You are on page 1of 7

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA YANG BEBAS DAN AKTIF

SERTA PENGARUHNYA BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Materi

Politik luar negeri adalah wawasan internasional. Oleh karena itu, politik luar negeri cenderung
bersifat tetap, politik luar negeri juga dapat diartikan sebagai pola perilaku, dan kebijakan suatu negara
berhubungan dengan negara lain ataupun dunia internasional. Politik luar negeri adalah strategi dan
taktik yang digunakan oleh suatu negara dalam berhubungan dengan negara lain.

Bangsa Indonesia dalam membina hubungan dengan negara lain menerapkan prinsip-prinsip
politik luar negeri yang bebas aktif. Politik luar negeri diabdikan bagi kepentingan nasional terutama
untuk kepentingan pembangunan di segala bidang serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Bebas dan aktif dalam politik luar negeri dapat diartikan bebas dalam memilih apapun berarti
tidak terikat oleh suatu ideologi atau oleh suatu politik negara asing atau oleh blok negara-negara
tertentudan aktif dalam berpartisipasi dalam perdamaian dunia.

1. Dasar Pertimbangan

Pada tahun-tahun pertama berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintahan


Indonesia dihadapkan pada kenyataan sejarah, yaitu munculnya dua kekuatan besar di dunia. Satu pihak
Blok Barat (Amerika Serikat) dan di pihak lain Blok Timur (Uni Soviet). Kenyataan demikian sangat
berpengaruh terhadap usaha-usaha bangsa Indonesia untuk menjalin hubungan atau kerja sama demi
kelangsungan hidup negara.

Pengaruh lain adalah adanya ancaman dari Belanda yang ingin kembali menjajah bangsa
Indonesia. Kondisi itulah yang kemudian menguatkan tekad bangsa Indonesia untuk merumuskan politik
luar negerinya. Pemerintah berpendapat bahwa pendirian yang harus diambil adalah pendirian untuk
tidak menjadi objek dalam pertarungan politik internasional. Indonesia harus tetap menjadi subjek yang
berhak menentukan nasib sendiri dan memperjuangkan tujuan sendiri, yaitu Indonesia merdeka
seluruhnya.

Perjuangan harus dilakukan atas dasar kepercayaan terhadap diri sendiri dan kemauan untuk
berjuang dengan kemampuan sendiri melalui usaha menjalin hubungan baik dengan negara-negara lain
di dunia. Keterangan inilah yang kemudian menjadi dasar pertimbangan pelaksanaan politik luar negeri
Indonesia yang bebas dan aktif. Sudah seharusnya semua warga tetap mempertahankan politik luar
negeri bebas aktif agar tidak hanyut dalam arus pertentangan bebas.

2. Dasar-Dasar Politik Luar Negeri Indonesia

Pada dasarnya politik luar negeri Republik Indonesia tidak mengalami perubahan. Politik luar
negeri bebas aktif tetap berdasarkan pada Pembukaan UUD 1945 dan Rancangan Pembangunan Jangka
Menengah (RJPM) 2004–2009. RPJM di antaranya sebagai berikut. Menegaskan arah politik Indonesia
yang bebas aktif dan berorientasi pada kepentingan nasional. Menitikberatkan pada solidaritas
antarnegara berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa. Menolak penjajahan dalam
segala bentuk. Meningkatkan kemandirian bangsa dan kerja sama internasional bagi kesejahteraan
rakyat.

Di samping itu, dengan telah disahkannya Undang- Undang No. 37 Tahun 1999 tentang
Hubungan Luar Negeri tanggal 14 September 1999 maka pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan
politik luar negeri RI selalu merujuk pada ketentuan-ketentuan termaksud dalam UU tersebut. Hal yang
menjadi landasan bagi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalah sebagai berikut. Landasan ideal,
Pancasila, sila kemanusiaan yang adil dan beradab.

Landasan Konstitusional/UUD 1945, Pembukaan, alinea pertama “… kemerdekaan ialah hak


segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan…” dan pembukaan
alinea keempat “…ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial…”. Batang tubuh UUD 1945, pasal 11 ayat 1 “Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara
lain”. Landasan Operasional, Peraturan perundang-undangan, UU No. 37 Tahun1999 tentang Hubungan
Luar Negeri.

Pengertian Politik Luar Negeri

Politik luar negeri suatu negara merupakan suatu pola atau skema dari cara dan tujuan secara
terbuka dan tersembunyi dalam aksi negara tertentu terhadap negara lain ataupun sekelompok negara
lain, yang merupakan perpaduan dari tujuan dan kepentingan nasional suatu negara. Politik luar negeri
merupakan strategi dan taktik yang digunakan oleh suatu negara dalam hubungannya dengan negara-
negara lain, atau dalam arti lebih luas politik luar negeri merupakan pola perilaku yang digunakan oleh
suatu negara dalam hubungannya dengan negara-negara lain. Politik luar negeri juga berhubungan
dengan proses pembuatan keputusan untuk menentukan pilihan tertentu.

Politik Luar Negeri Republik Indonesia

Politik luar negeri Republik Indonesia merupakan suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah
dalam hubungannya dengan dunia internasional. Kebijakan-kebijakan yang diamksud tentunya dalam
upaya untuk perwujudan mencapaian tujuan nasional. Melalui politik luar negeri, pemerintah
memproyeksikan kepentingan nasionalnya ke dalam masyarakat antar bangsa. Adapun tujuan politik
luar negeri Republik Indonesia adalah untuk mewujudkan tujuan dan kepentingan nasional. Tujuan
tersebut memuat gambaran mengenai keadaan negara dimasa mendatang serta kondisi masa depan
yang diinginkan.

Proses pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia tersebut diawali dengan penetapan
kebijakan dan keputusan dengan mempertimbangkan beberapa hal yang didasarkan pada faktor-faktor
nasional sebagai faktor internal, serta faktor-faktor internasional sebagai faktor eksternal.
Dasar hukum pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia tergambarkan secara jelas di
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea I dan alinea IV. Alinea I menyatakan bahwa "...
kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan ..." Selanjutnya pada alinea
IV dinyatakan bahwa "... dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial ..." Jelaslah bahwa politik luar negeri RI mempunyai landasan atau
dasar hukum yang sangat kuat, karena diatur di dalam Pembukaan UUD 1945.

Dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah Kebijakan, huruf C angka 2
tentang Hubungan Luar Negeri, dirumuskan hal-hal sebagai berikut:

Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi pada
kepentingan nasional, menitik beratkan pada solidaritas antar negara berkembang, mendukung
perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa, menolak penjajahan dalam segala bentuk, serta meningkatkan
kemandirian bangsa dan kerjasama internasional bagi kesejahteraan rakyat.

Dalam melakukan perjanjian dan kerjasama internasional yang menyangkut kepentingan dan
hajat hidup rakyat banyak harus dengan persetujuan lembaga perwakilan rakyat. Meningkatkan kualitas
dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan diplomasi pro-aktif dalam segala bidang untuk
membangun citra positif Indonesia di dunia internasional, memberikan perlindungan dan pembelaan
terhadap warga negara dan kepentingan Indonesia, serta memanfaatkan setiap peluang positif bagi
kepentingan nasional.

Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan ekonomi dan pembangunan


nasional, melalui kerjasama ekonomi regional maupun internasional dalam rangka stabilitas, kerjasama
dan pembangunan kawasan.

Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk menghadapi perdagangan bebas,
terutama dalam menyongsong pemberlakuan AFTA, APEC dan WTO.

Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negaranegara sahabat serta memperlancar prosedur


diplomatik dalam upaya melaksanakan ekstradisi bagi penyelesaian perkara pidana.

Meningkatkan kerjasama dalam segala bidang dengan negara tetangga yang berbatasan
langsung dan kerjasama kawasan ASEAN untuk memelihara stabilitas, pembangunan dan kesejahteraan.

Pengertian Politik Luar Negeri Bebas Aktif Republik Indonesia

Rumusan yang ada pada alinea I dan alinea IV Pembukaan UUD 1945 merupakan dasar hukum
yang sangat kuat bagi politik luar negeri RI. Namun dari rumusan tersebut, kita belum mendapatkan
gambaran mengenai makna politik luar negeri yang bebas aktif.

Berikut ini kutipan beberapa pendapat mengenai pengertian bebas dan aktif.
B.A Urbani menguraikan pengertian bebas sebagai berikut : perkataan bebas dalam politik bebas
aktif tersebut mengalir dari kalimat yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut :
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Jadi menurut pengertian ini, dapat diberi definisi sebagai
“berkebebasan politik untuk menentukan dan menyatakan pendapat sendiri, terhadap tiap-tiap
persoalan internasional sesuai dengan nilainya masing-masing tanpa apriori memihak kepada suatu
blok”.

Mochtar Kusumaatmaja merumuskan bebas aktif sebagai berikut : Bebas, dalam pengertian
bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila. Aktif, berarti bahwa di dalam
menjalankan kebijaksanaan luar negerinya, Indonesia tidak bersifat pasif-reaktif atas kejadiankejadian
internasionalnya, melainkan bersifat aktif.

A.W Wijaya merumuskan: Bebas, berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau oleh suatu politik
negara asing atau oleh blok negara-negara tertentu, atau negara-negara adikuasa (super power). Aktif
artinya dengan sumbangan realistis giat mengembangkan kebebasan persahabatan dan kerjasama
internasional dengan menghormati kedaulatan negara lain.

Pengertian Politik Bebas Aktif Republik Indonesia

Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, rumusan yang ada pada alinea I dan alinea IV
Pembukaan UUD 1945 merupakan dasar hukum yang sangat kuat bagi politik luar negeri RI. Namun dari
rumusan tersebut, kita belum mendapatkan gambaran mengenai makna politik luar negeri yang bebas
aktif. Karena itu dalam uraian ini akan dikutip beberapa pendapat mengenai pengertian bebas dan aktif.
A.W Wijaya merumuskan: Bebas, berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau oleh suatu politik negara
asing atau oleh blok negara-negara tertentu, atau negara-negara adikuasa (super power). Aktif artinya
dengan sumbangan realistis giat mengembangkan kebebasan persahabatan dan kerjasama internasional
dengan menghormati kedaulatan negara lain. Sementara itu Mochtar Kusumaatmaja merumuskan
bebas aktif sebagai berikut :

Bebas : dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila. Aktif : berarti bahwa
di dalam menjalankan kebijaksanaan luar negerinya, Indonesia tidak bersifat pasif-reaktif atas
kejadiankejadian internasionalnya, melainkan bersifat aktif .

B.A Urbani menguraikan pengertian bebas sebagai berikut :

Perkataan bebas dalam politik bebas aktif tersebut mengalir dari kalimat yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut :

Supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Jadi menurut pengertian ini, dapat diberi definisi sebagai
“berkebebasan politik untuk menentukan dan menyatakan pendapat sendiri, terhadap tiap-tiap
persoalan internasional sesuai dengan nilainya masing-masing tanpa apriori memihak kepada suatu
blok”.
Perkembangan Politik Luar Negeri Indonesia Politik luar negeri adalah suatu kebijakan dalam
rangka membina hubungan dengan bangsa-bangsa atau Negara-negara lain dengan tujuan untuk saling
bekerja sama dan saling menguntungkan.

1. Landasan

Landasan politik luar negeri Indonesia adalah sesuai dengan salah satu tujuan nasional yang terdapat
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4. Sedangkan prinsip politik luar negeri yang di
jalankan adalah Politik Luar negeri Bebas Aktif. Bebas berarti Indonesia ingin secara bebas berhubungan
dengan Negara lain.

Politik luar negeri Indonesia harus di tentukan oleh kepentingannya sendiri dan di jalankan
menurut keadaan dan kenyataan yang di hadapi. Pada tahun 1952, Kabinet Soekiman juga memberikan
keterangan tentang politik luar negeri Indonesia, bahwa politik luar negeri Indonesia tetap berdasarkan
Pancasila yang berpandangan hidup menghendaki perdamaian dunia.

Tujuan politik luar negeri Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Memperoleh barang-barang dari luar negeri yang di perlukan untuk meningkatkan

kemakmuran rakyat

b. Perdamaian internasional
c. Persaudaraan antara semua bangsa

2. Masa revolusi fisik (1945-1949)

Tujuan utama politik luar negeri Indonesia pada masa revolusi fisik adalah mempertahankan
kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan Negara. Pemerintah RI juga mengirim H. Agus Salim ke
New Delhi untuk menghadiri Konferensi Internasional yang kemudian diteruskan ke negara-negara Arab.
Diplomasi ke Timur Tengah telah berhasil mendapatkan pengakuan de jure atas RI.

Selanjutnya, PBB membentuk United Nation Commision for Indonesia (UNCI) yangbertugas
menjadi penengah perundingan penyelesaian masalah Indonesia-Belanda. Dalam Konferensi Meja
Bundar di KMB pada tahun 1949, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia dan dibentuk Negara
Republik Indonesia Serikat pada tahun tanggal 27 Desember 1949.

3. Masa Demokrasi Liberal (1959)

Pada mas Demokrasi Liberal, posisi Indonesia dalam dunia internasional makin mantap, yakni
setelah negara kita diterima menjadi anggota PBB ke-60 pada tanggal 27 Desember 1950. Dengan
demikian pengakuan internasional pada RI semakin banyak dan langsung dalam forum internasional
yang memungkinkan garis politik luar negeri RI dapat dilaksanakan. Konfigurasi politik dunia setelah
Perang Dunia II ditandai dengan munculnya dua kekuatan raksasa, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet
sebagai negara adidaya. Kedua negara super power tersebut, masing-masing mempunyai ideologi dan
sistem pemerintahan yang berbeda.

Keduanya saling berlomba dalam menyusun dan mengembangkan kekuatan secara ideologis,
politis, ekonomis, dan militer. Pada tanggal 18-25 April 1955, Indonesia beserta India, Pakistan, Birma
dan Srilangka menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang dihadiri oleh 29 negara dari
kawasan Asia Afrika. Konferensi ini telah menghasilkan Dasa Sila Bandung.

4. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Pada masa demokrasi terpimpin kebijaksanaan politik luar negeri banyak terpusat di tangan
Presiden Soekarno sendiri. Pelaksanaan politik luar negeri menyimpang dari garis politik bebas dan aktif.
Menurut Presiden Soekarno, kekuatan politik dunia di bagi menjadi dua, yaitu New Emerging Forses
(Nefo) yang terdiri atas Indonesia bersama-sama Negara komunis, Negara- negara Asia-Afrika, dan
Negara-negara Amerika Latin dan Old Estabilished Forces (Oldefo).

Pada tanggal 3 Mei 1964 di Jakarta Presiden Soekarno mengucapkan Dwi Komando Rakyat
(Dwikora) sebagai berikut :

1. Perhebat ketahanan Revolusi Indonesia

2. Bantu Perjuangkan revolusioner rakyat Malaysia, Singapura, Sabah. Serawak, Brunei untuk
membubarkan Negara Boneka Malaysia.

5. Masa Orde Baru

Sejak tanggal 11 Maret 1966 bangsa Indonesia mengisi lembaran baru dalam sejarahnya, yaitu
memasuki suatu masa baru yang di kenal Masa Orde Baru. Pemerintah Orde Baru memurnikan kembali
politik luar negeri yang bebas-aktif sebagai pelaksanaan ketetapan MPRS NO. XII/MPRS/1966. Yaitu
landasan idiilnya adalah Pancasila, sedangkan landasan strukturilnya adalah UUD 1945. Sifatnya bebas
aktif, anti imperialism dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Untuk mengabdi kepentingan nasional dan amanat penderitaan rakyat. Tujuannya adalah
mempertahankan kebebasan Indonesia terhadap imperialism dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya. Ketetapan MPRS No.XII/MPRS/1966, maka pemerintah Orde Baru melakukan
perubahan-perubahan di bidang politik luar negeri yaitu :

1. Politik konfrontasi dengan Malaysia dihentikan, Bahkan normalisasi hubungan Indonesia-


Malaysia berhasil dicapai dengan ditandatanganinya Jakarta Accord pada tanggal 11 Agustus
1966.
2. Indonesia kembali menjadi anggota PBB pada tanggal 28 September 1966, dalam usaha
mengembalikan kepercayaan dunia internasional serta menumbuhkan saling pengertian yang
sangat bermanfaat bagi pembangunan nasional.
3. Dalam rangka mempererat dan memperluas kerja sama regional bangsa-bangsa Asia Tenggara,
pada tanggal 8 Agustus 1967 berhasil ditandatangani Deklarasi Bangkok yang melahirkan
organisasi ASEAN.
4. Hubungan dengan RRC dibekukan, karena Negara tersebut dituduh terlibat dan aktif membantu
PKI. Dengan Negara-negara sosialis terasa adanya hubungan dingin, terutama setelah PKI
dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia.
5. Hubungan dengan Negara-negara Barat normal kembali setelah pada masa sebelumnya diliputi
suasana konfrontasi. Dalam bidang politik, ikut serta dalam Gerakan Nonblok, ikut
menyelesaikan masalah kamboja, bahkan di bidang kemanusiaan, Indonesia aktif dalam
menampung dan menyalurkan pengungsi Vietnam, serta membantu Negara-negara yang
dilanda bencana kelaparan atau bencana alam sesuai kemampuan Negara Indonesia.
6. Masa Reformasi Setelah berakhirnya perang dingin kebijakan politik luar negeri Indonesia lebih
difokuskan kepada kepentingan ekonomi nasional Indonesia dalam rangka menghadapi era
globalisasi dan perdagangan bebas.

You might also like