You are on page 1of 14

Makalah patologi umum veteriner

“ d e g e n e r a s i”

Disusun oleh : kelompok i

1. Satrio budi w

2. Widya eka s

3. Nuraini nia p

4. Novi s

5. Mamluatus sa`diyah

6. Ranis mardiana s

7. Bagus kurniawan

8. Azizah

9. Mia anjar sari

10. Bagus syamsah h

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA

2009 – 2010

PENDAHULUAN

Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari tubuh manusia. Kerusakan pada sel
dapat berlanjut menjadi kerusakan jaringan, kerusakan jaringan dapat berlanjut kepada kerusakan
organ dan kerusakan organ dapat berakhir pada kegagalan sistem tubuh dalam menjalankan
fungsinya. Akibat yang fatal adalah kematian.

Kerusakan sel dapat terjadi pada berbagai organel sel, tetapi yang paling sering
mengalami kerusakan adalah :

1. Membran sel

2. Mitokondria

3. Nukleus

4. Sitoskeleton
Daftar isi
Pembahasan

1. Definisi degenerasi

Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera
ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan
sitoplasma akan mengganggu proses metabolisme sel.

Kerusakan ini sifatnya reversibel artinya bisa diperbaiki apabila penyebabnya


segera dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan, atau bertambah berat, maka kerusakan
menjadi ireversibel, dan sel akan mati.

Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversibel inilah yang dinamaknan
kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam
bahan di dalam maupun di luar sel.

Berbagai kondisi degenerasi sel yang sering dijumpai antara lain:

a) Degenerasi lemak : merupakan akumulasi lemak didalam sel, jadi pada sel berisi
bercak lemak kecil netral. dan terjadi infiltrasi lemak.

b) Degenerasi hialin : terjadi perubahan sel yang eosinofilik dan homogeny.

c) Degenerasi mukoid : Merupakan akumulasi mukopolisakarida didalam sel. Inti sel


akan terdesak ke tepi.

d) Degenerasi Zenker : Meruakan gangguan yang disebabkan oleh akumulasi asam laktit
di dalam sel.

e) Degenerasi amilod : Merupakan gangguan akibat timbunan amiloid. dan sering


disebit gangguan ini penyakit amiloidosis (Anonim, 2009 (j)).
2. Jenis – jenis degenerasi

Apabila sebuah stimulus menyebabkan cedera sel maka perubahan yang pertama
kali terjadi adalah terjadinya kerusakan biokimiawi yang mengganggu proses
metabolisme.

Sel bisa tetap normal atau menunjukkan kelainan fungsi yang diikuti dengan
perubahanmorfologis. Gangguan fungsi tersebut bisa bersifat reversibel ataupun
ireversibel sel tergantung dari mekanisme adaptasi sel. Cedera reversibel disebut juga
cedera subletal dan cedera ireversibel disebut juga cedera letal.

a) CIdera subletal

Terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan menunjukkan


perubahan morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan subletal ini bersifat
reversibel dimana bila stimulusnya dihentikan maka sel akan kembali pulih
seperti sebelumnya.

Cedera subletal ini disebut juga proses degeneratif. Perubahan degeneratif


lebih sering mengenai sitoplasma, sedangkan nukleus tetap dapat
mempertahankan integritasnya.

Bentuk perubahan degeneratif yang paling sering terjadi adalah akumulasi


cairan di dalam sel akibat gangguan mekanisme pengaturan cairan. Biasanya
disebabkan karena berkurangnya energi yang digunakan pompa natrium untuk
mengeluarkan natrium dari intrasel. Sitoplasma akan terlihat keruh dan kasar
(degenerasi bengkak keruh).

Dapat juga terjadi degenerasi lebih berat yaitu degenerasi lemak atau
infiltrasi lemak dimana terjadi penumpukan lemak intrasel sehingga inti terdesak
ke pinggir. Jaringan akan bengkak dan bertambah berat dan terlihat kekuning-
kuningan. Misalnya perlemakan hati (fatty liver) pada keadaan malnutrisi dan
alkoholik.

B. Cedera Letal

Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan berlangsung
lama serta melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka akan
menyebabkan kerusakan sel yang bersifat ireversibel (cedera sel) yang
berlanjut kepada kematian sel.
Pada buku patologi, perubahan morfologi sel karena rangsang nonletal
yang bersifat reversible pada sel disebut degenerasi. Istilah ini tidak lagi
digunakan, tetapi kini digunakan istilah baru yaitu jejas reversible atau perubahan
reversible.

Degenerasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pembengkakan sel


dan perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel tidak dapat
mengatur keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan
perubahan perlemakan bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam
sitoplasma dan terjadi karena hipoksia atau bahan toksik.

Perubahan perlemakan dijumpai pada sel yang tergantung pada


metabolism lemak seperti sel hepatosit dan sel miokard. (Janti Sudiono, 2003 :
13)

1. Degenerasi Albumin
Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua jejas sel.
Perubahan morfolofi yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Bila
pembengkakan sel sudah mengenai seluruh sel dalam organ, jaringan akan tampak pucat,
terjadi peningkatan turgor, dan berat organ.

Gambaran mikroskopis menunjukkan sel membengkak menyebabkan desakan


pada kapiler-kapiler organ. Bila penimbunan air dalam sel berlanjut karena jejas sel
semakin berat, akan timbul vakuola-vakuola kecil dan nampak cerah dalam sitoplasma.
Vakuola yang terjadi disebabkan oleh pembengkakan reticulum endoplasmik.

2. Degenerasi Hidrofik (Degenerasi Vakuolar)

Degenerasi hidrofik merupakan jejas sel yang reversible dengan penimbunan


intraselular yang lebih parah jika dengan degenerasi albumin. Merupakan suatu cedera sel
yang menyebabkan sel itu tampak bengkak.Hal itu dikarenakan meningkatnya akumulasi
air dalam sitoplasma.Sel yang mengalami degenerasi hidropik secara mikroskopis tampak
sebagai berikut:

* Sel tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air dalam sitoplasmanya

* Sitoplasma tampak pucat

* Inti tetap berada di tengah

* Pada organ hati,akan tampak lumen sinusoid itu menyempit

* Pada organ ginjal,akan tampak lumen tubulus ginjal menyempit

* Pada keadaan ekstrim sitoplasma sel akan tampak jernih dan ukuran sel makin
membesar (Balloning Degeneration) sering ditemukan pada sel epidermal yang
terinfeksi epitheliotropic virus, seperti pada pox virus.

Sedangkan secara makroskopis,sel akan tampak normal sampai bengkak,bidang


sayatan tampak cembung,dan lisis dari sel epidermal. Degenerasi Hidropik sering
dijumpai pada sel endothel, alveoli, sel epitel tubulus renalis, hepatosit, sel-sel neuron
dan glia otak.Dari kesekian sel itu,yang paling rentan adalah sel-sel otot jantung dan sel
sel pada otak.

Etiologinya sama dengan pembengkakan sel hanya intensitas rangsangan


patologik lebih berat dan jangka waktu terpapar rangsangan patologik lebih lama.
Secara miokroskopik organ yang mengalami degenerasi hidrofik menjadi lebih besar dan
lebih berat daripada normal dsan juga nampak lebih pucat. Nampak juga vakuola-vakuola
kecil sampai besar dalam sitoplasma

.Degenerasi ini menunjukkan adanya edema intraseluler, yaitu adanya


peningkatan kandungan air pada rongga-rongga sel selain peningkatan kandungan air
pada mitokondria dan reticulum endoplasma. Pada mola hedatidosa telihat banyak sekali
gross (gerombolan) mole yang berisi cairan. Mekanisme yang mendasari terjadinya
generasi ini yaitu kekurangan oksigen, karena adanya toksik, dan karena pengaruh
osmotic.

3. Degenerasi Lemak

Degenerasi lemak dan perubahan perlemakan (fatty change) menggambarkan


adanya penimbunan abnormal trigliserid dalam sel parenkim. Perubahan perlemakan
sering terjadi di hepar karena hepar merupakan organ utama dalam metabolism lemak
selain organ jantung, otot dan ginjal.

Etiologi dari degenerasi lemak adalah toksin, malnutrisi protein, diabetes mellitus,
obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan dalam proses metabolism lemak, akan timbul
penimbunan trigliserid yang berlebihan. Akibat perubahan perlemakan tergantung dari
banyaknya timbunan lemak. Jika tidak terlalu banyak timbunan lemak, tidak
menyebabkan gangguan fungsi sel, tetapi jika timbunan lemak berlebihan, terjadi
perubahan perlemakan yang menyebabkan nekrosis.

4. Degenerasi Hyalin (Perubahan Hyalin)


Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik dan bukan sebagai
tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan hyaline merupakan perubahan dalam sel
atau rongga ekstraseluler yang memberikan gambaran homogeny, cerah dan berwarna
merah muda dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Kedaan ini terbentuk akibat
berbagai perubahan dan tidak menunjukkan suatu bentuk penimbunan yang spesifik.

Degenerasi hyalin adalah proses degeneratif yang mempengaruhi berbagai sel dan
jaringan, menghasilkan pembentukan massa bulat ("tetesan") atau zat-zat yang homogen,
transparan, refractile, dan moderat sangat acidophilic; mungkin terjadi pada kolagen
jaringan berserat tua, otot polos arteriola atau rahim, dan sebagai tetesan dalam sel
parenkim.

Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Sel kehilangan
struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian
kecil, sehingga seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok
lainnya.

Contoh : degenerasi hialin pada otot ( penyakit Boutvuur)

Deskripsi lesi :

• Otot pucat
• Serabut otot terurai/putus-putus

• Terdapat penimbunan gas yang menyebabkan krepitasi

5. Degenerasi Zenker

Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang mengalami
nekrosis. Otot yang mengalami degenerasi zenker adalah otot rektus abdominis dan
diafragma.

6. Degenerasi Mukoid (Degenerasi atau Miksomatosa)

Mucus adalah substansi kompleks yang cerah, kental, dan berlendir dengan
komposisi yang bermacam-macam dan pada keadaan normal disekresi oleh sel epitel
serta dapat pula sebagai bagian dari matriks jaringan ikat longgar tertentu.

Musin dapat dijumpai di dalam sel, dan mendesak inti ke tepi seperti pada
adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difus terdiri atas sel-sel gaster yang
memiliki sifat ganas dan mengandung musin.

Musin tersebut akan mendesak inti ke tepi sehingga sel menyerupai cincin
dinamakan Signet Ring Cell. Musin di jaringan ikat, dahulu dinamakan degenerasi
miksomatosa. Keadaan ini menunjukkan adanya musin di daerah interselular dan
memisahkan sel-sel Stelata (Stellate Cell/ Star Cell). (Janti Sudiono, 2003 : 14-20)

3. Penyebab degenerasi
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Di bawah ini
merupakan penyebab-penyebab dari jejas sel :

1. Kekurangan oksigen (hipoksia)

2. Kekurangan nutrisi

3. Infeksi sel

4. Respons imun yang abnormal

5. Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan) dan
kimia (bahan-bahan kimia beracun)

Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua kategori


utama, yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian sel).
Degenerasi sel: mola hidatidosa termasuk jejas sel yang reversible yaitu apabila
penyebanya dihilangkan organ atau jaringan bias berfungsi normal

Sel dapat cedera akibat berbagai stresor. Cedera terjadi apabila stresor tersebut
melebihi kapasitas adaptif sel. Stresor penyebab cedera sel adalah sebagai berikut :
4. mekanisme degenerasi
Iskemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suplai oksigen terhadap
suatu jaringan atau organ tertentu. Iskemia dapat disebabkan oleh oklusi (bendungan)
terhadap aliran darah misal karena aterosklerosis, trombus atau emboli dan spasme
pembuluh darah.

Iskemia merupakan penyebab cedera sel yang paling sering terjadi. Iskemia pada
suatu organ menyebabkan terjadinya hipoksia pada sel-selnya, karena sel mengalami
penurunan suplai oksigen sehingga menyebabkan metababolisme di dalam sel berubah
anaerob.

Akibatnya terjadi penurunan produksi ATP sebagai sumber energi terhadap


berbagai aktifitas sel, termasuk didalammya adalah penurunan energi untuk aktifitas
transport aktif. transport aktif menggerakan pompa natrium memompa natrium dari
intrasel ke luar sel, karena adanya penurunan sumber energi untuk menggerakkan pompa
natrium maka terjadi kelebihan ion natrium di dalam sel.

Sebagai dampak kelebihan ion natrium intraselular ini terjadi pemindahan air dari
ekstrasel ke dalam intrasel sehingga terjadilah penumpukan cairan dalam sel/udem sel
(pembengkakan seluler). Pada kondisi ini sitoplasma secara mikroskopik akan tampak
pucat.

Apablia kondisi berlangsung terus menerus organela-organela dapat mengalami


pembengkakan, termasuk retikulum endoplasma. Bila penyebab keadaan ini segera
teratasi maka sel akan berangsur kepada fungsi dan struktur semula, akan tetapi kalau
faktor penyebabnya tidak hilang dan terus menerus (persisten) terjadi kondisi yang
kekurangan oksigen maka bisa terjadi penurunan fungsi mitokondria dan organela lain
seperti retikulum endoplasma yang mensintesa protein dan lipid untuk regenerasi
membran sel.

Kerusakan membran sel juga terjadi karena tidak berfungsinya pompa kalsium
juga menyebabkan kalisum bebas masuk ke intrasel dan mengaktifkan enzim
phospolipase sehingga mengakibatkan kerusakan membran sel. Selain hal tersebut di
atas, iskemia menyebabkan metabolisme anaerob. Dampak negatif metabolisme anaerob
adalah penumpukan asam laktat intrasel, selanjutnya menurunkan pH cairan intrasel dan
mengganggu proses kerja dari enzim-enzim intrasel.

You might also like