You are on page 1of 14

PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
Persoalan menyangkut tata kehidupan koperasi dalam prakteknya menghadapi kendala
terutama pemahaman mendasar mengenai pemahaman nilai, prinsip, dan manajemen
koperasi, sehingga hal ini ikut mempengaruhi keberadaan dan tumbuh berkembangnya
koperasi di masyarakat. Pengenalan perkoperasian kepada khalayak akan menstimulasi
pemahaman dan minat mayarakat menjadi anggota maupun mendirikan koperasi sesuai
dengan nilai dan prinsip koperasi.
Praktek berkoperasi masih dihadapkan pada kendala dalam penyelenggaraan
keorganisasian dan usaha koperasi. Buku saku berisi uraian praktis perkoperasian, yang
dapat dijadikan pegangan umum dan bahan bacaan singkatbagi berbagai kalangan
masyarakat, serta dapat membuka wawasan pembacanya mengenai koperasi.
Buku saku perkoperasian ini masih terdapat banyak kekuarangan, sehingga saran,
kritik, dan masukan yang bersifat membangun diperlukan bagi penyempurnaannya. Walau
dengan segala kekurangannya, buku saku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi koperasi,
anggota, pengurus, pengawas dan masyarakat untuk lebih memahami koperasi. Semoga
Allah SWT memberkati dan menempatkan karya ini sebagai amal kebajikan. Amin…
Jakarta, 2010
Deputi Bidang Pengembangan SDM
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................ i
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
PARTISIPASI ANGGOTA ................................................................................................ 1
1. Pentingnya Partisipasi ................................................................................................ 1
2. Bentuk Partisipasi Anggota ........................................................................................ 5
3. Rangsangan Partisipasi ............................................................................................. 9
4. Upaya Meningkatkan Partisipasi Anggota .................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 21
PARTISIPASI ANGGOTA
1. Pentingnya Partisipasi
Partisipasi anggota merupakan kunci keberhasilan organisasi dan usaha koperasi. Secara
harfiah, partisipasi berarti meningkatkan peran serta orang-orang yang mempunyai visi dan misi
yang sama bagi mengembangkan organisasi maupun usaha koperasi. Pendirian koperasi
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan anggota, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu
memenuhi kebutuhan anggotanya, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi
kebutuhan anggotanya, demikian pula sebaliknya anggota memanfaatkan layanan perusahaan
koperasi, perhatian dan bertanggung jawab terhadap perusahaan koperasi dalam bentuk
kontribusi berbagai bentuk simpanan maupun ikut menanggung resiko usaha koperasi, serta
secara proaktif ikut serta dalam berbagai bentuk maupun proses pengambilan keputusan usaha
koperasi.
Partisipasi anggota dilandaskan pada prinsip identitas gandanya (dual identity), yaitu
anggota sebagai pemilik, sekaligus sebagai pengguna. Sebagai pemilik, anggota wajib
berpartisipasi dalam penyertaan modal, pengawasan dan membuat keputusan; sedangkan
sebagai pengguna/pelanggan, anggota koperasi wajib memanfaatkan fasilitas, layanan, barang,
maupun jasa yang disediakan oleh koperasi. Derajat ketergantungan antara anggota dengan
perusahaan koperasi atau sebaliknya akan menentukan baik buruknya perkembangan
organisasi maupun usaha koperasi. Semakin kuat ketergantungan anggota dengan perusahaan
koperasi, maka semakin tinggi dan baik perkembangan organisasi dan usaha koperasi,
sehingga koperasi merasakan manfaat keberadaan koperasi dan kopreasi semakin sehat
berkembang sebagai badan usaha atas dukungan anggota secara penuh. Koperasi
memberikan manfaat (cooperative effect) secara ekonomi langsung maupun tidak langsung
bagi anggota, da anggota mendukung, berinteraksi, dan proaktif bagi perkekmbangan usaha
koperasi.
Partisipasi anggota dengan perusahaan koperasi seringkali juga terjadi konflik atau
biasanya terjadi ketimpangan karena perbedaan kepentingan atau adanya konflik kepentingan
antara anggota dengan koperasi. Perbedaan kepentingan ini dilatarbelakangi juga oleh
homogenitas kepentingan anggota dengan perusahaan koperasi akan semakin harmonis
hubungan keorganisasi maupun keusahaan koperasi, sehingga partisipasi anggota juga
semakin tinggi. Beberapa kepentingan yang berkait dengan hal ini menyangkut tingkat
pelayanan, kepentingan organisasi, serta penentuan dan pembagian sisa hasil usaha. Koperasi
sebagai perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan anggota dengan berbagai variasinya
maupun keterpencaran jarak anggota dalam proses pelayanan atas kebutuhan anggota.
Koperasi diharuskan meningkatkan pelayanan kepada anggota-anggotanya, mengingat
pelayanan terkait dengan adanya tekanan persaingan dari organisasi perusahaan lain (non
koperasi). Koperasi harus layak dan efisien memberikan layanan yang dapat dinikmati secara
social ekonomi oleh anggota, disamping juga mampu mengantisipasikan kemungkinan
perubahan kebutuhan atau kepentingan dari anggota. Perubahan kebutuhan anggota
berhubungan lurus dengan perubahan waktu peradaban, dan perkembangan jaman, sehingga
hal ini menentukan pula pola kebutuhan angota dalam konsumsi, produksi, maupun distribusi.
Kondisi ini memposisikan koperasi harus mampu memberikan pelayanan prima yang
disesuaikan dengan kebutuhan anggota. Jika perusahaan koperasi member pelyanan kepada
anggota yang jauh lebih besar, lebih menarik, dan lebih primadibanding dengan dari
perusahaan non koperasi, maka koperasi akan mendapat partisipasi penuh dari anggota.
Demikian pula sebaliknya, partisipasi anggota yang tinggi dalam memanfaatkan segala layanan
barang, jasa, yang tersedia dikoperasi pada akhirnya meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan terbaik dan prima oleh perusahaan koperasi.
2. Bentuk Partisipasi Anggota
Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional dari orang-orang dalam situasi
kelompok yang mendorong orang-orang tersebut memberikan kontribusinya terhadap tujuan
kelompoknya itu dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian tujuan tersebut. Partisipasi
anggota koperasi berarti anggota memiliki keterlibatan mental dan emosional terhadap
koperasi, memiliki motivasi berkontribusi kepada koperasi, dan berbagai tanggung jawab atas
pencapaian tujuan organisasi maupun usaha koperasi.
Partisipasi anggota dalam koperasi dapat dirumuskan sebagai keterlibatan para anggota
secara aktif dan menyeluruh dalam pengambilan keputusan, penetapan kebijakan, arah dan
langkah usaha, pengwasan terhadap jalannya usaha koperasi, penyertaan modal usaha, dalam
pemanfaatan usaha, serta dalam menikmati sisa hasil usaha.
Partisipasi anggota juga dapat diartikan sebagai keikutsertaan anggota dalam berbagai
bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik kedudukan anggota sebagai pemilik
maupun sebagai pengguna/pelanggan. Keikutsertaan anggota ini diwujudkan dalam bentuk
pencurahan pendapat dan pikiran dalam pengambilan keputusan, dalam pengawasan,
kehadiran dan keaktifan dalam rapat anggota, pemberian kontirbusi modal keuangan, serta
pemanfaatan pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Secara umum, partisipasi anggota
koperasi menyangkut partisipasi terhadap sumberdaya, pengambilan keputusan, dan
pemanfaatan, atau seringkali dibuat kategori partisipasi kontributif, partisipasi insentif.
Sejalan dengan kedudukan anggota koperasi yang memiliki identitas ganda baik sebagai
pemilik maupun pengguna/pelanggan, maka bentuk partisipasi anggota juga mengikutinya.
Sebagai pemilik, anggota memberikan kontribusi terhadap pembentukan dan pertumbuhan
perusahaan koperasi dan bentuk kontribusi keuangan, penyertaan modal, pembentukan
cadangan, simpanan, serta ikutserta dalam mengambil bagian dalam penetapan tujuan,
pembuatan keputusan koperasi maupun aktif dalam proses pengawasan terhadap tata
kehidupan organisasi koperasi dan kinerja usaha koperasi. Selanjutnya sebagai pengguna,
anggota memanfaatkan berbagai potensi dan layanan yang disediakan koperasi dalam
memenuhi kebutuhan anggota dan menunjang kegiatan usaha koperasi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka secara generic terdapat beberapa bentuk partisipasi
anggota koperasi, yaitu :
1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran, keaktifan, dan
penyampai/mengemukakan pendapat/saran/ide/gagasan/kritik bagi koperasi).
2) Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan pokok,
simpanan wajib, simpanan sukarela/manasuka, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan,
penyertaan modal).
3) Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha, jumlah dan
frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi, besaran transaksi
berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan
barang maupu jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara pengambilan, bentuk
transaksi, waktu layanan).
4) Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara
penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan usaha
koperasi).
3. Rangsangan Partisipasi
Setiap anggota koperasi akan mengambil keputusan untuk berpartisipasi, terlibat, ikut serta
untuk mempertahankan atau memelihara secara aktif hubungannya dengan organisasi
koperasi, jika insentif yang diperoleh anggta sama besar atau lebih dari kontribusi yang
diberikannya. Peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan barang dan jasa oleh
perusahaan koperasi dapat menjadi rangsangan penting bagi anggota untuk ikut memberikan
kontribusinya bagi pemupukan modal dan pertumbuhan koperasi. Insentif perangsang yang
dikehendaki oleh anggota berkait erat dengan seberapa besar upaya pemenuhan kebutuhan
oleh perusahaan koperasi dapat dirasakan oleh anggota secara subyektif yang dapat
meningkatkan kepentingan ekonomi atau usaha rumah tangga anggota. Insentif juga dapat
dirasakan dalam bentuk layanan barang dana jasa di perusahaan koperasi sama sekali tidak
tersedia di pasar atau tidak disediakan oleh lembaga lain. Selain itu, insentif rangsangan dapat
berwujud pelayanan barang dan jasa disediakan dengan harga, kualitas, dan kondisi yang lebih
baik, lebih menguntungkan dibandingkan dengan barang dan jasa yang ditawarkan di pasar
atau lembaga lain non koperasi.
Sebaliknya, jika pelayanan barang dan jasa di koperasi yang tidak memenuhi kebutuhan
anggota, harga yang lebih tinggi atau dengan kondisi yang lebih buruk daripada yang
ditawarkan di pasar atau lembaga non koperasi, menyebabkan partisipasi anggota semakin
menurun. Koperasi sebagai badan usaha harus memperhatikan kondisi ini sebagai upaya
perbaikan layanan, sehingga perbaikan layanan kepada anggota merupakan keharusan bukan
beban usaha, agar partisipasi anggota semakin besar sehingga anggota semakin memiliki
usaha koperasi dan berkontribusi dalam pemanfaatan pelayanan usaha koperasi secara terus
menerus.
4. Upaya Meningkatkan Pertisipasi Anggota
Terdapat berbagai cara untuk dapat meningkatkan partisipasi anggota baik menggunakan
pendekatan materi maupun non materi. Pendekatan materi yang dimaksud adalah memberikan
komisi dan insentif, pemberian bonus, ,aupun pemberian tunjangan atas aktivitas keterlibatan
anggota berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan organisasi maupun layanan barang/jasa yang
dikoperasi. Selanjutnya pendekatan non materi yaitu memberikan motivasi kepada semua
komponen, dengan jalan mengikutsertakan seluruh anggota dalam proses pengambilan
keputusan secara bersama.
Terdapat berbagai macam cara untuk meningkatkan pertisipasi anggota, namun cara mana
yang paling tepat dan baik tidaklah dapat ditetapkan dengan pasti, karena akan sangat
bergantung pada situasi dan kondisinya. Oleh karena itu, pengurusdan pengelola koperasi
sebagai orang yang mengurus dan memelihara organisasi dan usaha koperasi harus dapat
mencari bentuk dan cara yang tepat untuk memastikan cara yang mana yang cocok, baik, dan
tepat guna meningkatkan partisipasi anggota terhadap koperasi.
Salah satu di antara cara untuk meningatkan partisipasi anggota adalah melalui upaya
pelibatan secara aktif seluruh komponen dan anggota koperasi dalam perencanaan usaha dan
proses pengambilan keputusan. Keterlibatan dan keaktifan anggota dalam perencanaan usaha
dan proses pengambilan keputusan secara langsung bersama segenap angota merupakan
upaya bersama untuk merancang bangun secara bersama pola dan struktur pelayanan
koperasi terhadap anggota, kerangka kerja perusahaan, dan indikasi kinerja keberhasilan
koperasi sebagai badan usaha. Proses perencanaan usaha dan pengambilan keputusan yang
partisipatif dan kolaboratif dari segenap anggota dan pengurus, pengelola akan meningkatkan
kesadaran pemanfaatan pelayanan dan rasa tanggung jawab semua pihak untuk memperjuang
kemajuan dan perkembangan koperasi. Dengan kesadaran, semangat kebersamaan, dan
tanggung jawab segenap anggota inilah yang meningkatan partisipasi anggota sehingga pada
ujung-ujungnya mampu menumbuhkembangkan koperasi.
Secara praktek dan kenyataan di lapangan, pelibatan atau keterlibatan perencanaan usaha
dan proses pengambilan keputusan bersama dalam koperasi tidaklah mudah. Tidak dapat
dipungkiri bahwa proses partisipatif dan kolaboratif alam menyususn perencanaan usaha dari
koperasi memerlukan waktu, biaya, dan tenaga. Oleh karena itu, penanaman kesadaran diri
terhadap anggota, pengururs, pengelola, dan pengawas terhadap upaya capaian tujuan usaha
koperasi secara bersama haruslah dipahami sebagai kebutuhan dan tujuan bersama. Anggota
perlu menyadari tujuan pelayanan usaha yang dilakukan oleh pengurus dan pengelola,
sementara pengurus juga harus menyampaikan secara utuh perencanaan usaha yang
dimaksud sedemikian rupa hingga anggota dapat memahami, menyadari, dan ikut bertanggung
jawab atas upaya pencapaian tujuan usaha termaksud. Dengan demikian komunikasi yang
efektif dari interaksi antara anggota dan perusahaan koperasi dalam perencanaan usaha dan
proses pengambilan keputusan secara bersamaan dan bertanggung jawab menjadi kebutuhan
sekaligus prasyarat bagi partisipasi anggota.
Kepuasan dan nilai guna juga seringkali menjadi factor yang mempengaruhi keterlibatan
anggota dalam perencanaan usaha atau proses pengambilan keputusan koperasi. Tidak dapat
dipungkiri bahwa terdapat sekelompok orang yang masih kurang puas atau kurang menerima
sutau keputusan. Oleh karenanya, ada baiknya bagi pihak yang merasa kurang puas dapat
diminta tanggapan atau sarannya atas perencanaan usaha dan keputusan yang akan atau telah
diambil, tentunya disesuaikan dengan situasi, dan kondisi, dan tingkat relevansinya. Cara ini
berarti membuka peluang dan penghargaan terhadap ketidakpuasan, sehingga tanggapan dan
saran yang diajukan dari yang kurang puas menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi
penyempurnaan keputusan yang akan atau telah diambil oleh koperasi.
Penghargaan diri atas keberadaan setiap anggota dalam setiap tahapan perencanaan
usaha dan pengambilan keputusan dalam koperasi merupakan sisi positif atas pengakuan
anggota oleh perusahaan koperasi berkesempatan terlibat dalam proses manajemen dan
pengambilan keputusan perusahaan koperasi. Penghargaan, pengakuan, dan kesempaan
terlibat dari anggota ini menjadi embrio dan pemacu bagi anggota untuk bertanggung jawab
penuh terhadap pelaksanaan usaha koperasi dan merealisasikannya untuk memajukan
koperasi, sehingga pada akhirya anggota, pengurus, pengelola, dan pengawas dengan penuh
sukarela dan bertanggung jawab atas pelaksanaan usaha dan kemajuan koperasi.
Peningkatan partisipasi anggota berhubungan erat dengan tingkat pelayanan, sementara
pelayanan berhubungan pula dengan beban kerja atau daya dukung yang ada di koperasi.
Salah satu yang berkait dengan ini adalah pengaturan fungsi dan peran dari pengelola dala
memberikan pelayanan prima bagi anggota, sehingga diperlukan pengaturan atau
pendelegasian kewenangan yang jelas dan proporsional. Semua unsure pengelola koperasi
harus memiliki fungsi dan tugas yang jelas dan merasakan bahwa fungsi tersebut merupakan
kepercayaan dari anggota koperasi. Demikian pula, anggota haru meyakini bahwa apa yang
dilakukan oleh pengelola koperasi kepada diri anggota merupakan tugas yang telah
didelegasikan kepada pengurus dan memberikan kepercayaan kepada pengelola koperasi
memberikan pelayanan prima kepada anggota koprasi.
Upaya peningkatan partisipasi anggota akan berhasil manakala ada kesesuaian antara
anggota, manajemen koperasi, dan program koperasi. Kesesuaian ini dapat dilihat dari unit,
tingkat, kemauan, dan kemampuan dari pelayanan yang disediakan oleh koperasi. Kompetensi
dan motivasi anggota dalam mengemukakan minat kebutuhanya kepada koperasi terefleksikan
dalam keputusan manajemen koperasi dalam memberikan layanan barang dan jasa kapada
anggota koperasi.
Anggota mengemukakan pendapat, saran dan kritik yang membangun bagi koperasi, dan
selanjutnya manajemen koperasi mampu menindak lanjuti dan menyelesaikannya secara efektif
dan professional hingga dirasakan manfaatnya oleh anggota koperasi. Misalnya adalah jika unit
usaha yang tersedia di koperasi memiliki kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan anggota,
manajemen, maupun program koperasi, maka akan diikuti dengan tingkat partisipasi anggota
yang tinggi pula. Kegiatan usaha utama koperasi yang sesuai misalnya menyangkut
penyediaan sarana produksi, pembelian hasil produksi anggota, penjualan barang konsumen,
penyediaan fasilitas kredit, layanan pembiayaan usaha, layanan jasa pembayaran listriktelepon-
air, dan layanan jasa pendidikan, dan layanan lainnya.
Kesesuaian antara anggota, manajemen koperasi, dan program koperasi akan tercapai
pada saat mekanisme pengendalian partisipasi mencapai optimal dalam mengemukakan
berpendapat (voice), dalam mengambil keputusan (vote), dan hak keluar (exit). Keterkaitan dari
ketiga komponen partisipasi anggota yang kuat dan utuh sehingga menunjang perkekmbangan
usaha koperasi.
Partisipasi yang efektif akan berujung pada rangkaian kesesuaian antara kemampuan
manajemen koperasi dalam melaksanakan tugas dari program yang ditetapkan, keputusan
program manajemen mencerminkan minat dari anggota, dan minat anggota akan tercermin
dalam keputusan program manajemen koperasi. Dengan demikian, meningkatkan partisipasi
anggota memerlukan kemauan dan kemampuan segenap komponen organisasi koperasi,
waktu yang cukup dan terus menerus, system imbalan yang adil dan promotif, dan sinergi
kepentingan antar segenap pelaku yang terlibat dalam usaha koperasi. Jika yang terjadi
sebaliknya, maka konflik kepentingan antar anggota, manajemen koperasi, dan program
koperasi,m serta diikuti dengan pertentangan kepentingan pengelola, pengurus, pengawas,
manajer, dan karyawan, anggota, atau lembaga Pembina koperasi akan mempersulit partisipasi
dan memperlemah kedudukan koperasi dalam memberikan manfaat ekonomi bagi anggota dan
lingkungannya.
MOTIVASI ANGGOTA BERPARTISIPASI
Hubungan Partisipasi Anggota dengan Manfaat Anggota
Manfaat
Anggota
Kepuasan
Anggota
Motivasi
Anggota
Partisipasi
Anggota
DAFTAR PUSTAKA
DepartemenKoperasidanPembinaanPengusahaKecil, R.I. 1993, Pelatihan Dasar
Perkoperasian Bagi Pengurus Koperasi/KUD, Jakarta.
Folke Dubell, 1985. Pembangun Koperasi Suatu Metode Perintisan dan Pengorganisasian
Koperasi Pertanian di Negara Berkembang, terjemahan Slamet Riyadi Bisri, Jatinangor : Ikopin.
Hanel, Alfred. 1994. Dual or Double Nature of Cooperative. Dalam Internasional Handbook
of CooperativeOrganizations. Vandenhoec&Ruprecht. Gottingen.
Herman Soewardi. 1995. Filsafat Koperasi atau Cooperativism. UPT Penerbitan Ikopin.
Ima Soewandi, tanpa tahun Latar Belakang Sejarah dan Sendi Dasar Koperasi (sebuah
outline),
Jakarta : Departemen Perdagagan dan Koperasi.
Munkner, 1989. Pengantar Hukum Koperasi, Bandung : Unpad
Ropke, Jochen, 1995. The Economic Theory of Cooperative Enterprises in Developing
Countries. With Special Reference to Indonesia. Marburg.
Sagimun, M.D. 1990. Koperasi Indonesia. CV Masagung. Jakarta.
Suarny Amran, 1992. Analisis Beberapa Permasalahan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, dalam Pokok-Pokok Pikiran Tentang Pembangunan Koperasi, Editor Rusidi
dan Maman Suratman, Jatinangor, Bandung : Ikopin.
Tim Ikopin. 2000. Penjiwaan Koperasi. Bandung: Ikopin. Jatinangor, Bandung : Ikopin
T. Gilarso.1989. Pengelolaan Koperasi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian.
M.K.EKONOMI KOPERASI
‘ PARTISIPASI ANGGOTA PADA KOPERASI’
monopoli
DISUSUN OLEH KELOMPOK …
KELAS A PENDIDIKAN EKONOMI
FRICILIANE TURANG
MERLINA RASU
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI PEND. EKONOMI
2008 – 2009
BAB 5
PARTISIPASI ANGGOTA PADA KOPERASI
1. PENGERTIAN KOPERASI
Secara harafiah partisipasi diambil dari bahasa asing
participation, yang artinya mengikutsertakan pihak lain dalam
mencapai tujuan. Seseorang pimpinan akan berhasil dalam
melaksanakn tugasnya bilamana pemimpin tersebut mampu
meningkatkan pertisipasi semua komponen atau unsur yang ada.
Oleh karena itu seorang pimpinan dalam bidang apapun, mulai
dari tingkat paling atas sampai tingkat paling bawah harus
mampu meningkatkan partisipasi semua komponen atau unsur
yang ada.
Partisipasi bisa dipandang dari sifatnya, bentuknya,
pelaksanaan dan peran serta perorangan/ sekelompok orang.
Dimensi dimensi partisipasi yakni:
a. Dimensi partisipasi dipandang dari sifatnya
Dipandang dari sifatnya partisipasi adalah berupa
partisipasi yang dipaksakan (forced) dan partisipasi sukarela
(foluntary)
b. Dimensi partisipasi dipandang dari bentuknya
Dipandang dari sifat keformalannya, partisipasi dapat
bersifat formal (formal participation) dan dapat pula bersifat
informal (informal participation). Pada koperasi kedua bentuk
partisipasi ini bisa dilaksanakan secara bersama sama.
Manajemen koperasai bisa merangsang partisipasi anggota
secara formal maupun informal, tergantung situasi dan kondisi
serta atuan aturan koperasi yang diberlakukan.
c. Partisapasi dipandang dari pelaksanaannya
Dipandang dari pelaksanaannya, partisipasi dapat
dipandang secara langsung dan tidak langsung. Partisipasi
langsung terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan
pandangan, membahasa pokok persoalan, mengajukan
keberatan secara langsung terhadap keinginan orang lain atau
terhadap ucapannya
d. Dimensi partisipasi dipandang dari kepentigannya
Dipandang dari segi kepentigannya partisipasi dalam
koperasi dapat berupa partisipasi kontributif (contributif
participation) dan partsisipasi insentif (incentif participation).
Kedua jenis partisipasi ini timbul sebagai akibat peran ganda
anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan
Antara partisipasi kontributif dengan partisipasi intensif
terdapat hubungan yang sangat erat.
a. Dalam rangka mebiayai pertumbuhan koperasi,
kontribusi keugan baik yang berupa simpanan pokok,
simpanan wajib, simpanan sukarela maupun yang
berasal dari usaha sendiri para anggota ( partisipasi
konstribusi keuangan) sangat diperlukan.
b. Setelah dana terkumpul tersebut digunakan oleh
perusahaan koperasi, proses pengambilan keputusan
mengenai penetapan tujuan dan kebijaksanaan serta
proses pengawasan jalannya perusahaan koperasi
harus melibatkan anggota karena anggota sebagai
pemilik perusahaan koperasi (partisipasi kontributif
anggota dalam pengambilan keputusan)
c. Tetapi untuk mendukung pertumbuhan koperasi
anggota sebagai pelanggan/pemakai harus
memanfaatkan setiap pelayanan yang diberikan oleh
koperasi (partisipasi insintif)
2. ARTI PENTINGNYA PARTISIPASI
Partisipasi merupakan faktor yang paling menentukan
dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu
organisasi. Melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan
dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan
semua program yang harus dilaksanakan oleh manajemen perlu
memperoleh dukungan dari semua unsur atau komponen yang
ada dalam organisasi. Tanpa dukungan semua unsur atau
komponen, pelaksanaan program program manajemen tidak
akan berhasil dengan baik.
Dalam koperasi, semua program manajemen harus
memperoleh dukungan dari anggota. Untuk keperluak itu pihak
manajeman harus memperoleh dukungan dari anggota. Untuk
keprluan itu pihak manajemen memerlukan berbagai informasi
yang berasal dari anggota, khususnya informasi tentang
kebutuhan akan kepentingan anggota. Informasi ini hanya akan
mungkin diperoleh jika partisipasi dalam koperasi berjalan
dengan baik.
Bagi seorang pemimpin keikutsertaan semua unsur atau
komponen adalah penting untuk menunjang atau mendukung
program program yang ditetapkan. Kebrhasilan seorang
pemimpin sangat tergantung dari kemajuan dan kemampuan
bawahan dalam berpartisipasi terhadap berbagai aktivitas yang
mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Dalam peningkatan pertisipasi tersebut setidak tidaknya
harus mampu meningkatkan rasa harga diri, menimbulkan rasa
ikut memiliki atau rasa ikut anderbeni. Bila hal ini dapat berhasil,
maka diharapkan semangat dan kegairahan serta rasa tanggung
jawab bawahan dapat ditingkatkan. Sehingga rencana rencana
dan keputusan keputusan yang dibuat akan dapat dilaksanakan
dan dapat diralisasikan dengan baik
Mengenai pentingnya partisipasi dalam kehidupan
koperasi ditegaskan bahwa koperasi adalah badan usaha
(perusahaan) yang pemilik dan pelanggan adalah sama.
Partisipasi diperlukan untuk mengatasi penampilan yang buruk
dari koperasi, menghilangkan salah tindak pihak manajemen dan
membuat kebijaksanaan pengelola diperhitungkan..
Dalam suatu koperasi, intensitas partisipasi dapat jauh
lebih banyak kerena fakta bahwa anggota bukan hanya
pelanggan tetapi juga pemilik dari sutu perusahaan. Para
anggota dapat mempengaruhi dan mgendalikan manajemen
tidak hanya memberikan saran dan kritik terhadap pelayanan
yang diberikan tetapi juga bila diperlukan dapat
memberhentikan pihak manajemen dari fungsi yang
didudukinya.
3. RANSANGAN PARTISIPASI
Menurut Hanel (1989) insentifa dan kontribusi anggota
perseorangan terhadap koperasinya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan
barang dan jasa oleh perusahaan koperasi akan menjadi
perangsang penting bagi anggota untuk turut memberikan
kontribusinay bagi pembetukan dan pertumbuhan
koperasi. Dalam hal ini intensitas perangsang yang
dikehendaki para anggota itu sangat berkaitan erat dengan
seberapa jauh barang dan jasa tersebut:
- memenuhi kebutuhan yang secara subjektif
dirasakan oleh masing masing anggota, sehingga
dapat meningkatkan kepentingan rumah tangga,
usaha tani, atau unit usahanya
- sama sekali tidak tersedia dipasar atau tidak
disediakan oleh lembaga lembaga pemerintah
- disediakan dengan harga dan kualitas atau kondisi
yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan
barang atau jasa yang ditawarkan dipasar atau
badan badan pemerintah
b. Kontribusi para anggota dalam pembentukan dan
pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk sarana
keuangan akan dinilai oleh mereka atas dasar biaya
oportunitas (opportunity cost) yang mungkin akan mahal
bagi para anggota yang miskin, terutama yang
menyangkut masalah keuangan
c. Partisipasi anggota dalam pegambilan keputusan seperti
dalam penetapan tujuan dan dalam pengawasan tata
kehidupan koperasinya
- Apabila anggota dapat memasukan tujaun
tujuannya kedalam koperasi menjadi tujuan
kelompok koperasi dan organisasi koperasi yang
bersangkutan, maka mereka mungkin akan
meganggap kesempatan kesempatan partisipasi
itu sebagai suatu perangsang
- Jika partisipasi dalam rapat rapat dan diskusi
diskusi kelompok memakan waktu dan akhirnya
menimbulkan pula sejumlah beban biaya
perjalanan dan sebagainya, maka anggota akan
mempertimbangkan biaya oportunitis yang
berkaitan dengan itu
Oleh karena itu ditinjau dari sudut pandang para anggota
perseorangan yang menilai keinginannya, maka dimensi
partisipasi akan saling berkaitan satu dengan yang lain dan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Para anggota perseorangan akan berpartisipsi dalam
pelayanan perusahaan koperasi:
- Jika kegiatan tersebut sesuai dengan
kebutuhannya
- Jika pelayanan itu ditawarkan dengan harga,
mutu, atau syarat syarat yang lebih
meguntungkan daripada yang diperolehnya dari
pihak laindilaur koperasi
b. Untuk maksud tersebut, para anggota harus
menyetujui dan harus digerakkan melalui ketentuan
ketentuan organisaso untuk berperan serta dalam
membiayai perusahaan koperasi, yang harus bersaing
secara efisien, memiliki kapasitas yang cukup dan
struktur organisasi yang sesuai serta manajemen yang
profesional
c. Hal itu berarti bahwa para anggota harus memiliki hak
dan kesempatan serta termotivasi dan sanggup
berpartisipasi dalam megambil keputusan mengenai
tujuan yang hendak dicapai dan didalam
megendalikan/mengawasi prestasi organisasi koperasi
dan perusahaan koperasinya
4. CARA MENINGKATKAN PARTISIPASI
Peningkatan manfaat keangotaan secara operasional
dapat dilakuakn dengan berbagai cara, tergantunga dari situasi
dan kondisi serta kemampuan koperasi. Namun beberapa cara
yang dapat dilakukan yakni:
a. Menyediakan barang barang atau jasa jasa yang
dibutuhkan oleh anggota yang relatif lebih baik dari
para pesaingnya dipasar
b. Meningkatkan harga pelayanan kepada anggota
c. Menyediakan barang barang yang tidak tersedia
dipasar bebas wilayah koperasi atau tidak disediakan
oleh pemerintah
d. Berusaha memberikan deviden per anggota (SHU)
yang meningkata dari wktu ke waktu
e. Memperbesar alokasi dana dari aktivitas bisnis
koperasi dengan nonanggota melalui pemebrian kredit
dengan bunga yang rendah
f. Menyediakan berbagai tunjangan (bila mampu) bagi
keanggotaan, misalnya tunjangan hari raya, tunjangan
kesehatan, dan lain lain
Adapun untuk meningkatkan partisipsi kontributif
keuangan dapat dilaksanakan bersamaan dengan meningkatkan
partisipasi insentif , bebrapa hal yang dapat dilakukan antara
lain:
a. Memperbesar peranan koperasi dalam usaha anggota
dengan menciptakan manfaat ekonomi yang
meningkat dari waktu ke waktu
b. Memperbesar rate of return melalui usaha yang
sungguh sungguh dan profesionel
c. Membangun dan meningkatkan kepercayaan anggota
terhadap manajemen koperasi melalui:
- Pemilihan pengurus dan pengelola yang
mempunyai kemampuan manajerial, jujur, dan
dapat dipercaya
- Melaksanakan catatan pembukuan yang jelas dan
transparan
- Memperbesar kepentingan anggota untuk
mengaudit koperasi
5. BIAYA PARTISIPASI
Biaya partisipasi adalah biaya yang timbul sebagai
dampak keikutsertaan anggota dalam pengelolaan koperasi.
Biaya ini tidak saja termasuk biaya penyelenggeraan rapat dan
biaya perjalanan dalam rangka partisispasi, tetapi juga biaya
oportunitas karena ada partisipasi. Biaya oportunitas yang
dimaksud adalah kesempatan melaksanakan proses produksi
yang hilang karena adanya proses partisipasi
Efektifitas dan efisiensi pada koperasi pada dasrnya
sangat ditentukan oleh ukuran koperasi, struktur keanggotaan,
dan fungsi koperasi. Semakin besar koperasi, partisipasi akan
semakin tidak efektif dan efesien, hal ini disebabkan:
- Semakin besar ukuran koperasi akan semakin banyak
anggotanya. Biaya partisipasi akan semakin besar
karena efektifitas rapat akan semakin rendah
- Ukuran koperasi yang besar memungkinkan
anggota tersebar kemana mana. Semakin besar
koperasi, masalah ruang llingkup koperasi semakin
luas sehingga jarak menjadi masalah dan membawa
dampak kepada waktu, energy, dan sumber sumber
- Semakin besar ukuran koperasi, akan semakin
kompleks masalah dalam koperasi itu. Untuk
mengatasi hal itu, diperlukan manajemen yang
professional dibidang koperasi
- Semakin besar ukuran koperasi, semakin banyak
anggota yang menjadi angota tidak aktif.
Factor lain yang mempengaruhi efesiensi dan efektivitas
partisipasi anggota adalah fungsi koperasi, fungsi koperasi dalam
hal ini diartikan sebagai kegiatan yang dilaksanakan oleh
koperasi itu sendiri seperti penyediaan sarana produksi, kredit,
pelayanan jasa kelistrikan, pertokoan dan lain lain. Semakin
banyak fungsi koperasi akan semakin tidak efektif partisipasi itu
karena akan bertambah banyak konflik dalam koperasi.
6. MODEL KESESUAIAN DALAM PARTISIPASI
Menurut Ropke (1985) pada dasarnya kualitas partisipasi
tergantung pada interaksi 3 variabel, yaitu:
a. Para anggota
b. Manajemen koperasi
c. Program
Partisipasi dalam melaksanakan pelayanan yang
disediakan koperasi akan berhasil apabila ada kesesuaian antara
anggota, program dan manajemen. Kesesuaian antara anggota
dan program adalah adanya kesepakatan antara kebutuhan
anggota dan keluaran (output) program koperasi.
Selanjutnya kesesuaian antara anggota dengan
manajemen akan terjadi apabila anggota mempunyai
kemampuan (kompetensi) dan kemauan (motivasi) dalam
mengemukakan hasrat kebutuhannya (permintaan) yang
kemudian harus direfleksikan atau diterjemahkan dalam
keputusan manajemen
Terakhir harus ada kesesuaian antara program dan
manajemen, dimana tugas dari program harus sesuai dengen
kemampuan manajemen untuk melaksanakan dan
menyelesaikannya. Jadi efektifitas partisipasi merupakan fungsi
dari tingkat kesesuaian antara anggota, manajemen dan
program
Dengan demikian, partisipasi akan efektif apabila:
a. Manajemen mampu melaksanakan tugas dari program
yang ditetapkan
b. Keputusan program manajemen mencerminkan hasrat
permintaan para anggota, dan
c. Hasrat pemintaan anggota akan tercermin dalam
keputusan program manajemen
Dalam praktik partisipasi, tidak selalu mebuahkan hasil
karya lebih baik bagi banyak orang dan pekerjaan. Penggunaan
manajemen pertisipasi tergantung dari:
a. Waktu yang tersedia, artinya partisipasi selalu
membutuhkan waktu yang lebih banyak
b. Kemauan anggota untuk berpartisipasi, sebab tidak
semua anggota mau berpartisipasi, sebab tidak semua
anggota mau berpartisipasi aktif pada koperasi
c. Sistem imbalan partisipsi tidak akan menarik jika
imbalan tidak adil atau promosi tidak wajar
d. sifat dari pekerjaan, artinya jika karyawan (anggota)
tidak dapat mengendalikan pekerjaan, partisipasi tidak
akan efektif
pertentangan ini akan lebih banyak dialami oleh koperasi
serba usaha (multi-purpose) yang memiliki berbagai macam unit
usaha, mempunyai jumlah anggota yang relative besar dan
bergerak dalam wilayah kerja yang relative luas. Pada kondisi
seperti ini:
a. semakin banyak unit usaha yang dimiliki koperasi,
semakin banyak potensi untuk terjadi pertentangan
b. semakin banyak ragam usaha koperasi akan semakin
besar kekuasaan dan wewenang yang ada pada
manajemen koperasi sehingga menjadi semakin
kompleks dan menyebabkan meningkatnya biaya
partisipasi anggota
c. tingginya biaya partisipasi dalam mengontrol anggota
dan tingginya biaya manajemen konflik dapat
membahayakan kelangsungan hidup perusahaan
koperasi karena daya saingnya dipasar akan menurun
Di Indonesia, koperasi unit desa (KUD) tidak lagi disangkal
bahwa semakin mengarah ke koperasi multi-purpose, multi
fungsi dan multi anggota. Menurut Ropke (1985) koperasi serba
usaha seperti KUD yang memiliki jumlah anggota yang besar
dan daerah kerja yang lebih luas dapat mengakibatkan:
a. Adanya pertentangan diantara para anggota yang dapat
memperkokoh kedudukan anggota yang lebih kuat dan
lebih kaya
b. Banyak pertentangan antara pengelola/manajemen
dengan anggota. Yang akan memperkokoh kedudukan
pengelola/manajemen
c. Pertentangan antara KUD dengan PUSKUD yang akan
memperkokoh kedudukan PUSKUD
Bagi KUD yang banyak mengalami pertentangan diantara
pelaku pelakunya keputusan keputusan penting akan berada
pada tangan yang lebih atas, yang lebih berkuasa, yang lebih
kaya atau yang banyak memiliki modal. Akibatnya partisipasi
dari anggota tidak dapat diharapkan. Bila demikian peranan
pemerintah akan cenderung terus diperlukan agar KUD tetap
tumbuh dan berkembang.
Menurut Yuyun Wirasasmita (1991), untuk memperbaiki
partisipasi anggota agar efektif perlu dipertimbangkan hal hal
sebagai berikut:
a. Perlunya kebijaksanaan untuk mengurangi kompleksitas
arganisasi dan manajemen dengan menerapkan
teknologi manajemen tepat guna
b. Perunya bantuan eksternal audit untuk beberapa KUD
yang belum mampu membayar
c. Perlunya pegembangan system audit internal untuk
evaluasi diri
d. Audit eksternal harus meliputi audit tentang
pelaksanaan prinsip prinsip koperasi, rencana koperasi
tentang promosi anggota dan laporan pelaksanaan serta
hasil promsi anggota
e. Perlu ada desentralisasi dalam KUD dengan membentuk
sub sub koperasi berdasarkan kesamaan kebutuhan
pelayanan
f. Dimungkinkan adanya lebih dari satu KUD dalam satu
kecamatan dimana para anggota dapat melaksanakan
alat partisipasi, yaitu voice, vote, dan exit.

You might also like