You are on page 1of 21

179

TIMER DAN COUNTER


MIKROKONTROLLER
PENDAHULUAN

Timer dan Counter merupakan sarana input yang kurang dapat perhatian

pemakai mikrokontroler, dengan sarana input ini mikrokontroler dengan mudah bisa

dipakai untuk mengukur lebar pulsa, membangkitkan pulsa dengan lebar yang pasti,

dipakai dalam pengendalian tegangan secara PWM (Pulse Width Modulation) dan

sangat diperlukan untuk aplikasi remote control dengan infra merah.

Pada dasarnya sarana input yang satu ini merupakan seperangkat pencacah biner

(binary counter) yang terhubung langsung ke saluran-data mikrokontroler, sehingga

mikrokontroler bisa membaca kedudukan pancacah, bila diperlukan mikrokontroler

dapat pula merubah kedudukan pencacah tersebut.

Seperti layaknya pencacah biner, bilamana sinyal denyut (clock) yang

diumpankan sudah melebihi kapasitas pencacah, maka pada bagian akhir untaian

pencacah akan timbul sinyal limpahan, sinyal ini merupakan suatu hal yang penting

sekali dalam pemakaian pencacah. Terjadinya limpahan pencacah ini dicatat dalam

sebuah flip-flop tersendiri.

Di samping itu, sinyal denyut yang diumpankan ke pencacah harus pula bisa

dikendalikan dengan mudah. Hal-hal yang dibicarakan di atas diringkas dalam Gambar

1. MCS-51 mempunyai dua buah register timer/ counter 16 bit, yaitu Timer 0 dan Timer

1. Keduanya dapat dikonfigurasikan untuk beroperasi sebagai timer atau counter, seperti

yang terlihat pada gambar di bawah.


180

Gambar 1. Konsep dasar Timer/Counter sebagai sarana input

Sinyal denyut yang diumpankan ke pencacah bisa dibedakan menjadi 2 macam,

yang pertama yalah sinyal denyut dengan frekuensi tetap yang sudah diketahui besarnya

dan yang kedua adalah sinyal denyut dengan frekuensi tidak tetap. Jika sebuah pencacah

bekerja dengan frekuensi tetap yang sudah diketahui besarnya, dikatakan pencacah

tersebut bekerja sebagai timer, karena kedudukan pencacah tersebut setara dengan

waktu yang bisa ditentukan dengan pasti.

Jika sebuah pencacah bekerja dengan frekuensi yang tidak tetap, dikatakan

pencacah tersebut bekerja sebagai counter, kedudukan pencacah tersebut hanyalah

menyatakan banyaknya pulsa yang sudah diterima pencacah. Untaian pencacah biner

yang dipakai, bisa merupakan pencacah biner menaik (count up binary counter) atau

pencacah biner menurun (count down binary counter).

1. Fasilitas Timer/Counter

Keluarga mikrokontroler MCS51, misalnya AT89C51 dan AT89Cx051,

dilengkapi dengan dua perangkat Timer/Counter, masing-masing dinamakan sebagai

Timer 0 dan Timer 1. Sedangkan untuk jenis yang lebih besar, misalnya AT89C52,

mempunyai tambahan satu perangkat Timer/Counter lagi yang dinamakan sebagai

Timer 2.
181

Perangkat Timer/Counter tersebut merupakan perangkat keras yang menjadi satu

dalam chip mikrokontroler MCS51, bagi pemakai mikrokontroler MCS51 perangkat

tersebut dikenal sebagai SFR (Special Function Register) yang berkedudukan sebagai

memori-data internal.Pencacah biner untuk Timer 0 dibentuk dengan register TL0

(Timer 0 Low Byte, memori-data internal nomor $6A) dan register TH0 (Timer 0 High

Byte, memori-data internal nomor $6C).Pencacah biner untuk Timer 1 dibentuk dengan

register TL1 (Timer 1 Low Byte, memori-data internal nomor $6B) dan register TH1

(Timer 1 High Byte, memori-data internal nomor $6D).

Pencacah biner pembentuk Timer/Counter MCS51 merupakan pencacah biner

menaik (count up binary counter) yang mencacah dari $0000 sampai $FFFF, saat

kedudukan pencacah berubah dari $FFFF kembali ke $0000 akan timbul sinyal

limpahan. Untuk mengatur kerja Timer/Counter dipakai 2 register tambahan yang

dipakai bersama oleh Timer 0 dan Timer 1. Register tambahan tersebut adalah register

TCON (Timer Control Register, memori-data internal nomor $88, bisa dialamat secara

bit) dan register TMOD (Timer Mode Register, memori-data internal nomor $89).

Pencacah biner Timer 0 dan 1 TL0, TH0, TL1 dan TH1 merupakan SFR

(Special Function Register) yang dipakai untuk membentuk pencacah biner perangkat

Timer 0 dan Timer 1. Kapasitas keempat register tersebut masing-masing 8 bit, bisa

disusun menjadi 4 macam Mode pencacah biner.

Pada Mode 0, Mode 1 dan Mode 2 Timer 0 dan Timer 1 masing-masing bekerja

sendiri, artinya bisa dibuat Timer 0 bekerja pada Mode 1 dan Timer 1 bekerja pada

Mode 2, atau kombinasi mode lainnya sesuai dengan keperluan. Pada Mode 3 TL0,

TH0, TL1 dan TH1 dipakai bersama-sama untuk menyusun sistem timer yang tidak bisa

di-kombinasi lain.
182

Register Pengatur Timer Register TMOD dan register TCON merupakan

register pembantu untuk mengatur kerja Timer 0 dan Timer 1, kedua register ini dipakai

bersama oleh Timer 0 dan Timer 1.

Gambar 2. Denah susunan bit dalam register TMOD

Register TMOD dibagi menjadi 2 bagian secara simitris, bit 0 sampai 3 register TMOD

(TMOD bit 0 .. TMOD bit 3) dipakai untuk mengatur Timer 0, bit 4 sampai 7 register

TMODE (TMOD bit 4 .. TMOD bit 7) dipakai untuk mengatur Timer 1, pemakaiannya

sebagai berikut :

1. Bit M0/M1 dipakai untuk menentukan Mode Timer seperti yang terlihat dalam

Tabel di Gambar7.6.

2. Bit C/T* dipakai untuk mengatur sumber sinyal denyut yang diumpankan ke

pencacah biner. Jika C/T*=0 sinyal denyut diperoleh dari osilator kristal yang

frekuensinya sudah dibagi 12, sedangkan jika C/T*=1 maka sinyal denyut

diperoleh dari kaki T0 (untuk Timer 0) atau kaki T1 (untuk Timer 1).

3. Bit GATE merupakan bit pengatur saluran sinyal denyut. Bila bit GATE=0

saluran sinyal denyut hanya diatur oleh bit TRx (maksudnya adalah TR0 atau

TR1 pada register TCON). Bila bit GATE=1 kaki INT0 (untuk Timer 0) atau

kaki INT1 (untuk Timer 1) dipakai juga untuk mengatur saluran sinyal denyut

Gambar 3. Denah susunan bit dalam register TCON


183

Register TCON dibagi menjadi 2 bagian, 4 bit pertama (bit 0 .. bit 3, bagian

yang diarsir dalam Gambar 3) dipakai untuk keperluan mengatur kaki INT0 dan INT1,

ke-empat bit ini dibahas dibagian lain.

Tabel 1. Register TCON

BIT SYMBOL FUNCTION


Timer 1 overflow flag. Set by hardware on Timer/Counter
TCON.7 TF1 overflow. Cleared by hardware when processor vector to
interrupt routine, or clearing the bit in software.
Timer 1 Run control bit . Set/ cleared by software to turn
TCON.6 TR1
Timer/ Counter on/off
Timer 0 overflow flag. Set by hardware on Timer/Counter
TCON.5 TF0 overflow. Cleared by hardware when processor vector to
interrupt routine, or clearing the bit in software.
Timer 1 Run control bit . Set/ cleared by software to turn
TCON.4 TR0
Timer/ Counter on/off
Interrupt 1 Edge flag. Set by hardware when external
TCON.3 IE1
interrupt edge detected. Cleared when interrupt processed.
Interrupt 1 type control bit. Set/ cleared by software to
TCON.2 IT1
specefy falling edge/ low level trigerred external interupts
Interrupt 0 Edge flag. Set by hardware when external
TCON.1 IE0
interrupt edge detected. Cleared when interrupt processed.
Interrupt 0 type control bit. Set/ cleared by software to
TCON.0 IT0
specefy falling edge/ low level trigerred external interupts
Sisa 4 bit dari register TCON (bit 4..bit 7) dibagi menjadi 2 bagian secara simitris yang

dipakai untuk mengatur Timer0/Timer 1, sebagai berikut:

1. Bit TFx (maksudnya adalah TF0 atau TF1) merupakan bit penampung limpahan

(lihat Gambar 2), TFx akan menjadi ‘1’ setiap kali pencacah biner yang

terhubung padanya melimpah (kedudukan pencacah berubah dari $FFFF

kembali menjadi $0000). Bit TFx di-nol-kan dengan istruksi CLR TF0 atau CLR
184

TF1. Jika sarana interupsi dari Timer 0/Timer 1 dipakai, TRx di-nol-kan saat

MCS51 menjalankan rutin layanan interupsi (ISR – Interupt Service Routine).

2. Bit TRx (TR0 atau TR1) merupakan bit pengatur saluran sinyal denyut, bila bit

ini =0 sinyal denyut tidak disalurkan ke pencacah biner sehingga pencacah

berhenti mencacah. Bila bit GATE pada register TMOD =1, maka saluran sinyal

denyut ini diatur bersama oleh TRx dan sinyal pada kaki INT0/INT1.

Susunan TL0, TH0, TL1 dan TH1 pada masing-masing mode adalah sebagai berikut:

2.1. MODE 0 – PENCACAH BINER 13 BIT

Gambar 4. Mode 0 - Pencacah Biner 13 Bit

Pencacah biner dibentuk dengan TLx (maksudnya bisa TL0 atau TL1) sebagai

pencacah biner 5 bit (meskipun kapasitas sesungguhnya 8 bit), limpahan dari pencacah

biner 5 bit ini dihubungkan ke THx (maksudnya bisa TH0 atau TH1) membentuk

sebuah untaian pencacah biner 13 bit, limpahan dari pencacah 13 bit ini ditampung di

flip-flop TFx (maksudnya bisa TF0 atau TF1) yang berada di dalam register TCON.

Mode ini meneruskan sarana Timer yang ada pada mikrokontroler MCS48

(mikrokontroler pendahulu MCS51), dengan maksud rancangan alat yang dibuat dengan

MCS48 bisa dengan mudah diadaptasikan ke MCS51. Mode ini tidak banyak dipakai.

Langkah-langkah agar timer/counter pada mode 0 adalah

• Berikan logika M1 = 0 dan M0 = 0 (register TMOD)

• Tentukan nilai TH 1/0 dan TL1/0 dengan cara:


185

o Cacahan / 32 = hasil dan sisa

o Jika sisa ≠ 0:

TH1/0 = 255 – hasil ; TL0/1 = 32 - sisa

o Jika sisa = 0:

TH1/0 = 255 – (hasil-1) ; TL0/1 = 0

2.1.1. PEMROGRAMAN TIMER 0 PADA MODE 0 SEBAGAI TIMER

Program berikut ini akan dibuat program timer 0 mode 0 melakukan cacahan 100. Agar

timer pada mode 0 kita harus menginisialisasikan timer terlebih dahulu. Didalam

inisialisasi kita menentukan TMOD, TH0, dan TL0. Uuntuk menentukan TMOD, TH0,

dan TL0 adalah sebagai berikut ini:

o Cacahan timer yang dikehendaki adalah 100

100/32 = 3 dan 4

TH0 = 255 – 3 = 252

TL0 = 32- 4 = 28

TMOD = 0x00
GATE C / T M1 M0 GATE C /T M1 M0
0 0 0 0 0 0 0 0

Gambar 5. Susunan bit dalam register TMOD untuk timer mode 0

Program sebagai berikut ini

//Program Timer 0 mode 0 cacah timer 100


#include <at89x51.h>
void Init_timer0()
{
TMOD = 0x00; //timer 0 dan 1 sebagai timer pada mode 0
TH0 = 251; //melakukan cacahan 100
186

TL0 = 28;
TR0 = 1; // timer 0 dijalankan
}
void main()
{
Init_timer0();
while(!TF0) //tunggu sampai hitungan selesai
{;}
TF0=0; //flag dinolkan kembali
TR0=0; //timer dihentikan
P1=0xaa;
}

2.1.2. PEMROGRAMAN TIMER 0 PADA MODE 0 SEBAGAI COUNTER

Program berikut ini akan dibuat program timer 0 mode 0 sebagai counter melakukan

cacahan 100. Agar timer pada mode 0 kita harus menginisialisasikan timer terlebih

dahulu. Didalam inisialisasi kita menentukan TMOD, TH0, dan TL0. Uuntuk

menentukan TMOD, TH0, dan TL0 adalah sebagai berikut ini:

o Cacahan timer yang dikehendaki adalah 32

32/32 = 1

TH0 = 255 – (1-1) = 255

TL0 = 0

TMOD = 0x44
GATE C / T M1 M0 GATE C /T M1 M0
0 1 0 0 0 1 0 0

Gambar 6. Susunan bit dalam register TMOD untuk counter mode 0

Program sebagai berikut ini

//Program 8.2
#include <at89x51.h>
void Init_counter0( )
{
187

TMOD = 0x44; //timer 0 sebagai counter pada mode 0


TH0 = 255; //melakukan cacahan 100
TL0 = 0;
TR0 = 1; // timer 0 dijalankan
}
void main()
{
Init_counter0( );
while(!TF0) //tunggu sampai hitungan selesai
{;}
TF0=0; //flag dinolkan kembali
TR0=0; //timer dihentikan
P1=0xbb;
}

2.2. MODE 1 – PENCACAH BINER 16 BIT

Gambar 7. Mode 1 - Pencacah Biner 16 Bit

Mode ini sama dengan Mode 0, hanya saja register TLx dipakai sepenuhnya

sebagai pencacah biner 8 bit, sehingga kapasitas pencacah biner yang tersbentuk adalah

16 bit. Seiring dengan sinyal denyut, kedudukan pencacah biner 16 bit ini akan bergerak

dari $0000 (biner 0000 0000 0000 0000), $0001, $0002 … sampai $FFFF (biner 1111

1111 1111 1111), kemudian melimpah kembali menjadi $0000.

Langkah-langkah agar timer/counter pada mode 1 adalah

• Berikan logika M1 = 0 dan M0 = 1 (register TMOD)

• Tentukan nilai TH 1/0 dan TL1/0 dengan cara:

o Cacahan / 256 = hasil dan sisa

o Jika sisa ≠ 0:
188

TH1/0 = 255 – hasil ; TL0/1 = 256 - sisa

o Jika sisa = 0:

TH1/0 = 255 – (hasil-1) ; TL0/1 = 0

2.2.1. PEMROGRAMAN TIMER 1 PADA MODE 1 SEBAGAI TIMER

Program berikut ini akan dibuat program timer 1 mode 1 melakukan cacahan 100. Agar

timer pada mode 1 kita harus menginisialisasikan timer terlebih dahulu. Didalam

inisialisasi kita menentukan TMOD, TH0, dan TL0. Uuntuk menentukan TMOD, TH0,

dan TL0 adalah sebagai berikut ini:

o Cacahan timer yang dikehendaki adalah 100

100/256 = 0 dan 100

TH0 = 255 – 0 = 255

TL0 = 256 - 100 = 156

TMOD = 0x11
GATE C / T M1 M0 GATE C /T M1 M0
0 0 0 1 0 0 0 1

Gambar 8. Susunan bit dalam register TMOD untuk timer mode 1

Program sebagai berikut ini

//Program 8.3. Timer 1 mode 1 cacah timer 100


#include <at89x51.h>
void Init_timer1()
{
TMOD = 0x11; //timer 1 sebagai timer pada mode 1
TH1 = 254; //melakukan cacahan 100
TL1 = 156;
TR1 = 1; // timer 1 dijalankan
}
void main()
{
189

Init_timer1();
while(!TF1) //tunggu sampai hitungan selesai
{;}
TF1=0; //flag dinolkan kembali
TR1=0; //timer dihentikan
P1=0xf0;
}

2.2.2. PEMROGRAMAN TIMER 1 PADA MODE 1 SEBAGAI COUNTER

Program berikut ini akan dibuat program timer 1 mode 1 sebagai counter melakukan

cacahan 100. Agar timer pada mode 1 kita harus menginisialisasikan timer terlebih

dahulu. Didalam inisialisasi kita menentukan TMOD, TH1, dan TL1. Uuntuk

menentukan TMOD, TH1, dan TL1 adalah sebagai berikut ini:

o Cacahan timer yang dikehendaki adalah 256

256/256 = 1 dan 0

TH0 = 255 –(1-1) = 255

TL0 = 0

TMOD = 0x11
GATE C / T M1 M0 GATE C /T M1 M0
0 0 0 1 0 0 0 1

Gambar 9. Susunan bit dalam register TMOD untuk counter mode 1

Program sebagai berikut ini

//Program 8.3
#include <at89x51.h>
void Init_counter0( )
{
TMOD = 0x11; //timer 1 sebagai counter pada mode 1
TH0 = 255; //melakukan cacahan 256
TL0 = 0;
TR1 = 1; // timer 1 dijalankan
}
190

void main()
{
Init_counter0( );
while(!TF1) //tunggu sampai hitungan selesai
{;}
TF1=0; //flag dinolkan kembali
TR1=0; //timer dihentikan
P1=0xbb;
}

2.3. MODE 2 – PENCACAH BINER 8 BIT DENGAN ISI ULANG

Gambar 10. Mode 2 - Pencacah Biner 8 Bit dengan Isi Ulang

TLx dipakai sebagai pencacah biner 8 bit, sedangkan THx dipakai untuk

menyimpan nilai yang diisikan ulang ke TLx, setiap kali kedudukan TLx melimpah

(berubah dari $FF menjadi $00). Dengan cara ini bisa didapatkan sinyal limpahan yang

frekuensinya ditentukan oleh nilai yang disimpan dalam TH0.

Langkah-langkah agar timer/counter pada mode2 adalah

• Berikan logika M1 = 1 dan M0 = 0 (register TMOD)

• Tentukan nilai TH 1/0 dan TL1/0 dengan cara:

TH1/0 = 256 – cacahan;

TL1/0 = 256 – cacahan;

2.3.1. PEMROGRAMAN TIMER 1 PADA MODE 2 SEBAGAI TIMER


191

Program berikut ini akan dibuat program timer 1 mode 2 melakukan cacahan 100. Agar

timer pada mode 0 kita harus menginisialisasikan timer terlebih dahulu. Didalam

inisialisasi kita menentukan TMOD, TH0, dan TL0. Uuntuk menentukan TMOD, TH0,

dan TL0 adalah sebagai berikut ini:

o Cacahan timer yang dikehendaki adalah 100

TH0 = 256 – 100 = 156

TL0 = 256 – 100 = 156

TMOD = 0x22
GATE C / T M1 M0 GATE C /T M1 M0
0 0 1 0 0 0 1 0

Gambar 11.Susunan bit dalam register TMOD untuk timer mode 2

Program sebagai berikut ini

//Program 8.5
#include <at89x51.h>
void Init_timer1()
{
TMOD = 0x22; //timer 1 sebagai timer pada mode 2
TH1 = 156; //melakukan cacahan 100
TL1 = 156;
TR1 = 1; // timer 1 dijalankan
}
void main()
{
Init_timer1();
while(!TF1) //tunggu sampai hitungan selesai
{;}
TR1=0; //timer dihentikan
P1=0x0f;
}

2.3.2. PEMROGRAMAN TIMER 1 PADA MODE 2 SEBAGAI COUNTER


192

Program berikut ini akan dibuat program timer 1 mode 2 sebagai counter melakukan

cacahan 100. Agar timer pada mode 2 kita harus menginisialisasikan timer terlebih

dahulu. Didalam inisialisasi kita menentukan TMOD, TH0, dan TL0. Uuntuk

menentukan TMOD, TH0, dan TL0 adalah sebagai berikut ini:

o Cacahan timer yang dikehendaki adalah 100

TH0 = 256 – 10 = 246

TL0 = 256 – 10 = 246

TMOD = 0x66
GATE C / T M1 M0 GATE C /T M1 M0
0 1 1 0 0 1 1 0

Gambar 12.Susunan bit dalam register TMOD untuk counter mode 2

Program sebagai berikut ini

//Program 8.6
#include <at89x51.h>
void Init_counter1( )
{
TMOD = 0x66; //timer 1 sebagai counter pada mode 2
TH1 = 246; //melakukan cacahan 10
TL1 = 246;
TR1 = 1; // timer 1 dijalankan
}
void main()
{
Init_counter1();
while(!TF1) //tunggu sampai hitungan selesai
{;}
TF1=0; //flag dinolkan kembali
TR1=0; //timer dihentikan
P1=0x44;
}
193

2.4. MODE 3 – GABUNGAN PENCACAH BINER 16 BIT DAN 8 BIT

Gambar 13.Mode 3 – Gabungan Pencacah Biner 16 Bit dan 8 Bit

Pada Mode 3 TL0, TH0, TL1 dan TH1 dipakai untuk membentuk 3 untaian

pencacah, yang pertama adalah untaian pencacah biner 16 bit tanpa fasiltas pemantau

sinyal limpahan yang dibentuk dengan TL1 dan TH1. Yang kedua adalah TL0 yang

dipakai sebagai pencacah biner 8 bit dengan TF0 sebagai sarana pemantau limpahan.

Pencacah biner ketiga adalah TH0 yang dipakai sebagai pencacah biner 8 bit dengan

TF1 sebagai sarana pemantau limpahan.

Langkah-langkah agar timer/counter pada mode 0 adalah

• Berikan logika M1 = 1 dan M0 = 1 (register TMOD)

• Tentukan nilai TH 1/0 dan TL1/0 dengan cara:

TH1/0 = 256 – cacah

TL1/0 = 256 – cacah

2.4.1. PEMROGRAMAN TIMER 0 PADA MODE 3 SEBAGAI TIMER

Program berikut ini akan dibuat program timer 0 mode 3 melakukan cacahan 100. Agar

timer pada mode 0 kita harus menginisialisasikan timer terlebih dahulu. Didalam

inisialisasi kita menentukan TMOD, TH0, dan TL0. Uuntuk menentukan TMOD, TH0,

dan TL0 adalah sebagai berikut ini:


194

o Cacahan timer yang dikehendaki adalah 100

TH0 = 256 –100 = 156

TL0 = 256 – 100 = 156

TMOD = 0x33
GATE C / T M1 M0 GATE C /T M1 M0
0 0 0 0 0 0 0 0

Gambar 14.Susunan bit dalam register TMOD untuk timer mode 3

Program sebagai berikut ini

//Program 8.7 Timer 0 mode 3 cacah timer 100


#include <at89x51.h>
void Init_timer0()
{
TMOD = 0x33; //timer 0 sebagai timer pada mode 3
TH0 = 156; //melakukan cacahan timer 100
TL0 = 156;
TR0 = 1; // timer 0 dijalankan
}
void main()
{
Init_timer0();
while(!TF0) //tunggu sampai hitungan selesai
{;}
TF0=0; //flag dinolkan kembali
TR0=0; //timer dihentikan
P2=0xa0; //jika th0 30 cacahan
}

2.4.2. PEMROGRAMAN TIMER 0 PADA MODE 3 SEBAGAI COUNTER

Program berikut ini akan dibuat program timer 0 mode 3 sebagai counter melakukan

cacahan 30. Agar timer pada mode 3 kita harus menginisialisasikan timer terlebih

dahulu. Didalam inisialisasi kita menentukan TMOD, TH0, dan TL0. Uuntuk

menentukan TMOD, TH0, dan TL0 adalah sebagai berikut ini:


195

o Cacahan timer yang dikehendaki adalah 30

TH0 = 256 –30 = 226

TL0 = 256 – 30 = 226

TMOD = 0x77
GATE C / T M1 M0 GATE C /T M1 M0
0 0 0 0 0 0 0 0

Gambar 15.Susunan bit dalam register TMOD untuk counter mode 3

Program sebagai berikut ini

//Program 8.8
#include <at89x51.h>
void Init_counter0( )
{
TMOD = 0x07; //timer 0 sebagai counter pada mode 3
TH0 = 226; //melakukan cacahan 30 kali
TL0 = 226;
TR0 = 1; // timer TL0 dijalankan
}
void main()
{
Init_counter0();
P1=0x20; //jika tl0 50 cacahan
TF0=0;
TR0=0;
P1=0x20; //jika tl0 50 cacahan
}

RANGKAIAN LAMPU LED

Rangkaian minimum untuk menghidupkan 8 LED melalui Port 1 ditunjukan

pada Gambar 6.8. yang perlu diperhatikan adalah konfigurasi rangkaian LED yaitu
196

Common Anode (CA) artinya untuk menghidupkan LED pada Port 3, port 3 harus

dikirim atau diberi logika ‘0’. Jika LED terhubung secara Common Katode, maka untuk

menyalakan LED harus dikirim atau diberi logika ‘1’, menyebabkan Port 0 menjadi

masukan berimpedansi, sehingga tidak dapat menyalakan LED karena ordenya μA.

V C C

4 0
3 9 V C C 2 1
3 8 P 0 . 0 / A PD 2 0. 0 / 2A 28
3 7 P 0 . 1 / A PD 2 1. 1 / 2A 39
3 6 P 0 . 2 / AP D2 .2 2 / A2 41 0
3 5 P 0 . 3 / AP D2 .3 3 / A2 51 1
3 4 P 0 . 4 / AP D2 .4 4 / A2 61 2
3 3 P 0 . 5 / AP D2 .5 5 / A2 71 3
3 2 P 0 . 6 / AP D2 .6 6 / A2 81 4
P 0 . 7 / AP D2 .7 7 / A 1 5
1 1 0
2 P 1 . 0 P 3 . 0 / R 1 X1 D
3 P 1 . 1 P 3 . 1 / T1 X2 D
I S P 4 P 1 . 2 P 3 . 2 / I 1N 3 T 0
5 P 1 . 3 P 3 . 3 / I 1N 4 T 1
6 P 1 . 4 P 3 . 4 /1 T 50
1 7 P 1 . 5 P 3 . 5 /1 T 61
2 8 P 1 . 6 P 3 . 6 / W1 7 R
3 9 P 1 . 7 P 3 . 7 / R D
4 R S T 3 0
5 A L E / P R2 9O G
P S E N
1 9
V C C 3 1 X T A L1 1 8
E A /2 V 0 P PX T A L 2
G N D
1 2 M H z
A T 8 9 C 5 1
3 0 p 3 0 p
R E S E T 1 0 u
C

V C C
4 K 7

1 N 4 0 0 2
A

Gambar 16.Hasil pemasangan komponen-komponen lampu led

PEMROGRAMAN MENGHIDUPKAN LED SELAMA 1 DETIK

Setelah rangkaian LED dibuat dan dihubungkan dengan port pararel

mikrokontroller, maka sekarang saatnya Anda membuat program yang digunakan untuk

menghidupkan LED tersebut.

Program sebagai berikut ini

// Program Applikasi timer 1 led berkedip

/* deklarasi register AT89c51 */


197

#include <at89x51.h>
/* deklarasi delay 1 ms*/
void tunda(unsigned int j)
{
TMOD = 0x11;
while(j) // kerjakan selama j tidak nol
{
TH0 = 0xFC; // isi TH0 dengan FC
TL0 = 0x65; // isi TH0 dengan 65
TR0 = 1; // timer 0 mulai mencacah
while (!TF0);
TF0 = 0; // bersihkan flag
TR0 = 0; // hentikan mencacah
j--; // kurangi nilai j dengan 1
}
}
/* Program utama */
void main()
{
while(1)
{
P3= 0xff; tunda(1000);
P3=0; tunda(1000);
}
}

RANGKAIAN SPEAKER

Rangkaian minimum untuk menghidupkan speaker melalui Port 3 ditunjukan

pada gambar 7.7.


198

V C C

U 1

3 9 2 1
3 8 P 0 . 0 / AP D2 .0 0 2/ A 2 8
3 7 P 0 . 1 / AP D2 .1 1 2/ A 3 9
P 0 . 2 / PA 2D . 2 / 2A 4 1 0 4 7
3 6
3 5 P 0 . 3 / PA 2D . 3 / 2A 5 1 1
3 4 P 0 . 4 / PA 2D . 4 / 2A 6 1 2
3 3 P 0 . 5 / PA 2D . 5 / 2A 7 1 3
3 2 P 0 . 6 / PA 2D . 6 / 2A 8 1 4
H E A D E R 5 P 0 . 7 / PA 2D . 7 / A 1 5 Q 1
P 1 _ 10 1 0
R S T P 1 _ 21 P 1 . 0 P 3 . 0 / 1R 1 X D
1 P 1 _ 32 P 1 . 1 P 3 . 1 / 1T 2X D
2 P 1 _ 43 P 1 . 2 P 3 . 2 / I1 N 3 T 0 2 K 2
3 P 1 _ 54 P 1 . 3 P 3 . 3 / I1 N 4 T 1 1
4 G N D P 1 _ 65 P 1 . 4 P 3 . 4 1/ T 5 0 2
5 P 1 _ 76 P 1 . 5 P 3 . 5 1/ T 6 1
P 1 _ 87 P 1 . 6 P 3 . 6 / 1W 7 R
J P 4 P 1 . 7 P 3 . 7 / R D S P E A K E R
1 9 3 0
1 8 X T A LA 1 L E / P 2R 9 O G
X T A L 2 P S E N
X 1
V C C 3 1
9 E A / V P P
R S T
1 2 M H z

C 3 A T 8 9 S 5 1
1 0 u
3 0 p 3 0 pR E S E T
C 6 C 7 R S T
C

R 2 D 3
4 K 7
1 N 4 0 0 2
A

Gambar 17.Hasil pemasangan komponen-komponen rangkaian speaker

PEMROGRAMAN MEMBANGKITKAN TONE 500Hz

Setelah rangkaian Speaker dibuat dan dihubungkan dengan port pararel

mikrokontroller, maka sekarang saatnya Anda membuat program yang digunakan untuk

menghidupkan speaker tersebut.

Program sebagai berikut ini

// Program Applikasi timer 2. Pembangkit Tone


#include <at89x51.h>
void init_timer0( )
{
TMOD=0x01;
}
void pulse()
{
TR0=0;
TH0=252;
TL0=103;
TR0=1;
}
199

void tone()
{
pulse();
while(!TF0==1); P1_7=0;
pulse();
while(!TF0==1); P1_7=1;
}
void main ( )
{
init_timer0();
while(1)
{
tone(); // frekuensi 500Hz
}
}

You might also like