You are on page 1of 4

Pengaruh Preheating terhadap Pengelasan

Pertanyaan : raharjo_wida

Dear all,
Saat ini saya sedang ada activity mencari pengaruh preheating pada pengelasan.
Saya telah melakukan pada 6 sampel (3 material yg berbeda, masing-masing di-las
dg dan tanpa preheating). Namun hasil pengujiannya
koq seperti berikut :
1) dg uji tarik pada lasan butt-joint, tensile untuk preheat lebih kecil dibanding tanpa
preheat
2) dg hardness test (HVickers) dg jarak 1mm dari tengah filler hingga base metal,
terdapat kecenderungan untuk preheat lebih tinggi HV nya bila dibandingkan dg
tanpa preheat. Menurut saya bukankah mestinya yg terjadi sebaliknya? (2 material
dg CE 0.39 & 0.41, 1 material dg CE 0.30 dan preheat temperatur sekitar 200
celcius)
Mohon sharingnya .......
Terimakasih

Tanggapan 1 : edfarman@ikpt.com
Dear Raharjo Wida,

Sepertinya mutu lasan bukan cuma dipengaruhi oleh preparation work, missal
preheat. Kemungkinan hasil yang didapat saat tes juga terpengaruh setting selama
pengelasan, Misal tidak cocok antara heat input yang diberikan dengan size kawat
las, overheat, beveling model & welding penetrasi (but joint harusnya full penetrasi
ya?). Atau Kemungkinan hasil yang didapat saat test dipengaruhi oleh kondisi post-
weldednya.
Misal Cooling down daerah lasan ke temperature ruang. Bagaimana controlnya?
Mungkin requirement material yang perlu preheat, juga harus dijaga penurunan
temperaturenya agar structure material yang terbentuk di daerah welding bagus
(tidak martensite) - CMIIW? Saya pernah lihat di salah satu fabricator shop untuk
vessel yang mempunyai masalah dengan welding duplex material, ada aktifitas
preheat, tapi setelah welding kok malah ada crack initiation. Akhirnya mereka
perlakukan control temperature setelah pengelasan dengan re-heating material
pakai burner. (Hasilnya saya kurang tahu, keburu balik ke kerjaan di kantor.) Factor
lain, mungkin klasifikasi weldernya sendiri, atau supervisi welding worknya?

Barangkali record testnya juga harus dilengkapi dengan data-diatas. Apakah test ini
untuk menyiapkan WPS/PQR untuk welding material? Atau mungkin sudah ada
WPS/PQR nya, tinggal pembuktian ulang? Jika sudah ada WPS/PQR-nya sebaiknya
reconfirm pada requirement yang ada di sana untuk process welding.

Tanggapan 2 : Sutrisno

Urun rembuk,,,

Masalah pengelasan saya fikir agak rumit, terutama untuk pengelasan material yang
sensitif ataupun reactif.
Kalau menyinggung masalah kegunaan preheating terhadap lasan tentu tidak akan
melebihi peruntukannya antara lain:
1. Mencegah terjadinya retak dingin
2. Menurunkan kekerasan pada HAZ
3. Menurunkan residual stress
4. menurunkan distorsi
Sedangkan mechanical properties lasan masih dipengaruhi oleh beberapa
kemungkinan:
1. Jenis Electroda
2. Dimensi elctroda
3. Amper
4. Welder
5. Kondisi pengelasan/ lingkungan
6. Carbon equivalent
7. dan mungkin masih ada penyebab yang lainnya.

Selama kita melakukan pengelasan dengan prosedur yang benar dan weldernya juga
qulified saya yakin akan menghasil kualitas lasan yang baik, sedang untuk material
yang CE nya tinggi tentu PWHT harus dilakukan, untuk menghilangkan residual
stresses dan menurunkan hardness pada lasan.

Tanggapan 3 : Ismadi Sabandi


Pa Raharjo

Sudah dilakukan Metallography untuk melihat struktur Makro dan Mikro dari daerah
lasan, Base Metal dan HAZ nya sehingga kita bisa melihat bentuk struktur yang ada

Oya pada saat uji tarik patahnya di mana Weld, HAZ atau Base Material

Tanggapan 4 : raharjo_wida

Thank's atas tanggapannya,

Untuk sambungan lasan saya check dg UT--> hasilnya no defect sedangkan testpiece
reffer ke JIS Z3111 & Z3121. Saya masih bingung mengenai hasil testnya, bukankah
kalo di-preheat hardness di haz (hingga kedalam 3mm dari tepi sambungan?) itu
lebih rendah dari non-preheat. saya pikir kalo hardness di haz lebih rendah maka
tensilenya mestinya bisa lebih tinggi atau antara haz dg tensile tdk ada hubungannya
? Apa karena material yg diuji besaran CE-nya kurang signifikan, dalam hal ini cuma
0.4 ?
Mohon sharingnya barangkali apa yg mesti saya perhatikan lagi, kayaknya saya
mesti melakukan test lagi.
Terimakasih.

Tanggapan 5 : Eka Pambudi Riambomo

Bapak Raharjo,

Sejauh pengetahuan saya, tujuan dari preheating untuk pengelasan (biasanya untuk
baja yang tebal atau kandunga C cukup tinggi) adalah untuk memperlambat
pendinginan yang setelah dilakukan pengelasan dan
meratakan proses pendinginan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya defect.

Sedangkan sifat mekanik material di daerah HAZ setelah pengelasan ini sangat
bermacam-macam tergantung dari bahan yang kita las. Untuk baja yang tidak
mengalami perlakuan panas (dimana setelah keluar dari mill didinginkan di udara),
maka sifat mekaniknya tidak berubah banyak dan tidak terlalu variatif untuk di
daerah HAZ setelah pengelasan. Bagian HAZ umumnya akan lebih keras karena
mengalami pendinginan yang lebih cepat karena adanya faktor pendinginan
konduksi dari bagian besi yang panas di sekitar daerah pengelasan ke bagian besi
yang dingin dimana proses pendinginan konduksi ini prosesnya lebih cepat
dibandingkan dengan proses perpindahan energi dari besi ke udara.

Sifat mekanik material di daerah HAZ akan sangat bervariatif jika yang kita las
adalah baja yang telah diperlakukan panas karena di bagian area tertentu akan
mengalami perlunakan (karena pengaruh pengrusakan dari proses heat treatment
sebelumnya) sehingga tensile strengthnya pun juga berkurang dan ada bagian
tertentu yang mengalami pendinginan yang cepat.

Mengenai hubungan sifat mekanik dari material. Hardness suatu material berbanding
lurus dengan tensile strengthnya tetapi berbanding terbalik dengan ductilitinya
dengan pengertian bahwa makin keras suatu bahan, kekuatan tariknya jugan makin
tinggi tetapi bahan tersebut menjadi semakin getas/tidak lentur.

Semoga uraian tersubut bisa membantu Pak Raharjo. Kalau ada salahnya mohon
rekan2 menbetulkan dan mohon ma'at sebelumnya.

Tanggapan 6 : raharjo_wida

Dear pak Ismadi Subandi & millist lainnya,

Sudah saya lakukan metallograpy (cuma terus terang saya belum bisa
menganalisanya)
Mengenai lokasi patahan dari 3x2 testpiece :
1. joint material sht50 --> patah di filler/haz
(hasil pengujian base metal & weld wire : tensile base metal >weld wire
2. joint material sht60 --> patah di filler/haz (hasil pengujian base metal > tensile
weld wire
3. joint material ss41p --> patah di base metal (hasil pengujian base metal < tensile
weld wire
Hasil pengetesan berikut photo microstructure akan segera saya upload ke millist
ini.
Mohon pencerahannya lebih lanjut
Terimakasih

Tanggapan 7 : Ismadi Sabandi


Ok saya tunggu photonya , biar kita analisa bersama jangan lupa kirim dulu ke mas
budi / administrator milis karena tidak bisa upload attachment langsung

Tanggapan 8 : Herry Jonson Simanjuntak


Urun rembuk juga...

Jika patahan di filler maka kemungkinan penyebabnya adalah:


1. Pemakaian elektroda tidak sesuai dengan range kualifikasi WPS. Coba ditelusuri
pemakaian elektroda pada saat fabrikasi.
2. Terjadi weld defect "cold lap" yaitu tidak fusinya antar pas pada filler. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
a. Suhu metal terlampau dingin pada saat pengelasan.
b. Tidak memperhatikan kebersihan pengelasan antar pas/kampuh.
c. Ayunan pengelasan tidak lengkap (swing).
d. Ampere pengelasan rendah.
Jika diakibatkan oleh weld defect cold lap maka surface patahan akan terlihat agak
mulus, bukan patahan paksaan.

Pada saat mechanical test diharapkan patahan adalah di base metal, dimana hal ini
menunjukan bahwa tensile strength lasan lebih baik dari base material.

Semoga membantu.

You might also like