Professional Documents
Culture Documents
BAB II
kedaulatan tersebut dalam hal ini adalah bukan rakyat yang hanya terdiri
rakyat apabila tanpa ada kaitannya dengan keseluruhan individu itu sendiri.
bahwa:
Demokrasi sendiri terbagi atas dua, yaitu demokrasi dalam arti materiil
dan demokrasi dalam arti formal. Teori demokrasi dalam arti materiil
itu justru terletak dalam jaminan yang diberikan terhadap hak-hak yang
warga negara.” 6 Sedangkan demokrasi dalam arti formal oleh J.J. Rousseau
dengan adanya fair play dalam pembentukan kekuasaan dan pimpinan suatu
pemungutan suara.
Kombinasi pengertian demokrasi dalam arti materiil dan dalam arti formal
dengan pemerintah. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Koirudin
8 Franz Magnis Suseno, Mencari Sosok Demokrasi Sebuah Telaah Filosofis, Gramedia,
Pustaka litama, Jakarta, 1995, h. 56
18
berpendapat bahwa :
pemimpin mereka dan arah kebijakan yang mereka tentukan dalam rangka
seperti yang dikemukakan oleh Hans Kelsen bahwa “prinsip umum bagi
9 Koirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Menakar Kinerja Partai Politik Era
Transisi di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet.I, 2004, h. 2
10 Ibid, h. 141-142.
19
rakyat.” 11
rakyat.
politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara yang bertindak
dipraktikkan pada masa Yunani kuno. Sifat demokrasi seperti ini dapat
sangat sederhana, dalam wilayah yang terbatas, serta jumlah penduduk yang
demokratis harus memenuhi syarat-syarat dasar rule of law, seperti yang telah
oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan
bebas”. 15
sebagai berikut:
•
Masa Republik Indonesia I (1945-1959), yaitu masa demokrasi
(konstisional) yang menonjolkan peranan parlemen serta partai-
partai maka dari itu dinamakan demokrasi Parlementer.
•
Masa Republik Indonesia II (1959-1965), yaitu masa demokrasi
Terpimpin yang dalam banyak aspek telah menyimpang dari
demokrasi konstitusional yang secara formil merupakan
landasannya, dan menunjukkan beberapa aspek demokrasi rakyat.
•
Masa Republik Indonesia III (1965-sekarang), yaitu demokrasi
Pancasila yang merupakan demokrasi konstitusional dimana
demokrasi ini menonjolkan pada sistem Presidensiil. 18
17 Peter Mahmud klarzuki, Filosofi Pembaharuan Hukum Indonesia, Jurnal Yustika. Volume 5
Nomor l Juli 2002, Fakultas Hukum Universitas Surabava, 2002, h. 33-34.
18 Miriam Budiardjo, Op. Cit, h. 69
23
1. negara hukum;
2. pemerintahan yang dibawah control nyata masyarakat;
3. pemilihan umum yang bebas;
4. prinsip mayoritas;
5. adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis. 20
adalah:
1. kedaulatan rakyat.
2. pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah.
3. kekuasaan mayoritas.
4. hak-hak minoritas
5. jaminan hak-hak asasi manusia.
6. pemilihan yang bebas dan jujur.
7. persamaan di depan hukum.
8. proses hukum yang wajar.
9. pembatas pemerintah secara konstitusional.
10. pluralisme social, ekonomi, dan politik.
11. nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat. 24
umum (selanjutnya disingkat pemilu) pun menjadi sebuah kata kunci. Tak
ada demokrasi tanpa diikuti pemilu. Pemilu merupakan wujud yang paling
23 Ibid, h. 88.
24 United State Information Agency, Op. Cit, h. 61.
26
lain”. 26
politik-politik, pada umumnya Pemilu adalah sarana bagi suatu partai untuk
28 Ibid, h.28.
28
interest) sebagai kehendak rakyat (the will of the people) yang memiliki
dan memegang kedaulatan dalam suatu negara. 29
a. mengamalkan Pancasila;
b. melaksanakan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan;
c. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan;
d. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan
Negara kesatuan Republik Indonesia;
e. memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat;
f. menyerap, menghimpun, menampung, dan menindak lanjuti aspirasi
kelompok, dan golongan;
g. mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan;
h. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada
pemilih dan daerah pemilihnya;
i. menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPR; dan
j. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga
yang terkait.
E Ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 menentukan bahwa
30 Ibid, h.85.
31 Titik Triwulan Tutik, Op.Cit, h.28.
30
DPRD) dan juga dituangkan melalui UU No, 23 Tahun 2003 yang juga
Wakil Presiden.
berpendapat:
Pemilu yang berkualitas setidaknya harus dilihat dari dua sisi. Pertama,
prosesnya berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip Pemilu yang
demokratis, luber, dan jurdil serta dipatuhi semua peraturan Pemilu.
Kedua, hasilnya, yakni orang-orang yang berintegritas tinggi,
moralitasnya teruji dan kapasitasnya tidak diragukan. 32
yang demokratis:
32 Ibid, h.31.
31
Dari unsur Pemilu yang demokratis tersebut maka ciri khas suatu
pengakuan dan perwujudan daripada hak-hak politik rakyat kepada para elit
dengan ketentuan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 22E
33 Ibid, h.32.
32
menjalankan kehendak rakyat. sejalan dengan hat itu maka menurut Parulian
Donald, “ada dua manfaat yang sekaligus sebagai tujuan atau sasaran
34 Ibid, h. 34-35.
35 Ibid, h.32.
33
39 Ibid, h.37.
35
Rakyat dianggap sebagai pengendali hak pilih, dan setiap individu yang
Sistem pemilihan mekanis ini dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu
menyatakan bahwa “wakil rakyat dalam satu distrik pemilihan hanya satu
orang, sehingga disebut single member constiticency. Wakil rakyat yang terpilih
itu adalah calon yang memperoleh suara terbanyak atau mayoritas dalam
40 Eko Sugitario, Sistem Pemilihan Umum dan Partai Politik, Diktat Mata Kuliah Hukum
Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Surabaya, h. 4. (selanjutnya disebut Eko
Sugitario II)
41 Ibid, h. 5.
36
dibawah ini;
• jika pemilihan umum diikuti oleh banyak partai politik (multi partai)
sebagai peserta pemilihan umum, maka akan banyak suara pemilih
yang terbuang, yaitu suara yang diberikan kepada calon wakil rakyat
yang ternyata tidak terpilih karena kalah suara dibandingkan dengan
jumlah suara yang diperoleh oleh calon lain.
• Partai politik yang kecil dan tidak popular sulit memenangkan
calonnya dalam pemilihan umum, terutama partai politik yang
kekurangan dana dan tidak memiliki tokoh-tokoh popular di distrik
pemilihan yang bersangkutan.
• Ada kecenderungan pada anggota parlement yang hanya
memperjuangkan kepentingan rakyat dari distrik pemilihannya
sendiri, agar pemilihan umum berikutnya dapat terpilih lagi di
distrik pemilihannya.
42 Ibid, h. 6-7.
37
sebagai hasil pilihan rakyat sendiri yang secara langsung akan duduk dan
berada di kursi parlemen maka oleh karena itu elite atau wakil rakyat
distrik pemilihannya. “Oleh karena itu, masalah hak mengganti (hak recall)
diganti atau tidak digantinya wakil rakyat tersebut bergantung pada rakyat
B. Sistem Proposional
constituency.” 44
dengan berbagai macam metode atau lebih dikenal dengan sebutan stelsel,
43 Ibid, h. 7.
44 Ibid, h. 8.
38
diantaranya adalah single transferable atau hare system, dan list system (stelsel
Pengertian tentang single transferable vote atau Hare system menurut Moh.
Kusnardi, dan Harmaily Ibrahim adalah seperti yang diuraikan dibawah ini;
partai politik. Karena ambisi perorangan yang ingin duduk sebagai pimpinan
partai politik, maka dibentuklah partai politik yang baru. Partai politik baru
ini mungkin pecahan dari partai politik yang sudah ada lebih dahulu.” 46
Sedangkan List system atau stelsel daftar menurut Eko Sugitario adalah :
45 Moh. Kusnardi, dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat
Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 1976, h. 170.
46 Ibid, h. 171.
39
memilih partai politik dan salah satu nama calon dari partai politik yang
terdapat dua pemilihan dalam satu pelaksanaan yaitu memilih partai politik
sistem pemilihan yang dianut oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal
ini sesuai dengan Pasal 6 UU No. 12 Tahun 2003 yang menentukan seperti di
bawah ini ;
berdirinya hingga sekarang telah dirumuskan tiga kali asas Pemilu. Hal ini
49 Ibid, h. 14.
Pada masa reformasi, dalam asas Pemilu ditambahkan asas Jujur dan
Rakyat, baik dalam badan pekerja maupun sidang umum, sudah berulang
masalah, karena tidak ada komitmen yang sama atas asas ini. 51
Dengan kata lain, bahwa aktualisasi asas jurdil menjadi pra-kondisi dari
antara pemerintah pusat dan daerah dan juga hubungan antar daerah.
Senada dengan hal itu maka Philipus M. Hadjon mengatakan bahwa “Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah mempunyai dua fungsi pokok. Pertama,
dan Wakil Kepala Daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam
UU No, 32 Tahun 2004, yaitu berdasarkan pada Pasal 34 Ayat (2) UU No. 22
Tahun 1999 menentukan bahwa “calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Pencalonan dan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tersebut
dilakukan oleh fraksi-fraksi yang ada dalam lembaga DPRD. Hal tersebut
sesuai dengan Pasal 36 Ayat (2) UU No. 22 Tahun 1999 yang menentukan
bahwa “Setiap fraksi menetapkan pasangan bakal calon Kepala Daerah dan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilakukan oleh DPRD melalui
Republik Indonesia tahun 1945 pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
oleh DPRD, kedua, pemilihan secara langsung oleh rakyat. Akan tetapi
demokratis” dalam Pasal 18 Ayat (4) UUD Negara Republik Indonesia tahun
45
langsung.” 55
kearah yang lebih baik. Disamping itu pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
lain:
Penjabaran dari Pasal 18 UUD 1945 tersebut dituangkan dalam Pasal 56 Ayat
(1) UU No. 32 Tahun 2004 yang menentukan bahwa “Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
dan adil”. Dari ketentuan Pasal 56 UU No. 32 Tahun 2004 tersebut, asas
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang tidak ditentukan
dalam UUD 1945 sebagaimana Pemilu adalah sama dengan asas Pemilu
yaitu, asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil atau lebih dikenal
57
Ibid, h. 53