Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Pengertian Siput (Mollusca)
Kata mollusca berasal dari bahasa Latin yang berarti lunak. Jadi mollusca dapat diartikan
sebagai hewan bertubuh lunak. Tubuh lunak tersebut tidak bersegmen-segmen dan
terbungkus oleh mantel yang terbuat dari jaringan khusus, dan umumnya dilengkapi dengan
kelenjar-kelenjar yang dapat menghasilkan cangkang. Di antara mantel dan dinding tubuh
terdapat rongga mantel. Beberapa jenis hewan ini, tubuhnya terlindung oleh cangkang dari
zat kapur (kalsium karbonat) yang keras tapi ada pula mollusca yang tidak bercangkang,
misalnya cumi-cumi.Hewan ini tergolong triploblastik selomata.
Mollusca merupakan kelompok hewan terbesar kedua dalam kerajaan binatang, setelah filum
Arthropoda dengan anggota yang masih hidup berjumlah sekitar 75 ribu jenis, serta 35 ribu
jenis dalam bentuk fosil. Mollusca bersifat kosmopolit, artinya ditemukan di mana-mana, di
darat, air payau, di laut, di air tawar mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub. Dari
palung benua di laut sampai pegunungan yang tinggi, bahkan mudah saja ditemukan di
sekitar rumah kita. Kebanyakan siput merupakan herbivora, walaupun beberapa spesies yang
hidup di darat dan laut dapat merupakan omnivora atau karnivora predator. Beberapa contoh
hewan Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput kebun ( helix sp), siput laut
( Littorina sp) dan siputairtawar ( limnaeasp).
Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk hampir semua anggota kelas
mollusca Gastropoda yang memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Kelas
Gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesies anggotanya setelah
insekta. Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi siputpun sangat bervariasi antar spesies.
Hal ini menunjukkan kemampuan adaptasi Mollusca terhadap lingkungan sangat tinggi. Tapi
pada umumnya moluska hidup di laut. Tubuhnya terdiri atas kaki, Mollusca juga mempunyai
bagian tubuh yang disebut sebagai kaki muskular yang dipakai dalam beradaptasi untuk
bertahan di substrat, menggali membor substrat, atau melakukan pergerakan dan sebagai alat
untuk menangkap mangsa. Dengan kepala yang berkembang beragam menurut klasnya.
Tubuhnya juga dapat mengeluarkan lendir untuk membantu berjalan.
2. Karakteristik Mollusca
a) Tubuhnya bilateral simetris.
b) Tubuhnya pendek, terlindung cangkang, yang tersusun atas zat kapur yang dihasilkan oleh
kelenjar mantel. Struktur kepala Mollusca semakin berkembang.
c) Alat pencernaan telah berkembang sempurna, terdiri atas mulut, kerongkongan yang
pendek, lambung, usus, dan anus. Salurannya memanjang dari mulut hingga anus. Pada mulut
telah ditemukan lidah bergerigi atau radula dan hampir semua jenis mollusca memilikinya
dalam mulutnya yang digunakan untuk makan, anusnya terbuka ke rongga mantelanus
tersebut terletak di bagian anterior tubuh. Kelenjar pencernaan telah berkembang baik.
d) Kecuali Cephalopoda, peredaran darahnya terbuka. Darah dapat mengangkut zat-zat
makanan dan diedarkan ke seluruh tubuh mollusca, zat sisa metabolisme dan zat asam
dikeluarkan lewat alat ekskresi yaitu nefridia (tunggal:nefridium). Jantungnya terdiri atas
bagian dorsal yang dikelilingi parikardium.
e) Pernapasannya dilakukan oleh pulmonum, epidermis, insang (etenidia) yang terletak di
rongga mantel, dan mantel. Gastropoda yang hidup di darat melakukan pernapasan dengan
paru-paru.
f) Alat ekskresinya berupa ginjal atau nefridium.
g) System sarafnya berupa tiga pasang simpul saraf (ganglion), yaitu ganglion sarebral,
ganglion visceral, ganglion pedal. Ketiganya dihubungkan dengan serabut-serabut saraf.
Sistem saraf Mollusca juga terdiri dari cincin saraf yang memiliki esofagus dengan serabut
saraf yang menyebar.
h) Alat kelamin umumnya terpisah (dioseus), tetapi ada pula yang hermafrodit
pembuahannya eksternal.
i) System pergerakan denga menggunakan kaki yang berotot dan bentuknya berbeda-beda
sesuai dengan jenis mollusca.
j) Reproduksi mollusca terjadi secara seksual dengan fertilisasi internal. Moluska ada yang
bersifat diesis dan ada pula yang monoensis.
k) Ukuran dan bentuk tubuh Mollusca sangat bervariasi. Misalnya, siput yang panjangnya
hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun, ada juga cumi-cumi raksasa
dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m.
Berdasarkan bentuk dan kedudukan kaki, cangkok, mantel, insang, dan system sarafnya serta
ada tidaknya cangkang, Mollusca dibedakan menjadi lima kelas, yaitu:
1. Bivalvia (pelecypoda), yaitu golongan kerang,
2. Gastropoda, yaitu golongan siput,
3. Cephalopoda, yaitu golongna cumi-cumi,
4. Scaphopoda, golongan si cangkang gading, dan
5. Amphineura, yaitu golongan kiton.
berikut ini kita bahas lebih rinci masing-masing kelas satu persatu.
1.Bivalvia(Pelecypoda)
Hewan kelas ini selalu mempunyai cangkang katup sepasang maka disebut sebagai Bivalvia.
Hewan ini disebut juga Pelecypoda yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu pelecys yang
artinya kapak kecil dan podos yang artinya kaki. Jadi Pelecypoda berarti hewan berkaki pipih
seperti mata kapak. Hewan kelas ini pun berinsang berlapis- lapis maka sering disebut
Lamellibranchiata.
Cangkang dihubungkan oleh engsel elastis. Apabila cangkang terbuka kaki keluar untuk
bergerak. Untuk menutup cangkang dilakukan oleh otot transversal yang terletak di akhir
kedua ujung tubuh di bagian dekat dorsal, yaitu otot aduktor anterior dan posterior. cangkok
berjumlah dua (sepasang) ada di bagian anterior dan umbo (bagian yang
membesar/menonjol) terdapat dibagian posterior (punggung).. Adanaya otot-otot aduktor ini
menyebabkan dua cangkang dapat membuka dan menutup. Pada umumnya hidup di perairan
baik air tawar maupun air laut yang banyak mengandung zat kapur yang digunakan untuk
membentuk cangkangnya.
Di mentel banyak disekresikan nekreas oleh lapisan epitelium kantong tersebut. Sedikit demi
sedikit nakreas melapisi partikel atau benda asing tersebut. Dalam waktu 4 tahun partikel dan
lapisan nakreas itu telah menjadi mutiara. Didasarkan pada kenyataan ini maka manusia
membuat mutiara. Cara yang biasa ditempuh adalah denagn memasukkan benda asing seperti
arang, pasir, dan benda lain di sela antara mantel dan cangkang untuk mengeluarkan
getahnya. Getah ini menyelimuti benda asing tersebut selanjutnya mengkristalkan
membentuk butiran mutiara. Di jepang telah dilakukan penyelidikan yang mengarah pada
produksi mutiara untuk kepentingan komersial, yakni dengan kultur mutiara. Di Indonesia
terdapat pusat pengembangan mutiara, antara lain di lombk, NTB, dan kepulauan banggai
sulawesi tegah.
Makanan kerang berupa hewan kecil yang terdapat dalam perairan yang masuk bersama air
melalui sifon. Alat pernapasan kerang berupa insang dan bagian mantel. Insang kerang
berbentuk W dengan banyak lamella yang mengandung banyak batang insang. Pertukaran O2
dan CO2 terjadi pada insang dan sebagian mantel. Mantel terdapat di bagian dorsal meliputi
seluruh permukaan dari cangkang dan bagian tepi. Antara mantel dan cangkang terdapat
rongga yang di dalamnya terdapat dua pasang keping insang, alat dalam dan kaki. Alat
peredaran darah sudah agak lengkap denagn pembuluh darah terbuka. System pencernaan
dari mulut sampai anus.
C. System sarafnya terdiri dari 3 pasang ganglion yang saling berhubungan yaitu:
1. ganglion anterior terdapat di sebelah ventral lambung
2. ganglion pedal terdapat pada kaki
3. ganglion posterior terdapat di sebelah ventral otot aduktor posterior.
Kerang berkembang biak secara kawin. Umumnya berumah dua dan pembuahannya internal.
Telur yang dibuahi sperma akan berkembang manjadi larva glosidium yang terlintang oleh
dua buah katup. Ada beberapa jenis yang dari katupnya keluar larva panjang dan hidup
sebagai parasit pada hewan lain, misalnya pada ikan. Setelah beberapa lama larva akan keluar
dan hidup sebagaimana nenek moyangnya.
Ada juga jenis-jenis Bivalvia yang merugikan, seperti “ cacing kapal ” (Teredo navalis) yang
menimbulkan kerusakan besar pada dermaga dan kapal kayu. Organisme tersebut bukanlah
cacing, melainkan suatu jenis Bivalvia yang menggunakan cangkangnya untuk membuar
terowongan pada kayu yang terendam di laut. Selain itu, kerang jenis tertentu (Anadara)
merepakan pembawa bakteri Salmonella typhi pembawa tifus.
2. Gastropoda
Gastropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu gaster yang berarti perut dan podos yang berarti
kaki. Jadi Gastropoda berarti hewan bertubuh lunak yang berjalan dengan menggunakan
perutnya. Hewan ini meliputu 50.000 spesies, tetapi 15.000 di antaranya telah punah. Hewan
ini tersebar di seluruh permukaan bumi, baik di darat, di air tawar, maupun di air laut. Pada
umumnya, hewan ini bersifat herbifor, sering memakan sayuran budidaya sehingga
merugikan manusia. Namun, akhir-akhir ini beberapa gastropoda telah dicobakan menjadi
bahan makanan, karena kandungan proteinnya tinggi, misalnya bekicot (achatina fulica) dan
beberapa jenis siput.
Gastropoda ada yang memiliki cangkang tunggal, ganda, atau tanpa cangkang. Bentuk
cangkangnya bervariasi, ada yang bulat, bulat panjang, bulat kasar, atau bulat spiral.
Cangkang umumnya spiral asimetri.fungsi cangkang untuk melndungi kepala, kaki, dan alat
dalam. Pada keadaan bahaya, cangkang ditutup oleh epifragma.
Di bagian dalam cangkang terdapat mantel yang mambungkus seluruh tubuh gastropoda.
Mantel ini tebal, kecuali pada baian dekat kaki buasanya tipis. Matel berfungsi membentuk
ekskresi untuk membentuk cangkang baru.
Telur yang dibuahi akan terlindung oleh cangkang kapur, diletakkan di atas bebatuan atau
sampah. Karena pengaruh suhu lingkungan, telur akan menetas. Ketika masih berbentuk
larva, tubuh Gastropoda bersimetri bilateral, tetapi setelah dewasa tubuhnya mengalami
pembengkokan sehingga menjadi tidak simetri (asimetri).
Tubuh terbagi atas kepala, leher, kaki, dan alat-alat dalam(visceral). Pada kepala terdapat
sepasang tentakel pendek sebagai alat pembau dan sepasang tentakel panjang sebagai alat
penglihat. Di bawah kepala terdapat kelenjar mukosa yang menghasilkan lender yang
membasah kaki sehingga mudah bergerak. Kaki lebar pipih dan selalu basah; berguna untuk
berpindah secara merayap. Kaki sebenarnya merupakan perut yang tersusun oleh otot yang
sangat kuat dan dapat bergerak bergelombang.
3. Cephalopoda
Cephalopoda berasal dari bahasa Yunani yitu chephalo yang berarti kepala dan podos yang
artinya kaki. Jadi Cephalopoda adalah mollusca berkaki di kepala atau kepalanya dilingkari
oleh kaki-kaki yang termodifikasi menjadi tentakel-tentakel. Umumnya mereka juga
memiliki kantung tinta, kecuali nautilus, yang menghasilkan cairan tinta hitam yang akan
disemburkan dalam keadaan bahaya untuk menghindar dari musuhnya. Chalopoda bernapas
dengan iasang dan memiliki organ indra serta system saraf yang berkembang baik.
Di dalam mulutnya terdapat radula. Ukuran tubuhnya berpariasi, dari beberapa centimeter
hingga puluhan meter. Kecuali Nautilus, semua anggota tubuh Cephalopoda tidak terlindungi
oleh cangkang.
Untuk melindungi dirinya dari serangan musuh, dapat dengan cara mengubah warna tubuh
sesuai warna lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena pada kulit terdapat pembawa warna
atau kromatofora. Beberapa jenis membela diri dengan mengeluarkan zat tinta.
Contoh hewan kelas ini, antara lain :
1. Loligo indica atau cumi-cumi mempunyai kantong tinta, cangkang di dalam tubuh terbuat
dari kitin. Mempunyai 8 tangan dan 2 tentakel.
2. Sepia s p. atau sotong mempunyai kantong tinta, cangkang di dalam tubuh terbuat dari
kapur. Mempunyai 8 tangan dan 2 tentakel.
3. Nautilus pampilus tidak memiliki kantung tinta, cangkang terdapat di luar terbuat dari
kapur.
4. Octopus vulgaris atau gurita mempunyai kantong tinta, tidak memiliki cangkang.
Mempunyai 8 tangan.
A. Klasifikasi
Kelas cephalopoda dibagi menjadi 2 Ordo, yaitu tetrabranchiata dan dibranchiata.
I. Ordo Tetrabranchiata.
Tetrabranchiata meliputi jumlah spesies yang sangat banyak, diantaranya telah menjadi fosil
(kelompok nautiloid dan ammonoids) yang hidup pada zaman Mesozoik(60 juta tahun yang
lalu). Contoh yang mewakili dari nautiloids adalah genus nautilus yang dapat dijumpai di
lautan pasifik dan lautan Indonesia.
Tetrabranchiata memiliki cangkang luar dari kapur yang membelit dan memiliki beberapa
lengan. Hewan ini mempunyai dua pasang insangserta dua pasang nefridia dan tidak
mempunyai kromatofora dan kantung tinta. Salah satu famili dari ordo tetrabranchiata adalah
famili nautilidae; cantohnya nautilus pompilus.
II. Ordo Dibranchiata
Dibranchiata memiliki cangkang dalam atau tidak sama sekali dengan lengn lebih sedikit
dibandingkan tetrabranchiata. Hewan ini mempunyai kantung tinta, sepasang insang,
sepasang nefrida, serta memiliki kromatofora.
Ordo dibranchiata dibagi menjadi 2 sub-ordo yaitu:
a) Subordo decapoda, contoh: loligo pealeii dan sepia officinalis.
b) Subordo octapoda; sebagian besar tak memiliki cangkang kecuali genus argonauta. Contoh
octapoda antara lain argonauta argo, octopus vulgaris dan octopus bairdi.
Peranan cephalopoda bagi manusia terutama sebagai sumber protein, misalnya cumi-cumi
dan gurita.
B. Karakteristik Cumi-Cumi.
Tubuh cumi-cumi dapat dibedakan atas kepala , leher, dan badan. Kepala cumi-cumi besar,
matanya berkembang dengan baik karena telah dapar berfungsi untuk melihat. Mulutnya
terdapat di tengah-tengah, dikelilingi oleh 10 tentakel, 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih
pendek. Tentakel panjang berfungsi untuk mengangkap mangsa dan berenang. Pada setiap
tentakel terdapat alat penghisap atau sucker. Di sisi kiri dan kanan tubuhnya terdapat sirip
yang penting untuk keseimbangan tubuh.
Pada dinding permukaan dorsal terdapat pen yang penting untuk menyangga tubuh. Seluruh
tubuh cumi-cumi terbungkus oleh mantel. Di bagian punggung, mantel melekat pada badan,
sedangkan di daerah perut tidaka melekat, sehingga terbentuk rongga , disebut rongga mentel.
Cumi-cumi dapat bergerak dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan tentakel dan dengan
menyemprotkan air dari rongga mantel. Bila rongga mentel penuh air, dan air menyemprot
melalui sifon menyebabkan tubuh cumi-cumi terdorong mundur. Semprotan air menimbulkan
dorongan yang sangat kuat terhadap tubuh cumi-cumi, sehingga timbul gerakan seperti
panah, itulah sebabnya cumi-cumi sering disebut panah laut.
Alat pencernaan cumi-cumi terdiri atas mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus buntu,
usus dan anus. System pencernaan cumi-cumi telah dilengkapi kelenjar pencernaan yang
meliputi kelenjar ludah, hati, dan pancreas. Makanan cumi-cumi adalah udang-udangan,
mollusca lain, dan ikan. Anus cumi-cumi bermuara pada rongga mantel.
Cumi-cumi hanya dapat berkembang biak secara kewin. Alat kelaminnya terpisah, masing-
masing alat kelamin terdapat di dekat ujung rongga mantel denag saluran yang terbuka kea
rah corong sifon. Cumi-cumi betina menghasilkan telur yang akan dibuahi di dalam rongga
mentel. Kemudian, telur yang sudah dibuahi dibungkus dengan kepsul dari bahan gelatin.
Telur yang menetas menghasilkan cumi-cumi muda berukuran kecil. Beberapa jenis
Cephalopoda merupakan infertebrata terbesar, contohnya cumi-cumi raksasa (Architeuthis
princes) yang memiliki panjang total 15 meter. Baik gurita, cumi-cumi, maupun sotong
merupakan bahan makanan penting bagi manusia di beberapa bagian dunia.
C. Cumi-cumi Karibia
4. Scaphopoda
Kelas Scaphopoda juga dikenal dengan nama siput gading atau siput gigi. Anggota kelas ini
juga dijumpai di laut. Ciri khasnya adalah memiliki cangkang yang berbentuk pipa atau
silinder (tabung) memanjang atau kerucut dan terbuka di kedua ujungnya. Individu dewasa
hidup terbenam di dalam pasir, bercangkok seperti kerucut atau tanduk. Kedua ujung
cangkok berlubang. Kaki terdapat di daerah mulut. Tubuhnya duselubungi mantel.,
contohnya Dentalium elephantium dan Dentalium vulgare.
5. Amphineura
Semua anggota kelas Amphineura hidup di laut dan pada umumnya melekat pada dasar
perairan. Hewan ini memiliki ciri tubuhnya berbentuk pipih memanjang, tidak berkepala,
tidak bertentakel, dan pada bagian punggungnya terdapat cangkang yang tersusun atas
beberapa (biasanya belapan) lempeng terlapis yang saling tumpang tindih seperti genting. Di
dalam mulutnya terdapat radula. Contoh kelas Amphineura ialah Chiton.
Selain sebagai bahan makanan yang bergizi, cangkok hewan ini bisa dimanfaatkan untuk
membuat hiasan dinding, perhiasan wanita, atau dibuat kancing. Ada pula yang suka
mengumpulkan berbagai macam cangkang Mollusca untuk koleksi atau perhiasan. Bahkan
ada cangkang Mollusca yang digunakan untuk bahan mainan, seperti kuwuk.
Sejak abad ke-17 mutiara merupakan barang perhiasan mewah yang diburu kaum jutawan
dan harganya cukup mahal. Pernahkah Anda berpikir, darimana mutiara itu dihasilkan?
Mutiara dihasilkan dari tiram mutiara seperti Pinctada margaritifera dan Pinctada mertensi
dari kelas Pelecypoda (Bivalvia).
Mutiara ini ada yang dihasilkan secara alami, dan adapula yang dibudidayakan. Saat ini
banyak orang yang membudidayakan tiram untuk menghasilkan mutiara. Caranya, benda
asing (kerikil, pasir atau arang) dimasukkan diantara mantel dan cangkok tiram. Ketika benda
asing itu ada di tubuhnya, tiram berusaha mengeluarkan dengan cara membungkusnya
dengan lendir. Lendir ini akhirnya mengeras dan menjadi mutiara. Mudah bukan? Jika Anda
tertarik untuk membudidayakan mutiara, Anda dapat mempelajari dari buku-buku yang
khusus membahas budidaya ini. Silahkan Anda mempelajari dan mencobanya.
Di samping menguntungkan, ternyata ada beberapa jenis Mollusca yang merugikan. Misalnya
keong mas adalah musuh para petani yang sering merusak tanaman padi. Begitu pula bekicot
Achatina fulica merupakan hama tanaman yang sulit diberantas.
Salah satu contoh species yang tergolong kedalam Class Gastropoda adalah :
Conus – Conotoxin
Sejak dari dulu moluska jenis Conus telah dikoleksi karena keunikan dan keindahan
cangkangnya. Namun beberapa dekade terakhir ini Conus menjadi suatu objek penelitian
yang menarik, juga karena keistimewaan yang ada padanya. Keistimewaan itu adalah adanya
racun yang disebut conotoxin, yang memiliki efek mematikan terhadap biota lain termasuk
manusia.
Conus adalah moluska laut (marine mollusc) termasuk kelas gastropoda anggota famili
Conidae yang dapat ditemukan di pasir dan batuan karang di laut. Gastropoda famili Conidae
diperkirakan berjumlah sebanyak 500 jenis tersebar di beberapa bagian dunia. Conidae dapat
ditemukan di wilayah temperate dan subtropis namun area persebaran utamanya adalah
daerah Indo-Pasifik meliputi perairan Tropis, lautan Hindia, lautan Pasifik, dan wilayah
Australia.
Conus dalam klasifikasi mollusca termasuk kelas gastropoda, subclass Prosobranchia, ordo
Neogastropoda, dan superfamili Conoidea yang terbagi menjadi Turridae, Terebridae, dan
Conidae. Contoh klasifikasi conus adalah sebagai berikut, misalnya Conus nobilis skinneri da
Motta1982
1. Kingdom : Animalia
2. Phylum : Mollusca
3. Class : Gastropoda
4. Subclass : Prosobranchia
5. Order : Neogastropoda
6. Suborder : Toxoglossa
7. Superfamily : Conoidea
8. Family : Conidae
9. Genus : Conus
10. Species : nobilis
11. Subspecies : skinneri da Motta, 1982
Conus merupakan biota yang aktif pada malam hari sedangkan pada siang hari biota ini
biasanya bersembunyi di bawah batuan maupun koral atau membenamkan dirinya ke dalam
pasir. Mangsa alami conus terdiri dari ikan-ikan berukuran kecil, gastropoda, pelecypoda,
octopus dan polychaeta. Conus dapat dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan pada
jenis mangsanya meliputi:
1. Piscivorous, yaitu mangsanya berupa ikan.
2. Molluscivorous, mangsanya berupa moluska lainnya.
3. Vermivorous, mangsanya berupa cacing.
Lebih dari 70 spesies conus adalah piscivorous, demikian halnya dengan conus yang bersifat
molluscivorous berjumlah kurang lebih 70 spesies, sedangkan lebih dari 150 spesies lainnya
adalah vermivorous termasuk memangsa hemichordata dan echiuroids. Jenis conus yang
bersifat piscivorous terutama terdapat di kawasan Indo-Pasifik, misalnya C. geographus, C.
aulicus, C. magnus, C. striatus, dan C. tulipa. Jenis-jenis tersebut pada umumnya memiliki
racun yang berbahaya terhadap manusia, dibanding conus yang bersifat vermivorous seperti
C. clerii, C. jaspidus, dan C. regius. Meskipun demikian sebagian besar conus memiliki efek
racun yang berbahaya bagi manusia.
Conus mendeteksi adanya mangsa di lingkungan menggunakan “siphon” yang dilengkapi
dengan kemoreseptor. Kemudian menjulurkan proboscisnya keluar untuk melumpuhkan
target. Ujung proboscis tersebut terdapat gigi radular menyerupai seruit dan mengandung
racun (conotoxin) yang sangat berbahaya bagi mangsanya.
Conotoxin dihasilkan dari “long tubular duct” yang panjang dan seringkali hampir sama
dengan panjang tubuh Conus itu sendiri. Salah satu ujungnya terdapat sebuah “muscular
bulb” yang dapat berkontraksi menghasilkan kekuatan pada gigi radularnya saat menginjeksi
racun. Gigi radular yang menyerupai seruit ini dibentuk dalam kantong radular (radular sac)
yang terisi racun, kemudian dialirkan melalui ‘buccal cavity’ ke ujung proboscisnya yang
dibantu dengan adanya otot radular.
Saat kontak dengan mangsa, gigi pada ujung proboscis ditusukkan ke dalam jaringan mangsa
dan menginjeksi racunnya. Proses pelumpuhan mangsa bisa terjadi hanya beberapa detik saja
sehingga kecil kemungkinan dapat melarikan diri. Setelah mangsa lemas kemudian Conus
menarik masuk mangsa melalui pembukaan proboscisnya ke dalam perutnya untuk didigesti.
Komposisi racun Conus pada umumnya berbeda-beda sesuai dengan jenis spesies dan
individu dalam masing-masing spesies serta sesuai dengan mangsa yang dilumpuhkan.
Komponen aktif dari conotoxin berupa racun peptida rantai kecil, umumnya12-30 residu
asam amino sesuai dengan densitas ikatan disulfida.
Komposisi dari conotoxin berbeda-beda pada tiap injeksi. Aktivitas farmakologi juga
berubah, racun conus mengandung peptida neurotoksik paralitik dan bersifat lethal. Efek
lethal ini pernah dicobakan pada mencit.
Komponen paralitik dari conotoxin telah menjadi fokus kajian ilmu pengetahuan terutama
farmakologi. Komponen itu antara lain alpha-, omega-, dan myu-conotoxin. Target dari
masing-masing komponen conotoxin berbeda-beda. Target alpha-conotoxin adalah ikatan
ligand nicotonic, myu-conotoxin targetnya voltage-gated sodium channel sedangkan target
omega-conotoxin adalah voltage-gated calcium channel.
http://hendiriswandi.blogspot.com/2010/01/pengertian-siput-mollusca.html
6.Gurita
Gurita biasanya memiliki tiga mekanisme pertahanan diri: kantong tinta, kamuflase dan
memutuskan lengan.
Gurita berwarna abu-abu pucat atau putih, tapi warna kulit bisa diubah sesuai warna dan
pola lingkungan sekitar dengan maksud melakukan kamuflase (penyamaran). Pada kulit
gurita terdapat kromatofora berupa lapisan kantung-kantung pewarna yang lentur dan bisa
mengubah warna, opasitas dan refleksitas jaringan epidermis. Otot-otot di sekeliling
kromatofora bisa membuat kantung-kantung pewarna menjadi kelihatan atau hilang.
Kromatofora berisi pigmen berwarna kuning, oranye, merah, coklat, atau hitam. Sebagian
besar spesies gurita memiliki 3 warna dari seluruh pilihan warna kromatofora yang ada,
walaupun ada juga spesies yang memiliki 2 atau 4 warna. Sel-sel lain yang bisa berubah
warna adalah sel iridophore dan sel leucophore (warna putih). Kemampuan berganti warna
digunakan gurita untuk berkomunikasi atau memperingatkan gurita lain. Gurita cincin biru
berubah warna menjadi kuning cerah dengan bulatan-bulatan berwarna biru jika merasa
terancam sekaligus memperingatkan musuh bahwa dirinya sangat beracun.
Beberapa spesies gurita dapat memutuskan lengannya sendiri (ototomi) mirip cicak dan
beberapa spesies kadal yang memutuskan ekor sewaktu melarikan diri. Lengan gurita yang
sedang merangkak juga berfungsi sebagai pengalih perhatian bagi calon pemangsa dan
berguna pada saat kimpoi.
Beberapa spesies gurita seperti gurita mimic memiliki sistem pertahanan ke-4 berupa
kemampuan meniru bentuk hewan laut berbahaya seperti lionfish dan belut berkat tubuh
yang lentur dipadukan dengan kemampuan berganti warna. Gurita mimic juga pernah
didapati mengganti tekstur mantel agar kamuflase menjadi lebih sempurna. Mantel gurita
mimic bisa terlihat runcing-runcing seperti rumput laut atau benjol-benjol seperti tekstur
batu karang.
http://stringator.tk/2011/03/7-hewan-dengan-perlindungan-diri-terhebat/
sumber : kask.us