You are on page 1of 9

ASOBAH DAN ZAWIL ARHAM

A. Pengertian Asobah dan Zawil Arham


Asobah adalah Ahli waris yang bagian dari harta warisnya tidak tertentu
misalnya : seluruh harta warisan jatuh ketangannya karena tidak ada ahli waris
zawil furudh, sisa dari harta warisan setelah diambil oleh zawil furudh, atau
tidak berhak memperoleh bagian pusaka karena warisan itu habis dibagikan
kepada zawil furudh yang berhak menerimanya.
Zawil Arham yaitu orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat
dengan orang yang meninggal, tetapi mereka tidak masuk dalam golongan
Asabul Furudh dan tidak pula ke dalam golongan Asabah, seperti cucu
perempuan dari anak perempuan, cucu lelaki dari anak perempuan, anak
perempuan dari saudara lelaki sekandung, anak lelaki dari saudara perempuan
sekandung, dan seperti saudara ayah yang perempuan, sudara ibu lelaki dan yang
perempuan.

B. Bentuk-bentuk Ashabah
1) Asabah Binafsi
Asabah Binafisi, yaitu yaitu ahli waris yang menjadi asabah karena
dirinya sendiri tanpa dipengaruhi oleh ahli waris yang lain. Mereka, yaitu :
1) Anak laki-laki
2) Cucu laki-laki dari anak laki-laki
3) Bapak
4) Kakek
5) Saudara laki-laki sekandung
6) Saudara laki-laki sebapak
7) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
9) Saudara laki-lakinya bapaknya mayat yang sekandung
10) Saudara laki-lakinya bapaknya mayat yang sebapak

1
11) Anak laki-laki saudara laki-lakinya bapaknya mayat yang sekandung
12) Anak laki-laki saudara laki-lakinya bapaknya mayat yang sebapak, dan
13) Laki-laki yang memerdekakan mayat

2) Asabah Bil Gair


Asabah bil gair adalah ahli waris yang menjadi asabah karena ada ahli
waris yang lain. Jadi, ia menjadi asabah karena ditarik oleh ahli waris yang
lain, yaitu :
1) Anak perempuan yang ditarik oleh anak laki-laki
2) Cucu perempuan dari anak laki-laki yang ditarik oleh cucu laki-laki dari
anak laki-laki
3) Saudara perempuan sekandung yang ditarik oleh saudara laki-laki
sekandung
4) Saudara perempuan sekandung yang ditarik oleh saudara laki-laki
sebapak

3) Asabah Mal Gair


Asabah maal gair adalah ahli waris yang menjadi asabah bersama-
sama dengan ahli waris yang lain, yaitu :
1) Saudara perempuan yang sekandung seorang atau lebih bersama dengan
anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki, baik seorang
maupun lebih
2) Saudara perempuan sebapak, baik seorang atau lebih bersama dengan
anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki, baik seorang
maupun lebih

C. Golongan Zail Arham


Golongan pertama ialah orang yang berhubungan kepada orang yang
meninggal. Golongan ini melengkapi dua macam dzawil arham :

2
1. Anak-anak dari perempuan, baik mereka lelaki ataupun
perempuan. Seperti : anak laki-laki dari anak perempuan dan anak
perempuan dari anak perempuan
2. Anak-anak dari perempuan, dari anak laki-laki, baik
mereka lelaki ataupun perempuan. Seperti : anak laki-laki dari anak
perempuan dari anak laki-laki dan anak perempuan dari anak perempuan dari
anak laki-laki
Golongan kedua ialah orang yang berhubungan dengan yang meninggal,
karena yang meninggal itu dinisbahkan kepada mereka lantaran mereka adalah
ayah, ayah dari yang meninggal :
1. Nenek yang tidak sejati, walaupun sudah tinggi
seperti, ayah dari ibu yang meninggal dan ayah dari ayah dari ibu yang
meninggal
2. Nenek yang tidak sejati, walaupun sudah tinggi
seperti, ibu dari ayah ibu
Golongan ketiga ialah org yang berhubungan kepada ayah dan ibu dari
yang meninggal, ini meliputi empat golongan :
1. Anak-anak dari saudara-saudara
perempuan seibu sebapak
2. Anak-anak perempuan dari saudara
laki-laki seibu
3. Anak-anak perempuan dari anak-anak
laki-laki saudara laki-laki seibu sebapak atau seibu dan anak-anaknya
4. Anak-anak laki-laki dari saudara laki-
laki seibu dan anak-anak dari mereka yang lelaki itu.
Golongan keempat ialah org yang berhubungan kepada kakek-kakek yang
meninggal, yaitu ayah dari ayah dan ayah dari ibu, baik mereka itu masih dekat
atau sudah jauh. Dan mereka yang berhubungan kepada kedua neneknya, yaitu
ibu dari ibu dan ibu dari ayah, baik dekat ataupun telah jauh.

3
D. Penghapus Hak Waris
Hal-hal yang menyebabkan sesorang tidak mendapatkan warisan, yaitu :
1. Pembunuh
Orang yang membunuh keluarganya tidak mendapatkan harta pusaka
dari yang dibunuh itu
2. Hamba sahaya
Budak tidak menerima bagian dari harta peninggalan tuannya
3. Murtad
Ahli waris yang murtad (keluar dari Islam) tidak berhak memperoleh
harta warisan peninggalan keluarganya yang beragama Islam. Demikian juga
sebaliknya, seorang muslim (muslimah) tidak berhak mewarisi harta
peninggalan keluarganya yang bukan Islam
4. Orang kafir
Orang yang tidak beragama Islam, tidak berhak menerima harta
warisan peninggalan keluarganya yang beragama Islam. Demikian pula
sebaliknya, orang Islam tidak berhak mewarisi harta pusaka peninggalan
keluarganya yang tidak beragama Islam.

E. Wasiat, Ketentuan dan Sebab-Sebabnya


Wasiat ialah pesan si pewaris sebelum meninggal dunia agar sebagian
harta peninggalannya, kelak setelah ia meninggal dunia, diserahkan kepada
seseorang atau suatu lembaga (dakwah atau sosial) Islam.
Sebanyak-banyak wasiat adalah 1/3 dari keseluruhan harta, tidak boleh
lebih kecuali diizinkan oleh semua ahli waris sesudah orang yang berwasiat itu
meninggal. Wasiat hanya ditujukan kepada orang yang bukan ahli waris. Wasiat
tidak sah apabila ditujukan kepada ahli waris, kecuali atas ridho dari ahli waris
yang lain sesudah pemberi wasiat meninggal.
Dalam pelaksanaan wasiat, hendaklah disaksikan sekurang-kurangnya 2
(dua) orang saksi yang adil dan jujur. Hal tersebut agar terjamin kebenaran

4
wasiat di kemudian hari nanti. Hal itu berdasarkan firman Allah SWT dalam
surat Al-Ma’idah ayat 106 yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila seseorang (diantara) kamu
menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat maka hendaklah (wasiat itu)
disaksikan oleh dua orang yang adil diantara kamu.” (QS. Al-Ma’idah / 5 :106)
Syarat bagi penerima wasiat adalah beragama Islam, sudah dewasa, orang
yang berakal (tidak gila dan hilang ingatan), orang merdeka (bukan hamba
selamanya), amanah (yang diberi wasiat dapat dipercaya), dan cakap
menjalankan sebagaimana yang dikehendaki oleh yang memberi wasiat.

F. Anak Li’an dan Ketentuan dalam Waris


Anak Li’an adalah anak yang dilahirkan ibunya dalam keadaan hubungan
perkawinan yang sah, tetapi suami tidak mengakui dan menuduh istrinya berbuat
zina tanpa bukti-bukti yang kuat. Untuk terlepas dari hukuman menuduh zina,
suami harus bersumpah li’an dan istri akan bebas dari tuduhan zina apabila ia
juga menyatakan sumpah li’an.
Dasar hukum yang melandasi tentang sumpah li’an ini adalah Al’quran,
sebagaimana tercantum dalam surah An Nur ayat 6-9, yang menjelaskan bahwa
sumpah li’an harus dilakukan dihadapan hakim. Adapun cara dan proses
pelaksanaannya adalah hakim memerintahkan kepada suami untuk bersumpah
empat kali yang menyatakan bahwa ia berada di pihak yang benar dalam
tuduhan kepada istrinya berbuat zina dan tidak mengakui anak yang dalam
kandungan istrinya atau anak yang telah dilahirkan istrinya. Kemudian sumpah
kelima kalinya suami diperintahkan untuk menyatakan kesediaan menerima
laknat atau kutukan Allah SWT jika ia di pihak yang tidak benar atau dusta.
Selanjutnya si isteri diperintahkan untuk bersumpah empat kali bahwa suaminya
di pihak yang tidak benar atau dusta, dalam sumpah kelimanya ia harus
menyatakan kesediaan menerima murka Allah apabila suaminya di pihak yang
benar dalam tuduhannya itu. Setelah sumpah li’an selesai dilaksanakan maka
suami istri wajib diceraikan dan anaknya tidak bernasab kepada suami,

5
melainkan bernasab kepada ibunya. Hal demikian berakibatkan bahwa antara
anak dan ibu terjadi waris mewaris, sedangkan antara anak dan ayah (suami)
tidak ada hak waris mewaris sebab terputusnya hubungan nasab setelah sumpah
li’an.

6
N A M A : 1. ………………
2. ………………

logo

UNIVERSITAS ……………………….
2011

7
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini

dengan judul ASHABAH DAN ZAWIL ARHAM .

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

dari itu penulis mengharapkan keritik dan saran yang sifatnya membangun dari dosen

serta para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

kita semua pada umumnya.

Padangsidimpuan, Juni 2011

Penulis

i8
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................i

Daftar isi...................................................................................................ii

A. Pengertian Asobah dan Zawil Arham..................................................................1

B. Bentuk-bentuk Ashabah.......................................................................................1

C. Golongan Zail Arham..........................................................................................2

D. Penghapus Hak Waris..........................................................................................3

E. Wasiat, Ketentuan dan Sebab-Sebabnya..............................................................4

F. Anak Li’an dan Ketentuan dalam Waris..............................................................5

ii9
ii

You might also like