Professional Documents
Culture Documents
Hingga saat ini para ahli ilmu kebumian belum mendapatkan teori yang tepat untuk
menentukan umur bumi secara pasti. Namun teori yang dianggap paling banyak diikuti saat ini
adalah yang berlandaskan pada perhitungan waktu zat-zat radioaktif. Prinsip perhitungannya
berdasarkan pada waktu paroh dari unsur-unsur radioaktif dan perbandingan kadar zat
radioaktif dengan zat hasil peluruhannya dalam suatu batuan dapat dihitung dari unsur batuan
Umur dari batuan-batuan yang ada di Bumi dapat dihitung dengan pemanfaatkan unsur-
unsur isotop radioaktif yang terjadi secara alamiah di dalam batuan dan mineral. Menurut teori
Big Bang, isotop radioaktif dari unsur teringan (H, He, dan Li) dihasilkan tidak berapa lama
setelah alam semesta terbentuk. Tetapi, inti-inti ini sangat tidak stabil sehingga tidak ada dari
ketiganya yang masih ada saat ini. Karenanya sebagian besar inti radioaktif yang ada saat ini
relatif berumur muda, yang terbentuk di bintang (khususnya supernova) dan selama interaksi
antara isotop stabil dan partikel berenergi. Sebagai contoh, C14 atau karbon dengan massa atom
14, inti radioaktif yang mempunyai umur-paruh hanya 5730 tahun, secara terus menerus
terbentuk di atmosfer atas bumi akibat interaksi antara sinar kosmik dan Nitrogen.
(http://id.wikipedia.org/).
Mineral batuan secara alamiah mengandung unsur-unsur radioaktif yang terus megalami
peluruhan. Dengan mengetahui berapa jumlah unsur radioaktif yang meluruh dan konstanta
peluruhannya, maka pentarikhan umur serta mineral dapat dimungkunkan untuk dilakukan. Salah
satu unsur radioaktif di bumi yang mengalami peluruhan adalah uranium dengan produk akhirnya
adalah timbal. Uranium mengalami peluruhan berantai hingga mencapai inti stabil. Misal, 1 gram
uranium dengan nomor massa U238 mempunyai waktu paroh 4,47 x 109 untuk meluruh menjadi 0,5
gram Pb206. Maka dapat diketahui umur bumi sekitar 4,5 milyar tahun.
(http://radioaktif12fm.wordpress.com/2010/10/20/196/)
Sumber:
1. Daryono dan Agus Sutedjo. 1992. Geologi Umum. Surabaya. IKIP PRESS