Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Enzim
Amilase dipecah menjadi gula oleh enzim amilase yang terdapat pada saliva.
Saliva diproduksi dan dikeluarkan oleh kelenjar salivary. Saliva/air liur memiliki
beberapa fungsi, salah satu diantaranya adalah menginisiasi pencernaan zat tepung.
Hasil degradasi pati biasanya dari penurunan kadar pati yang larut
atau kadar dekstrinnya dengan menggunakan substrat jenuh. Ptialin
adalah enzim amilase yang ditemukan pada air liur dan memecah
amilum menjadi maltosa dan dextrin. Aksi dari amilase dapat diuji
dengan test iodine. Iodin memiliki warna merah kecoklatan dan jika
ditambah dengan zat tepung maka akan berubah menjadi biru
kehitaman. Pada saat amilum dihidrolisis oleh amilase menjadi
maltosa, maka jumlah amilum menurun dan ditandai dengan
menghilangnya warna biru kehitaman dari larutan (iodine+zat tepung).
Amilase tidak dapat bekerja pada suhu tinggi karena dapat terjadi
denaturasi.
β-amilase
Enzim ini berfungsi menghidrolisis unit-unit gula dari ujung
molekul pati. Oleh karena itu maka disebut sebagai eksoamilase.
Hal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam dunia
pendidikan tinggi, enzimologi tidak dipelajari tersendiri sebagai satu jurusan
tersendiri tetapi sejumlah program studi memberikan mata kuliah ini. Enzimologi
terutama dipelajari dalam kedokteran, ilmu pangan, teknologi pengolahan pangan,
dan cabang-cabang ilmu pertanian.
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu,
keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat
mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH
yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan
mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama
Enzim Enzim
Konjugasi
Protein +
Bukan Protein
Bukan protein =
Protein = Gugus prostetik
apoenzim
Organik = Anorganik =
Koenzim kofaktor
a. Oksidoreduktase.
Enzim oksidoreduktase berperan dalam pemindahan elektron (sebagai e-,
atom H, atau ion hidrida) dari suatu senyawa ke suatu akseptor.
b. Transferase.
Enzim transferase memiliki fungsi dalam pemindahan gugus fungsional
misalnya gugus asil, amino, metil atau fosfat.
Kespesifikkan
Enzim biasanya sangat spesifik terhadap reaksi yang ia kataliskan mauapun
terhadap substrat yang terlibat dalam reaksi. Bentuk, muatan dan katakteristik
hidrofilik/hidrofobik enzim dan substrat bertanggung jawab terhadap kespesifikan ini.
Enzim juga dapat menunjukkan tingkat stereospesifisitas, regioselektivitas, dan
kemoselektivitas yang sangat tinggi.
Mekanisme
Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuanya menurunkan
ΔG :
• Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana
keadaan transisi terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk substrat menjadi
konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan enzim.)
• Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan
menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang berlawanan dengan
keadaan transisi.
• Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat
sementara waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat antara.
• Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama
pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini melibatkan
destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya terhadap katalis relatif kecil.
Modulasi alosterik
Enzim alosterik mengubah strukturnya sesuai dengan efektornya. Modulasi ini
dapat terjadi secara langsung, di mana efektor mengikat tapak ikat enzim secara
lngsung, ataupun secara tidak langsung, di mana efektor mengikat protein atau
subunit protein lain yang berinteraksi dengan enzim alosterik, sehingga
mempengaruhi aktivitas katalitiknya.
Inhibisi kompetitif
Pada inihibisi kompetitif, inhibitor dan substrat berkompetisi untuk berikatan
dengan enzim. Seringkali inhibitor kompetitif memiliki struktur yang sangat mirip
dengan substrat asli enzim. Sebagai contoh, metotreksat adalah inihibitor kompetitif
untuk enzim dihidrofolat reduktase. Kemiripan antara struktur asam folat dengan obat
ini ditunjukkan oleh gambar di samping bawah. Perhatikan bahwa pengikatan
inhibitor tidaklah perlu terjadi pada tapak pengikatan substrat apabila pengikatan
inihibitor mengubah konformasi enzim, sehingga menghalangi pengikatan substrat.
Pada inhibisi kompetitif, kelajuan maksimal reaksi tidak berubah, namun memerlukan
konsentrasi substrat yang lebih tinggi untuk mencapai kelajuan maksimal tersebut,
sehingga meningkatkan Km.
Inhibisi non-kompetitif
Inhibitor non-kompetitif dapat mengikat enzim pada saat yang sama substrat
berikatan dengan enzim. Baik kompleks EI dan EIS tidak aktif. Karena inhibitor tidak
dapat dilawan dengan peningkatan konsentrasi substrat, Vmax reaksi berubah.
Namun, karena substrat masih dapat mengikat enzim, Km tetaplah sama.
Analisis enzim dalam serum dapat dipakai untuk diagnosis berbagai penyakit.
Dasar penggunaan enzim sebagai penunjang diagnosis adalah bahwa:
1. sebagian besar enzim terdapat dan bekerja dalam sel
2. enzim tertentu dibuat dalam jumlah besar oleh jaringan tertentu.
Karena itu enzim intrasel seharusnya tidak ditemukan dalam serum dan bila
ditemukan, berarti sel yang membuatnya mengalami disintegrasi. Bila enzim yang
diukur dalam serum terutama dibuat oleh jaringan atau organ tertentu, maka
peningkatan aktivitas dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan
atau organ tertentu.
Karena struktur protein menentukan aktivitas enzim, maka jika struktur ini
terganggu aktivitas akan berubah. Proses denaturasi protein berlaku pula untuk
protein-protein enzim, dan bahan yang mendenaturasi adalah sama. Misalnya, enzim
sering memperlihatkan kerapuhan akibat suhu. Jika dipanaskan sehingga kurang lebih
di atas 50ºC, kebanyakan tetapi tidak semua enzim akan terdenaturasi. Denaturasi
akibat suhu tinggi biasanya irreversible karena gaya-gaya ikatan lemah yang penting
rusak akibat meningkatnya getaran termal komponen atom-atomnya, suatu fenomena
yang merusak struktur tiga-dimensi. Pada kondisi yang tidak menyebabkan
3. Konsentrasi Enzim
Semakin besar konsentrasi enzim semakin cepat pula reaksi yang
belangsung. Dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding lurus dengan
kecepatan reaksi. Sisi aktif suatu enzim dapat digunakan berulang kali oleh
banyak substrat. Substrat yang berikatan dengan sisi aktif enzim akan membentuk
produk. Pelepasan produk menyebabkan sisi aktif enzim bebas untuk berikatan
dengan substrat lainnya. Oleh karenanya hanya dibutuhkan sejumlah kecil enzim
untuk mengkatalis sejumlah besar substrat.
5. Inhibitor
Inhibitor merupakan suatu molekul yang menghambat ikatan enzim dengan
substratnya. Ada dua macam inhibitor enzim, yaitu inhibitor kompetitif dan non-
kompetitif.
Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan teknik pengukuran jumlah zat yang juga
berdasar spektroskopi. Hanya saja pada spektrofotometri, lebih spesifik untuk
panjang gelombang UV ( ultra violet ) – dekat, visible, dan infra merah.
Spektrofotometri dimasukkan dalam elektromagnetik spektroskopi. Alat yang
digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Alat ini termasuk dalam
jenis fotometer, suatu alat unutk mengukur intensitas cahaya. Spektrofotometer dapat
mengukur intensitas sebagai fungsi dari warna, atau secara lebih khusus, fungsi
panjang gelombang.
Prosedur:
1. Tampung 2 ml air liur dalam tabung reaksi yang bersih dan kering
2. Encerkan 10x dengan air suling
3. Siapkan 6 pasang tabung reaksi yang bersih dan kering. Tiap pasangan
tabung diberi tanda B untuk blanko dan U untuk uji.
4. Pipetkan ke dalam tiap-tiap tabung:
Keterangan:
Pasangan pertama, ditempatkan dalam bejana berisi es (0 ˚C).
Prosedur:
Segera baca serapan pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan
antara tabung B (A pada t = 0 menit) dengan tabung U dari tiap pengenceran
enzim.
0,3
0,28
0,271 0,265
0,26 0,258
0,24 0,239
0,22
0,2
V ( Kecepatan )
0,18
0,16
ΔA/menit (v)
0,14
0,12
0,1
0,093
0,08 0,08
0,06
0,04
0,02
0
0 25 30 37 60 100
t ( suhu )
Dilihat dari grafik yang ada, data yang kami peroleh tidak sesuai dengan teori
yang dimana seharusnya pada suhu 37 ºC yang mana merupakan suhu optimal tapi di
sini yang merupakan suhu optimal, adalah suhu 25 ºC.
0,038
0,036 0,036
0,035
0,034
0,032
0,03
0,028
Kecepatan reaksi
0,026
0,024
0,022
0,02
0,018 ΔA/menit (v)
0,017
0,016
0,014 0,015
0,012
0,01
0,009
0,008
0,006
0,004
0,002
0
500x 400x 300x 200x 100x
Kadar substrat
Pada percobaan ini digunakan air liur yang merupakan sumber enzim amilase.
Amilase adalah enzim untuk memecah amilum atau pati. Pada percobaan ini kami
menggunakan variabel konsentrasi enzim untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
aktivitas enzim.
Pertama larutan pati dimasukkan ke dalam tabung blanko dan uji, kemudian di
inkubasi pada suhu 370C selama 5 menit. Setelah 5 menit tabung uji ditanbahkan
dengan air liur yang mengandung enzim amilase dan di inkubasi kembali pada suhu
370C selama 1 menit. Pemilihan suhu ini dikrenakan pada suhu tersebut enzim dapat
bekerja secara optimum. Dalam waktu satu menit ini, diharapkan enzim amilase
sudah bekerja cukup lama untuk mandegradasi pati yang ada. Optimal disini dalam
pengertian bahwa pati yang didegradasi tidak terlampau sedikit, juga tidak terlampau
banyak.
o Enzim amilase tidak dapat bekerja apabila diberi perlakuan termal berlebihan
(di luar suhu optimum) karena mengalami denaturasi protein pada bagian
apoenzimnya.
o Pada suhu optimum, 37 ºC, enzim amilase bekerja pada level optimum yang
menghasilkan maltosa dan dekstrin sebagai produk samping , yang dapat
terlihat pada warna campuran larutan yang didiamkan dalam jangka waktu
tertentu akan menjadi jernih.
o Kerja enzim dipengaruhi beberapa faktor:
o Suhu
Semakin tinggi suhu, enzim akan semakin mempercepat reaksi sampai pada
suhu optimum setelah itu kecepatan reaksi akan menurun karena enzim akan
rusak.
o Konsentrasi substrat
Semakin besar kadar substrat maka semakin besar kerja enzim sehingga
reaksi semakin cepat tetapi hanya sampai batas tertentu.
http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim
Whitford D., 2005. Protein, Stucture and Function. John Wiley & Sons, Ltd, England
Murray, R.K., Granner D.K and Victor W.R., 2006. Biokimia Harper. Alih bahasa,
Bram U. Pendit, ed.27. EGC. Jakarta
Manz, Andreas, Nicole Pamme, dan Dimitri Iossifidis. 2004. Bioanalytical
Chemistry. London: Imperial College Press.
Boyer, Rodney.2000.Modern Experimental Biochemistry third edition. San
Fransisco : Benjamin/Cummings