You are on page 1of 16

Ê Ê

   
A. Latar Belakang

Pada suatu negara harus terdapat hubungan antara Pemerintah dan masyarakatnya.
Pemerintah dan masyarakat masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama
terhadap negara itu sendiri. Hak dan kewajiban itu telah diatur dalam UUD 1945 diantaranya
terdapat pada pasal 26-30. Hak dan kewajiban itu antara lain adalah sebagai berikut :

Hak warga negara Indonesia :

a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.

b. Hak membela negara

c. Hak berpendapat

d. Hak kemerdekaan memeluk agama

e. Hak mendapatkan pengajaran

f. Hak utuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia

g. Hak ekonomi untuk mendapat kan kesejahteraan sosial

h. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial

Sedangkan kewajiban warga negara Indonesia terhadap negara Indonesia adalah :

a. Kewajiban mentaati hukum dan pemerintahan

b. Kewajiban membela negara

c. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara

Dalam makalah ini kita akan membahas secara terperinci tentang hak dan kewajiban warga
negara dalam pembelaan negara.

c
B. Tujuan

1. Untuk memahami hak dan kewajiban kita sebagai warga negara.

2. Untuk menumbuhkan rasa nasionalisme kita sebagai warga negara terhadap Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

3. Untuk mengantisipasi ancaman dan gangguan dari luar terhadap pertahanan dan keamanan

NKRI.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud hak dan kewajiban?

2. Siapa saja yang disebut warga negara?

3. Apa saja hak dan kewajiban kita sebagai warga negara?

4. ancaman dan gangguan apa saja yang perlu kita waspadai sebagai upaya pembelaan negara
serta pertahanan dan keamanan negara?

5. upaya apa saja yang dapat kita lakukan untuk ikut serta dalam pembelaan negara?

a
Ê Ê













 

 








Menurut Prof. Dr. Notonegoro Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan
suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat
dilakukan oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya.

Kewajiban berasal dari kata wajib. Menurut Prof. Dr. Notonegoro wajib adalah beban
untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak
tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara
paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban pada intinya adalah sesuatu yang harus
dilakukan. Disini kewajiban berarti suatu keharusan maka apapun itu jika merupakan
kewajiban kita harus melaksaakannya tanpa ada alasan apapun itu.

Menurut Pasal 26 ayat 1 disebutkan dengan jelas bahwa yang menjadi warga Negara
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga Negara pada ayat 2, syarat ±syarat mengenai
kewarganegaraan ditetapkan dgn undang-undang.






 


 

  


Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara .


ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut :

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara

2. Penduduk ialah waraga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia

3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

Beradasarkan hal diatas , kita mengetahui bahwa orang yang dapat menjadi warga
negara Indonesia adalah :


a. Orang-orang bangsa Indonesia asli

b. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi warga


negara
Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang warga negara adalah Undang-Undang No.12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Pewarganegaraan adalah tatacara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan


Republik Indonesia melalui permohonan . Dalam Undang-Undang dinyatakan bahwa
kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui pewarganegaraan.

!
 








 
"
 ! !  
  "!





 "#

1. Telah berusia 18(delapan belas) tahun atau sudah kawin

2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara


Republik Indonesia paling singkat 5 (lima)tahun berturut-turut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut

3. Sehat jasmani dan rohani

4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan

pidana penjara 1 (satu) tahun

6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia, tidak menjadi

kewarganegaraan ganda

7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap

8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.


$

 
 



 
$
 %& '
!"  &(()  






*"   
"#

a. Asas Ius Sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang

3
berdasarakan keturunan bukan negara tempat kelahiran

b. Asas Ius Soli scera terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
berdasarakan negara tempat kelahiran, yang diperuntukkan terbatas bagi anak-anak

sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan

bagi setiap orang

d. Asas kewaraganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang ini.

Ê

 


  

 

  


Berikut ini adalah hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara Indonesia yang telah
tercantum dalam undang-undang dasar 1945

1. Hak atas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan

Merupakan konsekuensi dari prinsip kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan yang
dianut Indonesia. Pasal 27 (1) menyatakan tentang kesamaan kedudukan warga Negara dalam
hukum dan pemerintahan tanpa pengecualian. Pasal ini menunjukkan kepedulian kita
terhadap hak asasi sekaligus keseimbangan antara hak dan kewajiban dan tidak adanya
diskriminasi diantara warga negara.

2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

Sesuai dengan yang tertuang dalam pasal 27 (2). Pasal ini menunjukkan asas keadilan
sosial dan kerakyatan.

3. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul

Pasal 28 UUD 1945 menetapkan hak warga negara dan penduduk untuk berserikat
daan berkumpul, mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan dan sebagainya. Syarat-

J
syaratnya akan diatur dalam undang-undang. Pelaksanaan pasal 28 telah diatur dalam
undang-undang antara lain:

1. UU No.1 Tahun 1985 tentang perubahan atas UU no. 15 tahun 1969 tentang pemilihan
umum anggota Badan permusyawaratan/perwakilan Rakyat sbagai mana telah diubah
dengan UU No. 4 tahun 1975 daan UU No. 3 tahun 1980.

2. UU No. 2 tahun 1985 tentang perubahan aatas UU No. 16 tahun 1969 tentang susunan
dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5
tahun 1975

4. Kemerdekaan memeluk agama

Pasal 29 (1),(2) UUD 1945 mengatur kemerdekaan beragama di Indonesia. Hak atas
kebebasan beragama bukan pemberian Negara atau golongan melainkan berdasarkan
keyakinan sehinga tidak dapat dipaksakan.

5. Hak dan kewajiban bela Negara

Pasal 30 (1) UUD 1945 menyatakan keewajiban dan hak setiap warga negara untuk
ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan ayat (2) menyatakan bahwa pengaturannya
lebih lanjut dilakukan dengan undang-undang. Undang-undang yang dimaksudkan adalah UU
No. 20 tahun 1982.

6. Hak mendapatkan pengajaran

Termuat dalam pasal 31 (1),(2) UUd 1945, ini sesuai dengan tujuan Negara kita
dalam pembukaan UUD 1945 bahwa bangsa Indonesia antara lain berkewajiban
mencerdaskan kehidupan bangsa.

£ 
"
  
 

 



 






Hak dan kewajiban dalam pembelaan negara telah diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945 dalam Pasal 30 sebagai berikut:

x
Ayat (1) menyebutkan tentang hak dan kewajiban tiap warga negara ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
Ayat (2) menyebutkan usaha pertahanan dan keamanan rakyat,
Ayat (3) menyebutkan tugas TNI sebagai "mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara".
Ayat (4) menyebut tugas Polri sebagai "melindungi, mengayomi, melayani masyarakat,
dan menegakkan hukum".
Ayat (5) menggariskan, susunan dan kedudukan, hubungan kewenangan TNI dan Polri
dalam menjalankan tugas, serta hal-hal lain yang terkait dengan pertahanan dan keamanan,
diatur dengan undang-undang (UU).
Dari pembacaan Pasal 30 secara utuh dapat dinyatakankan, meski TNI dan Polri
berbeda dalam struktur organisasi, namun dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-
masing keduanya bekerja sama dan saling mendukung dalam suatu "sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta". Pengaturan tentang sinkronisasi tugas pertahanan negara (hanneg)
dan keamanan negara (kamneg) itulah yang seyogianya ditata ulang melalui undang-undang
yang membangun adanya "ke-sistem-an" yang baik dan benar.
Tanggal 8 Januari Tahun 2002 DPR melahirkan UU No 2 dan UU No 3 Tahun 2002,
masing-masing tentang Polri dan tentang Hanneg, hasil dari Ketetapan MPR No VI dan VII
Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri . Pada 18 Agustus 2000 Komisi Konstitusi
meresmikan Amandemen Kedua UUD 1945 yang menghasilkan Ayat (2) Pasal 30 UUD
1945 dengan rumusan sistem "han" dan "kam" serta "ra" dan "ta" . Pada Agustus 2003
Ketetapan I MPR Tahun 2003 menggugurkan Ketetapan VI dan VII MPR Tahun 2000
setelah ada perundang-undangan yang mengatur Polri dan tentang Hanneg. Pertengahan
Oktober 2004 DPR meluluskan UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI.
Dengan demikian, pada awal Maret 2005 telah ada UU tentang Hanneg, UU tentang
Polri, dan UU tentang TNI. Namun, hingga kini belum ada UU tentang "Keamanan Negara"
guna merangkai "Kamneg" dalam satu sistem dengan "Hannneg" (kata "dan" antara "han"
dan "kam" untuk membedakan dan memisahkan organisasi TNI dari Polri). Sayang, UU
tentang Polri, UU tentang Hanneg, dan UU tentang TNI sama sekali tidak menyebut "sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta" sebagai landasan pokok pemikiran bahwa ada
kaitan sinergis antara fungsi "pertahanan negara" dan "keamanan negara".
Oleh karena itu, apabila kita konsisten dengan amanat Pasal 30 Ayat (2), yaitu
membangun sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta, perlu disiapkan UU tentang
Pertahanan dan Keamanan Negara yang lebih bermuatan semangat dan kinerja
‰
"sishankamrata". Bila penyebutan pertahanan negara (hanneg) dan keamanan negara
(kamneg) dipilih sebagai peristilahan baku, dari logikanya seharusnya ada UU Keamanan
Negara yang mewadahi UU Polri. Sebagaimana pasal-pasal dalam UU Hanneg menyebut,
pertahanan negara bukan sekadar mengurus tentang TNI, maka UU Kamneg perlu
menegaskan, keamanan negara bukan sekadar tugas dan wewenang Polri. Penjelasan UU
tentang TNI menyebutkan, "di masa mendatang TNI akan berada dalam Departemen
Pertahanan (Dephan)", suatu pengukuhan konsep dan praktik supremasi sipil serta efisiensi
kebijakan, strategi, dan penggunaan kekuatan TNI. UU Polri pun perlu "ditemani" UU
Kamneg yang kelak mengintegrasikan Polri ke dalam suatu institusi sipil (misalnya,
Departemen Dalam Negeri) sebagaimana Dephan kelak menjadi instansi yang
mengintegrasikan TNI di dalamnya.
Dephan menyiapkan naskah akademik melalui undang-undang yang 1) Mencerminkan
adanya "kesisteman" antara pertahanan negara dan keamanan negara; 2) Mengandung adanya
semangat kerjasama TNI dan Polri dalam departemen dengan otoritas sipil yang berbeda; dan
3) Membina kerja sama, baik antara fungsi TNI dan fungsi Polri di lapangan, diharapkan
"merapikan" dan "menyelaraskan" pasal-pasal yang ada dalam UU tentang Polri, UU tentang
Hanneg serta UU tentang TNI.
Pasal 30 UUD 1945 menerangkan bahwa, pertahanan negara tidak sekadar pengaturan
tentang TNI dan bahwa keamanan negara tidak sekadar pengaturan tentang Polri. Pertahanan
negara dan keamanan negara perlu dijiwai semangat Ayat (2) tentang "sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta". Makna dari bunyi Ayat (5), ³yang terkait pertahanan dan
keamanan negara, diatur dengan undang-undang" adalah bahwa RUU, UU, dan Peraturan
Pemerintah lain seperti RUU Intelijen, UU tentang Keimigrasian, UU tentang Kebebasan
Informasi, UU Hubungan Luar Negeri, RUU tentang Rahasia Negara, UU tentang Otonomi
Daerah, dan hal-hal lain yang terkait pertahanan dan keamanan negara perlu terjalin dalam
semangat kebersamaan "sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta".
·  
 
  
   
 
  
  
    
 ·  

 
·
   
                 !!"#$·%
Sejalan dengan tekad itu, perluasan dan pendalaman sekitar makna Pasal 30 UUD
1945 adalah salah satu tugas menteri pertahanan. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945
pada pasal 30 tertulis bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara." dan " Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang."
Jadi sudah pasti mau tidak mau kita wajib ikut serta dalam membela negara dari segala
[
macam ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari
dalam.

Ê



!" "

"
 

Ê


#

1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional.

2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.

3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI.
Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.

4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.

5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.

6. Amandemen UUD '45 Pasal 30 dan pasal 27 ayat 3.

7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

V  
 V         
    

Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan
serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari
dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

Contoh Bentuk-bentuk ancaman menurut doktrin hankamnas (catur dharma eka karma) :

1. Ancaman di dalam negeri Contohnya adalah pemeberontakan dan subversi yang berasal
atau terbentuk dari masyarakat indonesia.


2. Ancama dari luar negeri Contohnya adalah infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan
kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar
negri.

"" $"" 

 



Membela negara identik dengan makna mengikuti sebuah peperangan. Jika kita masih
hidup dalam masa penjajahan dahulu, membela negara dengan ikut serta dalam peperangan
memang sangat dibutuhkan untuk menunjukkan rasa nasionalisme kita kepada bangsa
indonesia. Namun dengan keadaan kita saat ini yang sudah merdeka , apakah sudah tidak
perlu lagi melakukan pembelaan negara??. Tentu saja tidak.

+
 


!
"

"" 


 ""
  
,



 #

1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling).

Hal kecil seperti ini sebenarnya sudah cukup untuk menunjukkan rasa kepedulian kita
terhadap pembelaan negara. Dengan mengikuti kegiatan ini kita dapat menjaga bagian dari
negara kita (masyarakat) agar tercipta keamanan dan kenyamanan dalam hidup
bermasyarakat. Dengan terciptanya keamanan ini berarti kita telah membantu tugas dari
petugas keamanan dalam menciptakan keamanan negara dari segala bentuk ancaman yang
dapat merugikan masyarakat maupun negara.

2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri

Dengan melakukan kegiatan seperti ini pun kita juga sudah melaksanakan kewajiban kita
sebagai warga negara yaitu membantu saudara kita yang sedang mengalami musibah demi
terciptanya rasa kepedulian terhadap sesama.

3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atau
PKn

Dengan mengikuti mata kuliah Pkn kita dapat melihat sejarah maupun perkembangan
negara kita, sehingga kita lebih paham tentang keadaan dan permasalahan-permasalahan yang
sedang dihadapi negara. Atau bahkan mungkin kita dapat memberikan solusi yang nyata
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh nagara kita.

c
4. Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka.

Ekstra kurikuler semacam itu dapat membuat rasa kepedulian kita terhadap negara
semakin tinggi, sehingga dapat menciptakan rasa cinta tanah air dann negara yang tinggi
serta menumbuhkan rasa kerelaan dalam pembelaan negara.

+ 

 

" 


Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara
dengan mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan pada NKRI / Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti para pahlawan yang rela
berkorban demi kedaulatan dan kesatuan NKRI.

Ê

 -
,

,



"
 
!


 


 

# 

1. Terorisme Internasional dan Nasional.

2. Aksi kekerasan yang berbau SARA.

3. Perbatasan wilayah dan Pelanggaran wilayah negara baik di darat, laut, udara dan luar
angkasa.
4. Gerakan separatis dan referendum pemisahan diri membuat negara baru.

5. Kejahatan dan gangguan lintas negara.

6. Ilegal loging dan Pengrusakan lingkungan.

Ancaman dan gangguan seperti inilah yang perlu diwaspadai sehingga negara
membutuhkan pembelaan untuk menjauhkan kita dari segala bentuk ancaman dan gangguan
yang dapat membuat negara kita mengalami permasalahan-permasalahan yang semakin
banyak.

.
$!


 





 


Hubungan institusi pemerintahan yang mengatasnamakan negara dengan warga
negara memiliki timbal balik. Baik negara maupun warga negara memiliki hak dan kewajiban
untuk saling memberikan konstribusi. Jadi sselain wajib ikut serta dalam pembelaan negara,
sebagai warga tentunya kita juga punya hak untuk dibela. Dalam beberapa kasus
permasalahan, ada komdisi yang memungkinkan negara (pemerintah) untuk turun langsung
dalam menyelesaikan permasalahan kita. Contohnya dalah saat ada bencana alam ataupun

cc
musibah yang lain. Saat inilah kita sebagai warga negara dapat menuntut hak kita sebagai
masyarakat dan warga negara kepada negara untuk ikut berperan serta dalam membantu
menyelesaikan permasalahan yang sedang kita hadapi. Namun, kita tidak boleh hanya
menuntut hak saja tanpa melaksanakan kewajiban kita. Setiap tindakan pasti akan ada
konsekuensinya, begitupun dalam hak dan kewajiban. Jika kita ingin mendapatkan hak kita
secara utuh, maka kita juga harus melaksanakan kewajiban kita.

ca
Ê Ê

'

"


1. Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun
juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.

2. Kewajiban pada intinya adalah sesuatu yang harus dilakukan. Disini kewajiban berarti
suatu keharusan maka apapun itu jika merupakan kewajiban kita harus melaksaakannya tanpa
ada alasan apapun itu.

3.orang-orang yangdisebut warga negara adalah :

a. Orang-orang bangsa Indonesia asli

b. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi warga


negara

4. Asas-asas yang dipakai dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia meliputi :

a. Asas Ius Sanguinis

b. Asas Ius Soli scera terbatas

c. Asas kewarganegaraan tunggal

d. Asas kewaraganegaraan ganda terbatas

5. Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :

a. Pasal 26-30 Undang-Undang Dasar 1945

b. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional.

c. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.


d. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI.
Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.

e. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.

f. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.

g. Amandemen UUD '45 Pasal 30 dan pasal 27 ayat 3.

h. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

6. Membela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara
lain seperti :

a. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling).

b. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri

c. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atau
PKn

d. Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka.

7. Beberapa jenis / macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara :

a. Terorisme Internasional dan Nasional.

b. Aksi kekerasan yang berbau SARA.

c. Perbatasan wilayah dan Pelanggaran wilayah negara baik di darat, laut, udara dan
luar angkasa.

d. Gerakan separatis dan referendum pemisahan diri membuat negara baru.

e. Kejahatan dan gangguan lintas negara.

f. Ilegal loging dan Pengrusakan lingkungan.

8. Selain berkewajiban dalam pembelaan negara, kita juga mendapatkan hak dalam
pembelaan dalam kondisi-kondisi tertentu dimana kita membutuhkan pembelaan karena
adanya hubungan institusi pemerintahan yang mengatasnamakan negara dengan warga

c3
negara memiliki timbal balik. Baik negara maupun warga negara memiliki hak dan kewajiban
untuk saling memberikan konstribusi.

Ê * 

Sebagai warga negara kita mempunyai hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam
mewujudkan pertahanan dan keamanan negara. Kita sebagai warga negara yang baik tidak
boleh mendahulukan antara hak ataupun kewajiban namun seharusnya hak dan kewajiban itu
dapat berjalan seimbang.

cJ
DAFTAR PUSTAKA



 
 

 


 


 

  







 


 
 aca


 


 







   


 
 cJ3ax  xJ3  
x3

cx

You might also like