Professional Documents
Culture Documents
INDONESIA (RANGKUMAN)
SEKILAS SEMANTIK BAHASA INDONESIA
1. Jenis Makna
2. Makna Leksikal
3. Makna Konseptual
4. Makna Generik
5. Makna Spesifik
Misalnya jika berkata “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli,
melainkan seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.
6. Makna Asosiatif
7. Makna Konotatif
8. Makna Afektif
9. Makna Stilistik
Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang
menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur
pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk
idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh
adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah
merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Idiom sebagian adalah
idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki
makna leksikal.
15. Realasi makna adalah hubungan antara makna yang satu dengan makna kata yang
lain.
16. Pada dasarnya prinsip relasi makna ada empat jenis, yaitu (1) prinsip kontiguitas,
(2) prinsip kolementasi, (3) prinsip overlaping, dan (4) inklusi. Jelaskan!
1. Prinsip kontiguitas yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa beberapa kata
dapat memiliki makna sama atau mirip. Prinsip ini dapat menimbulkan
adanya relasi makna yang disebut sinonimi.
2. Prinsip komplementasi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna kata
yang satu berlawanan dengan makna kata yang lain. Prinsip ini dapat
menimbulkan adanya relasi makna yang disebut antonimi.
3. Prinsip overlaping yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa satu kata
memiliki makna yang berbeda atau kata-kata yang sama bunyinya tetapi
mengandung makna berbeda. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi
makna yang disebut homonimi dan polisemi.
4. Prinsip inklusi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna satu kata
mencakup beberapa makna kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan
adanya relasi makna yang disebut hiponimi.
17. Sinonimi adalah nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sinonimi yaitu suatu
istilah yang mengandung pengertian telaah, keadaan, nama lain.
18. Sinonimi tidak mutlak memiliki arti yang sama tetapi mendekati sama atau mirip.
19. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya sinonimi adalah penyerapan kata-
kata asing, penyerapan kata-kata daerah, makna emotif dan evaluatif.
20. Kata bersinonimi tidak dapat dipertukarkan tempatnya karena dipengaruhi oleh
(1) faktor waktu, (2) faktor tempat atau daerah, (3) faktor sosial, (4) faktor
kegiatan dan (5) faktor nuansa makna.
21. Homonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya tetapi mengandung
makna dan pengertian yang berbeda.
22. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya homonimi adalah (1) kata-kata yang
berhomonimi itu berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan, (2) kata-kata
yang berhomonimi itu terjadi sebagaimana hasil proses morfologis.
23. Homonimi yang homograf dan homofon adalah sama bunyi sama bentuknya.
padan → banding
padan → batas
padan → janji
padan → curang
padan → layar
24. Homonimi yang tidak homograf tetapi homofon adalah bentuknya tidak sama
tetapi bunyinya sama.
Contoh: bang → bentuk singkatan dari abang
sangsi → ragu
sanksi → akibat
syarat → janji
25. Homonimi yang homograf tidak homofon sama bentuk tetapi tidak bunyinya.
teras → bidang tanah datar yang miring atau lebih tinggi dari yang lain
26. Antonimi adalah nama lain untuk benda lain pula atau kebalikannya.
27. Oposisi kembar yaitu perlawanan kata yang merupakan pasangan atau kembaran
yang mencakup dua anggota.
28. Oposisi gradual yaitu penyimpangan dari oposisi kembar antara dua istilah yang
berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan antara.
29. Oposisi majemuk yaitu oposisi yang mencakup suatu perangkat yang terdiri dari
dua kata. Satu kata berlawanan dengan dua kata atau lebih.
Contoh:
duduk
berjongkok
tiarap
1. Oposisi relasional yaitu oposisi antara dua kata yang mengandung relasi
kebalikan, relasi pertentangan yang bersifat saling melengkapi.
2. Oposisi hirarkis, oposisi ini terjadi karena setiap istilah menduduki derajat yang
berlainan. Oposisi ini pada hakikatnya sama dengan oposisi majemuk. Kata-kata
yang beroposisi hirarkis adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat,
panjang, dan isi), satuan hitungan, nama jenjang kepangkatan dan sebagainya.
3. Oposisi inversi, oposisi ini terdapat pada pasangan kata seperti beberapa – semua,
mungkin – wajib. Pengujian utama dalam menetapkan oposisi ini adalah apakah
kata itu mengikuti kaidah sinonimi yang mencakup (a) penggantian suatu istilah
dengan yang lain dan (b) mengubah posisi suatu penyangkalan dalam kaitan
dengan istilah berlawanan.
4. Polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau
kata yang memiliki makna yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu aluran arti.
5. Kata berhomonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya.
bisa → racun
Sedangkan polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih
dari satu atau kata yang memiliki makna berbeda-beda tetapi masih dalam satu
arti.
6. Dua cara untuk menentukan bahwa suatu kata tergolong polisemi atau homonimi,
pertama melihat etimologi atau pertalian historisnya. Kata buku misalnya, adalah
homonimi yakni (1) buku yang merupakan kata asli bahasa Indonesia yang berarti
‘tulang sendi’ dan (2) buku yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti ‘kitab,
pustaka’.
Kedua, dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar.
1. Hiponimi ialah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam
suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain.
2. Hiponimi adalah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam
suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas mencakup
sejumlah komponen yang lebih kecil, sedangkan kelas bawah merupakan
komponen yang mencakup dalam kelas atas. Contoh: Januari, Februari, Maret,
April hiponimi dari kata bulan. Kelas atas disebut hipernim, contohnya, ikan
hipernimnya tongkol, gabus, lele, teri.
a. kamu = engkau
b. ayah = bapak
c. anak = momongan
e. rajin = giat
h. sehat = waras
i. luas = lebar
k. mati = meninggal
l. baik = bagus
m. mendidiki = mengajar
n. senang = suka
o. aku = saya
p. selidik = amati
c. antar – hubungan yang satu dengan yang lain, antar – memindahkan sesuatu ke
tempat lain
d. bujuk – usaha untuk meyakinkan seseorang dengan kata-kata, bujuk – ikan gabus
e. bunga – bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, bunga – imbalan jasa
g. email – massa berupa kaca tidak bening, email – bahan padat berwarna putih
m. lengket – lekat, lengket – tumbuhan yang dapat dipakai untuk pupuk hijau
e. praktik (1) pelaksanaan secara nyata (2) pelaksanaan pekerjaan (3) perbuatan
melakukan teori
h. subjek (1) pelaku, (2) mata pelajaran, (3) orang, tempat, benda yang diamati
i. gadis (1) perawan, (2) anak perempuan yang sudah akil balik
j. aparat (1) alat, perkakas, (2) perlengkapan militer, (3) badan pemerintahan
Minggu, 18 Januari 2009
Makna leksikal dan makna gramatikal
Makna leksikal adalah makna dasar sebuah kata yang sesuai dengan kamus. Makna dasar
ini melekat pada kata dasar sebuah kata. Makna leksikal juga dapat disebut juga makna
asli sebuah kata yang belum mengalami afiksasi (proses penambahan imbuhan) ataupun
penggabungan dengan kata yang lain. Namun, kebanyakan orang lebih suka
mendefinisikan makna leksikal sebagai makna kamus. Maksudnya, makna kata yang
sesuai dengan yang tertera di kamus. perhatikan contoh berikut ini:
(a) rumah
(b) berumah
Contoh yang pertama (a) merupakan kata dasar yang belum mengalami perubahan.
Berdasarkan kamus KBBI makna kata “rumah” adalah bangunan untuk tempat tinggal.
Sedangkan contoh kedua (b) merupakan kata turunan. Contoh yang kedua (b) mempunyai
arti yang berbeda dengan makna yang pertama (a) meskipun kata dasarnya sama, yaitu
rumah. Penambahan prefiks atau awalan pada kata “rumah” membuat makna “rumah”
berubah tidak sekedar bangunan untuk tempat tinggal tetapi menjadi memiliki bangunan
untuk tempat tinggal.
Contoh yang kedua inilah yang dinamakan dengan makna gramatikal. Jadi, Makna
gramatikal adalah makna kata yang terbentuk karena penggunaan kata tersebut dalam
kaitannya dengan tata bahasa. Makna gramatikal muncul karena kaidah tata bahasa,
seperti afiksasi, pembentukan kata majemuk, penggunaan kata dalam kalimat, dan lain-
lain.