You are on page 1of 12

TERAPI DIET PENDERITA HEPATITIS

Penyajian : Fundamental Of Nursing Clinical Nutrition and Nutrition Therapy

Kelompok 5

Jurusan Keperawatan . Universitas Brawijaya Malang . 2011

Makalah DIET HEPATITIS


(Clinical Nutrition and Nutrition Therapy at Fundamental Of Nursing)

Tim Penyusun : Aini Moeffidah Gemi Rahayu Nanang Bagus S Nasrullah Oktiva Kuswari Selvie The Siti Aisyah Suci Suriyani Taufik Ardiakso

Program Studi Ilmu Keperawatan B Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2011

Kelompok 5

TERAPI DIET PADA PENDERITA HEPATITIS

1. GAMBARAN UMUM Hepatitis merupakan salah satu gangguan pada hati yang disebabkan oleh virus, yang disebut sebagai virus hepatitis. Sedangkan hati, atau istilah dalam kedokteran disebut hepar adalah organ tubuh yang paling sentral dalam kehidupan manusia. Dikatakan paling sentral, karena hati mempunyai banyak fungsi yang sangat kompleks, diantaranya yaitu membantu dalam pengolaham zat gizi dan menetralkan racun, termasuk obat-obatan yang membahayakan. Virus hepatitis atau peradangan pada hati dapat mengganggu fungsi tersebut. Namun, pengaturan diet yang tepat dapat mempercepat pemulihan fungsi hati. Dua jenis penyakit hati yang sering ditemukan adalah Hepatitis dan Sirosis Hati. Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh keracunan toksin tertentu atau karena infeksi virus. Penyakit ini disertai anoreksia, demam, rasa mual dan muntah, serta jaundice (kuning). Hepatitis dapat bersifat akut atau kornis. Sirosis hepatis adalah kerusakan hati yang menetap. Disebabkan oleh Hepatitis Kronis, alkohol, penyumbatan saluran empedu dan berbagai kelainan metabolisme. Jaringan hati secara merata rusak akibat pengeluaran dan pengerasan (fibrotik) sehingga fungsinya terganggu. Gejala lainnya yaitu kelelahan, kehilangan berat badan, penurunan daya tahan tubuh, gangguan pencernaan dan jaundice. Dalam keadaan berat disertai asites, hipertensi portal dan kematemesis-melena yang dapat berakhir dengan koma hepatik. Hati memiliki berbagai macam fungsi dalam pengolahan zat gizi. Semua zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, dan lain-lain) dicerna dan diserap oleh dinding usus kemudian akan diangkut ke dalam hati untuk diolah. Hati juga mempunyai fungsi untuk menetralkan racun termasuk obat-obatan yang membahayakan, hormon dan lainlain. Mengingat pentingnya fungsi hati maka dapatlah dimengerti bahwa bila hati rusak maka dapat terjadi penyimpangan dalam pengolahan zat gizi. Namun kita tidak perlu berkecil hati karena hati merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki

kemampuan yang sangat tinggi untuk regenerasi/pemulihan. Pemberian protein bermutu tinggi dan vitamin dapat mempercepat pemulihan. Namun perlu diingat bahwa pemberian protein harus disesuaikan dengan toleransi tubuh penderita karena bila berlebih dapat menyebabkan kadar ammonia dalam darah meningkat atau tidak seimbang sehingga timbullah berbagai gangguan dalam tubuh. Oleh karenanya, diperlukan suatu pengaturan diet yang tepat untuk penderita hepatitis agar diperoleh pemulihan yang maksimal.

2. TUJUAN DIET Tujuan diet penyakit hati dan kandung empedu adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati. Tujuan diet pada penderita Hepatitis adalah untuk: 1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan/atau meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa 2. Mencegah katabolisme protein 3. Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila kurang 4. Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus dan hipertensi portal 5. Mencegah koma hepatik 6. Mengatasi anoreksia 7. Diberikan makanan yang dapat memenuhi selera penderita tanpa

mengenyampingkan terapi diet yang harus dijalani penderita.

3. SYARAT DAN PRINSIP DIET Syaratnya adalah sebagai berikut : 1. Kalori tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai dengan kemampuan pasien (40-45 kkal/Kg BB) 2. Lemak sedang (cukup), yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak dengan asam lemaktantai sedang (Medium Chain

Triglycerida/MCT). Jenis lemak ini tidak membutuhkan aktivitas lipase dan asam

empedu dalam proses absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak 3. Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein. Pada kasus Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah, pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30-40 g/hari. Pada sirosis hati terkompensasi, protein diberikan sebanyak 1,25 g/Kg BB. Asupan minimal protein hendaknya 0,8-1 g/KgBB. Protein nabati memberikan keuntungan karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini dapat mengurangi status ensefalopati, tetapi tidak dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen 4. Diet diberikan secara berangsur, disesuaikan dengan nafsu makan dan toleransi pendeita. 5. Cukup vitamin dan mineral. Yitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen vitamin B kompleks, C dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada anemia 6. Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan garam/air. Natrium diberikan rendah, bergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien mendapatkan diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa 7. Mudah dicerna dan tidak merangsang. 8. Bahan makanan yang mengandung gas dihindakan. 9. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi 10. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah atau makan biasa sesuai kemampuan saluran cerna. Beberapa pantangan yang harus dihindari antara lain : 1. Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging kambing dan babi, jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju, mentega/margarine, minyak serta makanan bersantan seperti gulai, kare, atau gudeg. 2. Makanan kaleng seperti sarden dan korned.

3. Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food. 4. Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, mentimun, durian, nangka. 5. Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe. 6. Minuman yang mengandung alkohol dan soda.

Bahan makanan yang baik dikonsumsi penderita hepatitis : 1. Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-umbian. 2. Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang hijau, sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas. 3. Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti gulagula, sari buah, selai, sirup, manisan, dan madu. Bagi penderita hepatitis, terapi diet sangat penting untuk dilakukan. Kandungan gizi pada terapi diet penderita hepatitis berbeda-beda tergantung pada kondisi penderita. Total kalori yang diberikan juga berbeda, tergantung besar badan dan aktifitas penderita. Selain itu, pada umumnya kurang baik jika terlalu banyak mengurangi lemak kecuali bila ada gejala kuning pada mata atau kulit. Lemak yang mengandung banyak asam lemak esensial seperti minyak nabati atau minyak ikan boleh diberikan seperti biasa. 4. PENATALAKSANAAN DIET Karena gejala penyakit bersifat sangat individual, diet disusun secara individual pula dengan menyatakan berapa kebutuhan protein dan natrium yang dibutuhkan di dalam diet. Macam-macam diet untuk penderita Hepatitis : Diet Hati 1 Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut aatau bila prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid/BCAA) yaitu leusin, isoleusin dan valin dapat digunakan. Bila ada asites dan

diuresis belum sempurna, pemberian cairan maksimal 1 liter/hari. Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi dan tiamin karena itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati I Garam Rendah. Bila ada asites hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Garam Rendah I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.

Bahan Makanan Sehari Makanan Padat


No Bahan Makanan Berat (g) urt

1 2 3 4 5 6 7 8

Beras Telur ayam Maizena Daging Sayuran Buah Margarin Gula pasir

100 50 20 50 200 300 20 100

4 gelas bubur 1 butir 4 sdm 1 ptg sdg 2 gls 3 ptg sdg pepaya 2 sdm 10 sdm

Contoh Menu
Waktu Pagi Menu Bubur ayam Telur masak Jus tomat 10.00 Puding maizena+sirup Air jeruk Siang Bubur nasi/tim Gadong daging

Setup bayam pepaya 16.00 Malam Sirup Bubur nasi/tim Perkedel daging Sup wortel+labu siam pisang

Diet Hati II Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati I kepada pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1 g/Kg BB dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A, C tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati II Garam Rendah. Bila asites hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola diet Garam Rendah I.

Bahan Makanan Sehari


No 1 2 3 4 5 6 7 8 Bahan Makanan Beras Telur ayam Maizena Daging Sayuran Buah Minyak Gula pasir Berat (g) 200 50 40 100 200 300 25 70 urt 4 gelas tim 1 butir 8 sdm 2 ptg sdg 2 gls 3 ptg sdg pepaya 2 sdm 7 sdm

Contoh Menu
Waktu Pagi Menu Bubur manado Telur masak Teh 10.00 Ongol-ongol+kelapa muda Jus apel Siang Nasi/tim Semur bola-bola daging Souffle tahu saos tomat Tumis bayam Slada buah 16.00 Puding karamel Sirup Malam Nasi/tim Lele bakar kecap Pepes tempe Sayur lodeh pepaya Diet Hati III Diet Hati III diberikan sebagi makanan perpindahan dari Diet Hati II atau kepada pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein, dan tidak menunjukkan gejala sirosis hati aktif. Menurut kesanggpan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini mengandung cukup energi, protein, lemak, mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati II Garam Rendah I.

Bahan Makanan Sehari


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Bahan Makanan Beras Telur ayam Maizena Daging Sayuran Buah Tempe Gula pasir Kacang hijau Minyak Susu Berat (g) 250 50 20 100 200 300 100 70 25 25 200 urt 5 gelas tim 1 butir 4 sdm 2 ptg sdg 2 gls 3 ptg sdg pepaya 4 ptg sdg 7 sdm 2 sdm 2 sdm 1 gls

Contoh Menu
Waktu Pagi Menu Nasi/tim Telur ceplok Setup buncis Susu 10.00 Bubur kacang hijau Teh Siang Nasi/tim Air ikan bakar+saos tomat Tumis tahu Sup bayam Apel 16.00 Kelepon Teh Malam Nasi/tim

Empal daging Oseng-oseng tempe Sup kacang polong+wortel pepaya

Kelompok makanan sehari-hari secara praktis, makanan sehari-hari dapat dibagi menjadi 3 kelompok : 1. Kelompok kuning Makanan yang digunakan sebagai sumber energi seperti nasi, kentang, minyak, gula, dan kue. Asupan makanan dari kelompok ini harus ditetapkan jumlahnya perhari. 2. Kelompok hijau Kelompok makanan yang harus dimakan sesuai kebutuhan. Contohnya sayursayuran dan buah-buahan. Karena mengandung serat, makanan ini bisa mencegah sembelit. Makanan ini mengandung pula vitamin dan mineral. 3.Kelompok merah Terdiri atas makanan banyak protein misalnya daging, telur, ikan dan lain-lain. Konsumsi makanan kelompok ini harus berhati-hati karena bila dikonsumsi dalam jumlah berlebih akan mengakibatkan peningkatan kadar ammonia dalam darah.

Edited by Foxit Reader Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2008 For Evaluation Only.

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. EGC: Jakarta

Smeltzer, C.S., Bare, B.G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8, Volume 2. EGC: Jakarta

Suandi.1999. Diit pada Anak Sakit. EGC: Jakarta

You might also like