Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
e. Inovasi keuangan dan rekayasa keuangan
B. Batasan Masalah
Manajemen Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki
oleh organisasi atau perusahaan. Manajemen keuangan berhubungan dengan 3 aktivitas,
yaitu :
1. Aktivitas penggunaan dana yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada
berbagai aktiva
2. Aktivitas perolehan dana yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana, baik
dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan
3. aktivitas pengelolaan aktiva yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan dalam
bentuk aktiva harus dikelola seefisien.
C. Rumusan Masalah
Cakupan permasalahan dalam pelaksanaan pemisahan kewenangan administrasi dan
kewenangan kebendaharaan adalah :
Dalam rangka mengemban misi reformasi dalam bidang keuangan negara yakni
mewujudkan pemerintahan yang bersih (clean governance) maka Menteri Keuangan selaku
2
Bendahara Umum Negara (BUN) dan pejabat lainnya yang ditunjuk selaku Kuasa BUN
bukanlah sekadar kasir yang hanya melaksanakan penerimaan dan pengeluaran negara tanpa
berhak menilai kebenaran penerimaan dan pengeluaran negara tersebut, tetapi Menteri
Keuangan selaku pengelola keuangan dalam arti yang seutuhnya yaitu berfungsi sekaligus
kasir,pengawas keuangan dan manajer keuangan. Dikarenakan pelaksanaan tahun 2005
sampai dengan triwulan I tahun 2006 menunjukkan belum berubahnya mind set KPA dan
KPPN dalam mekanisme pelaksanaan pembayaran APBN perlu dilakukan langkah-langkah
konkrit mengendalikan pengelolaan keuangan negara sesuai fungsi kementrian keuangan
dalam arti seutuhnya : kasir, pengawas keuangan dan manajer keuangan agar tercipta
efisiensi biaya dan efektifitas dalam pelaksanaan anggaran (cost effektiveness and
operational efficiency) sehingga ada benang merah dalam siklus anggaran (budgetcycle)
antara input, output dan out come.
D. Landasan Teori
Sistem penganggaran moderen (Public Expenditure Management) menekankan
pentingnya tiga prinsip penting (best practice) dalam pengelolaan keuangan negara yaitu :
3
1. Dasar Hukum Pembayaran
2. Pembagian Kewenangan
Pasal 19 UU No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ayat (1)
menyebutkan bahwa Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan oleh
Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara. Dalam pelaksanaannya
pembayaran APBN tersebut dilakukan oleh KPPN. Selanjutnya pada ayat (2) bahwa
dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bendahara
Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban untuk :
4
Kewajiban dalam rangka pelaksanaan pembayaran ini dijabarkan lebih lanjut
dalam peraturan pelaksanaan yaitu Peraturan Dirjen Perbendaharaan No.PER-
66/PB/2005 pada pasal 11 sebagai berikut :
1. Pengujian SPM dilaksanakan oleh KPPN mencakup pengujian yang bersifat substansif
dan formal.
2. Pengujian substantif dilakukan untuk:
5
seutuhnya, yaitu berfungsi sekaligus sebagai kasir, pengawas keuangan, dan manajer
keuangan.
6
Penganggaran berdasarkan kinerja pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dalam pelaksanaan anggaran dengan menghubungkan antara beban kerja dan
kegiatan terhadap biaya. Secara lebih dalam, penerapan penganggaran berdasarkan
kinerja akan mendukung alokasi anggaran terhadap prioritas program dan kegiatan.
Sistem ini terutama berusaha untuk menghubungkan antara keluaran (outputs) dengan
hasil (outcomes) yang disertai dengan penekanan terhadap efektifitas dan efisiensi
terhadap anggaran yang dialokasikan.
7
BAB II
DEFINISI MANAJEMEN KEUANGAN
Beberapa definisi :
Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer
keuangan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap perusahaan, tugas
pokok manajemen keuangan antara lain meliputi : keputusan tentang investasi, pembiayaan
kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan (Weston dan Copeland, 1992: 2)
8
keuangan negara yang sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi dan
teknologi moderen.
UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara telah merubah sistem dan pola
pengelolaan keuangan negara. Sistem yang diusung dalam UU tersebut adalah sistem
penganggaran berbasis kinerja (performance budgeting system) yang menjadikan kinerja
sebagai fokus sehingga seluruh potensi harus diarahkan untuk mendukung agar kinerja yang
diinginkan dapat tercapai. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa kinerja yang
dicanangkan tercapai dengan pendanaan yang dialokasikan secara efisien dan efektif. Sejalan
dengan ketentuan yang diatur dalam UU No.17 tahun 2003, Menteri Keuangan sebagai
pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakikatnya adalah Chief Financial Officer
(CFO) Pemerintah RI sedangkan setiap Menteri/Pimpinan Lembaga adalah Chief
Operacional Officer (COO) untuk statu bidang tugas pemerintahan. Untuk meningkatkan
akuntabilitas dan menjamin terselenggaranya saling uji (check and balance) dalam proses
pelaksanaan anggaran, perlu dilakukan pemisahan secara tegas antara pemegang kewenangan
administratif yang diserahkan kepada kementrian/lembaga dan pemegang kewenangan
kebendaharaan yang diserahkan kepada kementrian keuangan.
Dari pengamatan APBN tahun 2005 sampai dengan triwulan I tahun 2006
menunjukkan pengalihan kewenangan administratif yang dulunya dilaksanakan oleh
kementrian keuangan kepada kementrian/lembaga menunjukkan sebagian besar mind set
KPA masih berprinsip tolok ukur keberhasilan diukur dari tingkat capaian disbursement
(penyerapan) tanpa terlalu jauh memperhatikan kualitas kinerjanya. Berdasarkan
permasalahan di atas maka pada RADIN tingkat regional Kanwil DJPBN wilayah Sumatera
di Medan, Kanwil III DJPBN Padang merasa perlu mengangkat permasalahan pengalihan
kewenangan administratif pada Kementrian/Lembaga khususnya dalam hal pelaksanaan
pembayaran yang efisien dan efektif.
B. Manajer Keuangan
9
dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai
aktiva tersebut.
Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari
investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai
aktiva-aktiva tersebut. Untuk membelanjai kebutuhan dana tersebut, manajer keuangan dapat
memenuhinya dari sumber yang berasal dari luar perusahaan dan dapat juga yang berasal dari
dalam perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, yaitu pertemuan
antara pihak membutuhkan dana dan pihak yang dapat menyediakan dana. Dana yang berasal
dari pasar modal ini dapat berbentuk hutang (obligasi) atau modal sendiri (saham). Sumber
dari dalam perusahaan berasal dari penyisihan laba perusahaan (laba ditahan), cadangan,
maupun depresiasi.
Setelah dana diperoleh, dana tersebut harus digunakan untuk membelanjai operasi
perusahaan. Dana akan tertanam pada berbagai kekayaan riil perusahaan.
a. Keputusan dan Tanggung Jawab Manajer Keuangan
Manajer keuangan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap apa yang
telah dilakukannya. Ada pun keputusan keuangan yang menjadi tanggung jawab manajer
keuangan dikelompokkan ke dalam tiga (3) jenis:
10
Keputusan-keputusan tersebut harus diambil dalam kerangka tujuan yang
seharusnya dipergunakan oleh perusahaan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan adalah harga yang terbentuk seandainya perusahaan dijual. Apabila perusahaan
“go public” maka nilai perusahaan ini akan dicerminkan oleh harga saham perusahaan
tersebut. Dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka pemilik perusahaan menjadi lebih
makmur sehingga mereka menjadi lebih senang.
Di dalam perusahaan yang besar bidang keuangan dipimpin oleh seorang manajer
keuangan (chief financial manager). Manajer keuangan atau sering disebut direksi
keuangan melaporkan secara langsung kepada direktur keuangan atau presiden direktur.
Sedangkan di dalam departemen keuangan dalam suatu perusahaan dibagi lagi ke dalam
beberapa bagian/divisi yang dipunyai oleh seorang kepada divisi meliputi:
11
5. Divisi kredit, bertanggung jawab untuk menentukan kredit yang akan diberikan
kepada langganan, disamping itu divisi ini juga bertanggung jawab dalam negoisasi
dengan kreditor (lembaga keuangan Bank dan bukan Bank)
6. Divisi hubungaan masyarakat (human relation), bertanggung jawab terhadap
pembentukan image/komunikasi antara perusahaan, pemegang saham, para investor
dan masyarakat keuangan secara umum.
C.
12
BAB III
FUNGSI DAN TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN
Fungsi dan tugas manajemen keuangan adalah salah satu kepentingan di dalam manajemen
yang merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya keuangan
dalam kegiatan entitas secara efisien dan efektif, dalam kerjasama secara terpadu dengan fungsi-
fungsi lainnya seperti riset dan penelitian, produksi, pemasaran dan sumberdaya manusia.
Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer
keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang
investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, dengan
demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimumkan nilai
perusahaan.
Kegiatan penting lain yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut empat (4) aspek
yaitu:
1. Pertama, yaitu dalam perencanaan dan peramalan, dimana manajer keuangan harus
bekerja sama dengan para manajer lain yang ikut bertanggung jawab atas
perencanaan umum perusahaan.
2. Kedua, manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan
investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya.
3. Ketiga, manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain di
perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin
4. Keempat, menyangkut penggunaan pasar uang dan pasar modal, manajer keuangan
menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di mana dana dapat diperoleh
dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.
Dari ke empat aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas pokok manajer
keuangan berkaitan dengan keputusan investasi dan pembiayaannya. Dalam menjalankan
fungsinya, tugas manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan
dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
13
TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN
1. Menetapkan struktur keuangan entitas. Yaitu menetapkan kebutuhan entitas akan dana
untuk sekarang (modal kerja jangka pendek) dan masa depan (keperluan investasi jangka
panjang) dan menetapkan sumber dana yang dapat menutup kebutuhan-kebutuhan itu
secara sehat. Di dalam prinsipnya, kebutuhan dana jangka pendek dibiayai oleh sumber
jangka pendek, dan kebutuhan dana jangka panjang dibiayai dari sumber jangka panjang.
2. Mengalokasikan dana sedemikian agar dapat memperoleh tingkat efisiensi atau
profitabilitas yang optimal.
3. Mengendalikan keuangan perusahaan dengan mengadakan sistem dan prosedur yang
dapat mencegah penyimpangan dan mengambil langkah perbaikan jika terjadi
penyimpangan di dalam pelaksanaan usaha dan memengaruhi struktur keuangan dan
alokasi dana.
Dukungan Akuntansi
Bidang Kritis
Dari informasi internal yang berasal dari bagian akuntansi, mempelajari situasi
umum dalam bidang industri/jasa entitas dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang
berdampak pada keuangan entitas, memerhatikan rencana strategis umum dan fungsional-
operasional entitas, selanjutnya manajemen keuangan mengambil keputusan dalam rencana-
rencana anggaran dan pelaksanaannya terutama yang menyangkut :
14
Permodalan (Manajemen Modal Kerja) dan
Investasi (Manajemen Investasi), serta melakukan pengendalian atas semua itu.
Rambu-rambu
Untuk BUMN suatu ketika ditetapkan ukuran keuangan yang sehat sekali adalah
jika suatu entitas menunjukkan profitabilitas lebih dari 12%, likuiditas lebih dari 150% dan
solvabilitas lebih dari 200%. Kategori sehat jika profitabilitas antara 8%-12%, likuditas
antara 100%-150%, dan solvabilitas antara 150%-200%. Kategori kurang sehat jika
profitabilitas 5%-8%, likuiditas antara 75%-100%, dan solvabilitas antara 100%-150%.
Kategori tidak sehat jika profitabilitas kurang dari 5%, likuiditas kurang dari 75% dan
solvabilitas kurang dari 100%.
15
BAB IV
PERAN MANAJEMEN KEUANGAN
Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer
keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan berinvestasi,
pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahan, dengan demikian tugas
manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Kegiatan
penting lainnya yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut empat aspek yaitu :
1. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer lainnya yang bertanggung
jawab atas perencanaan umum perusahaan.
2. Manajer kuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan
pembiayaan, dan berbagai hal yang berkaitan dengannya
3. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer di perusahaan agar
perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin
4. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan,
dimana perusahaan dapat memperoleh dana dan surat berharga perusahaan dapat
diperdagangkan.
Aspek penting lain dari tujuan perusahaan dan tujuan manajemen keuangan
adalah pertimbangan terhadap tanggung jawab sosial yang dapat dilihat dari empat segi
yaitu :
16
1. Jika manajemen keuangan menuju pada memeksimalisasi harga saham, maka diperlukan
manajemen yang baik dan efisien sesuai dengan permintaan konsumen.
2. Perusahaan yang berhasil selalu menempatkan efisiensi dan inovasi sebagai prioritas,
sehingga menghasilkan produk baru, penemuan teknologi baru dan perluasan lapangan
pekerjaan
3. Faktor-faktor luar seperti pencemaran lingkungan, jaminan keamanan produk dan
keselamatan kerja menjadi lebih penting untuk dipertimbangkan. Fluktuasi disemua
tingkat kegiatan bisnis dan perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi pasar
keuangan merupakan aspek penting dari lingkungan luar.
4. Kerjasama antara industri dan pemerintah sangat diperlukan untuk menciptakan peraturan
yang mengatur tentang perilaku perusahaan, dan sebaliknya perusahaan mematuhi
peraturan tersebut. Tujuan perusahaan pada dasarnya adalah memeksimumkan nilai
perusahaan dengan pertimbangan teknis.
17
BAB V
ANALISA MANAJEMEN KEUANGAN
Permasalahan aktual dan krusial yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan fungsi
pelayanan yang diemban KPPN sebagai ujung tombak dalam rangka pembayaran dana
APBN adalah :
Aspek check and balance (saling uji) belum dapat dijalankan dengan baik sebagai
konsekuensi pemisahan fungsi orodonateur dan fungsi comptable dikarenakan faktor
SDM yang masih belum siap menjalankan amanat UU No.1/2004
Cara berpikir (mindset) jajaran Dit.Jen.Perbendaharaan (Kanwil DJPBN dan KPPN) yang
sebagian besar belum memahami bahwa telah terjadi perubahan dalam sistim
pembayaran sebagaimana telah diatur dalam UU No. 17/2003 dan UU No.1/2004 yakni
diterapkannya sistem Anggaran Berbasis Kinerja (ABK)
Masih adanya perasaan berat hati melepaskan kewenangan administratif yang telah
bertahun-tahun melekat dan seolah menjadi ”bench mark” pegawai KPPN bahwa dalam
pelaksanaan pembayaran harus melakukan pengujian substantif yang kadang terjebak
kepada pengujian formal yakni aspek tujuan pembayaran (doelmatigheid). Contoh :
Dikarenakan penulisan resume kontrak yang kurang lengkap KPPN minta kontrak
sebagai bahan pemeriksaan;
18
Adanya perbedaan penafsiran dalam menterjemahkan peraturan pelaksanaan yang
mengakibatkan ketidakjelasan atau grey area bahkan menjadi blank area dan mendorong
pada satu tindakan yang mengarah pada pelayanan yang berbelit-belit. Contoh : Dalam
hal pembayaran Belanja Barang Non Operasional Lainnya (BKPK 5212) ternyata dalam
SPTB tercantum Pemeliharaan AC yang seharusnya masuk dalam BKPK 5231 dan
ternyata dalam RKAKL memang alokasi dana untuk pemeliharaan AC tersebut masuk
dalam MAK 521219
Adanya pertentangan pemahaman satu produk aturan dan produk aturan lainnya
menimbulkan dilematika dalam pelaksanaan pengujian substantif atas perintah
pembayaran contoh : pada pasal 19 ayat 2c UU No.1 tahun 2004 tentang pengendalian
anggaran negara dan pasal 19 ayat 2 mengenai kewajiban bendahara umum negara serta
penjelasan UU dimana fungsi komptabel tidak sekedar sebagai kasir tapi termasuk
sebagai pengawas keuangan. Dilain pihak pada Peraturan Menteri Keuangan 96/2005
disebutkan bahwa Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan kegiatan pendukung program sesuai dengan bagian anggarannya masing-
masing yang juga dituangkan pada halaman pengesahan DIPA. Hal ini berpengaruh pada
kualitas pelayanan antar KPPN karena masing-masing mempunyai standar pelayanan
berdasarkan penafsiran dan pemahaman aturan-aturan tersebut
KPPN wajib membuat Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan yang seharusnya
merupakan kewenangan administratif dan berada di Satker/KPA. Hal ini merupakan
inkonsistensi dalam penerapan pemisahan ordonateur dan comptable.
19
adalah untuk menghabiskan dana yang tersedia dalam DIPA sehingga mengakibatkan
penafsiran yang menyimpang dari bagan perkiraan standar.
Contoh
Dalam hal pengadaan barang dan jasa yang dikontrakkan pada pihak yang bukan ahli
dibidangnya
Belum adanya kesadaran para pengelola keuangan untuk menjadikan dan memiliki
peraturan tentang pengelolaan keuangan sebagai pegangan dan acuan kerja, dan lebih
mengandalkan pada konsultasi ke KPPN dimana kemampuan dan penguasaan
peraturan teknis pegawai yang melayani juga masih terbatas;
20
TU) yang dalam pelaksanaan pekerjaannya berada dalam kendali dan atas perintah
atau lebih extrim berada dalam “tekanan” sesuai keinginan atasannya sehingga ada
rasa enggan atau takut terjadinya conflict of interest;
Contoh :
Dalam hal pembayaran Belanja Barang Non Operasional Lainnya (BKPK 5212) ternyata
dalam SPTB tercantum Pemeliharaan AC yang seharusnya masuk dalam BKPK 5231 dan
ternyata dalam RKAKL memang alokasi dana untuk pemeliharaan AC tersebut masuk
dalam MAK 521219.
1. Proses pengolahan data pelaksanaan APBN dilakukan secara elektronik didukung dengan
aplikasi program secara integrasi;
2. Adanya payung hukum yang mandiri dan mempunyai legimitasi yakni UU No.17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara dan UU No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
serta peraturan lainnya.
21
3. Kurangnya sosialisasi dalam bentuk GKM kepada lingkup internal (jajaran DJPBN);
4. Belum adanya payung hukum bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa BUN untuk
melakukan pengawasan kepada satker pengguna atas pengelolaan keuangan negara
khususnya ada temuan kejanggalan atau indikasi penyimpangan yang dilakukan oleh
KPA;
5. Tidak adanya penghargaan (reward) dan sanksi (punishmen) atas kinerja pegawai;
6. Sarana dan prasarana berupa piranti komputer dan jaringan website untuk mendukung
sistem pembayaran yang belum memadai mengingat sarana yang ada sementara ini sudah
tergolong kuno dan tidak branded.
Perlu adanya aturan sebagai bentuk pembinaan sekaligus pengawasan atas pengelolaan
keuangan negara (post audit) oleh Bendahara Umum Negara/Kuasa BUN. Artinya
apabila ada kejanggalan atau ditemukan indikasi penyimpangan dalam perintah
pembayaran maka BUN/Kuasa BUN tetap menerbitkan SP2D, namun perlu dilakukan
pembinaan secara tertulis atas kesalahan/penyimpangan tersebut dengan tembusan
kepada aparat pengawas fungsional. Produk aturan yang diusulkan adalah dalam bentuk
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan;
Diperlukan penyuluhan secara kontinyu kepada KPA agar mind set selaku pemegang
kewenangan administratif dapat dipahami dan diresapi. Untuk itu fungsi pembinaan pada
Bidang PPKN dan Bidang AKLAP perlu dirumuskan ulang agar pola pembinaan yang
dilakukan benar-benar komprehensif dan tepat guna sesuai reformasi manajemen
keuangan pemerintah;
22
Perlu aturan tentang standar mutu layanan Kanwil DJPBN dan KPPN agar proses
pengalihan kewenangan administratif kepada KPA dapat berjalan dengan baik;
Dengan diberlakukan standar mutu layanan maka perlu adanya bentuk kompensasi yakni
berupa rangsangan (insentif) sebagai reward dan sebaliknya akan diberikan sanksi
apabila ada pelanggaran dalam pelayanan kepada mitra kerja;
KPPN tidak perlu lagi membuat Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan
(lampiran 14-3 PER-66/PB/2005) dikarenakan hal tersebut merupakan kewenangan
administratif pada KPA;
Perlunya Bank Data Pegawai Negeri Sipil seluruh Indonesia agar file data jati diri PNS
dapat secara mudah diakses oleh seluruh unit pemakai mengingat di era IT semua data
diproses secara elektronik;
Perlu dirumuskan ulang prosedur kerja Kanwil DJPBN dan KPPN dalam hal :
• Pola pembinaan sistem akuntansi pemerintah yang komprehensif dan pengolahan data
yang integrasi dengan membetuk think thank dan DUKTEK di Kanwil DJPBN
23
b. Ditentukan proses cut off
c. Dibentuk work shop untuk menanggulangi permasalahan aplikasi
d. Standar rekonsiliasi dalam rangka mutu pelayanan terhadap mitra kerja
Prosedur perbaikan data
24
anggaran rutin maupun anggaran pembangunan (proyek), yang dikelolanya. Pejabat tersebut
termotivasi oleh insentif untuk menghabiskan sisa anggaran karena kalau sisa anggaran
tersebut tidak dihabiskan maka jumlah anggaran yang disetujui Departemen Keuangan untuk
tahun berikutnya, baik yang diusulkan dalam Daftar Usulan Kegiatan (DUK) maupun Daftar
Usulan Proyek (DUP), akan lebih kecil dari jumlah anggaran tahun sebelumnya.
Akibatnya, oknum pejabat tersebut merekayasa kegiatan untuk menghabiskan sisa
anggaran dan membuat laporan keuangan "yang seolah-olah benar" untuk menjustifikasi
kegiatan tersebut. Dalam sistem manajemen keuangan demikian tidak ada insentif bagi
pengelola anggaran untuk menghemat maupun mengelola anggaran tersebut secara efektif
dan efisien.
Lemahnya manajemen pemerintahan khususnya manajemen keuangan,
pemerintah yang menstimulasi perbuatan koruptif demikian telah menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat kepada lembaga pemerintah terutama pada lembaga
pengawasan.
Apabila dilihat dari praktik pengelolaan keuangan negara, tampak jelas
pemerintah menggunakan "Cash Accounting System" (Sistem Akutansi Tunai-SAT).
Penggunaan sistem ini dipertegas lagi dalam Keputusan Presiden No. 16 Tahun 1994 dan
Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 217/KMK.03/1990.
SAT hanya mencatat pos-pos penerimaan dan pengeluaran tunai. Dalam SK
Menteri tersebut ditegaskan bahwa mulai 1 April 1990 berlaku sistem baru untuk semua
pembayaran atas beban kepanjangan (APBN) yang disebut Sistem Pembayaran dengan Uang
Yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD). Dalam sistem UYHD tampak jelas
pencatatan hanya dilakukan pada pembayaran tunai kegiatan jangka pendek, tidak
memperhitungkan kewajiban jangka panjang.
Seperti yang sudah lazim dalam praktik pembukuan dan akutansi pemerintah
selama ini, SAT yang digunakan pemerintah tidak mencatat aset dan kewajiban terutang baik
dalam bentuk akun yang terutang (account payable) maupun akun piutang (account
receivable). Oleh karena itu, tidak jelas dan sulit dilacak berapa nilai semua aset dan
kewajiban yang dimiliki pemerintah.
Akibatnya, sistem pelaporan keuangan yang dihasilkan cenderung memberikan
informasi yang tidak lengkap dan menyesatkan. Keadaan demikian seringkali membuat
25
keputusan dan kebijakan publik yang berkaitan dengan aset dan kewajiban pemerintah,
termasuk manajemen hutang salah dan tidak efektif (policy defect). Kelemahan lain dari
manajemen keuangan pemerintah selama ini adalah adanya nonbujeter, yaitu dana di luar
APBN yang berasal dari pendapatan bukan pajak. Adanya pengalokasian dana yang bersifat
nonbujeter yang penggunaannya tidak transparan dan lemah mekanisme akuntabilitas
publiknya jelas bertentangan dengan prinsip pemerintahan yang baik (good governance).
Berbeda dengan SAT, Sistem "Accrual Accounting" (SAA) bukan hanya
mencatat nilai penerimaan dan pembayaran tunai tetapi juga mencatat semua nilai aset dan
kewajiban jangka panjang. Oleh karena itu, dengan SAA semua aset dan kewajiban
pemerintah akan terlihat dan terdeteksi. Melalui pencatatan account payable dan account
receivable, SAA secara sistematis membukukan, dalam bentuk double entries, semua aset
dan kewajiban pemerintah.SAA mengutamakan pemenuhan prinsip transparansi, partisipasi,
dan akuntablitas publik dalam manajemen keuangan dan sumber daya negara.
Penerapan SAA adalah wujud pelaksaan good governance dalam manajemen
keuangan dan sumber daya (aset) negara. Namun demikian, efektivitas implementasi SAA
tersebut tidak bisa lepas dari apa yang kemudian dikenal dalam manajemen sektor publik
moderen New Public Management (NPM) sebagai korporasi manajemen pemerintahan
(corporate government). Sebagaimana layaknya dikenal dalam dunia bisnis swasta, dalam
NPM pun diaplikasikan konsep ownership (pemilikan), purchase (pembeli), shareholder
(pemegang saham), dan custtomer (pelanggan). NPM mengonstruksi organisasi pemerintah
sebagai suatu korporasi. Masyarakat, sebagai pembayar pajak (tax payer), adalah shareholder
dari organisasi tersebut.
Masyarakat berhak tahu atas segala urusan dan manajemen organisasi pemerintah,
termasuk manajemen aset dan kewajiban. Pengurus organisasi tersebut wajib
memberitahukan secara transparan kepada masyarakat sebagai shareholder semua hal
mengenai aset dan kewajiban organisasi, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka
panjang. Menteri, sebagai pimpinan tertinggi dari organisasi tersebut, harus bertanggung
jawab dan akuntabel kepada masyarakat mengenai semua hal menyangkut kemajuan dan
manajemen organisasi.
Peran dan partisipasi masyarakat dalam korporasi manajemen pemerintahan
demikian adalah dengan mengawasi penggunaan dan pengelolaan aset dan kewajiban
26
organisasi. Apabila pengurus gagal mengelola aset dan kewajiban organisasi maka
masyarakat bisa mengusulkan untuk mengganti pengurus atau menteri yang memimpin
organisasi tersebut. Dalam NPM hubungan antara Menteri dan Direktur Jenderal sebagai
CEO (Chief Executive Officer) diwujudkan dalam bentuk Performance Contract (kontrak
kinerja) yang biasanya berlaku selama lima tahun. Dalam kontrak demikian, menteri sebagai
wakil dari owner (pemerintah), dapat memecat CEO sebelum habis masa kontrak kerjanya
apabila ia gagal dalam mengelola aset dan sumber daya organisasi yang dipimpinnya. Oleh
karena itu, CEO akan termotivasi untuk mengelola aset organisasi tersebut secara lebih
afektif, efisien, dan bertanggung jawab.
Namun, SAA bukannya tanpa kekurangan. Kelemahannya adalah relatif tingginya
biaya admisitrasi dan transaksi (transaction cost). Dalam sistem ini setiap organisasi
pemerintah diwajibkan mempublikasikan laporan keuangannya kepada publik. Artinya,
dibutuhkan banyak tenaga pemeriksa keuangan (auditor) profesional untuk menyiapkan dan
mengaudit laporan keuangan tersebut. Selain itu, efektivitas SAA dalam manajemen aset dan
keuangan negara sangat bergantung pada integritas moral dan keprofesionalan para
operatornya.
Di sinilah profesi pemeriksa keuangan, baik ia sebagai pemeriksa keuangan
internal maupun eksternal (internal and external auditor) maupun pengelola keuangan
pemerintah, memegang peranan penting. Efektivitas SAA dalam manajemen aset dan
keuangan pemerintah telah dibuktikan oleh Pemerintah Selandia Baru. Hasilnya, posisi
anggaran belanja Pemerintah Selandia Baru berubah, dari defisit sebesar $ 2.254 miliar tahun
1990-1991 menjadi surplus $755 juta pada 1994 dan $ 3.314 juta pada 1996. SAA telah
memberikan kontribusi yang nyata dalam menekan pemborosan anggaran sekaligus
meningkatkan efektivitas penggunaan anggaran tersebut.
SAA merupakan sistem manajemen keuangan alternatif yang dapat digunakan
oleh pemerintah Indonesia untuk mereformasi manajemen keuangannya. Sistem ini telah
terbukti mampu mengelola kekayaan negara secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab.
Namun, hal yang paling mendasar agar sistem tersebut bekerja dengan efektif adalah adanya
kemauan politik pemerintah untuk secara sungguh-sungguh menerapkan sistem tersebut guna
mewujudkan good governance dalam manajemen keuangan pemerintah.
27
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
28