You are on page 1of 13

Minggu, 31 Januari 2010

Pengertian Siput (Mollusca)

PENDAHULUAN
1. Pengertian Siput (Mollusca)
Kata mollusca berasal dari bahasa Latin yang berarti lunak. Jadi mollusca dapat diartikan
sebagai hewan bertubuh lunak. Tubuh lunak tersebut tidak bersegmen-segmen dan
terbungkus oleh mantel yang terbuat dari jaringan khusus, dan umumnya dilengkapi dengan
kelenjar-kelenjar yang dapat menghasilkan cangkang. Di antara mantel dan dinding tubuh
terdapat rongga mantel. Beberapa jenis hewan ini, tubuhnya terlindung oleh cangkang dari
zat kapur (kalsium karbonat) yang keras tapi ada pula mollusca yang tidak bercangkang,
misalnya cumi-cumi.Hewan ini tergolong triploblastik selomata.
Mollusca merupakan kelompok hewan terbesar kedua dalam kerajaan binatang, setelah filum
Arthropoda dengan anggota yang masih hidup berjumlah sekitar 75 ribu jenis, serta 35 ribu
jenis dalam bentuk fosil. Mollusca bersifat kosmopolit, artinya ditemukan di mana-mana, di
darat, air payau, di laut, di air tawar mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub. Dari
palung benua di laut sampai pegunungan yang tinggi, bahkan mudah saja ditemukan di
sekitar rumah kita. Kebanyakan siput merupakan herbivora, walaupun beberapa spesies yang
hidup di darat dan laut dapat merupakan omnivora atau karnivora predator. Beberapa contoh
hewan Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput kebun ( helix sp), siput laut
( Littorina sp) dan siputairtawar ( limnaeasp).

Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk hampir semua anggota kelas
mollusca Gastropoda yang memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Kelas
Gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesies anggotanya setelah
insekta. Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi siputpun sangat bervariasi antar spesies.
Hal ini menunjukkan kemampuan adaptasi Mollusca terhadap lingkungan sangat tinggi. Tapi
pada umumnya moluska hidup di laut. Tubuhnya terdiri atas kaki, Mollusca juga mempunyai
bagian tubuh yang disebut sebagai kaki muskular yang dipakai dalam beradaptasi untuk
bertahan di substrat, menggali membor substrat, atau melakukan pergerakan dan sebagai alat
untuk menangkap mangsa. Dengan kepala yang berkembang beragam menurut klasnya.
Tubuhnya juga dapat mengeluarkan lendir untuk membantu berjalan.

2. Karakteristik Mollusca
a) Tubuhnya bilateral simetris.
b) Tubuhnya pendek, terlindung cangkang, yang tersusun atas zat kapur yang dihasilkan oleh
kelenjar mantel. Struktur kepala Mollusca semakin berkembang.
c) Alat pencernaan telah berkembang sempurna, terdiri atas mulut, kerongkongan yang
pendek, lambung, usus, dan anus. Salurannya memanjang dari mulut hingga anus. Pada mulut
telah ditemukan lidah bergerigi atau radula dan hampir semua jenis mollusca memilikinya
dalam mulutnya yang digunakan untuk makan, anusnya terbuka ke rongga mantelanus
tersebut terletak di bagian anterior tubuh. Kelenjar pencernaan telah berkembang baik.
d) Kecuali Cephalopoda, peredaran darahnya terbuka. Darah dapat mengangkut zat-zat
makanan dan diedarkan ke seluruh tubuh mollusca, zat sisa metabolisme dan zat asam
dikeluarkan lewat alat ekskresi yaitu nefridia (tunggal:nefridium). Jantungnya terdiri atas
bagian dorsal yang dikelilingi parikardium.
e) Pernapasannya dilakukan oleh pulmonum, epidermis, insang (etenidia) yang terletak di
rongga mantel, dan mantel. Gastropoda yang hidup di darat melakukan pernapasan dengan
paru-paru.
f) Alat ekskresinya berupa ginjal atau nefridium.
g) System sarafnya berupa tiga pasang simpul saraf (ganglion), yaitu ganglion sarebral,
ganglion visceral, ganglion pedal. Ketiganya dihubungkan dengan serabut-serabut saraf.
Sistem saraf Mollusca juga terdiri dari cincin saraf yang memiliki esofagus dengan serabut
saraf yang menyebar.
h) Alat kelamin umumnya terpisah (dioseus), tetapi ada pula yang hermafrodit
pembuahannya eksternal.
i) System pergerakan denga menggunakan kaki yang berotot dan bentuknya berbeda-beda
sesuai dengan jenis mollusca.
j) Reproduksi mollusca terjadi secara seksual dengan fertilisasi internal. Moluska ada yang
bersifat diesis dan ada pula yang monoensis.
k) Ukuran dan bentuk tubuh Mollusca sangat bervariasi. Misalnya, siput yang panjangnya
hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun, ada juga cumi-cumi raksasa
dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m.
Berdasarkan bentuk dan kedudukan kaki, cangkok, mantel, insang, dan system sarafnya serta
ada tidaknya cangkang, Mollusca dibedakan menjadi lima kelas, yaitu:
1. Bivalvia (pelecypoda), yaitu golongan kerang,
2. Gastropoda, yaitu golongan siput,
3. Cephalopoda, yaitu golongna cumi-cumi,
4. Scaphopoda, golongan si cangkang gading, dan
5. Amphineura, yaitu golongan kiton.

berikut ini kita bahas lebih rinci masing-masing kelas satu persatu.

1.Bivalvia(Pelecypoda)

Hewan kelas ini selalu mempunyai cangkang katup sepasang maka disebut sebagai Bivalvia.
Hewan ini disebut juga Pelecypoda yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu pelecys yang
artinya kapak kecil dan podos yang artinya kaki. Jadi Pelecypoda berarti hewan berkaki pipih
seperti mata kapak. Hewan kelas ini pun berinsang berlapis- lapis maka sering disebut
Lamellibranchiata.

Cangkang dihubungkan oleh engsel elastis. Apabila cangkang terbuka kaki keluar untuk
bergerak. Untuk menutup cangkang dilakukan oleh otot transversal yang terletak di akhir
kedua ujung tubuh di bagian dekat dorsal, yaitu otot aduktor anterior dan posterior. cangkok
berjumlah dua (sepasang) ada di bagian anterior dan umbo (bagian yang
membesar/menonjol) terdapat dibagian posterior (punggung).. Adanaya otot-otot aduktor ini
menyebabkan dua cangkang dapat membuka dan menutup. Pada umumnya hidup di perairan
baik air tawar maupun air laut yang banyak mengandung zat kapur yang digunakan untuk
membentuk cangkangnya.

A.Struktur Tubuh Bivalvia


Kelas ini mencangkup bangsa kerang. Tubuhnya bilateral simetris, terlindung oleh cangkang
kapur yang keras. Bagian cangkang terdiri atas bagian torsal dan bagian ventral.
Pada bagian torsal terdapat:
a. gigi sendi, sebagai poros ketika katup membuka dan menutup serta meluruska kedua katup;
b. ligament sendi, berfungsi menyatukan katup bagian dorsaldan memisahkan katup sebelah
vertal;
c. umbo, tonjolan cangkang di bagian dorsal.
Kalau dibuat sayatan memanjang dan melintang, tubuh kerang akan tampak bagian-bagian
sebagai berikut.
1. Paling luar adalah cangkang yang berjumlah sepasang, fungsinya untuk melindungi
seluruh tubuh kerang.
2. mantel, jaringan khusus, tipis dan kuat sebagai pembungkus seluruh tubuh yang lunak.
Pada bagian belakang mantel terdapat dua lubang yang disebut sifon. Sifon atas berfungsi
untuk keluarnya air, sedangkan sifon bawah sebagai tempat masuknya air.
3. insang, berlapis-lapis dan berjumlah dua pasang. Dalam insang ini banyak mengandung
pembuluh darah.
4. kaki pipih. Bila akan berjalan kaki dijulurkan ke anterior.
5. di dalam rongga tubuhnya terdapat berbagai alat dalam seperti saluran pencernaan yang
menembus jantung, alat peredarn, dan alat ekskresi (ginjal).
B. Cangkang kerang terdiri atas tiga lapis, yaitu urut dair luar ke dalam sebagai berikut.
1. Periostrakum, merupakan lapisan tipis dan gelap yang tersusun atas zat tanduk yang
dihasilkan oleh tepi mantel; sehingga sering disebut lapisan tanduk, fungsinya untuk
melindungi lapisan yang ada di sebelah dalamnya dan lapisan ini berguna untuk melindungi
cangkang dari asam karbonat dalam air serta memberi warna cangkang..
2. Prismatic, lapisan tengah yang tebal dan terdiri atas kristal-kristal kalsium karbonat yang
berbentuk prisma yang berasal dari materi organik yag dihasilkan oleh tepi mantal.
3. Nakreas, merupakan lapisan terdalam yang tersusun atas kristal-kristal halus kalsium
karbonat. merupakan lapisan mutiara yang dihasilkan oleh seluruh permukaan mantel. Di
lapisan ini, materi organik yang ada lebih banyak daripada di lapisan prismatic. Lapisan ini
tampak berkilauan dan banyak terdapat pada tiram/kerang mutiara. Jika terkena sinar, mampu
mamancarkan keragaman warna. Lapisan ini sering disebut sebagai lapisan mutiara.
Lapisan mutiara ini terbentuk dari getah-getah yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar pada
sel-sel mantel. Pembentukan mutiara oleh bivalvia adalah proses yang terjadi kerena aktifitas
cangkang, yaitu sebagai berikut. Jika ada benda asing yang ada di luar tubh, seperti butiran
pasir atau suatu parasit, yang secara tidak sengaja masuk ke dalam cangkang maka akan
disimpan dalam suatu kantong kecil dalam mantel.

Di mentel banyak disekresikan nekreas oleh lapisan epitelium kantong tersebut. Sedikit demi
sedikit nakreas melapisi partikel atau benda asing tersebut. Dalam waktu 4 tahun partikel dan
lapisan nakreas itu telah menjadi mutiara. Didasarkan pada kenyataan ini maka manusia
membuat mutiara. Cara yang biasa ditempuh adalah denagn memasukkan benda asing seperti
arang, pasir, dan benda lain di sela antara mantel dan cangkang untuk mengeluarkan
getahnya. Getah ini menyelimuti benda asing tersebut selanjutnya mengkristalkan
membentuk butiran mutiara. Di jepang telah dilakukan penyelidikan yang mengarah pada
produksi mutiara untuk kepentingan komersial, yakni dengan kultur mutiara. Di Indonesia
terdapat pusat pengembangan mutiara, antara lain di lombk, NTB, dan kepulauan banggai
sulawesi tegah.

Makanan kerang berupa hewan kecil yang terdapat dalam perairan yang masuk bersama air
melalui sifon. Alat pernapasan kerang berupa insang dan bagian mantel. Insang kerang
berbentuk W dengan banyak lamella yang mengandung banyak batang insang. Pertukaran O2
dan CO2 terjadi pada insang dan sebagian mantel. Mantel terdapat di bagian dorsal meliputi
seluruh permukaan dari cangkang dan bagian tepi. Antara mantel dan cangkang terdapat
rongga yang di dalamnya terdapat dua pasang keping insang, alat dalam dan kaki. Alat
peredaran darah sudah agak lengkap denagn pembuluh darah terbuka. System pencernaan
dari mulut sampai anus.
C. System sarafnya terdiri dari 3 pasang ganglion yang saling berhubungan yaitu:
1. ganglion anterior terdapat di sebelah ventral lambung
2. ganglion pedal terdapat pada kaki
3. ganglion posterior terdapat di sebelah ventral otot aduktor posterior.
Kerang berkembang biak secara kawin. Umumnya berumah dua dan pembuahannya internal.
Telur yang dibuahi sperma akan berkembang manjadi larva glosidium yang terlintang oleh
dua buah katup. Ada beberapa jenis yang dari katupnya keluar larva panjang dan hidup
sebagai parasit pada hewan lain, misalnya pada ikan. Setelah beberapa lama larva akan keluar
dan hidup sebagaimana nenek moyangnya.

Contoh Bivalvia, antara lain :


1. Asaphis detlorata/remis,
2. Teredo navalis/kerang pengebor kayu,
3. Mytilus edulis/kerang hijau,
4. Meleagrina margaretifera/kerang mutiara.
5. Mytilus viridis/kerang hijau,
6. Anadara granosa /kerang darah
7. Tridagna gigas /kima
Banyak spesies Bivalvia yangdapat dimanfaatkan oleh manusia, misalnya tiram (Ostrea),
kerang bulu, dan remis (Corbicula) digunakan sebagai bahan makanan. Cangkang Bivalvia
dapat digunakan sebagai hiasan dinding, perhiasan ataupun kancing. Bahkan karena adanya
lapisan nacre pada cangkangnya, beberapa jenis Bivalvia dapat menghasilkan mutiara,
contohnya kerang mutiara Pinctada margaritifera dan P. maxima. Mutiara merupakan bahan
perhiasan wanita yang sangat mahal harganya.

Ada juga jenis-jenis Bivalvia yang merugikan, seperti “ cacing kapal ” (Teredo navalis) yang
menimbulkan kerusakan besar pada dermaga dan kapal kayu. Organisme tersebut bukanlah
cacing, melainkan suatu jenis Bivalvia yang menggunakan cangkangnya untuk membuar
terowongan pada kayu yang terendam di laut. Selain itu, kerang jenis tertentu (Anadara)
merepakan pembawa bakteri Salmonella typhi pembawa tifus.

2. Gastropoda
Gastropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu gaster yang berarti perut dan podos yang berarti
kaki. Jadi Gastropoda berarti hewan bertubuh lunak yang berjalan dengan menggunakan
perutnya. Hewan ini meliputu 50.000 spesies, tetapi 15.000 di antaranya telah punah. Hewan
ini tersebar di seluruh permukaan bumi, baik di darat, di air tawar, maupun di air laut. Pada
umumnya, hewan ini bersifat herbifor, sering memakan sayuran budidaya sehingga
merugikan manusia. Namun, akhir-akhir ini beberapa gastropoda telah dicobakan menjadi
bahan makanan, karena kandungan proteinnya tinggi, misalnya bekicot (achatina fulica) dan
beberapa jenis siput.

Gastropoda ada yang memiliki cangkang tunggal, ganda, atau tanpa cangkang. Bentuk
cangkangnya bervariasi, ada yang bulat, bulat panjang, bulat kasar, atau bulat spiral.
Cangkang umumnya spiral asimetri.fungsi cangkang untuk melndungi kepala, kaki, dan alat
dalam. Pada keadaan bahaya, cangkang ditutup oleh epifragma.

Di bagian dalam cangkang terdapat mantel yang mambungkus seluruh tubuh gastropoda.
Mantel ini tebal, kecuali pada baian dekat kaki buasanya tipis. Matel berfungsi membentuk
ekskresi untuk membentuk cangkang baru.

A. Struktur Tubuh Gastropoda


1. Tubuh larvanya bilateral simetri tetap ada perkembangan selanjutnya tubuh bagian
belakang dan alat-alat dalamnya mengalami pembengkokan hampir membentuk lingkaran.
Kecuali siput telanjng atau Vaginula, seluruh anggota tubuh Gastropoda terlindung oleh
sebuah cangkang berkatup satu, sehingga disebut univalve.
Tubuh siput terdiri atas kepala dan badan. Struktur kepala sudah tampak jelas. Pada bagian
ini terdapat dua pasang tentakel dan mulut. Tentekel yang terdapat di kepala tersebut meliputi
sepasang tentakel dengan mata (khusus yang hidup di darat) dan sepasang tentakel untuk
indra pembau.
2. Mulut Gastropoda telah berkembang baik. Letaknya di ujung anterior, dilengkapi dengan
rahang dari zat tanduk serta lidah parut atau radula di dasar perutnya. Anus terletak di bagian
anterior tubuh.
3. Alat peredaran darah siput terdiri atas jantung dan pembuluh darah yang masih sederhana.
Jantung terdiri atas serambi dan ventrike yang terletak dalam rongga parikardial. Peredaran
darah merupakan system peredaran darah terbuka.
4. Alat respirasi Gastropoda berupa insang bagi yang hidup di air dan paru pulmonum bagi
yang hidup di darat. Di samping itu, kadang-kadang rongga mantel juga dapat melakukan
fungsi respirasi. Pulmonum merupakan jalinan antara pembuluh-pembuluh darah yang
berhubungan langsung dengan jantung.
5. Alat ekskresinya berupa ginjal yang terdapat di dekat jantung. Ginjal ini memiliki saluran
ekskresi yang bermuara pada mantel.
6. System saraf Gastropoda terdiri atas tiga pasang, yaitu ganglion visceral, ganglion pedal,
dan ganglion serebral. Di bawah ganglion pedal terdapat sepasang alat keseimbangan atau
statosit.
Siput berkembang biak dengan kawin dan bersifat hemaprodit, tetapi tidak mempu
melakukan autofertilisasi. Alat reproduksinya disebut ovotestis, yaitu suatu badan penghasil
ovum dan sperma. Sperma yang dihasilkan akan diteruskan ke saluran sperma., ditampung
dalam kantung sperma dan dikeluarkan melalui alat kawin. Sedangkan sel telur yang
dihasilkan akan diteruskan ke saluran telur, reseptakel seminal, dan akhirnya keluar melalui
lubang kelamin.

Walaupun Gastropoda merupaka organisme hemaprodit, agar terjadi reproduksi tetap


diperlukan dua individu. Reproduksi dimulai ketika dua Gastropoda saling mendekat dan
saling memasukkanpenis masing-masing ke lubang kelamin pasangannya untuk
memindahkan sperma. Setelah itu keduanya berpisah dan masing-masing Gastropoda
meletakkan telur yang telah dibuahi dan dilindungi oleh zat gelatin pada tempat yang gelap.

Telur yang dibuahi akan terlindung oleh cangkang kapur, diletakkan di atas bebatuan atau
sampah. Karena pengaruh suhu lingkungan, telur akan menetas. Ketika masih berbentuk
larva, tubuh Gastropoda bersimetri bilateral, tetapi setelah dewasa tubuhnya mengalami
pembengkokan sehingga menjadi tidak simetri (asimetri).

Tubuh terbagi atas kepala, leher, kaki, dan alat-alat dalam(visceral). Pada kepala terdapat
sepasang tentakel pendek sebagai alat pembau dan sepasang tentakel panjang sebagai alat
penglihat. Di bawah kepala terdapat kelenjar mukosa yang menghasilkan lender yang
membasah kaki sehingga mudah bergerak. Kaki lebar pipih dan selalu basah; berguna untuk
berpindah secara merayap. Kaki sebenarnya merupakan perut yang tersusun oleh otot yang
sangat kuat dan dapat bergerak bergelombang.

Kebanyakan Gastropoda memiliki cangkang berbentuk kerucut biasanya berulir ke kanan. Di


dalam cangkang terdapat organ-organ dalam yang berulir mengikuti cangkang. Cangkang
Gastropoda memiliki lapidan penyusun yang sama dengan cangkang Bivalvia.
1. Sistem organ dalam tubuh Gastropoda.
2. System organ Keterangan.
3. System respirasi Hewan yang hidup di air berespirasidengan insang, sedangkan yang hidup
di darat berespirasi dengan rongga mantel yang berfungsi sebagai paru-paru.
4. System pencernaan makanan Alat pencernaan meliputi rongga mulut, kerongkongan,
kelenjar ludah, tembolok, lambung kelenjar, anus. Saluran pencernaan berbentukhuruf U.
makanan dipotong-potong oleh rahang tanduk dan dikunyah oleh radula dan dibasahi dengan
lender dari kelenjar ludah. Kemudian makanan dutelan ke kerongkongan dan berturut-turut
menuju tembolok, lambung, dan dibuang lewat anus yang terdapat di kepala.
5. System peredaran darah System peredaran darahnya terbuka dengan jantung dan saluran
darah sebagai organ transportasi. Darah (plasma dan butir darah) tak berwarna dan berfungsi
mengedarkan oksigennya ke seluruh tubuh serta mengangkut sisa pembakaran. Jantung
terdiri atas serambi dan bilik yag dilindungi rongga parikardium.
6. System ekskresi Organ ekskresi berupa nafridium yang terletak di dekat jantung dan
saluran ureter yang terletak di dekat anus.
7. System saraf Susunan saraf berupa ganglion yang bercabang di seluruh tubuh.
8. System reproduksi Pada gastropoda ada hewan yang diesis dan ada yang monoesis. Pada
hewan monoesis alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu hewan, tetapi tidak dapat
membuahi sendiri. Untuk melakukan pembuahan harus didahului dengan kopulasi. Ovotestis
menghasilkan sperma yang disalurkan ke vasa deferensia dan akhirnya masuk ke vagina
hewan lain dengan perantaraan penis yang dapat dikeluarkan dari lubang genital. Ovotestis
juga menghasilkan sel telur. Sel telur ini dibawa lewat saluran hermafroditus untuk mendapat
albumin, kemudian ke uterus lalu ke oviduk; di oviduk sel telur dibuahi sperma hewan lain.
B. Contoh Gastropoda, antara lain :
1. Vivipara javanica (kreco)
2. Limnaea truncatula (siput perantara fasciolosis)
3. Melania testudinaria (sumpil)
4. Achantina fulica (bekicot)
5. Ampularia ampulacea (keong gondang)
6. Vivipara javanica (kreco)
7. Limnaea trunchatula (Siput sebagai hospes perantara Fasciola
hepatica)
8. Murex siphelinus (cangkok berduri dan hidup di laut)
9. Vaginula sp. (siput telanjang)
10. Filicaulis sp. (siput lintah)
Walaupun beberapa jenis Gastropoda dapat dijadikan sebagai bahan makanan, misalnya
bekicot (A.fulica) dan siput laut (Lifforina dan Buccinum), siput-siput tersebut labih banyak
menimbulkan kerugian karena memakan tanaman perkebunan, terutama siput darat, misalnya
bekicot dan keong mas. Ada juga siput laut pemakan Bivalvia yang bernilai sebagai barang
dagangan. Beberapa jenis siput, misalnya siput air tawar (Limnaea) inang perantara cacing
hati.
C. Daur Hidup Siput
Mengendalika siput akan sia-sia tanpa mengrtahui daur siputnya yang benar, terutama masa
kritisnya. Secara ringkas daur hidup siput dapat di bagi menjadi 4 tahap, sebagai berikut:
I.Masa Bertelur
Siput jantan dan betina yang sudah dewasa dan kelaminnya akan saling mencari, dan ketika
akan ketemu maka akan terjadi perkawinan. Siput jantan akan membuahi sel-sel telur yang
tedapat didalam tubuh induk betina. Kemudian induk betina akan bertelur dan
menepatkannya di tepi kolam, tonggak kayu, daun-daunan, atau pempat lainnya.
Telur-telurnya yang berwarna merah muda seperti buah murbei, dan menggumpal. Ketika di
keluarkan telur-telur tersebut masih lunak dan bersaput lendir, akan tetapi dalam beberapa
waktu kemudian telur-telur tersebut mongering dan mengeras . setelah mengeras, telur-telur
tersebut merekat erat pada substratnya.
Telur akan menetas dalam jangka waktu satu hingga dua minggu sejak di keluarkan. Ketika
menetas anak-anak siput yang masih kecil akan langsung jatuh ke dalam air, pada fase ini
sebenarnya kondisi siput dalam keadaan lemah. Selai belum bisa mencari makanan, meraka
juga belum dapat berpindah tempat sendiri, dan juga sangat mudah untuk di mangsah oleh
binatang yang lain. Akan tetapi yang perlu di ingat, meskipun secara fisik mereka belum bisa
berpindah tempat sndiri, justru fase itulah siput bisa menyebar ke berbagai wilayah dengan
cepat dalm jumlah yang banyak.
II. Masa Pertumbuhan Awal.
Setelah menetas siput-siput muda akan menyebar terbawa oleh air atau berjalan sendiri. Masa
ini adalah masa yang paling sulit untuk mengendalikannya. Meskipun kehadirannya di sawah
belum begitu membahayakan, namun wujudnya yang kecil dan sulit di temukan akan
menimbulkan bahaya yang besar ketika mereka sudah beranjak dewasa.
Pengendalian pada masa pertumbuhan awal biasanya hanya akan efektif dengan
menggunakan bahan kimia, karena dengan cara mekanis terlalu sulit. Tetapi bisa di pasang
saringan pada pintu pemasukan untuk menghambat laju penyebarannya. Masa pertumbuhan
awal pada umumnya berkisar antara 15-25 hari.
III. Masa Pertumbuhan Lanjut.
Masa petumbuhan laju adalah masa tahap berikutnya, yaitu proses pertumbuhan siput dasi
muda manjadi dewasa. Pada fase ini serangan siput di sawah sudah cukup meresahkan,
kerena selain sangat rakus, dalam waktu yang tidak begitu lama mereka akan melakukan
perkawinan.
Pengendalian siput pada masa pertumbuhan lanjut biasanya cukup efektif dengan
menggunakan jebakan, atau secara mekanis. Persemian yang dipagar dengan plastic juga
mampu menahan mereka untuk tidak mnyusup ke areal pertanian. Pada umumnya masa
pertumbuhan lanjut berlangsung dalam waktu 26-59 hari.
D. Cara Penyebaran Siput
Setelah mengetahui siklus hidup siput secar lengkap, hal lain yang perlu diketahui adalah cara
penyebaran mereka. Adapun cara penyebaran siput antara lain:
I. Berjalan.
Cara umum yang dilakukan siput untuk berpindah dari satu tempat ke tampat yang lainnya
adalah dengan cara berjalan, pada umumnya mereka bergerak aktif pada malam hari. Dengan
gerakannya yang lambat, memang siput ini tidak akan jauh berpindah tempat.
II. Mengikuti Aliran Air
Cara bergerak siput yang paling menghawatirkan adalah dengan mengikuti aliran air. Dengan
cara ini siput akan lebih cepat menyebar karena didorong oleh arus air yang kuat.
E. Lingkungan Hidup Yang Disukai Siput
Siput menyukai lingkungan yang jernih, mereka bisa hidup pada kisaran suhu air antara 10o
¬- 35o C. ini berarti siput sangat potensial menyerang persawahan baik yang barada di daerah
pegunungan maupun pantai. Oleh karena itu jenis siput dengan mudah dapat berkembang
biak disawah, waduk, rawa, dan genagan air lainnya.

3. Cephalopoda
Cephalopoda berasal dari bahasa Yunani yitu chephalo yang berarti kepala dan podos yang
artinya kaki. Jadi Cephalopoda adalah mollusca berkaki di kepala atau kepalanya dilingkari
oleh kaki-kaki yang termodifikasi menjadi tentakel-tentakel. Umumnya mereka juga
memiliki kantung tinta, kecuali nautilus, yang menghasilkan cairan tinta hitam yang akan
disemburkan dalam keadaan bahaya untuk menghindar dari musuhnya. Chalopoda bernapas
dengan iasang dan memiliki organ indra serta system saraf yang berkembang baik.

Di dalam mulutnya terdapat radula. Ukuran tubuhnya berpariasi, dari beberapa centimeter
hingga puluhan meter. Kecuali Nautilus, semua anggota tubuh Cephalopoda tidak terlindungi
oleh cangkang.

Untuk melindungi dirinya dari serangan musuh, dapat dengan cara mengubah warna tubuh
sesuai warna lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena pada kulit terdapat pembawa warna
atau kromatofora. Beberapa jenis membela diri dengan mengeluarkan zat tinta.
Contoh hewan kelas ini, antara lain :
1. Loligo indica atau cumi-cumi mempunyai kantong tinta, cangkang di dalam tubuh terbuat
dari kitin. Mempunyai 8 tangan dan 2 tentakel.
2. Sepia s p. atau sotong mempunyai kantong tinta, cangkang di dalam tubuh terbuat dari
kapur. Mempunyai 8 tangan dan 2 tentakel.
3. Nautilus pampilus tidak memiliki kantung tinta, cangkang terdapat di luar terbuat dari
kapur.
4. Octopus vulgaris atau gurita mempunyai kantong tinta, tidak memiliki cangkang.
Mempunyai 8 tangan.

A. Klasifikasi
Kelas cephalopoda dibagi menjadi 2 Ordo, yaitu tetrabranchiata dan dibranchiata.
I. Ordo Tetrabranchiata.
Tetrabranchiata meliputi jumlah spesies yang sangat banyak, diantaranya telah menjadi fosil
(kelompok nautiloid dan ammonoids) yang hidup pada zaman Mesozoik(60 juta tahun yang
lalu). Contoh yang mewakili dari nautiloids adalah genus nautilus yang dapat dijumpai di
lautan pasifik dan lautan Indonesia.

Tetrabranchiata memiliki cangkang luar dari kapur yang membelit dan memiliki beberapa
lengan. Hewan ini mempunyai dua pasang insangserta dua pasang nefridia dan tidak
mempunyai kromatofora dan kantung tinta. Salah satu famili dari ordo tetrabranchiata adalah
famili nautilidae; cantohnya nautilus pompilus.
II. Ordo Dibranchiata
Dibranchiata memiliki cangkang dalam atau tidak sama sekali dengan lengn lebih sedikit
dibandingkan tetrabranchiata. Hewan ini mempunyai kantung tinta, sepasang insang,
sepasang nefrida, serta memiliki kromatofora.
Ordo dibranchiata dibagi menjadi 2 sub-ordo yaitu:
a) Subordo decapoda, contoh: loligo pealeii dan sepia officinalis.
b) Subordo octapoda; sebagian besar tak memiliki cangkang kecuali genus argonauta. Contoh
octapoda antara lain argonauta argo, octopus vulgaris dan octopus bairdi.
Peranan cephalopoda bagi manusia terutama sebagai sumber protein, misalnya cumi-cumi
dan gurita.

B. Karakteristik Cumi-Cumi.
Tubuh cumi-cumi dapat dibedakan atas kepala , leher, dan badan. Kepala cumi-cumi besar,
matanya berkembang dengan baik karena telah dapar berfungsi untuk melihat. Mulutnya
terdapat di tengah-tengah, dikelilingi oleh 10 tentakel, 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih
pendek. Tentakel panjang berfungsi untuk mengangkap mangsa dan berenang. Pada setiap
tentakel terdapat alat penghisap atau sucker. Di sisi kiri dan kanan tubuhnya terdapat sirip
yang penting untuk keseimbangan tubuh.

Pada dinding permukaan dorsal terdapat pen yang penting untuk menyangga tubuh. Seluruh
tubuh cumi-cumi terbungkus oleh mantel. Di bagian punggung, mantel melekat pada badan,
sedangkan di daerah perut tidaka melekat, sehingga terbentuk rongga , disebut rongga mentel.

Cumi-cumi dapat bergerak dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan tentakel dan dengan
menyemprotkan air dari rongga mantel. Bila rongga mentel penuh air, dan air menyemprot
melalui sifon menyebabkan tubuh cumi-cumi terdorong mundur. Semprotan air menimbulkan
dorongan yang sangat kuat terhadap tubuh cumi-cumi, sehingga timbul gerakan seperti
panah, itulah sebabnya cumi-cumi sering disebut panah laut.

Alat pencernaan cumi-cumi terdiri atas mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus buntu,
usus dan anus. System pencernaan cumi-cumi telah dilengkapi kelenjar pencernaan yang
meliputi kelenjar ludah, hati, dan pancreas. Makanan cumi-cumi adalah udang-udangan,
mollusca lain, dan ikan. Anus cumi-cumi bermuara pada rongga mantel.

Cumi-cumi hanya dapat berkembang biak secara kewin. Alat kelaminnya terpisah, masing-
masing alat kelamin terdapat di dekat ujung rongga mantel denag saluran yang terbuka kea
rah corong sifon. Cumi-cumi betina menghasilkan telur yang akan dibuahi di dalam rongga
mentel. Kemudian, telur yang sudah dibuahi dibungkus dengan kepsul dari bahan gelatin.
Telur yang menetas menghasilkan cumi-cumi muda berukuran kecil. Beberapa jenis
Cephalopoda merupakan infertebrata terbesar, contohnya cumi-cumi raksasa (Architeuthis
princes) yang memiliki panjang total 15 meter. Baik gurita, cumi-cumi, maupun sotong
merupakan bahan makanan penting bagi manusia di beberapa bagian dunia.

C. Cumi-cumi Karibia

a) System-sistem organ dalam tubuh Cephalopoda.


b) System organ Keterangan.
c) System pencernaan Organ pencernaan dimulai dari rongga mulut yang dikelilingi tentakel,
dan berturut-turut menuju faring, esophagus, lambung, usus halus, dan berakhir di anus. Di
faring terdapat radula dan hati.
d) System peredaran darah Peredaran darahnya yang terdiri dari jantung sistematik, aorta, dan
arteri bersifat ganda dan tertutup.
e) System ekskresi Organ ekskresi berupa nefridium yang terletak di sebelah jantung.
f) System saraf System saraf terdiri atas tiga pasang ganglion. Indera sensoris juga sangat
berkembang dan dilengkapi dengan dua stasista dan alat pembau.
g) System reproduksi Reproduksi terjadi secara seksual dengan fertilisasi internal. Hewan
jantan terpisah (diesis).

4. Scaphopoda
Kelas Scaphopoda juga dikenal dengan nama siput gading atau siput gigi. Anggota kelas ini
juga dijumpai di laut. Ciri khasnya adalah memiliki cangkang yang berbentuk pipa atau
silinder (tabung) memanjang atau kerucut dan terbuka di kedua ujungnya. Individu dewasa
hidup terbenam di dalam pasir, bercangkok seperti kerucut atau tanduk. Kedua ujung
cangkok berlubang. Kaki terdapat di daerah mulut. Tubuhnya duselubungi mantel.,
contohnya Dentalium elephantium dan Dentalium vulgare.

5. Amphineura
Semua anggota kelas Amphineura hidup di laut dan pada umumnya melekat pada dasar
perairan. Hewan ini memiliki ciri tubuhnya berbentuk pipih memanjang, tidak berkepala,
tidak bertentakel, dan pada bagian punggungnya terdapat cangkang yang tersusun atas
beberapa (biasanya belapan) lempeng terlapis yang saling tumpang tindih seperti genting. Di
dalam mulutnya terdapat radula. Contoh kelas Amphineura ialah Chiton.

A. Sistem Organ Dalam Tubuh Amphineura.


1. System organ Keterangan.
2. System pencernaan Organ pencernaan dimualai dari mulut yang dilengkapi radula dan gigi
– faring – perut – usus halus – anus. Kelenjar pencernaannya adalah hati yang berhubungan
dengan perut.
3. System saraf System saraf berupa cincin esophagus dan 2 cabang saraf yang disarafi matel
dan daerah kaki. Tidak terdapat ganglion yang jelas, tetapi ada sel-sel ganglion pada cabang
saraf.
4. System peredaran darah System peredaran darah lakunair (terbuka) terdiri dari jantung,
aorta, dan sebuah sinus. Darah mendapat oksigen dari insang.
5. System ekskresi Ekskresi dilakukan oleh sepasang ginjal yang bermuara kea rah posterior.
6. System reproduksi Reproduksi secara seksual, yaitu dengan pertemuanovum dan sperma.
Terdapat individu jantan dan betina.

3. Peran Mollusca bagi manusia


Peranan mollusca bagi kehidupan manusia ada yang merugikan dan ada beberapa yang
menguntungkan manusia. Yang merugikan manusi, antara lain beberapa jenis Mollusca yang
menjadi inang perantara penyakit dan jenis yang merusak tanaman budidaya. Contohnya
siput. Yang menguntungkan manusia antara lain cumi-cumi dan kerang sebagai bahan
makanan serta kerang mutiara sebagai penghasil perhiasan
Mengapa banyak orang yang suka makan cumi-cumi, kerang, bekicot, keong atau sotong?
Alasannya cukup sederhana, di samping rasanya enak, ternyata hewan ini memiliki
kandungan protein yang tinggi. Bagaimana, pernahkah Anda memakannya? Jika pernah,
bagaimana rasanya? Hewan ini juga bisa dibudidayakan dan Andapun bisa memelihara
hewan ini seperti: tutut, bekicot atau keong dapat dipelihara di kolam.

Selain sebagai bahan makanan yang bergizi, cangkok hewan ini bisa dimanfaatkan untuk
membuat hiasan dinding, perhiasan wanita, atau dibuat kancing. Ada pula yang suka
mengumpulkan berbagai macam cangkang Mollusca untuk koleksi atau perhiasan. Bahkan
ada cangkang Mollusca yang digunakan untuk bahan mainan, seperti kuwuk.
Sejak abad ke-17 mutiara merupakan barang perhiasan mewah yang diburu kaum jutawan
dan harganya cukup mahal. Pernahkah Anda berpikir, darimana mutiara itu dihasilkan?
Mutiara dihasilkan dari tiram mutiara seperti Pinctada margaritifera dan Pinctada mertensi
dari kelas Pelecypoda (Bivalvia).
Mutiara ini ada yang dihasilkan secara alami, dan adapula yang dibudidayakan. Saat ini
banyak orang yang membudidayakan tiram untuk menghasilkan mutiara. Caranya, benda
asing (kerikil, pasir atau arang) dimasukkan diantara mantel dan cangkok tiram. Ketika benda
asing itu ada di tubuhnya, tiram berusaha mengeluarkan dengan cara membungkusnya
dengan lendir. Lendir ini akhirnya mengeras dan menjadi mutiara. Mudah bukan? Jika Anda
tertarik untuk membudidayakan mutiara, Anda dapat mempelajari dari buku-buku yang
khusus membahas budidaya ini. Silahkan Anda mempelajari dan mencobanya.
Di samping menguntungkan, ternyata ada beberapa jenis Mollusca yang merugikan. Misalnya
keong mas adalah musuh para petani yang sering merusak tanaman padi. Begitu pula bekicot
Achatina fulica merupakan hama tanaman yang sulit diberantas.

Salah satu contoh species yang tergolong kedalam Class Gastropoda adalah :
Conus – Conotoxin
Sejak dari dulu moluska jenis Conus telah dikoleksi karena keunikan dan keindahan
cangkangnya. Namun beberapa dekade terakhir ini Conus menjadi suatu objek penelitian
yang menarik, juga karena keistimewaan yang ada padanya. Keistimewaan itu adalah adanya
racun yang disebut conotoxin, yang memiliki efek mematikan terhadap biota lain termasuk
manusia.
Conus adalah moluska laut (marine mollusc) termasuk kelas gastropoda anggota famili
Conidae yang dapat ditemukan di pasir dan batuan karang di laut. Gastropoda famili Conidae
diperkirakan berjumlah sebanyak 500 jenis tersebar di beberapa bagian dunia. Conidae dapat
ditemukan di wilayah temperate dan subtropis namun area persebaran utamanya adalah
daerah Indo-Pasifik meliputi perairan Tropis, lautan Hindia, lautan Pasifik, dan wilayah
Australia.
Conus dalam klasifikasi mollusca termasuk kelas gastropoda, subclass Prosobranchia, ordo
Neogastropoda, dan superfamili Conoidea yang terbagi menjadi Turridae, Terebridae, dan
Conidae. Contoh klasifikasi conus adalah sebagai berikut, misalnya Conus nobilis skinneri da
Motta1982

1. Kingdom : Animalia
2. Phylum : Mollusca
3. Class : Gastropoda
4. Subclass : Prosobranchia
5. Order : Neogastropoda
6. Suborder : Toxoglossa
7. Superfamily : Conoidea
8. Family : Conidae
9. Genus : Conus
10. Species : nobilis
11. Subspecies : skinneri da Motta, 1982
Conus merupakan biota yang aktif pada malam hari sedangkan pada siang hari biota ini
biasanya bersembunyi di bawah batuan maupun koral atau membenamkan dirinya ke dalam
pasir. Mangsa alami conus terdiri dari ikan-ikan berukuran kecil, gastropoda, pelecypoda,
octopus dan polychaeta. Conus dapat dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan pada
jenis mangsanya meliputi:
1. Piscivorous, yaitu mangsanya berupa ikan.
2. Molluscivorous, mangsanya berupa moluska lainnya.
3. Vermivorous, mangsanya berupa cacing.
Lebih dari 70 spesies conus adalah piscivorous, demikian halnya dengan conus yang bersifat
molluscivorous berjumlah kurang lebih 70 spesies, sedangkan lebih dari 150 spesies lainnya
adalah vermivorous termasuk memangsa hemichordata dan echiuroids. Jenis conus yang
bersifat piscivorous terutama terdapat di kawasan Indo-Pasifik, misalnya C. geographus, C.
aulicus, C. magnus, C. striatus, dan C. tulipa. Jenis-jenis tersebut pada umumnya memiliki
racun yang berbahaya terhadap manusia, dibanding conus yang bersifat vermivorous seperti
C. clerii, C. jaspidus, dan C. regius. Meskipun demikian sebagian besar conus memiliki efek
racun yang berbahaya bagi manusia.
Conus mendeteksi adanya mangsa di lingkungan menggunakan “siphon” yang dilengkapi
dengan kemoreseptor. Kemudian menjulurkan proboscisnya keluar untuk melumpuhkan
target. Ujung proboscis tersebut terdapat gigi radular menyerupai seruit dan mengandung
racun (conotoxin) yang sangat berbahaya bagi mangsanya.
Conotoxin dihasilkan dari “long tubular duct” yang panjang dan seringkali hampir sama
dengan panjang tubuh Conus itu sendiri. Salah satu ujungnya terdapat sebuah “muscular
bulb” yang dapat berkontraksi menghasilkan kekuatan pada gigi radularnya saat menginjeksi
racun. Gigi radular yang menyerupai seruit ini dibentuk dalam kantong radular (radular sac)
yang terisi racun, kemudian dialirkan melalui ‘buccal cavity’ ke ujung proboscisnya yang
dibantu dengan adanya otot radular.
Saat kontak dengan mangsa, gigi pada ujung proboscis ditusukkan ke dalam jaringan mangsa
dan menginjeksi racunnya. Proses pelumpuhan mangsa bisa terjadi hanya beberapa detik saja
sehingga kecil kemungkinan dapat melarikan diri. Setelah mangsa lemas kemudian Conus
menarik masuk mangsa melalui pembukaan proboscisnya ke dalam perutnya untuk didigesti.
Komposisi racun Conus pada umumnya berbeda-beda sesuai dengan jenis spesies dan
individu dalam masing-masing spesies serta sesuai dengan mangsa yang dilumpuhkan.
Komponen aktif dari conotoxin berupa racun peptida rantai kecil, umumnya12-30 residu
asam amino sesuai dengan densitas ikatan disulfida.
Komposisi dari conotoxin berbeda-beda pada tiap injeksi. Aktivitas farmakologi juga
berubah, racun conus mengandung peptida neurotoksik paralitik dan bersifat lethal. Efek
lethal ini pernah dicobakan pada mencit.
Komponen paralitik dari conotoxin telah menjadi fokus kajian ilmu pengetahuan terutama
farmakologi. Komponen itu antara lain alpha-, omega-, dan myu-conotoxin. Target dari
masing-masing komponen conotoxin berbeda-beda. Target alpha-conotoxin adalah ikatan
ligand nicotonic, myu-conotoxin targetnya voltage-gated sodium channel sedangkan target
omega-conotoxin adalah voltage-gated calcium channel.
http://hendiriswandi.blogspot.com/2010/01/pengertian-siput-mollusca.html

6.Gurita
Gurita biasanya memiliki tiga mekanisme pertahanan diri: kantong tinta, kamuflase dan
memutuskan lengan.

Gurita berwarna abu-abu pucat atau putih, tapi warna kulit bisa diubah sesuai warna dan
pola lingkungan sekitar dengan maksud melakukan kamuflase (penyamaran). Pada kulit
gurita terdapat kromatofora berupa lapisan kantung-kantung pewarna yang lentur dan bisa
mengubah warna, opasitas dan refleksitas jaringan epidermis. Otot-otot di sekeliling
kromatofora bisa membuat kantung-kantung pewarna menjadi kelihatan atau hilang.
Kromatofora berisi pigmen berwarna kuning, oranye, merah, coklat, atau hitam. Sebagian
besar spesies gurita memiliki 3 warna dari seluruh pilihan warna kromatofora yang ada,
walaupun ada juga spesies yang memiliki 2 atau 4 warna. Sel-sel lain yang bisa berubah
warna adalah sel iridophore dan sel leucophore (warna putih). Kemampuan berganti warna
digunakan gurita untuk berkomunikasi atau memperingatkan gurita lain. Gurita cincin biru
berubah warna menjadi kuning cerah dengan bulatan-bulatan berwarna biru jika merasa
terancam sekaligus memperingatkan musuh bahwa dirinya sangat beracun.

Beberapa spesies gurita dapat memutuskan lengannya sendiri (ototomi) mirip cicak dan
beberapa spesies kadal yang memutuskan ekor sewaktu melarikan diri. Lengan gurita yang
sedang merangkak juga berfungsi sebagai pengalih perhatian bagi calon pemangsa dan
berguna pada saat kimpoi.

Beberapa spesies gurita seperti gurita mimic memiliki sistem pertahanan ke-4 berupa
kemampuan meniru bentuk hewan laut berbahaya seperti lionfish dan belut berkat tubuh
yang lentur dipadukan dengan kemampuan berganti warna. Gurita mimic juga pernah
didapati mengganti tekstur mantel agar kamuflase menjadi lebih sempurna. Mantel gurita
mimic bisa terlihat runcing-runcing seperti rumput laut atau benjol-benjol seperti tekstur
batu karang.

http://stringator.tk/2011/03/7-hewan-dengan-perlindungan-diri-terhebat/

sumber : kask.us

You might also like