembukuan Belanja Tahun Anggaran Yang Lalu
423461 Pembetulan Pembukuan Belanja RM TAYL
423462 Pembetulan Pembukuan Belanja dari Pinjaman Luar Negeri TAYL
423463 Pembetulan Pembukuan Belanja dari Hibah TAYL
423464 Pembetulan Pembukuan Belanja Swadana TAYL
423465 Pembetulan Pembukuan Belanja Subsidi Pajak TAYL
423466 Pembetulan Pembukuan Belanja Subsidi Bea Masuk TAYL
   
42347 Pendapatan Lain-lain
423471 Penerimaan Kembali Persekot/Uang Muka Gaji
423472 Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah
423473 Pendapatan atas Denda Administrasi PBHTB
423474 Penerimaan Premi Penjaminan Perbankan Nasional
423475 Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Pasar Modal
423479 Pendapatan Anggaran Lain-lain
   
43 Penerimaan Hibah
431 Pendapatan Hibah Dalam Negeri dan Luar Negeri
4311 Pendapatan Hibah Dalam Negeri
43111 Pendapatan Hibah Dalam Negeri
431111 Pendapatan Hibah Dalam Negeri - Perorangan
431112 Pendapatan Hibah Dalam Negeri - Lembaga/Badan Usaha
431119 Pendapatan Hibah Dalam Negeri Lainnya
   
4312 Pendapatan Hibah Luar Negeri
43121 Pendapatan Hibah Luar Negeri
431211 Pendapatan Hibah Luar Negeri - Perorangan
431212 Pendapatan Hibah Luar Negeri - Bilateral
431213 Pendapatan Hibah Luar Negeri - Multilateral

APBN I 12
Oleh Bambang Sancoko, SE.
431219 Pendapatan Hibah Luar Negeri Lainnya

Kebijakan Pendaparan negara Tahun

 Pendapatan negara dalam APBN tahun 2007 merupakan suatu hal yang perlu
mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh, karena pendapatan negara
merupakan sumber utama belanja negara di samping komponen pembiayaan
anggaran.
 Pendapatan negara merupakan komponen yang sangat penting dan strategis dalam
struktur APBN mengingat peranannya dalam meningkatkan kapasitas fiskal,
menekan defisit, dan pembiayaan belanja negara.
 Pendapatan negara sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 terdiri dari
penerimaan pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan hibah. Dalam
struktur APBN, penerimaan negara terdiri dari penerimaan dalam negeri dan
hibah. Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan PNBP.
 Penerimaan perpajakan meliputi pajak dalam negeri dan pajak perdagangan
internasional. Pajak dalam negeri berupa pajak penghasilan (PPh), pajak
pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN
dan PPnBM), pajak bumi dan bangunan dan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (PBB dan BPHTB), cukai, dan pajak lainnya.
 Besaran pendapatan negara dalam APBN baik perpajakan maupun PNBP
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
o kondisi ekonomi makro,
o realisasi pendapatan dalam tahun sebelumnya,
o kebijakan yang dilakukan dalam bidang tarif, subjek dan objek pengenaan
serta
o perbaikan, efisiensi, dan efektivitas administrasi pemungutan.
 Secara umum, penerimaan pajak dalam negeri mendominasi pendapatan negara,
yaitu rata-rata 67,0 persen; sedangkan PNBP dan Hibah menempati urutan
kedua,yaitu rata-rata 31,4 persen.
 Untuk mengoptimalkan penerimaan negara, pemerintah akan mengambil langkah-
langkah kebijakan di bidang penerimaan negara meliputi :
o Bidang perpajakan yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan
negara dan diarahkan untuk memberikan stimulus secara terbatas guna
mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas.
o Bidang penerimaan negara bukan pajak akan dititikberatkan melalui
peninjauan dan penyempurnaan peraturan PNBP pada masing-masing
Kementerian/Lembaga.

Upaya Peningkatan Penerimaan


o Dalam upaya meningkatkan penerimaan perpajakan, pemerintah secara konsisten
melakukan berbagai langkah pembenahan baik aspek kebijakan maupun aspek sistem
dan administrasi perpajakan melalui:
o (i) amandemen Undang-Undang Perpajakan;
o (ii)modernisasi kantor pajak;
o (iii) ekstensifikasi dan intensifikasi;

APBN I 13
Oleh Bambang Sancoko, SE.
o (iv) extra effort dalam pemeriksaan dan penagihan pajak;
o (v) pembangunan data base yang terintegrasi;
o (vi) penyediaan pelayanan melalui pemanfaatan teknologi informasi; dan
o (vii) penegakan kode etik pegawai untuk meningkatkan kedisiplinan dan good
governance aparatur pajak.
o Penyempurnaan terhadap administrasi perpajakan yang diperkirakan memberikan
dampak positif pada penerimaan perpajakan diantaranya mencakup langkah-langkah:
o (i) peningkatan kepatuhan terhadap UU Perpajakan yang baru;
o (ii) pembentukan kantor-kantor pelayanan pajak modern dengan penerapan
sistem pemungutan berbasis tekonologi informasi;
o (iii) reorganisasi pada struktur organisasi DJP dari organisasi berdasarkan
jenis pajak menjadi organisasi berdasarkan fungsi;
o (iv) penegakan Kode Etik Pegawai;
o (v) perbaikan sistem remunerasi; dan
o (vi) pembentukan Account Representative.
o
o Upaya peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dilakukan antara lain
melalui langkah-langkah:
o optimalisasi, efisiensi dan efektivitas PNBP yang bersumber dari SDA;
o intensifikasi upaya pencegahan illegal mining, illegal logging dan illegal
fishing;
o peningkatan kesehatan dan kinerja BUMN yang disertai dengan langkah-
langkah penerapan good corporate governance; serta
o peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan pungutan PNBP di
berbagai kementerian/lembaga.

3. Pajak sebagai Sumber Pendapatan Negara

Pajak merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah terhadap wajib pajak tertentu
berdasarkan undang-undang yang ada tanpa harus memberikan imbalan langsung.
Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah
naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia

Fungsi Pajak

APBN I 14
Oleh Bambang Sancoko, SE.
a. Fungsi Anggaran (Budgetair)  pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran
Negara, terutama pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dsb.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)  pajak untuk mengatur pertumbuhan ekonomi
melalui kebijakan pajak., contoh menggiring penanaman modal dg fasilitas
keringanan pajak, melindungi produksi dalam negeri dg bea masuk yg tinggi
untuk produk dari luar negeri.
c. Fungsi Stabilitas  pajak untuk mengendalikan stabilitas harga-harga sehingga
inflasi bisa dikendalikan. Contoh mengatur uang beredar di masyarakat,
kebijakan pajak untuk produk2 tertentu.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan  pajak untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk pembangunan utk membuka lapangan kerja.

Syarat Pemungutan Pajak


a. Pemungutan pajak harus adil.
Contoh :
o Mengatur juga hak dan kewajiban wajib pajak.
o Pajak diberlakukan bagi warga negara yg memenuhi syarat sbg WP.
o Sanksi yg tegas & jelas bagi pelanggaran pajak.
b. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU.
Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang
bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang".
o Pemungutan pajak dijamin kelancarannya.
o Jaminan hukum wajib pajak diperlakukan tidak secara umum.
o Jaminan kerahasiaan waji b pajak.
c. Pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian.
o Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak
mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan,
maupun jasa.
o Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan
menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama
masyarakat kecil dan menengah
d. Pemungutan pajak harus efisien.
o Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus
diperhitungkan.
o Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya
pengurusan pajak

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana


Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban
pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para
wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya,
jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar
pajak.
Contoh :
o Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.

APBN I 15
Oleh Bambang Sancoko, SE.
o Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu
10%.
o Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan
disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan
maupun perseorangan (pribadi)

Ciri dan Corak Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia


1. bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta
Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional;
2. tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan
kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri.
Pemerintah, dalam hal ini aparat perpajakan, sesuai dengan fungsinya berkewajiban
melakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban
perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan;
3. anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan
kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (self assessment), sehingga
melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan
rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat
Wajib Pajak.

Azas Pemungutan Pajak


1. Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations :
- Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan):
pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak
diskriminatif terhadap wajib pajak
- Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus
berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi
hokum.
- Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau
asas kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pakak
(saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima
penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.
- Asas Effeciency (asas efesien atau asas ekonomis): biaya pemungutan pajak
diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak
lebih besar dari hasil pemungutan pajak
2. Menurut W.J. Langen
- Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar
kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin
tinggi pajak yang dibebankan.
- Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.

APBN I 16
Oleh Bambang Sancoko, SE.
- Asas kesejahteraan: pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
- Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu
dengan yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama
(diperlakukan sama).
- Asas beban yang sekecil-kecilnya: pemungutan pajak diusahakan sekecil-
kecilnya (serendah-rendahnya) jika dibandinglan sengan nilai obyek pajak.
Sehingga tidak memberatkan para wajib pajak.
3. Menurut Adolf Wagner
- Asas politik finalsial : pajak yang dipungut negara jumlahnya memadadi
sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan Negara.
- Asas ekonomi: penentuan obyek pajak harus tepat Misalnya: pajak
pendapatan, pajak untuk barang-barang mewah.
- Asas keadilan yaitu pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi,
untuk kondisi yang sama diperlakukan sama pula.
- Asas administrasi: menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan,
dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara
membayarnya) dan besarnya biaya pajak.
- Asas yuridis segala pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.
4. Asas pemungutan pajak menurut domisili, sumber, dan kebangsaan
- Asas domisili, adalah cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara
berdasarkan tempat tinggal wajib pajak. Menurut asas ini wajib pajak yang
bertempat tinggal di Indonesia akan dikenakan pajak atas segala penghasilan
baik penghasilan yang didapat di Indonesia maupun penghasilan yang didapat
di luar negeri.
- Asas sumber, adalah cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara
berdasarkan sumber pendapatan tanpa melihat tempat tinggal. Wajib pajak
menurut asas ini adalah bagi siapapun yang memperoleh penghasilan di
Indonesia akan dikenakan pajak sekalipun tempat tinggalnya di luar negeri.
Contoh: Tenaga kerja asing bekerja di Indonesia maka dari penghasilan yang
didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.
- Asas kebangsaan, adalah cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara
berdasarkan kebangsaan wajib pajak. Contoh: setiap warga negara asing yang
bertempat tinggal di Indonesia harus membayar pajak.

Teori Pemungutan Pajak. (Santoso Brotodiharjo SH, dalam bukunya Pengantar Ilmu
Hukum Pajak)
- Teori asuransi, menurut teori ini, negara mempunyai tugas untuk melindungi
warganya dari segala kepentingannya baik keselamatan jiwanya maupun
keselamatan harta bendanya. Untuk perlindungan tersebut diperlukan biaya
seperti layaknya dalam perjanjian asuransi deiperlukan adanya pembayaran
premi. Pembayaran pajak ini dianggap sebagai pembayaran premi kepada
negara. Teori ini banyajk ditentang karena negara tidak boleh disamakan
dengan perusahaan asuransi.
- Teori kepentingan, menurut teori ini, dasar pemungutan pajak adalah adanya
kepentingan dari masing-masing warga negara. Termasuk kepentingan dalam

APBN I 17
Oleh Bambang Sancoko, SE.
perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan
perlindungan, maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan. Teori
ini banyak ditentang, karena pada kenyataannya bahwa tingkat kepentingan
perlindungan orang miskin lebih tinggi daripada orang kaya. Ada
perlindungan jaminan sosial, kesehatan, dan lain-lain. Bahkan orang yang
miskin justru dibebaskan dari beban pajak

APBN I 18
Oleh Bambang Sancoko, SE.

You might also like