shalat sebagai kebutuhan disamping sebagai kewa jiban, sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur da n wujud pengabdian kita kepada Sang Khalik". Mendengar pertanyaan tersebut Pak Ustadz tampak mengangguk-angguk sementara bibirnya menyungging senyuman yang sulit ditebak makna nya. Saya dan teman-teman yang hadir saat itu di am terpaku menunggu jawaban beliau penuh rasa antusias. Baiklah?, akhirnya beliau bersuara setelah beberapa saat terdiam. Sebelum Abah menjawab pertanyaan tersebut, perlu dicamkan bahwa inti k edekatan hubungan seseorang dengan Allah swt, sesungguhnya hanya dapat dirasakan oleh pribadi masing-masing umat sesuai ridla Allah swt pada dirinya?. Menjadikan shalat sebagai kebutuhan hidup tentu merupakan cita-cita yang sangat didambakan oleh segenap muslimin. Namun, ketika seseorang berkata ?ingin menjadikan shalat sebagai kebutuh an?, dapat dipastikan bahwa saat itu ia tidak/belu m merasakan shalat sebagai kebutuhan yang peny ebabnya boleh jadi karena ia belum mampu men angkap berbagai nikmat yang terkandung dalam i badah shalat . Seorang muslim mungkin saja mampu melaksanakan ibadah shalat secara rutin berdasar kan pertimbangan kewajiban yang suka maupun t idak dan mutlak harus dilaksanakan. Bertolak dar i pemikiran tersebut, wajar sekali apabila dalam pelaksanaannya ia sulit memandang shalat sebaga i sebuah kebutuhan hidup apalagi bisa merasakan nikmat shalat?. Perlu diketahui bahwa rasa ?membutuhkan? sangat erat kaitannya dengan rasa nikmat. Rasa membutuhkan akan timbul dengan sendirinya me ngikuti berbagai kenikmatan, baik karena rasa cin ta, ketergantungan maupun keinginan untuk mem peroleh rasa aman dan nyaman serta hasrat untuk memiliki hal-hal yang memuaskan hatinya?. Secara ringkas ?kebutuhan? dapat timbul karena rasa cinta, rasa takut dan dorongan untuk menik mati bentuk kehidupan yang dianggap lebih men yenangkan dibanding sebelumnya?. Maka dari itu, siapapun tak perlu menghadirkan rasa ?membutuhkan? akan sesuatu karena rasa m embutuhkan tersebut akan hadir dengan sendiriny a seiring dengan kecenderungan hati dan jiwa ses eorang terhadap sesuatu. Lebih dari itu, orang ma lah cenderung berupaya melepaskan diri dari ber bagai belengu kebutuhan yang konon terasa mem bebani hidupnya?. Coba saja perhatikan, apakah kalian pernah secara sengaja dan perlu berupaya keras menjadik an makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, p ekerjaan, keamanan, pasangan hidup, kesenangan dll sebagai kebutuhan? Tidak bukan? Tanpa beru saha apapun kita semua sepakat bahwa semua itu adalah kebutuhan hidup karena kenyataannya kita memiliki rasa cinta, ketergantungan, ingin merasa kan kenikmatan, takut pada penderitaan dan juga kepentingan terhadap hal-hal tersebut diatas. Dengan menyadari bahwa rasa ?membutuhkan? hadir secara otomatis akibat dorongan rasa cinta, ketergantungan dan keinginan mengecap berbagai kenikmatan, maka pernyataan ingin ?menjadikan shalat sebagai kebutuhan? jelas mengandung indi kasi menyangkut 3 aspek penting yakni : 1. Bahwa yang bersangkutan tidak/belum sepenuhnya mencintai Allah (cintanya baru sebat as dalam pikiran, belum meresap ke hati), tidak r indu pada Allah dan belum menjadikan Allah seb agai tempat bergantung. Perlu dipahami bahwa selain sebagai kewajiban ibadah, shalat diciptakan Allah sebagai kesempata n untuk ?beraudiensi?, bertatap muka?, ?bercengk rama? antara Allah dengan umat-Nya (inni wajja htu wajhiyaliladzi fatharassamawaati wal ardi..etc ) . Allah juga menjadikan shalat sebagai mekanis me dan momentum pemberian anugrah, pertolong an, nikmat, hiburan, pengobatan dll. Firman Allah : ?Hai orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan saba r dan (mengerjakan) shalat? (al-Baqarah 2:153) Bahkan diriwayatkan Rasulullah saw pernah berkata pada Bilal ketika beliau merasa sedih kar ena sesuatu perkara: ?Bilal, Hiburlah kami denga n shalat? . Dari ucapan Rasulullah tsb tampak j elas bahwa bagi Rasulullah ibadah shalat antara l ain adalah anugrah pengobat duka lara. 2. Bahwa ibadah shalat baru dipandang yang bersangkutan sebagai kewajiban, yakni salah satu rukun Islam yang mempunyai konsekwensi pahal a dan dosa sebagai implikasi keberadaan surga da n neraka. Dengan pola pikir tsb, disadari atau tidak, pelaksanaan kewajiban shalat tak ubahnya sebaga i kegiatan transaksi , bargaining activity, atas das ar perhitungan untung-rugi , atau, sekedar wujud ketidak berdayaan dan ketakutan sang mahluk ter hadap superioritas kekuasaan Tuhannya. 3. Bahwa yang bersangkutan belum mengerti, belum memahami apalagi mendalami al-Qur?an, j arang memperhatikan tanda-tanda dan bukti-bukti kemaha besaran, kemaha welas-asihan, kemaha p emurahan dan kemaha pedulian Allah swt terhad ap umat-Nya yang begitu luas tersebar disekitar kita. Firman Allah: ?Dari cara ibadahnya, ada 3 (tiga) golongan Mukmin yaitu: Golongan hamba sahaya, yakni mereka yang beribadah karena terp aksa akibat takut dan merasa tak berdaya; Golong an pedagang, yakni mereka yang beribadah atas dasar untung rugi sehingga tak nanti mau beribad ah apabila dirasa tidak membawa keuntungan; ser ta Golongan Mukhlisin, yakni mereka yang berib adah dengan ikhlas dan semata-mata demi memp eroleh ridla Allah?. Oleh sebab itu, jika kalian ingin shalat menjadi sebuah kebutuhan, kiatnya tak lain adalah : mend ekatkan diri pada Allah, bergantung / berserah di ri pada Allah serta cintailah Allah SWT melebihi apapun juga?. Apa yang kalian inginkan pasti tercapai sebagaimana janji-Nya yakni Allah akan ridla ter hadap kita jika kita ikhlas pada-Nya, Allah akan lebih mendekat pada kita jika kita berusaha mend ekati-Nya, Allah akan lebih peduli pada sang ma hluk jika sang makhluk sabar dan tawakal pada- Nya, dan ??.anugrah Allah akan jadi semakin tak berhingga jika sang mahluk takwa dan mencintai- Nya?. Sesuai peribahasa ?tak kenal maka tak sayang?, bila ingin di sayang Allah maka kitapun harus pu la sayang pada-Nya; untuk menyayangi-Nya kita mutlak harus mengenal-Nya; untuk mengenalnya kita harus banyak membaca dan mengerti firman- firman-Nya dilanjutkan dengan sikap patuh dan t aat pada semua petunjuk dan perintah-Nya?. Saran Abah, lipatgandakanlah kesempatan membaca dan memahami firman-firman Allah dal am al-Qur?an, beribadahlah dengan ikhlas, sabar dan tawakallah dalam menjalani qadar yang ditet apkan-Nya. Dengan melakukan semua itu, dan be rkat izin-Nya, kalian serta merta akan cinta pada- Nya, merindukan-Nya, bergantung pada-Nya, ingi n selalu dekat pada-Nya dan sejak saat itu kalian akan rasakan apa yang dinamakan ?nikmat shalat ?. Dengan merasakan nikmat shalat, tanpa kalian sadari ibadah shalat akan menjadi sebuah kebutu han utama dalam hidup kalian, bukan lagi sekeda r melaksanakan kewajiban agama?. Wallahualam bisawab,