You are on page 1of 15

pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit

asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas


Delitua.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Anak merupakan potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasarnya diletakkan oleh generasi
sebelumnya. Oleh karena itu anak harus mendapat perhatian yang sempurna dalam pertumbuhan
dan perkembangannya, baik fisik maupun mentalnya sejak dini. Anak bukan miniatur dari dewasa
tetapi merupakan individu yang unik yang mempunyai kebutuhan khusus yang berbeda antara anak
yang lain sesuai dengan tahap tumbuh kembang. (yupi, 2004). Salah satu yang menghalangi
pemenuhan tugas-tugas perkembangan adalah masalah kesehatan. Anak-anak sangat rentan
terhadap penyakit. Segala macam penyakit dengan mudah menyerang tubuh anak termasuk
penyakit asma, salah satunya adalah penyakit asma. (Wahyuni, 2004) 
Penyakit Asma adalah salah satu penyakit yang dikenal sebagai penyakit genetik dengan penyebab
yang belum diketahui, sehingga belum mampu disembuhkan.Namun dengan menejemen yang
baik,pasien asma dapat disembuhkan dalam arti asmanya terkontrol.Dengan demikian,sipenderita
dapat melakukan aktivitas sehari-hari.Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu
kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas fisik sebesar 30% bagi anak yang menderita asma
dibanding dengan anak yang tidak menderita asma yakni sebesar 5%.
Prevalensi asma diseluruh Dunia adalah sebesar 810% pada anak dan 3-5% pada orang
dewasa,dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Prevalensi di Jepang dilaporkan
meningkat 3 kali dari 1,2% menjadi 3,14% dan lebih banyak pada usia muda prevalensi akut
didaerah lembab (Belmont) dari 4,4% menjadi 11,9%Singapura dari 3,9% menjadi 13,7% dan anak
dengan bakat atopi sebanyak 20,5%,mengi 2%,dan para Ilmuan Kanada juga melakukan riset
terhadap 170.960 anak mulai dari usia baru lahir sampai 6 tahun. Dari jumlah keseluruhan tersebut
ditemukan 14,1% anak yang menderita asma.
Data WHO menunjukkan,ada 100-150 juta penyandang ASMA didunia.Jumlah penderita terus
bertambah 180 ribu orang setiap tahunnya.Di Indonesia pada akhir tahun ini,diperkirakan 2-5 persen
penduduk indonesia atau 11 juta orang menderita ASMA.(harian Global,2008). Dirjen Pelayanan
Medik (Yanmed) Departemen Kesehatan Sri Astuti Suparmanto mengatakan prevalensi asma pada
anak cukup tinggi,meski demikian pemerintah kita belum memiliki data yang rinci untuk tiap-tiap
wilayah,Prevalensi pada anak SD berkisar antara 3,7%-16,4% sedang pada anak SMP dijakarta
5,8%,laporan saat memperingati hari ASMA Se-Dunia.Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT), penyakit-penyakit yang menyebabkan sesak napas seperti Bronkhitis,Emfisema
dan Asma merupakan penyebab kematian ke-7 Di Indonesia. (Hendra,2004)
Insiden asma ini bisa diketahui sejak usia kurang dari dua tahun.studi ini menemukan bahwa anak
yang mempunyai saudara kandung memiliki resiko terserang asma yang lebih kecil dibanding yang
tidak.Fakta ini lumayan mengejutkan dan masih membutuhkan studi lebih lanjut untuk mengetahui
penyebabnya.Dari analisa terhadap kelompok anak diatas,anak yang lahir dari bulan juli hingga
desember lebih banyak menderita asma di banding anak yang lahir pada bulan januari sampai
maret.Anak laki-laki lebih banyak mengalami peningkatan resiko asma di banding anak perempuan
terutama di daerah urban dan terlahir prematur.Selain itu hal lain yang meningkat kan resiko asma
adalah rendahnya bobot tubuh ketika di lahirkan dan sangat jarang mendapat perawatan medis oleh
dokter.
Dari data yang diperoleh dari Puskesmas Delitua, bahwa dari ibu yang membawa anaknya berobat
ke puskesmas pada bulan Oktober 2008 sebanyak 120 orang dan terdapat 20 anak usia 6-15 tahun
yang menderita penyakit asma.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan
dan sikap ibu tentang penyakit asma pada anak di Puskesmas Delitua.

1.2. Perumusan masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalahnya adalah bagaimana
pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas
Delitua.

1.3. Tujuan penelitian


1.3.1.Tujuan umum
Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun di
Puskesmas Delitua.

1.3.2. Tujuan khusus


1.3.2.1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun di
Puskesmas Delitua.
1.3.2.2. Untuk mengetahui sikap ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun di
Puskesmas Delitua.

1.4. Manfaat penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi beberapa pihak :

1.4.1. Instansi pendidikan 


Sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan DELI
HUSADA Delitua. 

1.4.2. Instansi kesehatan


Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, memberikan informasi yang
akurat dan adekuat tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit Asma pada anak.

1.4.3. Untuk peneliti selanjutnya


Merupakan bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian kasus tersebut di masa yang akan
datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan (Knowledge)


Pengetahuan adalah Informasi atau maklumat yang disadari oleh seseorang. Pengertian yang lain
bahwa pengetahuan merupakan Pengamatan dan pengamalan inderawi dikenal sebagai
pangetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.(Meliono dkk,2007)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi
yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. (Notoatmodjo, 2003)
Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu :

1.Tahu (Know)
Tahu artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajarinya.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-
komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau obyek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau informan. (Notoatmodjo, 2003)

2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo, 2003)
Allport (1954)menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok,yakni :
a. Kepercayaan (keyakinan),ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
c. Kecenderungan utuk bertindak (ternd to behave) 

Sikap terdiri dari 4 tingkatan yakni :


1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan stimulus yang diberikan (obyek).
memperhatikan
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (Responsible) 
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah
merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat
dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek.

2.3 Ibu
2.3.1. Definisi Ibu 
Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak,baik melalui hubungan biologis maupun sosial.
Umumnya,ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak.
Ibu adalah orang yang banyak bekerja keras,Ibu lebih banyak dilihat sebagai orang yanng
menyayangi dan rela berkorban
Tugas-tugas atau peran ibu/orang tua
• Memperkuat kendali terhadap impuls-impuls
• Bertanggung jawab
• Self-direcvon
• Atribut lainnya yang akan membantu anak hubungan secara efektif dengan orang lain.
(Cantiq,2007)

2.4. Anak
2.4.1. Definisi Anak
Menurut Suherman,2000 Anak adalah potensi dan penerus cita-cita bangsa, yang dasarnya telah
diletakkan oleh generasi sebelumnya.
Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini.anak juga bukan merupakan harta
atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara ekonomi,melainkan masa depan bangsa yang
berhak atas pelayanan kesehatan secara individual.
Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya
membutuhkan lingkungan yang bisa memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk
belajar mandiri.Lingkungan yang dimaksud bisa berupa keluarga (orang tua),pengurus panti (bila
anak berada di panti asuhan),dan atau tanpa orang tua bagi mereka yang hidupnya
menggelandang.Semua individu tersebut menjadi klien dari keperawatan anak.(Yupi,2004) 

2.5 ASMA
2.5.1. DEFINISI ASMA

Menurut CLARK (1992) defenisi asma adalah penyakit yang ditandai dengan resistensi terhadap
aliran udara intrapulmonal yang sangat variabel dalam jangka waktu yang pendek.menurut SEARS
(1991) mengatakan bahwa dalam prakteknya adanya kombinasi keluhan sesak napas,rasa dada
yang terhimpit,suara napas ngiik-ngiik (wheezing) dan batuk,ditambah dengan sifat hilang-timbul
yang akan menjadi indikasi untuk menentukan diagnosis asthma
Asma merupakan penyakit saluran napas kronis (menahun) yang paling sering ditemukan,terutama
di negara maju. .(Halim,2000)
Asma adalah kelainan suatu penyakit ditandai oleh adanya variasi yung selama periode waktu yang
pendek dalam hal resistensi terhadap aliran udara dalam saluran napas intra pulmonal.(John
Dkk,1998)
Menurut Dr Rusepno Dkk,2005 asma adalah penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi
trakea dalam bronkus oleh berbagai macam pencetus di sertai dengan timbulnya penyempitan luas
saluran napas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan
pengobatan.

2.5.2. Epidemiologi
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa penyakit asma dapat dijumpai seluruh dunai,dan
menyerang baik pria maupun wanita,dari seluruh lapisan sosial ekonomi dengan prevalensi yang
berkisar antara 1-10%.angka ini semakin meningkat walaupun peningkatan di Asia lebih kecil di
bandingkan dunia Barat,tetapi kenaikan ini nyata sekali.hal ini tampak pada berbagai penelitian
epidemiologis.
Serangan pertama dapat timbul pada masa kanak-kanak ataupun pada usai setengah umur.Pada
anak laki-laki lebih sering di jumpai asma dari pada anak perempuan,tetapi perbedaan ini tidak
begitu besar pada penderita dewasa ( Halim 2000)

2.5.3 Etiologi
Istilah penyebab asma ini sebenarnya kurang tepat,karena terus terang sampai saat ini penderita
asma belum di ketahui.Makanisme terjadinya asma,yaitu asma merupakan suatu proses inflamasi
(peradangan) kronik/menahun yang khas,melibatkan dinding saluran
respiratorik/napas,menyebabkan terbatasnya aliran udara,dan peningkatan reektivatas
(Hiperreaktif/hipersensitif) saluran napas.Hiperreaktivitas ini merupakan hal terjadinya penyempitan
saluran napas,sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang.
Gambaran khas adanya inflamasi saluran napas adalah aktivasi sel-sel dalam darah dan sel berupa
eosinofil,sel mast,makrofag,dan sel limfosit T pada mukosa (selaput lendir) dan lumen (muara)
saluran napas.perubahan ini dapat terjadi,meskipun secara klinis asmanya tidak bergejala.sejalan
dengan proses peradangan,perlukaan epitel ( lapisan terluar ) Bronkus ( batang paru-paru)
merangsang proses perbaikan saluran napas yang menghasilkan perubahan struktural dan
fungsional,dikenal dengan istilah remodelling

Kepekaan saluran napas yang berlebihan


Yang membedakan orang normal dengan penderita asma adalah sifat kepekaan yang berlebihan
ini.Asap rokok,tekanan jiwa,alergen pada orang normal tidak menimbulkan asma tetapi pada
penderita asma tadi dapat menimbulkan rangsangan.

Peranan faktor keturunan dan lingkungan


Lebih kurang seperempat penderita Asma,meskipun kadang-kadang asmanya sudah tidak aktif lagi
dan seperempetnya lagi mempunyai alergi yang lain.bahkan pada anak kembar identik (berasal dari
satu telur )
,bila salah satu penderita Asma,tidak selalu saudara kembarnya menderita Asma.seandainya
mereka menderita asma,beratnya juga sering tidak sama.disini terbukti bahwa selain faktor
keturunan,lingkungan di mana penderita hidup juga penting perananya dalam terjadinya Asma.

2.5.3 Patofisiologi
Seperti telah dikemukakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Asma,sehingga
belum ada patofisiologi yang dapat menerangkan semua penemuan pada penyeledikan Asma.
Salah satu sel yang memegang peranan penting pada patofisiologi Asma ialah sel mast.Sel mast
dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya alergen,”exercise” dan lain-lain.Sel ini akan
mengalami degranulasi dan mengeluarkan bermacam-macam mediator misalnya histamin,slow
reacting substance or anaphylaxis,(SRS-A),yang dikenal sebagai lekotrin,eoxinophy chemotactic of
anaphilaxis (ECF-A),dan lain-lain.Selain sel mast.sel basofil dan beberapa sel lain dapat juga
mengeluarkan mediator.
Bila alergen sebagai pencetus maka alergen yang masuk kedalam tubuh merangsang sel plasma
atau sel pembentuk anti bodi lainnya untuk menghasilkan antibodi reagenik,yang disebut juga
Immunoglobulin E(IgE).Selanjutnya IgE akan beredar dan menempel pada resepor yang sesuai
pada dinding sel mast.sel mast yang demikian disebut sel mast yang tersensitisasi.apabila alergen
yang serupa masuk kedalam tubuh,alergen tersebut akan menempel pada sel mast yang
tersensitisasi kemudian akan terjadi degradasi dinding dan degranulasi sel mast. Mediatot dapat
bereaksi langsung dengan reseptor dimukosa bronkus sehingga menurunkan siklik AMP kemudian
terjadi bronkokontriksi.mediator dapat juga menyebabkan bronkokontriksi dengan mengiritasi
reseptor iritant. 
faktor pencetus bermacam-macam dan tiap-tiap penderita mungkin mempunyai faktor pencetus
yang berlain-lainan,faktor-faktor pencetus yang sering di jumpai antara lain:
1. alergen
alergen merupakan faktor pencetus asma yang sering di jumpai pada penderita asma.debu
rumah,tungau debu rumah,spora jamur,serpihan kulit kucing,anjing dan sebagainya dapat
menimbulkan serangan asma pada penderita yang peka.alergen biasanya berupa alergen
hirupan,meskipun kadang-kadang makanan dan minuman dapat juga menimbulkan serangan.debu
rumah terdiri atas berbagai sisa makanan,potongan rambut dan berbagai kulit binatang sampai
kecoak dan serangga. tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronyssynus atau D.
farinale).tungau ini selalu terdapat dalam debu rumah apalagi di daerah yang lembab.

2. Infeksi saluran napas


Berbagai macam virus,seperti virus influenza sangat sering di jumpai pada penderita yang sedang
mendapat serangan asma.

3. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma,karena banyak orang yang
mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita asma. Tekanan jiwa selain sebagai pencetus
asma, juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati,penderita asma yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
4. Olahraga/kegiatan jasmani
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma jika melakukan olah raga yang
cukup berat.penyelidikan menunjukan bahwa macam,lama,dan beratnya olah raga menentukan
timbulnya asma.lari cepat paling mudah menimbul kan asma,kemudian bersepeda,sedangkan
renang dan jalan kaki yang paling kecil resikonya.

5. Obat-obatan
Yang tersering yaitu obat-obat yang termasuk golongan penyekat reseptor-beta atau lebih populer
dengan nama”beta-blocker”.golongan tersebut sangat sering di pakai untuk penyakit jantung koroner
dan darah tinggi.

6. Polusi udara
Polusi udara di dalam rumah pun sering terjadi.asap rokok,semprotan obat nyamuk,semprotan
rambut dapat mencetuskan serangan asma.penderita anak-anak lebih sering mendapat serangan
asma bila di rumahnya ada yang merokok.

7. Lingkungan kerja
Keluhan terjadi setelah penderita berkontak (terpapar ) dengan zat-zat yang ada di tempat kerja
seperti debu kopi,debu kapas,dan lain-lain,tetapi ada kalanya gejala baru timbul setelah 6-12 jam
terpapar.sehingga bila penderita bekerja di pagi hari,gejala baru timbul sore atau malam hari,setelah
penderita di rumah.(Heru,2007)

2.5.4 Manifestasi Klinis


Pedoman Nasionoal Asma Anak (Indonesia) mendefenisikan asma sebagai kumpulan tanda dan
gejala klinis yaitu wheezing/mengi dan/batuk dengan karakteristik sebagai berikut:
• Timbul secara episodik dan/atau kronik,
• Cendrung pada malam hari/dini hari (Nokturnal),
• Musiman,
• Adanya faktor pencetus diantaranya aktifitas fisik, 
• Bersifat reversibel (bisa sembuh seperti sedia kala) baik secara spontan maupun dengan
pengobatan,serta
• Adanya riwayat asma atau atopi (kecendrungan mengidap Alergi) lain pada pasien/keluarganya
• Sedangkan sebab-sebab lain sudah di singkirkan.

2.5.4 Diagnosis dan klasifikasi


A. Diagnosis
Serangan batuk dan mengi yang berulang serimg lebih nyata pada malam hari,atau bila ada beban
fisik sangat karak teristik untuk asma sehingga diagnosisnya mudah dibuat.Walaupun demikian
cukup banyan asma anak dengan batuk kronik berulang,terutama terjadi pada malam hari ketika
hendak tidur,disertai sesak,tetapi tidak jelas menginya dan sering didiagnosis dengan bronkhitis
kronik.Pada anak demikianyang sudah dapat melakukan uji faal paru (provokasi bronkus) sebagian
besar akan terbukti adanya sifat-sifat asma.Selanjutnya bila diberi obat batuk yang biasa dan
kemudian cepat menghilang setelah mendapat bronkodilator,sangat mungkin merupakan bentuk
asma.(Dr.Rusepno,2005)

Tabel.1 Derajat beratnya asma berdasarkan aktivitas jasmani (Dr.jones),Heru,2007

Derajat Kemampuan aktifitas jasmani/


Keadaan khusus klinik
I

II

III

IV A. Dapat bekerja dengan agak susah.tidur kadang-kadang terganggu.


B. Dapat bekerja dengan susah payah,tidur sering kali terganggu.
A. Tiduran/duduk,bisa bangkit dengan agak susah.tidur terganggu.
B. Tiduran/duduk,bisa bangkit,dengan susah payah.Nadi lebih dari 120/menit
Tiduran/duduk, tidak bisa bangkit,nadi lebih dari 120/menit.inhaler tidak menolong.

Penderita tidak dapat bergerak lagi dan kelelahan

Keterangan : IIA sebaiknya penderita dirawat

b. Klasifikasi derajat penyakit Asma


Berbagai pembagian asma pada anak yang telah dikemukakan.pembagian menurut Dr
Rusepno,Dkk,2005.
1. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak umur 3-6 tahun.di cetuskan oleh infeksi virus saluran napas bagian
atas.banyaknya serangan 3-4 kali dalam 1 tahun.lamanya serangan paling lama beberapa hari saja
dan jarang merupakan serangan yang berat gejala yang timbul menonjol pada malam hari.
2. Asma episodik sering
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun.pada
permulaan,serangan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut.pada umur 5-6 tahun dapat
terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.biasanya orang tua menghubungkannya dengan
perubahan udara,adanya alergen,aktifitas fisik dan stress.

3. Asma kronik atau persisten 


pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran napas yang persisten dan hampir
selalu terdapat mengi tiap hari.pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi.aktifitas fisik
sering menyebabkan mengi dari waktu ke waktu terjadi serangan yang berat dan sering memerlukan
perawatan rumah sakit

Tabel.2 Parameter Klinis asma,dan pembagianya

Parameter klinis,
kebutuhan obat,
dan faal paru Asma episodik
Jarang Asam episodik 
sering Asma persisten
1. frekuensi
serangan <1x/bulan >1x/bulan Sering
2. Lama serangan <1 minggu >1 minggu Hampir sepanjang tahun,tidak ada periode bebas
serangan
3. Intensitas
serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
4.Diantara
serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
Malam
5. tidur dan 
aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
6. pemeriksaan
Fisik diluar
serangan Normal (tidak
Ditemukan kelainan) Mungkin terganggu (ditemukan kelainan) Tidak pernah normal
7. obat pengendali (anti inflamasi) Tidak perlu Perlu Perlu
8. uji faal paru (diluar serangan) PEF/FEV1>80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1<60% variabilitas
20-30%
9. variabilitas faal paru (bila ada serangan) Variabilitas >15% Variabilitas >30% Variabilitas >50%

Tujuan tatalaksana asma anak secara umum adalah untuk menjamin tercapainya potensi tumbuh
kembang anak secara optimal.secara lebih rinci,tujuan yang ingin dicapai adalah :
• Anak dapat menjalani aktivitas normalnya,termasuk bermain dan berolahraga.
• Sesedikit mungkin angka absensi sekolah.
• Gejala tidak timbu siang ataupun malam hari.
• Uji fungsi paru senormal mungkin,tidak ada variasi diurnal(dalam 24 jam) yang mencolok.
• Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada serangan.
• Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin timbul,terutama yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Perubahan yang terjadi pada Jaringan


• Pengecilan diameter jalan nafas
• Perubahan respon otot saluran nafas
• Gangguan persarafan otonom dalam pengaturan otot polos saluran nafas
• Kerusakan sel epitel mukosa saluran nafas
Disamping gejala yang sudah khas seperti sesak nafas,batuk dan mengi yang sering hilang
timbul,seseorang dikatakan menderita atau asma atau setidak-tidaknya harus dicurigai menderita
asma apabila :
• Mendapat serangan sesak atau batuk yang berkepanjangan setelah mendapat influenza
• Rasa sesak sewaktu masuk ruangan yang berdebu dan berasap.
• Batuk-batuk yang sering timbul pada malam hari.
• Batuk-batuk sehabis berlari-lari,terutama pada anak-anak.
• Rasa berat didada sehabis lari (bisa penderita telah dibuktikan tidak mengidap sakit jantung).
(Heru,2007)

Anjuran untuk penderita


Ada beberapa anjuran yang harus disampaikan kepada anda yang menderita asma :
1. Kenali dokter anda. tanyakan dimana ia bisa dihubungi bila anda membutuhkan.
2. Kenali obat-obat yang anda pakai. Bagaimana bekerjanya,bagaimana efek sampingnya dan
bagaimana memakainya.
3. Kenali faktor pencetus serangan asma anda, bila mungkin hindari
4. Kunjungi dokter anda secara teratur, jangan mengunjunginya hanya kalau sesak berat.Mintalah
penjelasan tentang penyakit anda,dan bagaimana rencana pengobatannya.
5. Selalu mempunyai persediaan antiasma
6. Begitu serangan datang, segera obati. Bila tidak mempan segera hubungi dokter
7. Bila serangan asma anda cukup berat dan tidak mempan lagi disembuhkan dengan obat-obat
antiasma yang anda pakai,segera cari dokter atau rumah sakit terdekat,meskipun tengah malam.

2.5.5 Pengobatan
Cara pemberian obat asma harus disesuaikan dengan umur anak,karena perbedaan kemampuan
menggunakan alat inhalasi. Perlu dilakukan pelatihan yang benar dan berulang kali.
Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (pemupukan) obat dalam mulut
(orofharing),sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan,dan mengurangi efek sistemik.Deposisi
(penyimpanan) dalam paru pun lebih baik,sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang
baik.Obat hirupan dalam bentuk bubuk kering (DPI=Dry Powder Inhaler) seperti :
Spinhaler,Diskhaler,Rotahaler,turbuhaler,Easyhaler,Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya
menarik/menghirup napas) yang kuat.umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak usia sekolah.

Tabel.3 Jenis pengobatan berdasarkan umur

Umur Alat inhalasi


< 2 tahun Nebuliser (alat uap)
MDI (metered dose inhaler) dengan spacer Aerochamber,babyhaler
5-8 tahun Nebuliser
MDI dengan spacer
DPI (Dry Powder Inhaler) : Diskhaler,turbuhaler
> 8 tahun Nebuliser
MDI dengan spacer
DPI
MDI tanpa spacer

Terapi pernapasan untuk penderita asma

Bagi anak kecil latihan pernafasan lebih mudah dibangun dalam suatu permainan atau
menggunakan latihan asma rutinnya pada dasar latihan yang teratur.Gerakan berikut khususnya
untuk kesehatan tulang,dada dan kesehatan otot pernapasan.
Tarik nafas dan regangkan tubuh sepenuhnya hingga batas tertinggi,kemudian tiupkan napas
semampunya dan sentuh jari kaki.sambil berdiri,jagalah agar tubuh bagian bawah dalam keadaan
yang tetap,putar bahu kebelakang,tarik nafas.saat mengeluarkan nafas,dorong suara “hmmmmm”
dengan nafas anda.
Sambil berdiri,gerakkan lengan dari anda bergerak kekanan.Latihan ini dapat dilakukan sambil
bermain dengan pemukul golf,tongkat pemukul.
Untuk membuka dinding dada anda,bersandarlah diatas sofa atau bola swiss sambil bernafas
dalam perut melalui hidung,rendah dan pelan,atau baringkan perut sambil nonton tv.melakukan
latihan ini setidaknya selama setengah jam.(Smith,dkk 2007)

2.5.6 Pencegahan dan Intervensi Dini


Menurut Heru,2007 Pencegahan dan tindakan dini harus menjadi tujuan utama dalam menangani
anak asma antaralain :
- Pengendalian lingkungan,
- Pemberian ASI ekslusif minimal 6 bulan,
- Penghindaran makanan alergenik (mampu mencetuskan alergi),
- Menjaga kesehatan,
- Menghindarkan faktor pencetus serangan asma,
- Menggunakan obat-obat antiasma.
BAB III
KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka konsep


a. Kerangka konsep yang bertujuan untuk memperlihatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang
penyakit ASMA pada anak. 

3.2. Definisi konseptual dan operasional

3.2.1. Pengetahuan
Definisi konseptual : Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2003)
Definisi operasional: Pengetahuan adalah hal-hal yang diketahui ibu tentang penyakit Asma.

3.2.2. Sikap
Definisi konseptual: Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. (Notoatmodjo, 2003)
Definisi operasional: Sikap adalah tanggapan / respon ibu tentang penyakit asma.

3.2.3. Asma
Definisi konseptual: Asma adalah penyakit yang ditandai dengan resistensi terhadap aliran udara
intrapulmonal yang sangat variabel dalam jangka waktu yang pendek. (Dr.Halim dkk,2000) 
Definisi operasional: Asma adalah penyakit saluran nafas yang ditandai serangan berulang batuk
atau mengi.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain penelitian 


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit ASMA pada anak di Puskesmas Delitua.

4.2. Populasi dan sampel 


4.2.1. Populasi 
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 6-15 tahun yang
berobat pada tahun 2008 ke Puskesmas Delitua sebanyak 120 orang. 

4.2.3. Sampel
Pengambilan sampel ini dia mbil dengan menggunakan tehnik Quota sampling,yaitu pengambilan
sampel dengan cara menetapkan jumlah anggota sampel secara Quotum atau jatah.Besar jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 30 0rang,sampel adalah bagian dari populasi dengan kriteria
sampel yang telah ditentukan sebagai berikut :
1. Ibu yang mempunyai anak usia 6 – 15 tahun yang ada diwilayah cakupan puskesmas Delitua. 
2. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
3. Mampu berbahasa Indonesia dan berkomunikasi dengan baik.
4. Tahu membaca.

4.3. Tempat dan waktu penelitian 


Penelitian dilakukan di Puskesmas Delitua Medan selama bulan Januari sampai dengan Februari
2009.

4.4. Pertimbangan etik


Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Program Studi Ilmu Keperawatan
(STIKes) DELI HUSADA Delitua, dan izin dari Puskesmas Delitua Medan. Dalam penelitian ini ada
beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan yaitu, hak kebebasan dan kerahasiaan
menjadi responden, serta bebas dari rasa sakit baik secara fisik ataupun tekanan psikologis.
Sebelum melaksanakan penelitian responden akan diberikan penjelasan mengenai manfaat dan
tujuan penelitian serta kerahasiaan responden dengan tidak mencantumkan nama pada lembar
kuisioner, tapi dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut. Selanjutnya responden
diminta untuk membaca dan memahami isi surat persetujuan.
Apabila responden bersedia maka responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan
yang telah dibaca dan dipahami. Jika pasien menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Kerahasiaan informasi pasien
dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.

4.5. Instrumen penelitian 


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, kuisioner ini terdiri dari : kuisioner
data demografi, kuisioner pengetahuan dan kuisioner sikap ibu tentang penyakit ASMA pada anak
usia 6 – 15 tahun di Puskesmas Delitua Medan.

4.6. Tehnik pengumpulan data


Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data diperoleh secara langsung
dari ibu dimana setiap ibu yang mempunyai anak usia 6 – 15 tahun. Ibu diberikan pengarahan
tentang penelitian yang dilakukan dengan kuisoner yang akan dibagikan, kemudian lembaran
kuisoner dibagi kepada ibu untuk diisi dan dijawab sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada
lembaran kuisoner yang berisi tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit ASMA pada
anak usia 6 – 15 tahun. Setelah semua proses tersebut dilakukan maka peneliti mengumpulkan
kuisioner tersebut dan selanjutnya dilakukan pengolahan data.

4.7. Pengolahan data


Pengolahan dilakukan setelah pengumpulan data dilaksanakan dengan maksud agar data yang
dikumpulkan memiliki sifat yang jelas, ada pun langkah- langkah pengolahan data yaitu: (Arikunto,
2002)
a. Editing
Yaitu proses pengeditan dari jawaban responden pada quisoner dimana perlengkapan yang
dikumpulkan diberi tanda.
b. Coding
Proses pemberian tanda pada jawaban respon dan pada kuesioner dimana setiap data yang
dikumpulkan diberi tanda.
c. Tabulating 
Memasukkan jawaban responden pada tabel dimana mentabulasi data berdasarkan kelompok data
yang telah ditentukan kedalam tabel distribusi frekuensi.

4.8. Aspek pengukuran


Kuisioner data demografi
Kuisioner data demografi dibuat ke dalam tabel distribusi frekuensi meliputi : umur pekerjaan, dan
pendidikan
Kuisioner pengetahuan
Pengukuran pengetahuan ibu sebanyak 10 pertanyaan, dengan aspek pengukuran menggunakan
Skala Guttman . dalam kuisioner terdapat pernyataan positif dan negatif.untuk pernyataan positif
jawaban ”benar”skor 1 dan untuk menjawab ”salah” skor 0,sebaliknya untuk pernyataan negatif
jawaban ”benar”skor 0 dan untuk menjawab ”salah” skor 1,dengan skor tertinggi 10

Kuisioner sikap
Pengukuran sikap ibu berdasarkan kuisioner yang dibuat berdasarkan Skala Likert dan terdiri dari
10 pertanyaan, dengan pilihan jawaban Pernyataan positif Jawaban ”sangat setuju” diberi skor
5,Jawaban ”setuju” diberi skor 4,Jawaban ”ragu-ragu” diberi skor 3,Jawaban ”tidak setuju” diberi
skor 2.Jawaban ”sangat tidak setuju” diberi skor 1.Sedangkan untuk pernyataan negatif, pilihan
jawaban dan nilai 
Jawaban ”sangat setuju” diberi skor 1,Jawaban ”setuju” diberi skor 2,Jawaban ”ragu-ragu” diberi
skor 3,Jawaban ”tidak setuju” diberi skor 4,Jawaban ”sangat tidak setuju” diberi skor 5.

4.9. Analisa data 


Setelah semua data terkumpul,maka peneliti melakukan analisa melalui beberapa tahap antara lain:
memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa jawaban telah
diisi.kemudian mengklasifikasikan data yang telah dikumpulkan.

Dari pengolahan data statistic deskriptif,didapatkan frekuensi dan persentasi untuk mendeskripsikan
tentang data demografi,pengetahuan dan sikap.serta memperlihatkan total skor dan kategori
pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma pada anak.

Dengan kategori: pengetahuan dan sikap menggunakan Rumus Sugiono 2006

Jumlah skor yang diperoleh


X 100 %
Jumlah skor skor seluruh item

Baik : menjawab benar 76% - 100%


Sedang : menjawab benar 60% - 75%
Buruk : menjawab benar < 60%

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil
Penelitian telah dilakukan pada bulan januari 2009 di Puskesmas Delitua,dengan responden
sebanyak 30 ibu yang memiliki anak penyakit asma.
Berikut tabulasi hasil dari karakteristik responden pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma
pada anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua.

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan umur di Puskesmas Delitua Tahun 2009 

Umur (Tahun) Total Persentase (%)


19-30 18 60%
31-50 12 40%
>50 0 0
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas responden yang paling banyak dijumpai pada kelompok umur 19-30 tahun
yaitu 18 orang (60%).

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Delitua Tahun 2009

Pendidikan Jumlah Persentase (%)


SD 10 33.3%
SMP 11 36.7%
SMA 7 23.3%
DIPLOMA 2 6.7%
SARJANA 0 0
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas responden paling banyak dijumpai pada kelompok pendidikan SMP yaitu
11 orang (36.7%)

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Delitua Tahun 2009

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)


IRT 26 86.6%
PNS 2 6.7%
Dan Lain-lain 2 6.7%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas responden paling banyak dijumpai pada kelompok pekerjaan IRT yaitu 26
orang (86.6%)

Tabel 5.4 Distribusi pengetahuan responden tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun di
Puskesmas Delitua tahun 2009

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)


Baik 10 33.3%
Sedang 14 46.7%
Buruk 6 20%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden lebih banyak pada tingkat pengetahuan
sedang yaitu 14 orang (46.7%)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sikap responden lebih banyak adalah sikap positif
yaitu 20 orang (66.7%).

5.2 Pembahasan
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan atau kognitif merpakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa Pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma
pasa anak usia 6-15 tahun di Puskesmas Delitua tahun 2009 dengan pengetahuan paling banyak
pada kategori sedang yaitu sebanyak 14 orang (46.7%), yang berpengetahuan baik sebanyak 10
orang (33.3%), yang berpengetahuan buruk 6 orang (20%).,Hal ini disebabkan oleh banyaknya
pemberian informasi mengenai penyakit asma pada ibu yang memiliki anak usia 6-15 tahun
diPuskesmas Delitua.
Menurut asumsi peneliti,Ibu dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam proses
penyembuhan melalui pencegahan, pengobatan dan perawatan dari para medis.Peran petugas
kesehatan yang sering berinteraksi dan memiliki tanggung jawab dalam hal proses penyampaian
informasi mengenai penyakit asma serta petugas kesehatan juga harus berperan aktif dalam
pelaksnaannya bagi pasien dalam membantu proses pengobatan.Pada saat peneliti membagikan
kuisioner,responden tidak terlihat bingung dan mengerti tentang penyakit asma.walaupun masih ada
yang berpengetahuan buruk kita kembalikan pada ibu tersebut,dan tugas tenaga medis adalah lebh
meningkatkan informasi mengenai penyakit asma .

Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit asma
pada anak usia 6-15 tahun diPuskesmas Delitua tahun 2009 dengan sikap yang paling banyak pada
kategori sikap positif yaitu sebanyak 20 orang (66.7%), dan sikap negatif yaitu sebanyak 10 orang
(33.3%).
Berdasarkan asumsi peneliti,sikap positif dikarenakan ibu memiliki sikap yang baik dalam
melakukan tindakannya terhadap penyakit yang diderita anaknya.Dukungan dari keluarga yang lain
juga berperan aktif dalam memantau kesehatan anak tersebut dengan dasar memiliki pengetahuan
tentang penyakit asma .Pihak tenaga kesehatan dituntut peranannya dalam menangani penyakit ini
dalam hal pengobatan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengetahuan ibu tentang penyakit asma pada anak usia 6-15 tahun paling banyak pada kategori
sedang di Puskesmas Delitua tahun 2009.
2. Sikap ibu tentang penyakit asma pada ank usia 6-15 tahun paling banyak pada kategori positif di
Puskesmas Delitua tahun 2009.
3. Petugas kesehatan berperan aktif dalan proses pengobatan penyakit asma di Puskesmas Delitua.

Saran
1. Kepada petugas kesehatan perlu memberikan lebih pengetahuan kepada ibu tentang penyakit
asma.
2. Perlu diberikan motivasi kepada ibu mengenai bagaimana sikap yang baik dalam pengobatan
penyakit asma.
3. Pada petugas kesehatan harus lebih berperan aktif dalam peningkatan pengobatan bagi anak
penyakit asma.

You might also like