You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada saat ini, pengembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para
peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah
berlomba untuk mewujudkan karya baru dalam dunia nanoteknologi. Salah satu
bidang yang menarik minat banyak peneliti adalah pengembangan metode sintesis
nanopartikel.
Nanopartikel dapat terjadi secara alamiah ataupun melalui proses sintesis
oleh manusia. Sintesis nanopartikel bermakna pembuatan partikel dengan ukuran
yang kurang dari 100 nm dan sekaligus mengubah sifat atau fungsinya. Orang
umumnya ingin memahami lebih mendalam mengapa nanopartikel dapat memiliki
sifat atau fungsi yang berbeda dari material sejenis dalam ukuran besar (bulk).
Dua hal utama yang membuat nanopartikel berbeda dengan material
sejenis dalam ukuran besar yaitu: (a) karena ukurannya yang kecil, nanopartikel
memiliki nilai perbandingan antara luas permukaan dan volume yang lebih besar
jika dibandingkan dengan partikel sejenis dalam ukuran besar. Ini membuat
nanopartikel bersifat lebih reaktif. Reaktivitas material ditentukan oleh atom-atom
di permukaan, karena hanya atom-atom tersebut yang bersentuhan langsung
dengan material lain; (b) ketika ukuran partikel menuju orde nanometer, maka
hukum fisika yang berlaku lebih didominasi oleh hukum-hukum fisika kuantum.
Sifat-sifat yang berubah pada nanopartikel biasanya berkaitan dengan
fenomena-fenomena berikut. Pertama adalah fenomena kuantum sebagai akibat
keterbatasan ruang gerak elektron dan pembawa muatan lainnya dalam partikel.
Fenomena ini berimbas pada beberapa sifat material seperti perubahan warna
yang dipancarkan, transparansi, kekuatan mekanik, konduktivitas listrik, dan
magnetisasi. Kedua adalah perubahan rasio jumlah atom yang menempati
permukaan terhadap jumlah total atom. Fenomena ini berimbas pada perubahan
titik didih, titik beku, dan reaktivitas kimia. Perubahan-perubahan tersebut

1
2

diharapkan dapat menjadi keunggulan nanopartikel dibandingkan dengan partikel


sejenis dalam keadaan bulk. (Abdullah, Mikrajuddin.dkk.2008).
Ada dua pendekatan besar dalam mensintesis nanopartikel. Cara pertama
adalah memecah partikel berukuran besar menjadi partikel berukuran nanometer.
Pendekatan ini kadang disebut pendekatan top-down. Pendekatan kedua adalah
memulai dari atom-atom atau molekul-molekul atau kluster-kluster yang
diassembli membentuk partikel berukuran nano yang diinginkan pendekatan ini
dinamakan bottom-up.
Nanopartikel adalah besaran yang menyatakan ukuran suatu materi yang
berukuran nanometer (nm). Ketika suatu materi sudah dalam bentuk nanopartikel,
biasanya partikel tersebut memiliki sifat yang berbeda dari sifat materi
sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan konsep nanopartikel dapat menjadi
jembatan penghubung dalam mempelajari sifat materi dengan sifat atom
penyusunnya. Dengan fakta ini, nanopartikel sangat berpotensi untuk
dikembangkan untuk dapat diimplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Nanopartikel
disebut juga quantum dot. Quantum dot adalah material berukuran kurang dari
100 nanometer yang mengurung elektron secara 3-dimensi, baik arah x, y dan z.
Hal ini dimungkinkan karena diameter dari quantum dot tersebut sebanding
dengan panjang gelombang dari elektron. Bahkan, disebut bahwa quantum dot ini
merupakan atom buatan (artificial atom).
Nanopartikel logam umumnya berbentuk bola 3 dimensi (nanospuhre).
Sintesis nanopartikel logam dapat dilakukan dengan berbagai metode baik fisika
maupun kimia. Nanopartikel logam mendapat perhatian besar dalam beberapa
tahun terakhir ini, karena mempunyai potensi aplikasi dalam mikroelektronika,
katalis poto, peralatan magnet dan serbuk metalurgi. Sifat-sifat intrinsik dari
nanopartikel logam terutama ditentukan oleh ukuran, bentuk, komposisi,
kristalinitas dan morfologi.
ZnS adalah logam semikonduktor II-VI yang materialnya dapat
diaplikasikan di dunia industri optoelektronik (untuk perangkat elektroluminisens,
sel surya dan peralatan optoelektronik lainnya). Sifat optik dan listrik dari seng
sulfida bergantung pada ukuran partikel. Dimana seng sulfida adalah
3

semikonduktor II-VI dengan celah pita yang besar 3,50-3,70 eV dalam rentang
UV. Hal ini digunakan sebagai bahan utama untuk memancarkan dioda cahaya.
Banyak penelitian tentang ZnS dengan berbagai metode. Salah satu metode yang
banyak digunakan adalah metode sol-gel.
Nanopartikel ZnS dapat disintesis menggunakan polyvinil alkohol sebagai
matriks dengan metode reaksi kimia antara ZnCl2 yang konsentrasi Na2S
divariasikan. Pada penelitian tersebut kecepatan pengadukan tinggi yaitu 200 rpm
dengan suhu diatas 70oC selama 3 jam di magnetik stirer kemudian dibiarkan. ZnS
yang dihasilkan adalah larutan putih seperti larutan susu. (Borah, J.P.dkk.2008).
Penelitian lain adalah nanopartikel ZnS dengan metode suhu rendah
dimana Zn(CH3COO)2.2H2O ditambahkan air kemudian stirer selama 2 jam
kemudian diaduk dan ditambahkan thioasetamid dan distirer lagi selama 6 jam
sampai menghasilkan fase padatan putih yang diisolasi dalam ruangan vakum
filtrasi dan dicuci dengan air panas kemudian dikeringkan dan dibiarkan beberapa
jam, hasil yang ditunjukkan dimana seng sulfida ini powder yang dikonstitusi
seperti agregat kristalin yang mana akan membentuk nanopartikel yang seragam.
XRD (X-ray Diffraction) dan SEM ( Scaning Electron Microscopy) menghasilkan
struktur kubik bertipe blende yang panjangnya dari 400 sampai 4000/cm. Uv-vis
dari seng sulfida memiliki daya absorsi yang kuat dengan panjang dari 250 sampai
300 nm. (Dumbrava, A.dkk.2009).
Pada penelitian ini akan dibentuk nanopartikel ZnS dari senyawa
Zn(CH3COO)2.2H2O dengan Na2S.9H2O berbagai variasi konsentrasi dan variasi
suhu pemanasan. Pelarut yang digunakan adalah etanol. Maka rekasi yang
terbentuk adalah ZnS. Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
metode sol-gel. Metode sol-gel adalah salah satu metode sintesis nanopartikel
yang cukup sederhana dan mudah. Metode ini adalah salah satu “wet method”
karena prosesnya melibatkan larutan sebagai medianya. Pada metode sol-gel,
sesuai namanya larutan mengalami perubahan fase sol (koloid yang mempunyai
padatan tersuspensi dalam larutannya dan kemudian menjadi gel (koloid tetapi
memiliki fraksi solid yang lebih besar daripada sol).
4

Pengembangan metode sintesis dan sifat-sifat nanopartikel mengalami


perkembangan yang sangat pesat secara satu dekade terakhir ini, karena sintesis
nanopartikel bermakna pembuatan partikel dengan ukuran yang kurang dari 100
nm dan sekaligus mengubah sifat dan fungsinya. Sintesis nanopartikel dapat
dilakukan dalam fasa padat, cair, maupun gas. Proses sintesis pun dapat
berlangsung secara fisika atau kimia. Proses sintesis secara fisika tidak melibatkan
reaksi kimia, yang terjadi hanya pemecahan material besar menjadi material
berukuran nanometer, atau pengabungan material berukuran sangat kecil, seperti
kluster, menjadi partikel berukuran nanometer tanpa mengubah sifat bahan.
Proses sintesis secara kimia melibatkan reaksi kimia dari sejumlah material awal
(precursor) sehingga dihasilkan material lain yang berukuran nanometer,
contohnya adalah pembentukan nanopartikel garam dengan mereaksikan asam
dan basa yang bersesuaian. (Abdullah, M.dkk.2008)
Meskipun berbagai penelitian dengan berbagai metode sintesis untuk
mendapatkan nanopartikel yang diinginkan, namun pada kenyataannya, proses
terbentuknya nanopartikel tersebut sangat tergantung pada kondisi sintesis. Dalam
hal ini, beberapa kondisi sintesis yang memberikan efek pada pembentukan
nanopartikel yaitu berupa temperatur reaksi, lama pengadukan reaksi, suhu
plasma, atmosfir sintesis dan ada tidaknya modifikasi permukaan partikel serta zat
penstabil. Metode preparasi atau sintesis menjadi faktor yang sangat penting.
Metode sintesis nanopartikel sangat mempengaruhi ukuran, bentuk, beserta
distribusi ukuran partikel yang dihasilkan, ikatan kimia pada permukaan partikel
dan sifat lainnya.
Oleh karena itu dalam penelitian ini, untuk mendapatkan nanopartikel
dengan ukuran yang sekecil mungkin dilakukan dengan metode sol-gel. Maka
sampel dikarakterisasi dengan menggunakan instrumentasi Scanning Electron
Microscopy (SEM) dan X-Ray Difraction (XRD). Dari uraian diatas maka
penulis tertarik membuat nanopartikel ZnS dengan metode kimia dengan berbagai
karakterisasinya dimana penelitian ini berjudul ”Struktur dan Morfologi
Pertumbuhan Nanopartikel ZnS dengan Metode Sol-Gel”
5

1.2. Batasan Masalah


Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam penelitian ini penulis
membatasi hanya pada proses pembuatan nanopartikel ZnS melalui pencampuran
Na2S.9H2O dengan variasi konsentrasi 0,03 M, 0,14 M, 0,2 M dengan
Zn(CH3COO)2.2H2O dan mengkarakteristik morfologi dan struktur Kristal
menggunakan SEM dan XRD pada pengujian sampelnya.

1.3. Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana cara pembuatan nanopartikel ZnS dengan metode sol-gel?
2. Bagaimana struktur dan morfologi nanopartikel ZnS berdasarkan
variasi konsentrasi Na2S dengan menggunakan XRD dan SEM?

1.4. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui cara pembuatan nanopartikel ZnS dengan metode sol-gel.
2. Mengetahui struktur dan morfologi dari nanopartikel ZnS berdasarkan
variasi konsentrasi Na2S dengan menggunakan XRD dan SEM.

1.5. Manfaat Penelitian


Berdasarkan sifat-sifat sampel yang diperoleh, hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk membuat suatu material atau yang digunakan
antara lain untuk:
1. Sebagai material elektroluminisens.
2. Sebagai material sel surya.
3. Sebagai thin film.

You might also like