You are on page 1of 6

Mengenal Seni Budaya Betawi*

Oleh: Tri Ilma Septiana

Sebagai ibu kota Negara Indonesia Jakarta menjadi muara pendatang baru dari
seluruh penjuru Nusantara dan Dunia. Meskipun begitu, etnik Betawi dipercaya
sebagai penduduk yang paling awal mendiami kawasan yang dahulu disebut Batavia.
Tidak lama berselang, Jakarta kemudian dihuni oleh orang Sunda, Jawa, Bali,
Maluku, Melayu, dan dari daerah luar Nusantara seperti etnis Cina, Belanda, Arab,
dan Portugis. Suku dan etnis ini membawa serta adat-istiadat dan tradisi budaya
mereka yang kemudian berasimilasi dengan identitas budaya dan kesenian setempat.
Adapun Bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi antar-penduduk sehari-hari
adalah bahasa Melayu.
Penduduk Betawi sejak awal sudah sangat heterogen. Kesenian Betawi lahir
dari perpaduan berbagai unsur etnis dan suku bangsa yang ada di Betawi. Contohnya;
seni music Betawi tidak terhindar dari proses perpaduan Eropa, Tionghoa, Arab,
Melayu, Sunda, dan lain-lain. Dalam tulisan ini, penulis mengajak pembaca untuk
mengenal seni musik, seni taria, seni pertunjukan, dan ritual yang biasa dilakukan
oleh masyarakat Betawi pada umumnya.
1. Seni Musik
Pada umumnya seni musik masyarakat Betawi tidak terlepas dari pengaruh
besar dari budaya luar Indonesia, contohnya Orkes Gambus yang kental dengan
budaya Arab atau Keroncong Tugu yang dipercaya merupakan sebuah kesenian yang
berasal dari portugis. Pada kesempatan kali ini penulis mengajak pembaca untuk
mengenal beberapa seni musik betawi seperti Gambang Kromong, Keroncong Tugu,
dan Orkes Gambus.
A. Gambang Kromong
Nama gambang kromong diambil dari nama alat music yaitu gambang dan
kromong. Dipercaya bahwa kesenian ini merupakan asimilasi dari unsure budaya
pribumi dengan cina. Unsur Cina terlihat pada instrument seperti tehyan, kongahyan,
dan sukong. Sementara, unsur pribumi tercermin dari kehadiran beberapa instrument
seperti gendang, kempul, gong, kecrek, dan ningnong. Pada abad ke-19 kesenian
gambang kromong masih membawakan beberapa lagu berbahasa Cina, antara lain
Ma Tsu Thay, Kong Jie Lok, Phe Pan Tauw, dan Phe Boo Tan. Namun pada
dasawarsa pertama abad ke-20 lagu-lagu gamabang kromong baru dinyanyikan dalam
bahasa Betawi. Seperti Cente Manis, Kramat Karem, Sirih Kuning, dan Jali-jali
Kembang Siantan.
Seniman musik pop pun bias mempopulerkan lagu-lagu gambang kromong,
sebut saja Benyamin. S, Ida Royani, Lilis Suryani samapi dengan Herlina Effendi
merupaka artis-artis ibu kota yang sering membawakan lagu yang diiringi gambang
kromong. Sementara tokoh gambang kromong yang pernah dan masih dikenal sampai
saat ini adalah Liem Lian Pho (pemimpin “Selendang Delima”), Samad Modo
(Pemimpian “Garuda Putih”), dan Suryahanda (pemimpin “Naga Mustika”).
B. Keroncong Tugu
Keroncong Tugu dahulu sering disebut Cafrinho Tugu. Orang keturunan Portugis
(Mestizo) telah memainkan ini sejak 1661. Pengaruh Portugis dapat dilihat dari jenis
irama lagunya, misalnya Moresko, Frounga, Kafrinyo, dan Nina Bobo. Keroncong
tugu sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan keroncong lainnya, yang membadakan
hanya iramanya saja yang lebih cepat. Hal ini disebabkan oleh suara ukulele yang
memainkannya dipetik seluruh senarnya. Sementara, biasanya keroncong solo atau
Yogya cenedrung lebih lambat.
Keroncong tugu pada mulanya dimaninkan oleh 3 atau 4 orang. Alat musiknya
hanya 3 buah gitar, yaitu gitar frounga yang berukuran besar dengan 4 dawai, gitar
monica berukuran sedang yang memilki 4 dawai, dan gitar jitera yang berukuran kecil
dengan 5 dawai. Sekarang ini alat musik keroncong tugu ditambah dengan suling,
biola, rebana, mandolin, cello, kempul, dan triangle.
C. Orkes Gambus
Orkes Gambus dahulu dikenal dengan sebutan irama “Padang Pasir”. Pada tahun
1940an orkes gambus menjadi tontonan yang disenagi oleh masyarakat Betawi
terutama apabila ada acara pesta pernikahan ataupun khitanan. Menurut Munif, ketika
ditemui oleh penulis di kediamannya daerah Rawa Kuning, Jakarta. Meneceritakan
bahwa Orkes gambus sudah ada di Jakarta sejak awal abad ke-19. Saat itu sudah
banyak imigran dari Hadramaut (Yaman Selatan) dan Gujarat yang dating ke Jakarta
untuk berdakwah sambil berniaga.
Peralatan Musik Gambus sangat bervariasi, tapi biasanya pada setiap
pementasan terdiri dari gambus, biola, dumbuk, suling, organ, atau akordion, dan
marawis. Lagu-lagu yang sering dibawakan antara lain Lisaani Bihamdillah,
Yaamalaakal Hub, Solla Rabbuna, Asyraqal Badrui, dan Syarah Dala. Sekarang ini
gambus sangat berkembang menjadi sarana hiburan yang ditunggu masyarakat
Betawi. Gambus juga bias digunakan untuk mengiringi tarian japin yang biasa
ditarikan oleh laki-laki berpasangan. Tokoh musik gambus yang terkenal adalah
Husnu Maad, K.H Zainal Abidin Alhadad, dan Zein Alhadad. Sementara, Group
terkenal saat ini adalah Arrominah pimpinan H.Hendy Supandi.
2. Seni Tari
Bentuk-bentuk tari lama yang ada di Betawi mendapat pengaruh yang cukup
kuat dari Sunda. Terutama pada tari-tarian yang biasa dibawakan dalam pertunjukan
Topeng Betawi, Tari Blenggo, dan Tari Uncul yang biasa diselipkan dalam
pertunjukkan Ujungan Betawi. Di kalangan masyarakat Betawi Santri kegiatan
menari yang dilakukan perempuan kurang dikehendaki. Karena itu tari Japin, Samrah,
dan Blenggo dilakukan oleh kaum laki-laki. Sementara, dikalangan masyarakat
Betawi Abangan tarian dengan penari perempuan merupakan kegiatan yang lazim.
Berikut ini beberapa tarian yang masih sering ditampilkan di beberapa pergelaran
atau acara pesta.
A. Tari Japin
Japin adalah tari pergaulan yang terdapat di Sumatera Utara, Riau daratan, dan
Kalimantan Selatan. Tari japin yang berkembang di Betawi biasanya diiringi oleh
music gambus yang ditambah dengan tiga buah alat music “marawis” yaitu tiga buah
gendang kecil bertutup dua. Sebagai tari pergaulan japin dilakukan semata-mata
untuk kesenangan pelakunya (kelangenan). Pendukung utama japin adalah
masyarakat Betawi keturunan Arab. Tetapi santri-santri di beberapa pesantern juga
kerap melakukannya diiringi oleh rebana dan ketrimping sebagai hiburan pengisi
waktu luang.
Japin biasanya dilakukan oleh laki-laki berpasangan tanpa pola gerak tertentu,
gerak-gerak yang dominan berbentuk langka-langkah dan lenggak-lenggok berirama.
Pada pesta-pesta pernikan yang diiringi music gambus, ketika malam telah larut sama
sekali, biasanya dilakukan tari japin.
B. Tari Topeng
Sebagai tarian rakyat, tari topeng memilki pola gerak tertentu dari awal sampai
akhir. Akan tetapi, disana-sini terdapat variasi gerakan yang sangat tergantung pada
improvisasi penari yang bersangkutan. Menurut sejumlah tokoh tari Betawi, secara
teknis ada tiga syarat yang harus dipenuhi oleh calon penari topeng Betawi agar
tarwujud kesatuan gerak tubuh yang estetis dan harmonis, yaitu gandes (luwes), ajar
(ceria), dan lincah tanpa ada beban waktu sewaktu menari.
Dalam perkembangannya kini kita kenal berbagai variasi tari topeng Betawi,
seperti Lipet Gendes, Topeng Tunggal, Enjot-enjotan, Topeng Cantik, dan Topeng
Putri. Tari topeng Betawi biasa dimainkan sebagai pengawal pertunjukan topeng
Betawi, meski ia bias juga main sendirian. Tarian itu adalah tari kembang topeng, tari
topeng tunggal, atau tari topeng kedok, dan tari topeng ronggeng.
Pakaian penari topeng Betawi atau ronggeng topeng terdiri dari kembang (hiasan
kepala terbuat dari kain perca) berbentuk tekes, toka-toka (dua lembar kain hias
penutup dada dan punggung), ampok, atau ampeng (penutup perut), baju kebaya
berlengan pendek, kain batik panjang, selendang, dan andong.
3. Seni Pertunjukkan
Budaya Betawi dikenal sangat kaya dan beragam, selain memiliki seni tari dan
seni music masyarakat betawi juga memilki seni pertunjukkan yang biasa digelar di
acara-acara tertentu sperti HUT DKI Jakarta setiap tanggal 22 Juni atau acara besar
lainya. Seni pertunjukka betawi lebih mengarah kepada teater. Teater tradisional
Betawi merupakan pertunjukkan yang membawakan lakon atau cerita, baik dengan
atau tanpa tutur kata. Sementara teater dengantutur kata bias dibedakan antara teater
atau lakon yang ceritanya ditutur oleh penutur, seperti sahibul hikayat, dan Teater
yang ceritanya dimainkan oleh sejumlah pemain atau boneka, seperti wayang dan
lenong. Pada kesempata ini penulis akan mengajak pembaca untuk mengenal tentang
seni teater khas betawi yaitu lenong dan ubrug.
A. Lenong
Lenong merupakan salah satu bentuk teater peran di Betawi yang mulai
berkembang di akhir abad ke-19. Sebelumnya masyarakat Betawi mengenal komedi
stambul dan teater bangsawan. Komedi stambul dan teater bangsawan dimainkan oleh
bermacam suku bangsa dengan menggunakan bahasa melayu. Orang Betawi meniru
pertunjukkan itu. Hasil pertunjukan itu kemudian disebut lenong.
Musik pengiring Lenong adalah gambang kromong, yang memperlihatkan
pengaruh luar yang dikembangkan oleh masyarakat Cina peranakan. Terutama
dengan adanya instrument rebab berdawai dua yang terdiri dari tiga jenis; tehyan,
kongahyan, dan sukong.
Pertunjukan lenong dibagi atas tiga bagian, sebagai pembukaan dimainkan lagu-
lagu berirama Mars secara instrumental untuk mengundang penonton dating. Setelah
itu dimainkan lagu-lagu hiburan yang terbagi kedalam dua jenis: Lagu dalem dan
lagu sayur. Terakhir, lakon. Pada awal perkembangannya lenong memainkan cerita-
cerita kerajaan, baru kemudian memainkan cerita-cerita kehidupan sehari-hari.
B. Ubrug
Ubrug adalah jenis teater Betawi yang sudah punah. Tokoh yang paling terkenal
adalah Mak Kinang. Di era 1920an. Dia berpindah profesi dari topeng ubrug menjadi
ronggeng topeng.Ubrug Betawi dipercaya mendapat pengaruh dari Ubrug Banten.
Disamping bahasa yang berbeda, dalam ubrug Betawi ditampilkan pertunjukkan
sulap. Biasanya cerita yang ditampilkan dalam pementasan ubrug bersifat banyolan.
Disamp[ing untuk hiburan hajatan, ubrug juga biasa ngamen. Mereka biasa
ngamen di pasar dan halaman stasiun. Dalam mengumpulkan penonton, rombongan
ubrug (terompetr, rebana biang, gendang, dan kulanter), tidak henti dimainkan. Suara
music ini akan menarik perhatian penonton untuk dating dan memberikan uang
saweran. Perkumpulan ubrug yang pernah terkenal pada era 1920an adalah ubrug
yang dipimpin Kadul dari Gudang Air, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
4. Ritual Masyarakat
Masyarakat Indonesia dikenal memiliki banyak ritual, tak terkecuali masyrakat
Betawi, ritual ini merupak suatu kebiasaan turun-menurun yang diajarkan oleh orang
tua dahulu dan dilestarikan oleh generasi berikutnya. Ritual hidup orang Betawi
penuh upacar, terbentang dari lahir hingga masuk ke liang lahat. Masing-masing
upacara memiliki tujuan dan symbol tersendiri. Berikut ini beberapa dari upacara
ritual hidup masyarakat Betawi.
A. Akekah
Akekah atau biasa masyarakat Betawi menyebut Akeke adalah upacara selamatn
pemberian nama dan mencukur rambut bayi. Pada upacara itu dipotong kambing
sesuai dengan jenis kelamin si bayi. Apabila laki-laki dipotong kambing sebanyak 2
ekor untuk perempuan cukup 1 ekor. Ketika acara akekah rambut si bayi dipoitong
sambil di doa-doakan oleh masyarakat yang hadir dalam upacara akekah.
Selanjutnya, rambut yang tadi dicukur dikumpulkan kemudian ditimbang yang
selanjutnya untuk dibelikan emas sesuai dengan rambut bayi yang dicukur untuk
disumbankan kepada anak yatim-piatu. Akekah juga dimeriahkan dengan pembacaan
mauled Al-Barjanzi dan pembagian berekat (Besek) untuk para hadirin.
B. Sunatan
Sunatan bagi masyarakat Betawi adalah upacara memotong kulit ujung penis
bagi anak laki-laki sesuai dengan ajaran agama Islam. Biasanya sebelum hari H si
anak mulai diarak keliling kampong dengan menggunakan delman. Tujuannya adalah
untuk member kegembiraan serta semangat kepada si anak.
Perlengkapan dan pendukung acara ini antara lain; 1. Pakaian pengantin sunat, 2.
Pembacaan shalawat dustur, 3. Grup rebana ketimpring sebagai pengarak dan
pembaca shalawat badar, 4. Kuda hias, dan 5. Grup ondel-ondel.

You might also like