Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keselamatan & Kesehatan Kerja
dan Hukum Perburuhan pada semester gasal tahun 2010/2011
yang diampu oleh Drs. Moh. Thamrin M.Pd.
Oleh
Muhammad Abdis Salam
NIM 0831210130
Kelas 3 D
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Hukum Perburuhan di Indonesia".
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Hukum Perburuhan serta sebagai sarana
peningkatan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan mata kuliah yang telah
didapatkan diperkuliahan khususnya pada mata kuliah ini.
Dalam proses penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Ir. Tundung Subali, M.T., selakiu Direktur Politeknik Negeri Malang.
2. Bapak Imam Mashudi, B.Eng.(Hons), M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik
Mesin, Politeknik Negeri Malang.
3. Bapak Drs. Moh. Thamrin MPd. Selaku dosen pengajar mata kuliah
Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Hukum Perburuhan yang senantiasa
membimbing penulis dalam penulisan makalah ini.
4. Bapak dan Ibu tercinta beserta segenap keluarga yang selalu memberikan
dukungan dan doa demi keberhasilan penulis.
5. Teman-teman kelas 3 D yang telah memotifasi.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan juga bagi
peningkatan ilmu pengetahuan di Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
Malang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................... 1
BAB II : KECELAKAAN KERJA YANG DIAKIBATKAN OLEH
FAKTOR MANUSIA.................................................................. 3
2.1 Definisi Kecelakaan Kerja....................................................... 3
2.2 Teori Tentang Penyebab
Terjadinya Kecelakaan Kerja.................................................. 3
ii
6.3 Cara Pembayaran Upah.......................................................... 24
6.4 Ganti Rugi dan Denda............................................................ 24
BAB VII : PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)......................... 25
7.1 Definisi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).......................... 25
7.2 Jenis-Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)..................... 26
7.3 Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)................... 28
7.4 Dasar Hukum Tentang
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)........................................ 29
BAB VIII : HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL.................................... 30
8.1 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual..................................... 30
8.2 Dasar-Dasar Hukum yang Mengatur Tentang
Hak Kekayaan Intelektual....................................................... 32
8.3 Cara Pendaftaran Hak Cipta................................................... 33
BAB IX : MEDIA PUBLIKASI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA...................... 35
9.1 Pengertian dan Tujuan Media Publikasi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja......................................... 35
9.2 Jenis-Jenis Media Publikasi Keselamatan Kerja..................... 35
DAFTAR REFERENSI............................................................................... 37
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari
bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak
boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang
berlimpah pada masa yang akan datang.
Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3
yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan
kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja
yang tidak kondusif. Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja
sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian
mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga
mencegah pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat
kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu
menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.
Hengkangnya sejumlah perusahaan besar asing (PMA) dari Indonesia
menyebabkan devisa dan pajak berkurang sejak beberapa tahun terakhir ini.
Dipercayai oleh banyak kalangan bukan saja karena persoalan keamanan tetapi
juga masalah buruh yang dirasakan menjadi kendala. Salah satunya Kepmen
No.150/2000 dan kepmen – kepmen lainnya yang mengatur PHK dan pesangon
buruh. Aturan – aturan itu telah menimbulkan kontroversi. Maklum, perusahaan
diwajibkan memberikan pesangon kepada buruh yang berbuat kesalahan
(KONTAN edisi 23/V Tanggal 5 Maret 2001 bertajuk Good Bye Indonesia,
Relokasi industri ke luar negeri menjadi kenyataan).
1
2
3
4
(1) Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-
syarat untuk memberikan Alat Pelindung Diri.
(3) Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau
hak tenaga kerja untuk memakai Alat Pelindung Diri.
9
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus
memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu Safety,
sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung
10
10
pernafasan.
Berdasarkan Undang-undang, jaminan Keselamatan dan Kesehatan kerja
itu di peruntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat, baik darat,
di dalam tanah, dipermukaan air, di ddala air maupun di udara, yang berada
didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Jadi pada dasarnya, setiap
pekerja di Indonesia berhak atas jaminan Keselamatan dan Kesehatan kerja.
Undang-undang ini memuat ancaman pidana kurungan paling lama 1
tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 15.000.000 (lima belas juta rupiah)
bagi yang tidak menjalankan ketentuan undang-undang tersebut.
3.3 Jenis-jenis Peralatan Perlindungan Diri dan Kegunaannya
(1) Alat Pelindung Kepala
(1) Topi Pelindung, Pengaman (Safety Helmet) atau topi proyek: Melindungi
kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus
listrik.
c) Pengaruh cahaya.
Gambar 4: Masker
2) Alat Pelindung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung
tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
12
Gambar 8: harness
14
15
Klasifikasi di atas dilakukan secara garis besar, dalam beberapa situasi bias
terjadi kecelakaan secara bersamaan, berdasarkan sudut pembicaraan bias
menghasilkan hal yang berbeda, sehingga ruang lingkupnya fleksibel. Perlu
ada strategi perbaikan situasi untuk meningkatkan mutu lingkungan kerja dan
menambah produktifitas.
4.3 Dasar Hukum Tentang Keselamatan Kerja
Adapun sumber hukum penerapan K3 adalah sebagai berikut:
1) UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2) UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
3) PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
4) Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan
Kerja.
5) Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran
Kepesertaan, pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Berdasarkan Undang-undang, jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
itu diperuntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Jadi pada
dasarnya, setiap pekerja di Indonesia berhak atas jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Undang-undang ini memuat ancaman pidana kurungan paling lama 1
tahun atau pidana denda paling banyak Rp 15.000.000. (lima belas juta rupiah)
bagi yang tidak menjalankan ketentuan undang-undang tersebut.
BAB V
PERJANJIAN KERJA
5.1 Teori Perjanjian Kerja
Dalam hubungan dengan hubungan ketenagakerjaan, salah satu perjanjian
yang mungkin ada adalah perjanjian kerja.Perjanjian kerja tersebut umumnya
memuat kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan, yang dalam hal ini sering
diwakili oleh manajemen atau direksi perusahaan. FX Djumialdy, SH, M.Hum
menyebutkan bahwa agar dapat disebut perjanjian kerja harus dipenuhi 3 unsur
yaitu: 1. Ada orang diperintah orang lain, 2. Penunaian kerja, 3. Adanya upah
Perjanjian kerja yang dibuat antara pekerja dengan perusahaan ini
kemudian menjadikan adanya hubungan kerja antara keduanya.Di dalam Undang-
Undang No. 13 tahun 2003 didefiniskan bahwa Perjanjian kerja adalah
“Perjanjian antara pekerja dengan pengusaha/pemberi kerja yang memuat syarat-
syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak”. Sebagai suatu Undang-undang yang
tujuannya antara lain untuk memberikan perlindungan kepada pekerja dalam
mewujudkan kesejahteraan dan, meningkatkan kesejahteraan pekerja dan
keluarga, Undang-undang No. 13 tahun 2003 memberikan panduan mengenai
perjanjian kerja. Menurut Undang-undang ini perjanjian kerja dapat dibuat secara
tertulis maupun lisan. Apabila perjanjian kerja dibuat secara tertulis, maka harus
memuat sebagai berikut:
17
18
hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu.Perjanjian Kerja
Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya disebut PKWTT adalah perjanjian kerja
antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang
bersifat tetap.”
PKWT memiliki dasar batasan bahwa jangka waktu perjanjian kerja sudah
ditetapkan dari awal, dibatasi oleh suatu dasar khusus. Dalam Undang-undang No.
13 tahun 2003 disebutkan bahwa PKWT didasarkan atas jangka waktu atau
selesainya suatu pekerjaan tertentu.
Jika dibandingkan dengan PKWTT, maka PKWT memiliki keterbatasan,
hal ini karena PKWT tersebut tidak bersifat berkelanjutan, sehingga jangka waktu
perlindungan kepada pekerja terbatas pada waktu tertentu tersebut. Salah satu
upaya agar PKWT tidak diterapkan kepada setiap jenis pekerjaan, Undang-undang
memberikan perlindungan dengan pembatasan agar PKWT diterapkan pada
situasi-situasi khusus. Hal ini berarti bahwa diluar situasi-situasi tersebut, PKWT
tidak diperbolehkan. Adapun batasan situasi tersebut, dinyatakan dalam Undang-
undang No. 13 tahun 2003 sebagai berikut:
1) pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya.
2) pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu
lama dan paling lama 3 (tiga) tahun.
3) pekerjaan yang bersifat musiman; atau pekerjaan yang berhubungan dengan
produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam
percobaan atau penjajakan.
4) perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan
yang bersifat tetap.
Disamping itu, di dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 100/MEN/IV/2004 diatur lebih lanjut mengenai persyaratan
PKWT atas 4 jenis pekerjaan. Misalnya mengenai PKWT untuk pekerjaan yang
sekali selesai atau sementara sifatnya yang penyelesaiannya paling lama 3 (tiga)
tahun diatur dalam Pasal 3 Keputusan Menteri tersebut sebagai berikut:
1) PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya adalah
PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu.
20
2) PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat untuk paling lama 3
(tiga) tahun.
3) Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat diselesaikan lebih cepat dari yang
diperjanjikan maka PKWT tersebut putus demi hukum pada saat selesainya
pekerjaan.
4) Dalam PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu harus
dicantumkan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai.
5) Dalam hal PKWT dibuat berdasarkan selesainya pekerjaan tertentu namun
karena kondisi tertentu pekerjaan tersebut belum dapat diselesaikan, dapat
dilakukan pembaharuan PKWT.
6) Pembaharuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dilakukan setelah
melebihi masa tenggang 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya perjanjian
kerja.
7) Selama tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud dalam
ayat 6 tidak ada hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha.
Adapun mengenai perjanjian waktu tidak tertentu, pengaturannya dalam
Undang-undang No. 13 tahun 2003.Undang-undang ini memberikan kesempatan
kepada perusahaan/pemberi kerja untuk memberlakukan masa percobaan paling
lama 3 bulan.Hal ini salah satunya dilatarbelakangi oleh karena sifat perjanjian
yang bersifat berkelanjutan dan jangka panjang, maka perusahaan memerlukan
waktu untuk evaluasi pekerja tersebut sebelum menjadi pekerja tetapnya. Namun
demikian menurut Pasal 61 tersebut, walaupun diberlakukan masa percobaan
selama 3 bulan, perusahaan tidak diperkenankan membayar di bawah upah
minimum.
Selain perjanjian kerja yang didasari dengan jangka waktu tersebut di atas,
hubungan hukum antara pekerja dengan perusahaan dapat juga terjadi melalui
pemagangan. Dalam proses pemagangan ini, pekerja mengikuti kegiatan
perusahaan yang biasanya berupa pelatihan kerja yang dilaksanakan secara
langsung di tempat kerja.
21
22
23
3) Tunjangan Tetap
Tunjangan tetap adalah suatu pembayaran yang teratur berkaitan
dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap kepada pekerja dan
keluarganya serta dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan
pembayaran upah pokok seperti tunjangan isteri, tunjangan anak,
tunjangan perumahan, tunjangan kematian, tunjangan jabatan, tunjangan
keahlian dan lain-lain.
4) Tunjangan tidak Tetap
Tunjangan tidak tetap adalah suatu pembayaran yang secara
langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pekerja yang diberikan
secara tidak tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan menurut
satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok
seperti tunjangan transport yang didasarkan pada kehadiran. Tunjangan
makan dapat dimasukan dalam tunjangan tidak tetap apabila tunjangan
tersebut diberikan atas dasar kehadiran (pemberian tunjangan bisa dalam
bentuk uang atau fasilitas makan). Misalnya : THR, bonus kehadiran,
bonus target produksi tercapai dan lain-lain.
6) Upah Kerja Lembur
Upah kerja lembur adalah imbalan yang diberikan kepada pekerja
diluar jam kerja yang sebenarnya. Contoh perhitungan upah lembur buruh
harian.
Misal : upah per hari (6 hr/minggu) = 550.750 : 25 hari = Rp 22.030,-
Upah lembur pada hari biasa :
Jam lembur I = 1,5 x Rp 3.305,- = Rp 4.960,-
Jam lembur II dstnya = 2 x Rp 3.305,- = Rp 6.610,-
Total upah lembur sampai dengan 2 jam pertama = Rp 11.570,-
7) Upah Tidak Masuk Kerja Karena Berhalangan
Upah tidak masuk kerja karena berhalangan adalah upah yang
diberikan apaila buruh mengalami :
(1) Buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.
(2) Buruh menikah (dibayar untuk selama 3 hari) .
(3) Menikahkan anaknya ( dibayar untuk selama 2 hari) .
24
25
26
6) untung dan ruginya, apalagi kalau diingat bahwa saat karyawan diterima adalah
dengan cara baik-baik, sudah selayaknya perusahaan melepas mereka dengan
cara yang baik pula. Pada dasarnya tidak ada yang abadi di dunia ini, jika ada
pengadaan akan ada pula pemutusan hubungan karyawan.
30
31
35
36
36
DAFTAR REFERENSI
http://anakkesmas.blogspot.com/2009/09/kecelakaan-kerja.html
http://id.shvoong.com/tags/kecelakaan-kerja-faktor-manusia
http://kabarnet.wordpress.com/2010/09/24/terungkap-misteri-
tenggelamnya-kapal-titanic/
http://tuloe.wordpress.com/2010/02/20/kecelekaan-kerja/
http://emperordeva.wordpress.com/
http://wiryanto.wordpress.com/2007/06/07/keselamatan-kerja-
konstruksi/feed/
37