Professional Documents
Culture Documents
Sejak tahun 1996, Departemen Kesehatan juga telah mengadopsi Paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE). Paket ini mencakup 4 pelayanan terpadu yang
meliputi kesehatan ibu dan bayi baru lahir (pelayanan asuhan paska aborsi atau post
abortion care termasuk dalam pelayanan ini), keluarga berencana, kesehatan
reproduksi remaja, pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi atau
PMS (Penyakit Seksual Menular) dan HIV/AIDS. Sedangkan pelayanan kesehatan
reproduksi remaja dan upaya penanggulangan PMS dan HIV/AIDS relatif baru
dikembangkan. Nuansa pengutamaan kepentingan klien, perhatian terhadap hak
reproduksi serta kesetaraan dan keadilan jender perlu dinyatakan pada pelaksanaan
PKRE.
Lalu apakah informasi dan pelayanan PMS dan kesehatan reproduksi bagi remaja bisa
diperoleh di Puskesmas? Di Puskesmas Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat,
memang menyediakan pengobatan bagi penderita PMS. Tapi mereka tidak mempunyai
pelayanan khusus kesehatan reproduksi bagi remaja. Puskesmas ini memberi
penyuluhan tentang kesehatan reproduksi ke sekolah-sekolah di Kabupaten Landak
sebagai bagian dari kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) namun tidak secara
periodik. Begitu pula Puskesmas Pasir Panjang di Kota Kupang, NTT, yang memberi
pelayanan PMS. Pelayanan dan pengobatan PMS diberikan kepada penderita, khusunya
kepada para pekerja seks komersial (PSK) yang ada di Kupang. Puskesmas Pasir
Panjang ini juga tidak memberi pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Tapi mereka
punya kegiatan UKS yang kadang-kadang memberi penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi remaja. Walaupun Puskesmas ini mampu dan mempunyai minat untuk
memberi pelayanan kesehatan reproduksi remaja, mereka harus menyiapkan
pelayanan itu dengan hati-hati. Ada kemungkinan keinginan itu ditolak oleh masyarakat
sekitarnya karena Kupang mempunyai lingkungan budaya dan agama yang sangat
spesifik.
Kalau demikian adanya, apakah konsep memberi pelayanan kesehatan reproduksi
terpadu dalam satu pusat pelayanan kesehatan dapat diterapkan di Indonesia?
Penyesuaian apa saja yang harus dilakukan? Untuk menjawab pertanyaan ini
diperlukan suatu kajian yang mendalam mengenai berbagai aspek dari konsep ini, baik
tentang isi pelayanan, tempat pelayanan, pemberi pelayanan, klien yang dilayani, biaya
pelayanan, sampai juga pentahapan pelayanan yang dapat diberikan oleh pusat
pelayanan sesuai dengan kemampuan dan latar belakang sosial, budaya, agama dan
ekonomi masyarakat sekitarnya. Sekali lagi, diperlukan perencanaan yang matang dan
menyeluruh disertai dengan pentahapan dalam pelaksanaannya serta dievaluasi terus
menerus untuk mendapat pola yang cocok untuk Indonesia sesuai era desentralisasi
saat ini. ****