You are on page 1of 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan belajar yang dilakukan di perkuliahan hanya memberikan sedikit

sekali pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa dalam satu wadah perguruan

tinggi. Meskipun kegiatan kuliah ditunjang dengan praktikum, kegiatan

perkuliahan tersebut belum menjamin seorang mahasiswa mampu memasuki

dunia kerja dengan baik setelah lulus dari perguruan tinggi.

Program studi S-1 Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, berusaha menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dengan dunia kerja.

Agar dapat menghasilkan lulusan yang dapat bersaing di dunia kerja maka

mahasiswa perlu dibekali dengan ilmu-ilmu yang nantinya akan diterapkan di

dalam dunia kerja. Namun, keterampilan individu dan keahlian dalam suatu

bidang tertentu hanya dapat diperoleh apabila seseorang mempunyai pengalaman

dalam bidang tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa dapat memperoleh

pengalaman mengenai dunia kerja melalui program Kerja Praktik (KP) yang

ditawarkan oleh program studi Biologi.

Kerja praktik memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terjun

langsung di dalam dunia kerja, sehingga dapat merasakan bagaimana atmosfer

dunia kerja guna mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman

tambahan. Selain itu, kerja praktik ini memungkinkan mahasiswa berinteraksi

dengan rekan kerja, bekerja sama dan berinteraksi dengan masyarakat luas yang

merupakan objek penerima layanan dari suatu instansi yang berkaitan.

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai penularan

1
penyakit. Penyediaan air bersih sangatlah perlu dilakukan baik dari segi kualitas

maupun kuantitas dari suatu daerah. Peningkatan kualitas air bersih dapat

dilakukan dengan jalan mengadakan pengelolaan air yang akan diperlukan sebagai

air minum (Sutrisno, 2004).

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih merupakan

perusahaan pengelola air minum di Kota Banjarmasin yang dituntut untuk dapat

memenuhi kebutuhan akan air minum. Yang dimaksud disini adalah air bersih

yang didistribusikan kepada masyarakat dengan kualitas, kuantitas serta

kontinuitas yang memenuhi persyaratan dan handal.

Untuk menjaga kualitas air yang didistribusikan oleh perusahaan penyedia

air minum agar air minum yang dikonsumsi masyarakat tidak menimbulkan

gangguan kesehatan maka perlu ditetapkannya persyaratan kualitas air minum

oleh pemerintah. Dengan didasari hal tersebut maka diterbitkanlah Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Peraturan pemerintah ini mengharuskan

air yang didistribusikan perusahaan air minum kepada pelanggan agar memenuhi

dan mengikuti standar kualitas air minum yang telah ditetapkan pemerintah.

Berdasarkan hal tersebut diatas penulis mengambil masalah untuk laporan kerja

praktik yang akan dijelaskan pada bab berikutnya.

1.2 Tujuan

• Tujuan umum dari kegiatan kerja praktik ini adalah :

2
1. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terjun langsung di

dalam dunia kerja, guna mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan

pengalaman tambahan.

2. Memungkinkan mahasiswa berinteraksi dengan rekan kerja, bekerja sama

dan berinteraksi dengan masyarakat luas yang merupakan objek penerima

layanan dari suatu instansi yang berkaitan.

3. Memberikan informasi kepada mahasiswa secara langsung mengenai

gambaran tentang Laboratorium Instalasi Pengolahan Air Minum,

khususnya dalam hal pemeriksaan kualitas air bersih pelanggan zona 1

(Banjarmasin Barat) & zona 4 (Banjarmasin Utara).

• Tujuan khusus dari kegiatan kerja praktik ini adalah mengetahui, memahami,

dan mempraktikkan secara langsung teknik dan cara analisis kualitas air

bersih pelanggan dengan acuan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan

Kualitas Air Minum.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari Kerja Praktik ini antara lain :

1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman kerja mahasiswa

di luar kegiatan kuliah.

2. Mengenal dan mengetahui tugas dan fungsi dari instansi tempat kerja praktik

yang terkait, yaitu PDAM Bandarmasih.

3. Menjalin hubungan dan kerja sama yang baik antara Program Studi Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung

Mangkurat dengan PDAM Bandarmasih.

3
BAB II

KEADAAN UMUM INSTANSI PDAM BANDARMASIH

2.1 Profil Instasi PDAM Bandarmasih

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih adalah badan

pengelola air minum di Kota Banjarmasin yang dituntut untuk dapat memenuhi

4
kebutuhan akan air minum daerah Banjarmasin. Yang dimaksud dengan air bersih

adalah air bersih yang didistribusikan kepada masyarakat secara kontinyu dengan

kualitas, kuantitas serta tekanan yang memenuhi persyaratan.

Gambar 1. Zona Pelayanan PDAM Bandarmasih (Sumber : PDAM


Bandarmasih)

Agar pengelolaan air minum dapat terlaksana dengan baik dan benar,

diperlukan penerapan prosedur serta sistem yang baik dan benar. Oleh karena itu

pihak PDAM Kota Banjarmasin diharapkan dapat mengelolanya dengan prosedur

yang berlaku, baik dari segi manajemen, pengelolaan keuangan, kapasitas

produksi serta sistem pendistribusiannya, sehingga kebutuhan masyarakat akan air

minum dapat terpenuhi. Selain itu tetap memperhatikan kemampuan dan kondisi

5
sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, sehingga pelayanan air minum

dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat.

2.2 Sejarah & Perkembangan

Sejarah dan perkembangan Perusahaan Daerah Air Minum Bandarmasih

Kota Banjarmasin dijelaskan sebagai berikut :

Tahun 1937 : Instalasi Air Minum yang mulai dibangun oleh Belanda pada

tahun 1937, mulai difungsikan dengan sambungan sekitar 300

buah dengan kapasitas 35 liter/detik.

Tahun 1950 : Perusahaan yang semula bernama Water Leiding Deins berubah

menjadi Jawatan Air Minum, dibawah kementerian Departemen

Pekerjaan dan Tenaga.

Tahun 1960 : Status perusahaan berubah menjadi Seksi Saluran Air Minum

(SAM) Kotapraja Banjarmasin yang merupakan bagian dari

Dinas Usaha Pemerintah Kotapraja.

Tahun 1964 : Dimulai pembangunan pengembangan dan rehabilitasi Saluran

Air Minum dengan dana bantuan pemerintah Perancis, dengan

kapasitas 275 liter/detik.

Tahun 1972 : Pengoperasian instalasi baru dengan debit awal 150 liter/detik,

dengan jumlah pelanggan 800 buah.

Tahun 1973 : Berdirinya PDAM

Tahun 1976 : Dengan diserahkannya instalasi tersebut kepada Pemerintah

Daerah Tingkat II Banjarmasin, status perusahaan berubah

menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya

Banjarmasin.

6
Tahun 1983 : Dimulainya operasi lima buah sumur bor instalasi Km. 24 yang

dihibahkan oleh PPSAB Kalimantan Selatan pada PDAM

Banjarmasin dengan kapasitas 60 liter/detik.

Tahun 1986 : Dilakukan peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air A.

Yani dari 275 liter/detik menjadi 416 liter/detik.

Tahun 1987 : Pembangunan Mini Treatment Plan di jalan Kayutangi Ujung

dengan kapasitas 12,5 liter/detik dan di tahun 1990 ditambah 7,5

liter/detik dari PPSAB Kalimantan Selatan sehingga menjadi 20

liter/detik untuk pelayanan air bersih di Banjar Utara dan

Perumnas Kayutangi khususnya.

Tahun 1989 : Berdasarkan Peraturan Daerah TK. II Banjarmasin No. 12 tahun

1976, Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Banjarmasin

berubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Bandarmasih

Kotamadya Dati II Banjarmasin.

Tahun 1989 : Pembangunan Mini Treatment Plan dengan kapasitas 20 liter/detik

di jalan Sutoyo untuk wilayah Banjar Barat.

Tahun 1990 : Pembangunan Mini Treatment Plan di daerah jalan S.Parman dan

Pasar Pagi dengan kapasitas masing-masing 20 liter/detik untuk

melayani wilayah Banjar Utara dan hotel-hotel berbintang.

Tahun 1991 : Pembangunan satu buah sumur bor di daerah Landasan Ulin

dengan kapasitas 10 liter/detik untuk melayani Bandara

Samsudin Noor dan jalan A. Yani.

Tahun 1992 : Pembangunan Mini Treatment Plan dengan kapasitas 20 liter/detik

di daerah S. Lulut untuk melayani wilayah Perumnas Pemurus

Luar.

7
Tahun 1992 : Mulai dibangun Intake Pematang Panjang dan Instalasi

Pengolahan Air berikut jaringan pipa primer dan skunder dengan

kapasitas 500 liter/detik.

Tahun 1995 : Pengoperasian Instalasi Pengolahan Air di jalan Pramuka dengan

kapasitas 500 liter/detik untuk pelayanan Banjar Timur dan

Banjar Selatan.

Tahun 1996 : Pembangunan dua buah reservoir dengan kapasitas 6.000 m3

berikut jaringan pipa transmisi dan distribusi untuk melayani

wilayah Banjar Barat dan Banjar Utara.

Tahun 2000 : Tahun 2000 SK Walikota Banjarmasin No. 9151 Tahun 2000 yang

Menyatakan bahwa pembinaan UPT PAL (Pengolahan Air

Limbah) dibawah PDAM Bandarmasih. UPT. PAL tersebut

mulai dibangunan pada tahun 1998.

Tahun 2002 : IPA Sumur Bor Km 24 Landasan Ulin diserahkan kepada PDAM

Kab. Banjar dalam rangka Penyertaan Modal dan. Pemindahan

MTP 60 lt/dt dari Sutoyo dan S.Parman ke IPA A.Yani, sehingga

total kapasitas IPA A.Yani adalah 526 lt/dt. Peningkatan suplai

air baku menjadi 520 lt/det dengan pekerjaan rehab intake Sungai

Bilu dan pengadaan-pemasangan pipa transmisi 630 mm panjang

1.200 meter dari Intake S.Bilu s/d IPA A.Yani.

Tahun 2003 : Tahun 2003 Peningkatan Kapasitas Intake Sei Tabuk menjadi 900

lt/det, berupa lanjutan sisa pekerjaan Tahap I beserta pekerjaan

pengadaan dan pemasangan pipa transmisi ± 800 mm sepanjang

3.700 meter.

2.3 Visi & Misi

8
• Visi

Visi PDAM Banjarmasin Kota Banjarmasin : “Menjadi Perusahaan Air

Minum Yang Mandiri, Profesional Dan Terbaik Dalam Pelayanan”. Pemahaman

dari visi tersebut adalah membangun kemandirian dalam meningkatkan kualitas

dan cakupan pelayanan, artinya seluruh program kegiatan dilaksanakan bertumpu

pada kemampuan yang dimiliki. Profesional dalam pengelolaan yang didasari dari

kualitas sumber daya manusia yang berjiwa kewirausahaan dalam memberikan

pelayanan serta menjadi yang terbaik yang tercermin dari konsistensi

pendistribusian air minum ke konsumen selama 24 jam per hari secara

berkesinambungan sepanjang musim.

Mandiri :

PDAM Bandarmasih 2 (dua) tahun kedepan dalam meningkatkan kualitas dan

cakupan pelayanan bertumpu pada kemampuan yang dimiliki.

Profesional :

PDAM Bandarmasih, kedepan merencanakan pengelolaan sumber daya manusia

yang berjiwa kewirausahaan .

Terbaik :

PDAM Bandarmasih, mampu memberikan pelayanan prima melalui

pendistribusian air minum kepada konsumen selama 24 jam/hari secara

berkesinambungan sepanjang tahun.

• Misi

Untuk dapat merealisasikan visi tersebut disusun misi sebagai berikut :

• PDAM Bandarmasih Full Cost Recovery

• Karyawan profesional dan sejahtera

9
• Standarisasi kualitas pelayanan

• Memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah

2.4 Program Kerja & Kegiatan

A. Bidang Teknik

a. Optimalisasi sistem produksi dan distribusi , yaitu :

• Penurunan Kehilangan Air, melalui kegiatan : rehabilitasi jaringan pipa

lama/rusak/bocor serta penggantian atau memperbaiki water meter

pelanggan sebanyak 30.000 unit, yang direncanakan pertahun 6.000 buah.

• Optimalisasi IPA Pramuka dari 500 lt/dt menjadi 700 lt/dt.

• Optimalisasi IPA Yani dari 526 lt/dt menjadi 726 lt/dt melalui perbaikan

pulsator, peralatan bangunan dan media filter serta sistem pembubuhan

bahan kimia.

• Rehabilitasi intake S. Bilu dari 520 lt/dt menjadi 660lt/dt.

• Pengadaan pompa intake S. Tabuk, S. Bilu dan IPA Yani.

• Pengadaan Genset S.Tabuk & S.Parman 850 + 500 KvA

• Relokasi jaringan pipa distribusi primer jembatan Dewi 400 mm-630 mm

sepanjang 600 meter

• Optimalisasi penerapan sistem blok dan pemetaan pelanggan ke dalam

GIS.

• Meningkatkan penertiban pencurian air oleh pelanggan dan masyarakat.

b. Pengembangan sistem produksi dan distribusi, yaitu :

• Pembangunan intake S.Tabuk kapasitas 500 lt/dt berikut peralatan

pendukung.

• Pemasangan pipa transmsi air baku 630 mm dengan panjang 7 km dari

intake S. Tabuk ke intake Pematang Panjang.

10
• Pemasangan jaringan pipa distribusi primer IPA Pramuka-Basirih 500 mm

sepanjang 8 km.

• Pemasangan jaringan pipa distribusi primer IPA Pramuka- Sultan Adam

500 mm sepanjang 7 km.

• Pembangunan reservoir Basirih & Sultan Adam kapasitas 2.500 m 3,

booster pump dan bangunan pelengkap.

• Pengadaan dan pemasangan jaringan pipa distribusi dalam kota 50-300

mm sepanjang 8 km.

• Penambahan jumlah sambungan 29.170 unit.

B. Bidang Pelayanan Pelanggan

a. Optimalisasi sistem pelayanan, yaitu :

• Standarisasi kualitas pelayanan

• Penyempurnaan sistem informasi manajemen

• Survey kepuasan pelanggan

• Rekalsifikasi pelanggan dan blok sistem

• Sosialisasi program PDAM & penyesuaian tarif

• Optimalisasi customer service

b. Pengembangan sistem pelayanan, yaitu :

• Pengembangan cakupan pelayanan

• Pelayanan pelanggan pada kantor-kantor bantu

• Pengembangan SKP langsung pada unit-unit pelayanan

C. Bidang Keuangan

a. Meningkatkan Pendapatan

• Penambahan sambungan

• Penyesuaian tarif

11
• Meningkatkan efisiensi penagihan

b. Efisiensi Biaya

• Pengendalian biaya

• Penetapan skala prioritas investasi dari pertimbangan biaya, pendapatan

dan sumber dana

c. Hutang jangka panjang dan manajemen

• Strukturisasi hutang pinjanman

• Pembenahan laporan keuangan dan teknik

D. Bidang Organisasi dan Manajemen

a. Tata laksana keorganisasian :

• Sosialisasi Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan PDAM.

• Penyempurnaan dan sosialisasi struktur organisasi baru, tata tertib, sistem

prosedur kerja, job description berbasis fungsi-fungsi manajemen modern.

• Penyempurnaan laporan ketatausahaan

• Evaluasi kinerja PDAM 5 tahun pertama

F. Bidang Personalia & Sumber Daya Manusia

• Evaluasi & penyempurnaan metode penilaian prestasi kerja

• Sosialisasi penjenjang karieran PDAM Bandarmasih

• Sosialisasi peraturan pemeliharaan tenaga kerja, seperti gaji, insentif,

bonus, tunjangan dll

• Meningkatkan kerja sama dengan institusi terkait dalam pengembangan

SDM.

• Menyempurnakan fomulasi yang proposional untuk promosi dan mutasi

pegawai (sistem jenjang karier pegawai)

12
• Penyempurnaan formula rekruitmen pegawai baru dengan pertimbangan

kebutuhan dan biaya perusahaan.

G. Bidang Pengembangan Hukum

• Melakukan evaluasi dan penyempurnaan sistem kerja sama antara PDAM

dengan pihak lain atau Rekanan

• Sosialisasi peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan PDAM,

seperti PP No.16 tahun 2005 tentang BPPSPAM.

• Melakukan upaya antisipasi pemberlakukan UU No. 8 tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen

• Membuat pola pengembangan wilayah melalui kerja sama operasional

antar daerah

• Melakukan studi atas rencana perubahan status hukum PDAM

Bandarmasih dari BUMD menjadi PT

• Melakukan studi terhadap Peraturan Daerah PDAM berikut

• Penyempurnaannya yang berkaitan dengan tatalaksana organisasi

perusahaan.

2.5 Strategi & Sasaran Utama

A. Sasaran :

Berdasarkan visi dan misi diatas sasaran utama yang akan dicapai adalah

peningkatan kinerja PDAM, yaitu :

1. Pengembangan Pelayanan

Cakupan pelayanan tahun 2011 sebesar 98 % dari total jumlah penduduk

kota Banjarmasin sebanyak 686.450 jiwa dengan jumlah pelanggan sebanyak

120.703 sambungan serta pelayanan berwawasan regional.

2. Full Cost Recovery

13
Rasio antara pendapatan dibagi biaya melebihi 100 %, termasuk di

dalamnya PDAM dapat membayar tanggung jawab hutang serta dapat

memperbaiki atau mengganti peralatan– peralatan sistem produksi dan distribusi.

3. Pelayanan Prima

Seluruh wilayah kota Banjarmasin terlayani PDAM dengan kualitas air

minum (17 zona air minum tahun 2011), kontinuitas pengaliran selama 24 jam

sepanjang tahun serta layanan pelanggan yang cepat, tepat, mudah dan

bersahabat.

B. Strategi

• Optimalisasi sistem produksi dan distribusi.

• Peningkatan kualitas pelayanan

• Pengembangan sumber daya manusia

• Peningkatan pendapatan perusahaan

C. Kebijakan

• Peningkatan cakupan pelayanan dan jumlah pelanggan

• Sharing PDAM dengan Pemerintah pusat, Propinsi dan Kota dalam

Optimalisasi infrastruktur sistem penambahan air baku.

• Upaya restrukturisasi hutang dengan Departemen Keuangan

• Peningkatan kualitas sumber daya manusia

• Efesiensi dan efektivitas dilingkungan kerja.

2.6 Unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) I

Instalasi pengolahan air (IPA) di jalan A. Yani km.2 Banjarmasin

dengan kapasitas 560 lt/det, menetapkan Sungai Bilu dan sebagian dari

Sungai Tabuk sebagai sumber air baku. Secara khusus proses pengolahan air

bersih di IPA 1 A. Yani yaitu sebagai berikut:

14
Kapur / GAS
Soda Ash KHLOR Kapur / Soda Ash

PAC
LIQUID Kaporit
BANGUNAN Rerservoir
PULSATOR
Ke
Pelanggan

FLASH MIXING / Booster


Intake BAK PENERJUNAN Lumpur Filter Pump

Bak Penampung
Lumpur

Diagram Pengolahan IPA 1 A. Yani


Gambar 2. Skema Instalasi Pengolahan Air Pada IPA 1 A. Yani

Air di ambil dari sumber air baku (intake), air tersebut kemudian

di alirkan melalui pipa menuju bak penerjunan sambil di tambahkan PAC

lalu di tampung dalam bak penerjunan. Fungsi PAC itu sendiri adalah

sebagai koagulan agar terbentuk flok-flok. Flok-flok tersebut menggumpal dan

mengendap ke dasar wadah.

Di dalam bak penerjunan terjadi sistem pengadukan cepat dan

ditambahkan bubuhan kapur /soda Ash dan gas khlor yang berfungsi sebagai

koagulan dan desinfektan. Air yang telah melewati bak penerjunan kemudian

dialirkan menuju pulsator. Di dalam pulsator terjadi proses pemisahan air

dengan lumpur yang menghasilkan air bersih dari lumpur. Air yang bersih

yang telah lepas dari parikel lumpur tadi, kemudian dilanjutkan ke treatment

selanjutnya yaitu pemisahan dengan mengunakan media filter. Filter yang

digunakan yaitu pasir kuarsa, karena pasir kuarsa memiliki partikel yang lebih

besar. Air yang telah melalui treatment filter tersebut kemudian menghasilkan

air yang lebih bersih lagi dari lumpur. Sama hanya dengan pulsator, lumpur

yang tersisa dari kedua treatment tersebut kemudian dialirkan ke dalam bak

penampungan.

15
Air yang telah melalui beberapa langkah tersebut kemudian di

alirkan kembali menuju rersevoir. Reservoir itu sendiri adalah sebagai

penampungan air sebelum didistribusikan kepada pelanggan PDAM Bandarmasih.

tetapi sebelum menuju reservoir air tersebut di bubuhi kaporit dan soda abu,

Kemudian air ini didistribusikan kepada pelanggan PDAM Bandarmasih dengan

bantuan booster pump.

Gambar 3. Sistem Distribusi IPA 1 A. Yani (Sumber : PDAM Bandarmasih)

16
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tinjauan Air Secara Umum

Makhluk di dunia ini tanpa terkecuali sangat menggantungkan

hidupnya pada air. Untuk manusia, air selain sebagai konsumsi makan dan

minum juga diandalkan untuk keperluan pertanian, industri dan lain-lain

(Sutrisno, 2004). Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat

hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber

daya air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta

makhluk hidup yang lain. Dalam pengamatan dan pelestarian sumber daya air

harus terus diperhatikan segenap pengguna air termasuk juga oleh pemerintah

baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sehingga pemanfaatan air

untuk berbagai kepentingan harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, dengan

memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang

(Effendi, 2003).

Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi permasalahan

kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat

dan juga permasalahan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin

menurun dari tahun ke tahun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain

berdampak negatif terhadap sumber daya air, termasuk penurunan kualitas air.

17
Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi mahluk

hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan

pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003)

Dengan peradaban serta semakin bertambahnya jumlah penduduk di

dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang mau

tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air yang pada hakikatnya

dibutuhkan. Padahal beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhi

kebutuhan akan air (khususnya air minum) cukup mengambil dari sumber –

sumber air yang ada di dekatnya dengan menggunakan peralatan yang

sangat sederhana. Namun sekarang ini, khususnya di kota yang sudah

langka akan sumber air minum yang bersih tidak mungkin mempergunakan

cara demikian. Di mana-mana air sudah tercemar, dan ini berarti harus

mempergunakan suatu peralatan yang modern untuk mendapatkan air minum

agar terbebas dari berbagai penyakit (Sutrisno, 2004).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Perkantoran dan Industri terdapat pengertian mengenai air bersih, yaitu air yang

dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan

kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan dapat diminum apabila dimasak.

Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi

mahluk hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga

lainnya. Air yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak

mengandung bahan beracun. Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai air

baku air minum jumlahnya makin lama makin berkurang sebagai akibat ulah

18
manusia sendiri baik sengaja maupun tidak disengaja. Kebutuhan air yang paling

utama bagi manusia adalah air minum. Menurut ilmu kesehatan setiap orang

memerlukan air minum hidup 2-3 minggu tanpa makan tetapi hanya dapat

bertahan 2-3 hari tanpa air minum (Suripin, 2002).

Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat

kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat

tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan

kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu

diketahui kualitas air yang bisa digunakan untuk kebutuhan manusia tanpa

menyebabkan akibat buruk dari penggunaan air tersebut. Kebutuhan air bagi

manusia harus terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitasnya agar manusia

mampu hidup dan menjalankan segala kegiatan dalam kehidupannya.

3.2 Sumber Air

Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu

sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem

penyediaan air bersih tidak akan berfungsi (Sutrisno, 2004). Pada prinsipnya,

jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan

siklus hidrologi. Untuk lebih jelasnya digambarkan sebagai berikut:

19
Gambar 4. Siklus Hidrologi (Suyono, 1993)

Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air

minum menurut Suyono (1993) sebagai berikut :

1. Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam

NaCl dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat

untuk diminum.

2. Air Atmosfer

Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu

menampung air hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotora.

Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur

maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi

atau karatan. Juga air ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap

pemakaian sabun.

3. Air Permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya

air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,

20
misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota

dan sebagainya.

4. Air tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah di dalam zona

jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.

Air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal,

terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah

dangkal ini pada kedalaman 15,0 m2 sebagai sumur air minum, air dangkal ini

ditinjau dari segi kualitas agar baik, segi kuantitas kurang cukup dan tergantung

pada musim. Air tanah dalam, terdapat setelah lapis rapat air yang pertama.

Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal karena harus

digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamannya sehingga dalam suatu

kedalaman biasanya antara 100-300 m2.

5. Mata air

Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam

hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan

air dalam tanah.

3.3 Persyaratan Kualitas Air

Secara langsung atau tidak langsung pencemaran akan berpengaruh

terhadap kualitas air. Sesuai dengan dasar pertimbangan penetapan kualitas air

minum, usaha pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh manusia sebagai air

minum berpedoman pada standar kualitas air terutama dalam penilaian terhadap

produk air minum yang dihasilkannya, maupun dalam merencanakan sistem dan

proses yang akan dilakukan terhadap sumber daya air (Suparmin, 2000).

21
Kualitas air tanah dipengaruhi beberapa hal antara lain iklim, litologi,

waktu dan aktivitas manusia. Seperti diuraikan sebagai berikut:

a. Iklim meliputi curah hujan dan temperatur. Perubahan temperatur

berpengaruh terhadap pelarutan gas. Semakin rendah temperatur maka gas

yang tertinggal sebagai larutan semakin banyak. Curah hujan yang jatuh ke

permukaan tanah akan melarutkan unsur-unsur kimia antara lain, oksigen,

karbon dioksida, nitrogen, dan unsur lainnya.

b. Litologi yaitu jenis tanah dan batuan dimana air akan melarutkan unsur-unsur

padat dalam batuan tersebut.

c. Waktu yaitu semakin lama air tanah itu tinggal disuatu tempat akan semakin

banyak unsur yang terlarut.

d. Aktivitas manusia yaitu kepadatan penduduk berpengaruh negatif terhadap air

tanah apabila kegiatannya tidak memperhatikan lingkungan seperti

pembuangan sampah dan kotoran manusia (Suparmin, 2000).

Kualitas air yang baik adalah :

a. Secara fisik

1) Rasa

Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa. Rasa dapat ditimbulkan

karena adanya zat organik atau bakteri/unsur lain yang masuk ke badan air.

2) Bau

Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau, karena bau ini dapat

ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti bakteri serta kemungkinan

akibat tidak langsung dari pencemaran lingkungan, terutama sistem sanitasi.

3) Suhu

22
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan

aktivitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu

perairan secara alamiah biasanya disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi

di sekitar sumber air tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari

yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau tidak

langsung.

4) Kekeruhan

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan–bahan organik dan

anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili warna. Dari segi estetika kekeruhan air

dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan

warna air tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air (Sutrisno,

2004).

5) Warna

Banyak air permukaan khususnya yang berasal dari daerah rawa-rawa,

seringkali berwarna sehingga tidak dapat diterima oleh masyarakat baik untuk

keperluan rumah tangga maupun keperluan industri, tanpa dilakukannya

pengolahan untuk menghilangkan warna tersebut. Bahan-bahan yang

menimbulkan warna tersebut dihasilkan dari kontak antara air dengan reruntuhan

organis seperti daun, batang, dan kayu, yang semuanya dalam berbagai tingkat-

tingkat pembusukkan. Warna terdiri dari :

1. Warna sejati, yaitu warna yang disebabkan oleh zat humat (asam humus dan

asam fluvik) yang termasuk zat organik alami (sejati), dengan ciri khas

(spesifik) adalah warna kuning sampai coklat, tetapi air bening (tidak

keruh).

23
2. Warna semu adalah warna yang disebabkan oleh partikel-partikel penyebab

kekeruhan seperti tanah, lumpur, dll. Serta partikel-partikel besi dan

mangan, serta mikroorganisme termasuk alga atau lumut (Anonim1, 2003).

Warna di gunakan sebagai salah satu standar persyaratan kualitas air

minum antara lain karena :

1. Air yang berwarna dalam tingkatan tertentu akan mengurangi segi estetika

dan tidak diterima oleh masyarakat.

2. Tidak diterimanya air minum yang berasal dari penyediaan air minum,

akan menimbulkan kekhawatiran bahwa masyarakat akan mencari sumber

lain.

3. Dengan ditetapkannya standar warna sebagai salah satu persyaratakan

kualitas air, maka diharapkan bahwa semua air minum yang diberikan

kepada masyarakat akan dapat langsung diterima oleh masyarakat

(Sutrisno, 2004).

6) TDS atau Jumlah Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solids)

Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan

garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah.

Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan

pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut

ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah,

jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran (Yusuf, 2010).

Zat padat selalu terdapat dalam air dan kalau terlalu banyak tidak baik

untuk air minum, banyaknya zat padat yang disyaratkan untuk air minum adalah

kurang dari 500 mg/l. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada

penyimpangan kualitas air minum dalam hal total zat padat terlarut ini yaitu

24
bahwa air akan memberikan rasa tidak enak pada lidah dan rasa mual (Sutrisno,

2004).

b. Secara kimia

Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat

beracun.

1) pH (derajat keasaman)

pH penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada

umumnya disebabkan gas oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida.

Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpangan standar kualitas

air minum dalam hal pH adalah apabila pH lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar

dari 9,2 akan menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang

sangat mengganggu kesehatan.

2) Kesadahan

Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan

nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan kalsium dan

magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga

mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat

(permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, khlorida dan nitrat dari

magnesium dan kalsium disamping besi dan alumunium. Konsentrasi kalsium

dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit

tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat

menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil

25
magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam

jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.

3) Besi

Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan

menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan

yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil

pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas

maksimal yang terkandung di dalam air adalah 1,0 mg/l.

4) Aluminium

Batas maksimal yang terkandung di dalam air menurut Peraturan Menteri

Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium

menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.

5) Zat organik

Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara

makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di

perairan.

6) Sulfat

Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak

air yang keras pada alat merebus air (panci ketel), selain itu mengakibatkan bau

dan korosi pada pipa. Kandungan sulfat sering dihubungkan dengan penanganan

dan pengolahan air bekas.

7) Nitrat dan nitrit

26
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman.

Nitrat bersumber baik dari NO2 di atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang

digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah

Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi nitrit yang

dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk

methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen di dalam tubuh.

8) Khlorida

Khrlorida pada air harus dalam konsentrasi yang layak dan tidak

berbahaya bagi manusia. Khlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk

desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat

menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air.

9) Zink atau Zn

Batas maksimal zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l.

Penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepat, dan

rasa mual. Dalam jumlah kecil, zink merupakan unsur yang penting untuk

metabolisme, karena kekurangan zink dapat menyebabkan hambatan pada

pertumbuhan anak (Sutrisno, 2004).

c. Secara Biologis

1) Coliform

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen)

melebihi batas–batas yang telah ditentukan yaitu 0 coli per 100 ml air (Sutrisno,

2004). Bakteri yang sering dijadikan sebagai indikator tercemarnya suatu air

adalah bakteri golongan coliform. Coliform sendiri merupakan kelompok bakteri

gram negatif berbentuk batang yang pada umumnya menghasilkan gas jika

ditumbuhkan dalam medium laktosa. Total coli diartikan sebagai kumpulan dari

27
beberapa jenis bakteri, dalam hal ini coliform. Total coli yang terdeteksi pada air

minum kemungkinan sumber pencemarnya berasal dari lingkungan (misalnya

tanah atau vegetasi) yang umumnya tidak berbahaya. Beberapa jenis yang

tergolong dalam total coli adalah Pseudomonas spp., Vibrio spp., dan

Aeromonas spp. (Lim, 1998).

Salah satu anggota kelompok coliform adalah E coli. E coli adalah

bakteri coliform yang ada pada kotoran manusia & hewan, maka E coli sering

disebut sebagai coliform fecal. Pengujian coliform jauh lebih cepat jika

dibandingkan dengan uji E. coli, karena hanya memerlukan uji penduga yang

merupakan tahap pertama uji E. coli (Penn, 1991). Selain itu, karena bakteri ini

adalah bakteri komensal pada usus manusia, umumnya bukan patogen penyebab

penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relatif tahan hidup di

air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang notabene bukan

merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri.

Menurut Yalun (2008), secara morfologi E. coli merupakan

mikroorganisme berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 µ x 0,4 sampai

0,7 µ, gram-negatif, tak bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora. Bakteri ini

umumnya hidup pada rentang suhu 20-45o dengan suhu optimum pada 37oC.

3.4 Proses Pengolahan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih meliputi beberapa komponen pokok antara

lain: unit sumber baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, dan unit

distribusi.

(1) Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang

mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air

28
tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang

diperlukan.

(2) Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi

kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan

bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan

akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia.

(3) Unit transmisi dan unit distribusi adalah salah satu dari sistem penyediaan air

bersih yang menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak

didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran

gravitasi atau pompanisasi.

(4) Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air

menjadi air bersih (Sutrisno, 2004).

3.5 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


492/MENKES/PER/IV/2010

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010 merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah, Menteri Kesehatan, sebagai sarana untuk mengontrol kualitas air

bersih yang diterima oleh masyarakat yang didistribusikan oleh badan pengolahan

air. Peraturan ini dibuat dengan menimbang bahwa agar air minum yang

dikonsumsi oleh masyarakat tidak menimbulkan gangguan kesehatan, sehingga

perlu ditetapkan persyaratan kesehatan kualitas air minum. Selain itu, peraturan

ini dibuat sebagai revisi dari peraturan sebelumnya yaitu Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan

pengawasan air minum yang dipandang tidak memadai lagi dalam rangka

pengawasan kualitas air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan. Dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

29
492/MENKES/PER/IV/2010 dimuat 2 parameter utama yaitu parameter wajib dan

parameter tambahan. Pada parameter wajib meliputi parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan (parameter bakteriologi dan parameter kimia an-

organik) dan parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan (fisik

dan kimia). Sedangkan pada parameter tambahan meliputi parameter kimiawi

(bahan organik, bahan anorganik, pestisida, serta desinfektan dan hasil

sampingannya) dan parameter radioaktifitas (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Minum Berdasarkan Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
No. Jenis Parameter Kadar maksimum yang
diperbolehkan
1. Fisik
• Warna ≤15 Pt-Co
• Kekeruhan ≤5 NTU
• Suhu Suhu Udara ±3oC
2. Kimia
• Sisa Klor ≥0,2 mg/L
3. Bakteriologi
• E.coli 0 per 100 mL sampel
• Total coli 0 per 100 mL sampel
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).

30
BAB IV

METODE KERJA

4.1 Waktu dan Tempat

Kerja praktik ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu dari tanggal 24 Januari

2011 sampai dengan 24 Februari 2011, bertempat di Laboratorium Instalasi

Pengolahan Air (IPA) I Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih.

4.2 Bentuk Kerja Praktik

Bentuk kerja praktik yang dilakukan di Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Bandarmasih ini adalah magang yang dilakukan selama 1 bulan,

bertempat di laboratorium Instalasi Pengolahan Air (IPA) 1. Selama kerja praktik,

mahasiswa diberikan pengarahan dan bimbingan oleh para analis mengenai cara-

cara dan tahapan dalam pemeriksaan kualitas air bersih khususnya dari pelanggan

yang berdomisili di wilayah Banjarmasin Barat dan Banjarmasin Utara yang

didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Pemeriksaan sampel air berdasarkan 3 parameter yaitu kimia & fisik (sisa klor,

besi, pH, warna, dan kekeruhan) serta bakteriologi. Untuk pemeriksaan

bakteriologi, sampel air pelanggan diambil secara khusus karena memerlukan

beberapa perlakuan agar sampel air yang diterima tidak tercemar bakteri pada saat

sampling. Kerja praktik yang dilakukan mahasiswa memberikan gambaran

mengenai dunia kerja yang sesungguhnya, dimana tidak cukup dengan pendidikan

akademik saja, tetapi juga keterampilan dan latihan yang terus menerus yang

diperlukan dalam menghadapi suatu pekerjaan.

4.3 Alat dan Bahan

31
Peralatan yang digunakan antara lain botol sampel, tissue, turbidimeter

2100P, komparator, disc seri DPD (Diethyl-P-Phenylene Diamine) no. 1,

spectophotometer, botol turbidimeter, gelas spectophotometer, termometer, botol

sampling bakteriologi, korek api, penjepit, kapas, lampu bunsen, tabung reaksi

dan tabung durham.

Bahan-bahan yang digunakan antara lain sampel air pelanggan zona

Banjarmasin Barat dan Utara, aquadest, reagen DPD (Diethyl-P-Phenylene

Diamine) no. 1, reagen readycult, alkohol 70%, media Lactose Broth Double

Strength, media Lactose Broth Single Strength, E. coli Broth dan media Brilliant

Green Lactose Broth (BGLBB).

4.4 Prosedur Kerja

4.4.1 Pengambilan Sampel Pelanggan

Air sampel pelanggan yang diambil adalah dari wilayah Banjarmasin Barat

dan Banjarmasin Utara. Banyaknya sampel yang diambil dalam satu periode telah

disesuaikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor :

736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air

Minum. Jumlah sampel dan frekuensi pengujian sampel air minum minimal

ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani pada jaringan distribusi

penyedia air minum. Untuk PDAM Bandarmasih, 1 sampel yang diambil harus

mewakili 10.000 jiwa, sehingga didapatkan perbandingan 1:10.000. Peraturan

tersebut juga menyebutkan bahwa penetapan lokasi titik pengambilan sampel

harus menyebar dan mewakili kualitas air dari penyedia air minum. Sampel yang

diamati pada periode 26 Januari 2011 s/d 25 Februari 2011 adalah sebanyak 26

sampel yang terdiri dari 2 zona yaitu zona 1 (Banjarmasin Barat) dan zona 4

(Banjarmasin Utara).

32
Pengambilan sampel pelanggan dilakukan dengan cara disiapkan botol

yang akan digunakan untuk mengambil sampel ke pelanggan. Buka kran di

pelanggan yang langsung dari pipa dan biarkan air mengalir beberapa saat. Ambil

sampel sampai memenuhi botol sampel. Sampel dibawa ke Laboratorium dan

diawetkan sesuai kebutuhan kemudian sampel siap untuk di analisa.

4.4.2 Pemeriksaan Warna (Spectophotometer)

Pemeriksaan warna dilakukan dengan menggunakan alat

Spectophotometer. Tekan tombol on untuk menghidupkan spectophotometer

kemudian tekan angka 120 untuk program pemeriksaan warna, atur panjang

gelombang 455 nm. Dalam 2 (dua) buah gelas spectro masukkan 25 mL aquadest

ke gelas pertama (sebagai blanko) dan 25 mL sampel ke dalam gelas kedua.

Sebelum memasukkan gelas pertama dan kedua pastikan gelas benar-benar bersih

dari air maupun bekas jari, karena hal tersebut dapat mempengaruhi

Spectophotometer dalam membaca warna pada sampel. Masukkan gelas pertama

(blanko) ke dalam spectro, tekan zero, kemudian keluarkan blanko tersebut dan

masukkan gelas yang berisi sampel ke dalam spectro, tekan read. Angka yang

tertera pada Spectophotometer merupakan hasil pemeriksaan warna.

4.4.3 Pemeriksaan Kekeruhan (Turbidimeter)

Pemeriksaan kekeruhan dilakukan dengan menyiapkan botol turbidimeter

dan alat turbidimeter. Dalam botol turbidimeter, tuangkan sampel sampai tanda

batas. Tekan power on sampai menunjukan angka 0,00 NTU. Sebelum

memasukkan botol pastikan botol benar-benar bersih dari air maupun bekas jari,

karena hal tersebut dapat mempengaruhi turbidimeter dalam membaca kekeruhan

pada sampel. Masukkan botol yang telah berisi sampel ke dalam turbidimeter,

tekan tombol read sampai menunjukan angka.

33
4.4.4 Pemeriksaan Suhu

Pemeriksaan suhu dilakukan dengan menyiapkan termometer. Termometer

dimasukan ke dalam botol sampel yang berisi air bersih pelanggan dan biarkan

sampai pengukuran konstan. Hasil pengukuran kemudian dicatat.

4.4.5 Pemeriksaan Sisa Klor

Pemeriksaan sisa klor menggunakan alat komparator dengan dish seri

DPD no. 1. Sampel sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Masukkan 1 tablet DPD no 1 kemudian kocok hingga terlarut sempurna. Letakkan

tabung reaksi pada alat kemudian bandingkan dengan warna air sampel dengan

warna yang terdapat pada cakram untuk mengetahui kadar sisa klor pada sampel.

Hasil pengukuran kemudian dicatat.

4.4.6 Pemeriksaan Bakeriologis

4.4.6.1 Pengambilan Sampel Bakteriologi

Pengambilan sampel bakteriologi didasarkan pada tinggi rendahnya sisa

klor pada air bersih pelanggan. Apabila sisa klor <2,0 mg/L, maka akan dilakukan

pengambilan sampel. Dalam pengambilan sampel air untuk uji bakteriologi,

pastikan tangan & botol sampel harus sesteril mungkin. Langkah pertama yang

dilakukan dalam uji bakteriologi adalah bersihkan mulut kran kemudian lepaskan

bila terdapat alat tambahan pada mulut kran. Biarkan air keluar ± 5 menit,

sebelum pengambilan sampel dilakukan. Tutup kran & bakar permukaan mulut

kran secara menyeluruh & buka lagi selama 1 menit. Tuangkan alkohol 70% pada

tangan dan usapkan secara menyeluruh pada tangan. Sebelum diisi dengan sampel

air, bakar mulut botol sampel secara merata dengan cara diputar. Ambil 100 mL

sampel dengan botol yang telah disiapkan secara hati-hati dan hindarkan dari

kontaminasi.

34
4.4.6.2 Test Awal Bakteriologi

Test awal ini pertama-tama siapkan reagen readycult. Selanjutnya

nyalakan 2 lampu bunsen, letakkan masing-masing pada jarak ±1 meter. Lakukan

sterilisasi pada mulut tabung baik pada tabung yang berisi sampel dan tabung

yang akan diisi sampel. Dengan posisi kedua tabung terletak diantara 2 lampu

bunsen, tuang sampel yang akan diperiksa sebanyak 100 mL pada tabung kosong.

Masukkan readycult secara perlahan. Sampel yang telah diberi readycult

selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Lihat perubahan warna

pada sampel. Apabila berwarna kuning maka negatif dan tidak perlu dilakukan tes

pendugaan/tes presumtif serta tes penegasan/tes confirmatif. Apabila berwarna

biru maka positif dan diteruskan dengan tes pendugaan/tes presumtif serta tes

penegasan/tes confirmatif.

4.4.6.3 Tes Pendugaan/Tes Presumtif

Tes pendugaan/tes presumtif dilakukan sebelum tes penegasan/tes

confirmed. Tujuannya adalah untuk memastikan apakah di dalam sampel terdapat

E.coli atau total coli. Pertama-tama masukkan/inokulasikan masing-masing 10 mL

sampel air ke dalam tabung 1a s/d 5a yang berisi media Lactose Broth Double

Strength dengan pipet steril. Masukkan/inokulasikan masing-masing 1 mL sampel

air ke dalam tabung 1b s/d 5b yang berisi Lactose Broth Single Strength dengan

pipet steril. Masukkan/inokulasikan masing-masing 0,1 mL sampel air ke dalam

tabung 1c s/d 5c yang berisi E. coli Broth dengan pipet steril. Tabung-tabung

dikocok perlahan agar sampel air menyebar rata ke seluruh bagian media.

Inkubasi semua tabung-tabung pada suhu 35oC selama 24-48 jam di dalam

incubator untuk analisa total coli dan 45oC unuk analisa E. coli. Amati masing-

masing tabung untuk melihat ada atau tidaknya gas di dalam tabung durham,

35
untuk memperjelas terlihatnya gas, kocoklah tabung secara perlahan, bila terlihat

gelembung halus maka tabung ini dianggap positif.

4.4.6.4 Tes Penegasan/Tes Confirmatif

Tes Penegasan/tes confirmatif merupakan lanjutan dari tes pendugaan/tes

presumtif. Apabila pada tes pendugaan/tes presumtif menunjukan hasil yang

positif maka akan dilanjutkan dengan tes penegasan/tes confirmatif. Dari tiap-tiap

tabung pada tes presumtif yang positif, dipindahkan 1-3 ose ke dalam tabung yang

berisi 10 mL BGLBB (untuk total coli) dan 10 mL yang berisi E. coli Broth

(untuk E.coli). Tabung-tabung BGLBB diinkubasi pada suhu 35oC dan tabung-

tabung E. coli Broth diinkubasi pada suhu 45oC selama 24-48 jam. Pembacaan

dilakukan setelah 24-48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLBB dan tabung

E. coli Broth yang menunjukan positif adanya gas, kemudian dicocokkan dengan

tabel MPN.

BAB V

PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK

5.1 Evaluasi Pelaksanaan Kerja Praktik

Kerja praktik yang dilakukan oleh mahasiswa di PDAM Bandarmasih

selama bulan Januari - Februari memberikan banyak pengalaman dan informasi

yang belum didapat dibangku perkuliahan. Mahasiswa mendapatkan gambaran

36
bagaimana lingkungan kerja serta interaksi di dalamnya. Selain itu mahasiswa

juga memperoleh keterampilan dalam analisis air. Kendala yang ditemui tidak

terlalu berarti karena adanya bantuan dan pengarahan dari para analis dari PDAM

Bandarmasih sendiri. Prosedur yang dalam analisis air adalah pengambilan

sampel pelanggan, pemeriksaan warna, pemeriksaan suhu, pemeriksaan

kekeruhan, pemeriksaan sisa klor serta pemeriksaan bakteriologi.

5.2 Hasil

Data hasil analisis kualitas air bersih pelanggan baik dari Zona 1 maupun

Zona 4 pada 26 Januari 2011 – 25 Februari 2011, disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Hasil Analisis Kualitas Air Bersih Pelanggan IPA 1 PDAM


Bandarmasih periode Januari-Februari 2011
HASIL ANALISA
Kimi
Bakteriologi Fisik a
N E. Total War Kekeru Sisa
o Tanggal No DS NAMA ALAMAT coli coli na han Suhu Klor
01/02/20 100006
1 11 76 DJALANI ABAS Jl. Bukit Raya No. 4 Rt. 58 0 0 6 1.72 28 0.40
02/02/20 100041
2 11 87 SYAIFUL ANWAR Jl. Belitung Darat gg. Abadi 0 0 21 5.13 28 0.05
03/02/20 100501
3 11 2 S.D LAM MANGKURAT Jl. Batu Besar 0 0 10 1.95 28 0.32
04/02/20 100888 Jl. Batu Benawa Gg. V No 12
4 11 2 M. SYAINI Rt. 75 0 0 4 1.51 28 0.27
05/02/20 100956 Jl. S. Parman Gg.H.Kaderi No
5 11 0 HAMSIAH 16 Rt.1 0 0 33 6.19 28 0.25
06/02/20 100963 Jl. S. Parman Gg. Kalimantan
6 11 0 YUSRAN I No. 24 Rt. 3 0 0 10 2.74 28 0.25
07/02/20 103151 Jl. Sulawesi Gg, Musyawarah
7 11 7 ASIAH No. 36 Rt. 12 0 0 16 2.93 28 0.25
02/02/20 100672 Jl.Cempaka XI/Kebun Sayur
8 11 2 KASMINI No. 28 0 0 9 0.98 28 0.02
02/02/20 101009
9 11 6 M. HIDAYAT Jl. Gunung sari No. 11 Rt.19 0 0 12 1.36 28 0.10
1 02/02/20 101362 Jl.Sutoyo S Gg. H.Basi No.
0 11 9 NURSI ALI 01-A Rt.5 0 0 10 1.19 28 0.22
1 02/02/20 101693
1 11 1 SYAIFUL ANWAR Jl. Kaca Piring VI No. 7 Rt.6 0 0 7 0.70 28 0.25
1 08/02/20 400049 Jl. H. Basri Komp Kayu tangi
2 11 6 RIDUAN WERNER, HAJI No. 27 Rt. 45 0 0 7 1.48 28 0.55
1 08/02/20 400129 HARI MUHAMMAD Perumnas, Jl. Tanjung VI Blol
3 11 5 NOOR II No 31 0 0 6 1.0 28 0.45
1 08/02/20 401701 Jl. AMD gg. Muhajirin No. 07
4 11 1 M. TAUFIK/UWI Rt. 08 0 0 22 2.92 28 0.15
1 08/02/20 401750 Jl. Pangeran Gg. Rahman No.
5 11 0 ASYIAH 38 Rt. 13 0 0 11 2.11 28 0.70
1 08/02/20 401769
6 11 2 M. FAUZI HUSNI Jl. Pangeran No. 106 Rt. 07 0 0 7 1.37 28 0.45
1 08/02/20 402414 Jl. Perdagangan komp HKSN
7 11 7 SAIFUDIN JUHRI permai 0 0 8 1.13 28 0.45
1 08/02/20 402749 Jl. Adhyaksa Kom.
8 11 6 M. SYARIF RIDHANI, ST Muhibbudin No. 24 Rt. 15 0 0 7 1.42 28 0.50
1 22/02/20 400180
9 11 9 ACIL Jl. Perumnas Blok IV No. 175 0 0 4 1.25 29 0.45
2 23/02/20 400715 DRS. H. NOOR Komp Mandiri Permai Rt. 34
0 11 6 RAHMAN No. 4 0 0 4 1.25 29 0.50

37
2 24/02/20 400886 Jl. Jahri Saleh Gg. Angsoka /ii
1 11 7 ABDULLAH KARIM /no. 59-A Rt. 3 0 0 4 0.85 29 0.55
2 25/02/20 401050 Jl. Sultan Adam Gg. Al Aman
2 11 0 DJAM'ANI. HM No. 61 Rt.26 0 0 1 1.16 29 0.45
2 26/02/20 401309 Jl. Kuin Utara Gg.H. Pasi No.
3 11 2 ABDUL HALIM 142C 0 0 6 2.38 29 0.35
2 27/02/20 401726 IWAN Jl. Sungai andai Komp
4 11 8 RISWADI/NOVIAR Pesona Bakti 0 0 2 1.29 29 0.01
2 28/02/20 402417 Jl. Malkon Temon No. 16 Rt.
5 11 7 NGADINO 19 0 0 2 1.03 29 0.45
2 01/03/20 402697 Jl. Panglima Batur Gg. Gusti
6 11 3 SITI NORBAYA Galuh No. 02A 0 0 4 1.40 29 0.55

Rata-Rata 0 0 8 1,86 28 0.34


0.0 14.8 11.5
Jumlah Sampel yang tidak sesuai standar Persyaratan Air Minum di Pelanggan (%) 0 0.00 1 7.69 0.00 3
suhu >0.2
*Persyaratan Air Minum PERMENKES RI NOMOR : 492/MENKES/PER/2010 Tanggal 19 0.0 udara 0
April 2010 0 0.00 ≤15 ≤5 ±3

Keterangan :

: Tidak memenuhi standar PERMENKES RI NOMOR :


492/MENKES/PER/2010 Tanggal 19 April 2010 tentang
Persyaratan Air Minum

Tabel 2. merupakan hasil analisis kualitas air bersih pelanggan IPA 1

PDAM Bandarmasih periode Januari-Februari 2011. Sampel yang dianalisis

berjumlah 26 sampel dengan parameter : kimia meliputi sisa klor, fisik meliputi

warna, kekeruhan dan suhu, serta bakteriologi meliputi jumlah E. coli dan total

coli. Hasil analisis bakteriologi untuk jumlah E.coli dan total coli adalah 0 dengan

presentase jumlah sampel yang tidak sesuai dengan standar persyaratan air minum

PERMENKES RI NOMOR : 492/MENKES/PER/2010 adalah 0,00%. Hasil

analisis warna berkisar antara 1-33 Pt-Co dengan rata-rata 8 Pt-Co dan presentase

jumlah sampel yang tidak sesuai standar persyaratan air minum PER MENKES

RI NOMOR : 492/MENKES/PER/2010 adalah 14,81%. Kekeruhan air berkisar

antara 1,00-5,53 NTU dengan rata-rata 2,36 NTU dan presentase jumlah sampel

yang tidak sesuai standar persyaratan air minum PERMENKES RI NOMOR :

492/MENKES/PER/2010 adalah 7,69%. Suhu berkisar antara 28oC-29oC dengan

rata-rata 28oC dan presentase jumlah sampel yang tidak sesuai standar persyaratan

air minum PERMENKES RI NOMOR : 492/MENKES/PER/2010 adalah 0,00%.

Sisa klor pada air berkisar antara 0,01-0,70 mg/L dengan rata-rata 0,34 mg/L dan

38
presentase jumlah sampel yang tidak sesuai standar persyaratan air minum

PERMENKES RI NOMOR : 492/MENKES/PER/2010 adalah 11,53%.

5.2 Pembahasan

5.3.1 Parameter Bakteriologi

Berdasarkan PERMENKES RI NOMOR : 492/MENKES/PER/IV/2010,

persyaratan yang harus dipenuhi oleh lembaga pengolahan air minum untuk

parameter bakteriologi menggunakan indikator coliform baik total coli maupun E.

coli adalah 0 per 100 ml air. Didasari hal tersebutlah maka PDAM Bandarmasih

harus melakukan analisis bakteriologi untuk memantau apakah air distribusi ke

pelanggan terdapat bakteri atau tidak. Ada 2 jenis indikator yang dicek yaitu

E.coli dan total coli (coliform).

Pengambilan sampel air untuk dianalisis bakteriologinya, didasarkan pada

kadar klor yang diukur dilapangan. Apabila sisa klor tinggi atau ≥0,20 mg/L,

maka sudah dapat dipastikan air tersebut negatif mengandung bakteri coli dan

tidak diambil sampel airnya untuk diteliti di laboratorium, sebaliknya apabila sisa

klor rendah atau <0,20 mg/L maka sampel air akan diambil untuk dianalisis.

Dilandasi hal tersebut, dari 26 sampel air yang diperiksa, hanya ada 5 sampel air

yang dibawa ke laboratorium untuk analisis mikrobiologi. Setelah dilakukan

pemeriksaan maka didapatkan hasil negatif pada ke 5 sampel air.

Negatifnya hasil pemeriksaan bakteriologi meskipun sisa klor pada air

rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kondisi teknis

saat pengambilan sampel dilapangan. Kondisi teknis yang dimaksud disini adalah

pada saat pengambilan sampel, bakteri sudah mati akibat pemanasan kran air yang

berlebihan. Pemanasan kran air pada dasarnya dilakukan agar sampel air yang

diambil tidak terkontaminasi bakteri yang bersifat kosmopolitan, namun apabila

39
dilakukan secara tidak teliti, hal tersebut dapat menyebabkan matinya bakteri pada

sampel.

Uji bakteriologi di PDAM Bandarmasih menggunakan reagen readycult.

Penggunaan reagen ini bertujuan untuk menghemat waktu dan tenaga dalam uji

bakteriologi. Reagen readycult cukup mudah untuk digunakan, hanya dengan

membubuhkan 1 bungkus readycult ke dalam sampel yang akan diperiksa

kemudian diinkubasi selama 24 jam, hasilnya bisa langsung diketahui. Apabila

sampel yang diinkubasi menunjukan perubahan warna menjadi berwarna hijau

maka sampel tersebut positif mengandung bakteri jenis coli, namun apabila

menunjukan perubahan warna menjadi warna kuning maka sampel tersebut

negatif mengandung bakteri coli.

Penghitungan bakteri dengan metode Jumlah Perkiraan Terdekat (Most

Probable Number) didasarkan dari hasil inkubasi sampel air tersebut. Apabila

hasil sampel positif maka harus diteruskan melalui uji penduga/presumtif test

serta test penegasan/confirmatif test, sebaliknya apabila negatif maka uji

selanjutnya tidak perlu untuk dilakukan. Negatifnya semua sampel bakteriologis

dari air bersih pelanggan menyebabkan analisis tidak sampai pada test pendugaan

maupun tes konfimatif.

5.3.2 Parameter Fisik

• Warna

Standar warna air untuk air bersih yang didisribusikan oleh pengolahan

air minum ke pelanggan berdasarkan PERMENKES RI NOMOR :

492/MENKES/PER/IV/2010 adalah ≤15 Pt-Co (kurang dari atau sama dengan 15

Pt-Co). Hasil pengamatan menunjukan warna air dari 26 sampel pelanggan

berkisar antara 1-33 Pt-Co dengan rata-rata 8 Pt-Co dan presentase jumlah sampel

40
yang tidak sesuai standar adalah 14,81%. Dari hasil rata-rata tersebut diketahui

bahwa warna air masih memenuhi standar persyaratan air minum. Meskipun

demikian, ada beberapa sampel yang melampaui kadar maksimum yang

diperbolehkan, yaitu pada sampel dengan no. DS 1004187 dengan warna air 21

Pt-Co, no. DS 1009560 dengan warna air 33 Pt-Co, no. DS 1031517 dengan

warna 16 Pt-Co, serta no. DS 4017011 dengan warna 22 Pt-Co.

Tingginya warna pada air menurut Sutrisno (2004) dapat dikarenakan

adanya pencemar. Pencemar disini merupakan partikel-partikel penyebab

kekeruhan seperti tanah, lumpur, serta partikel-partikel besi dan mangan, serta

mikroorganisme termasuk alga atau lumut. Kekeruhan memiliki pengaruh dalam

tinggi rendahnya warna, karena kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan

hadirnya pencemar dan warna air tergantung pada pencemar yang memasuki

badan air.

• Kekeruhan

Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak

partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur

dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat,

lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel yang

tersuspensi lainnya. Kekeruhan merupakan sifat dari air yang tidak

membahayakan, tetapi mengganggu dari segi estetika (Sutrisno, 2004). Kekeruhan

yang tinggi dapat menyebabkan terhambatnya proses desinfeksi.

Standar kekeruhan untuk air minum yang didistribusikan oleh pengolahan

air minum ke pelanggan berdasarkan PERMENKES RI NOMOR :

41
492/MENKES/PER/IV/2010 adalah ≤5 NTU (kurang dari atau sama dengan 5

NTU). Dari hasil pengamatan menunjukan kekeruhan air dari 26 sampel

pelanggan berkisar antara 1,00-5,53 NTU dengan rata-rata 2,36 NTU dan

presentase jumlah sampel yang tidak sesuai standar adalah 7,69%. Dari hasil rata-

rata tersebut diketahui bahwa kekeruhan air masih memenuhi standar persyaratan

kualitas air minum. Meskipun demikian, ada beberapa sampel yang melampaui

kadar maksimum yang diperbolehkan, yaitu pada sampel dengan no. DS

1004187 dengan kekeruhan 5,13 NTU dan sampel dengan no. DS 1009560

dengan kekeruhahan 6,19 NTU.

Menurut Sutrisno (2004), kekeruhan pada air dapat disebabkan karena

adanya bahan–bahan organik dan anorganik yang terdapat pada air. Salah satu

faktor masih terdapatnya bahan-bahan penyebab kekeruhan pada air distribusi ini

adalah tidak maksimalnya proses filtrasi. Filtrasi merupakan proses penyaringan

air yang dilakukan pada bak pulsator serta bak filter yang bertujuan untuk

memisahkan air dengan partikel-partikel penyebab kekeruhan. Selain itu,

kekeruhan pada air, oleh PDAM Bandarmasih juga dijadikan indikator

pengkaratan pipa distribusi air ke pelanggan.

• Suhu

Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan

aktivitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi. Menurut

Sutrisno (2004), suhu pada air perlu diperhatikan karena pada suhu yang tinggi zat

beracun sangat aktif sehingga berbahaya untuk dikonsumsi. Kenaikan temperatur

air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang

terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik

yang mungkin saja terjadi.

42
Standar suhu air berdasarkan PERMENKES RI NOMOR :

492/MENKES/PER/IV/2010 adalah suhu udara ± 3oC. Dari hasil pengamatan,

dari 26 sampel air, suhu air berkisar dari 28-29oC dengan rata-rata 28oC dan

presentase jumlah sampel yang tidak sesuai standar adalah 0,00%. Hasil ini

menunjukan bahwa suhu air pada sampel air bersih pelanggan masih memenuhi

standar persyaratan kualitas air minum.

5.3.3 Parameter Kimia

• Sisa Klor

Sisa klor pada air bersih pelanggan yang didistribusikan PDAM

Bandarmasih berasal dari klorin yang diberikan pada air untuk desinfektan.

Desinfektan digunakan untuk membunuh bakteri patogen atau mikroorganisme

berbahaya pada air. Klorin dapat ditambahkan secara langsung ke dalam air

sebagai gas klorin atau tidak langsung sebagai larutan sodium hypoklorit atau

yang lebih dikenal dengan sebutan kaporit.

Pemeriksaan sisa klor dilakukan pada saat sampling dengan menggunakan

alat komparator serta disc seri DPD no 1 dan reagen DPD no. 1. Pemeriksaan

dilapangan bertujuan untuk mengefesiensi pengambilan sampel bakteriologis.

Apabila pemeriksaan sisa klor dilapangan menunjukan sisa klor ≥0,2 mg/L maka

pengambilan sampel bakteriologi tidak dilakukan.

Standar sisa klor pada air berdasarkan PERMENKES RI NOMOR :

492/MENKES/PER/IV/2010 adalah ≥0,2 mg/l (kurang dari atau sama dengan 0,2

mg/L). Apabila kurang dari 0,2 mg/L maka dikhawatirkan klorin tidak mampu

membunuh mikroorganisme dalam air dan menyebabkan air tidak layak

konsumsi. Hasil pengamatan untuk analisis sisa klor dari 26 sampel pelanggan

berkisar antara 0,01-0,70 mg/L dengan rata-rata 0,34 mg/L dan presentase jumlah

43
sampel yang tidak sesuai standar adalah 11,53%. Dari rata-rata tersebut dapat

diketahui bahwa sisa klor pada air pelanggan masih memenuhi standar

persyaratan kualitas air minum. Meskipun demikian, ada 5 sampel pelanggan

yang sisa klornya dibawah standar, yaitu no. DS 1004187 dengan sisa klor sebesar

0,05 mg/L, no. DS 1006722 dengan sisa klor sebesar 0,02 mg/L, no. DS 1010096

dengan sisa klor sebesar 0,10 mg/L, no. DS 4017011 dengan sisa klor sebesar

0,15 mg/L dan no. DS 4017268 dengan sisa klor 0,01 mg/L.

Kadar sisa klor pada beberapa sampel air pelanggan yang tidak memenuhi

standar dapat terjadi akibat beberapa faktor. Menurut hasil laporan bagian

produksi PDAM Bandarmasih pada Februari-Maret 2011, rendahnya sisa klor

pada air dapat disebabkan karena kondisi tabung gas klor hampir habis dan injeksi

kaporit kurang lancar karena pompa yang mengalirkan kaporit macet/buntu.

Kedua hal ini dapat menyebabkan injeksi gas klor tidak maksimal.

44
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari kerja praktik ini antara lain :

1. Sampel air bersih pelanggan yang diambil untuk analisis kualitas air bersih

pelanggan adalah sebanyak 26 sampel. Perhitungan sampel ini telah sesuai

dengan PERMENKES RI Nomor : 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata

Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum.

2. Hasil analisis bakteriologi dari ke 26 sampel tidak ada satupun sampel air

bersih pelanggan yang positif mengandung bakteri, sehingga dapat dikatakan

telah sesuai dengan standar PERMENKES RI Nomor :

492/MENKES/PER/IV/2010

3. Hasil rata-rata analisis warna, kekeruhan dan suhu air dari sampel air bersih

pelanggan sebesar 8 Pt-Co, 1,86 NTU dan 28oC sehingga dapat disimpulkan

45
telah sesuai dengan standar warna, kekeruhan dan suhu air berdasarkan

PERMENKES RI Nomor : 492/MENKES/PER/IV/2010.

4. Hasil rata-rata analisis sisa klor dari sampel air bersih pelanggan sebesar 0,34

mg/L, sehingga dapat disimpulkan telah sesuai dengan standar kekeruhan air

berdasarkan PERMENKES RI Nomor : 492/MENKES/PER/IV/2010.

6.2 Saran

Saran penulis adalah sebaiknya kerja sama antara pihak Program Studi

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan PDAM

Bandarmasih terus ditingkatkan lagi.

46

You might also like