Professional Documents
Culture Documents
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
HAFIZ RIDHO
KELAS : XI-IPS
SMA KESATRIA MEDAN
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam),
disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam yang terbesar di Indonesia.
Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan,
sosial, dan ekonomi.
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Sejarah
• 2 Paham keagamaan
• 3 Daftar pimpinan
• 4 Basis pendukung
• 5 Organisasi
o 5.1 Tujuan
o 5.2 Usaha
o 5.3 Struktur
o 5.4 Jaringan
• 6 NU dan politik
• 7 Lihat pula
• 8 Referensi
• 9 Pranala luar
Sejarah
Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab
Wahabi di Mekkah, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman,
menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.
Dengan sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota
Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925. Akibatnya kalangan pesantren
juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres
Islam Internasional) di Mekkah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
Sumber lain menyebutkan bahwa K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Wahab Hasbullah
dan sesepuh NU lainnya melakukan walk out.
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermazhab serta
peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa
membuat delegasi sendiri yang dinamakan Komite Hejaz, yang diketuai oleh K.H.
Wahab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan
tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud
mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan
ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional
kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan
bermazhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang
sangat berharga.
Berangkatlah komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad
hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih
mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka
setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk
membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada
16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim
Asy'ari sebagai Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari
merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab
I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan
dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam
berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
Paham keagamaan
Berikut ini adalah daftar Ketua Rais Aam (pimpinan tertinggi) Syuriyah Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama:
Basis pendukung
Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU ada beberapa istilah yang
perlu diperjelas, yaitu: anggota, pendukung atau simpatisan, serta Muslim
tradisionalis yang sepaham dengan NU. Jika istilah warga disamakan dengan istilah
anggota, maka sampai hari ini tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk
untuk itu. Hal ini karena sampai saat ini tidak ada upaya serius di tubuh NU di
tingkat apapun untuk mengelola keanggotaannya.
Apabila dilihat dari segi pendukung atau simpatisan, ada dua cara melihatnya. Dari
segi politik, bisa dilihat dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis
atau diasosiasikan dengan NU, seperti PKBU, PNU, PKU, Partai SUNI, dan
sebagian dari PPP. Sedangkan dari segi paham keagamaan maka bisa dilihat dari
jumlah orang yang mendukung dan mengikuti paham kegamaan NU. Maka dalam
hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani (2002) yaitu berkisar 48% dari
Muslim santri Indonesia. Suaidi Asyari[1] memperkirakan ada sekitar 51 juta dari
Muslim santri Indonesia dapat dikatakan pendukung atau pengikut paham
keagamaan NU. Jumlah keseluruhan Muslim santri yang disebut sampai 80 juta
atau lebih, merupakan mereka yang sama paham keagamaannya dengan paham
kegamaan NU. Namun belum tentu mereka ini semuanya warga atau mau disebut
berafiliasi dengan NU.
Organisasi
Tujuan
Usaha
Struktur
Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan
terdiri dari:
1. Mustayar (Penasihat)
2. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
3. Tanfidziyah (Pelaksana Harian)
Jaringan
• 33 Wilayah
• 439 Cabang
• 15 Cabang Istimewa yang berada di luar negeri
• 5.450 Majelis Wakil Cabang / MWC
• 47.125 Ranting
NU dan politik
Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan
diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU
cukup berhasil dengan merahil 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa
Demokrasi Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno.
Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai salah satu golongan yang aktif
menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.
1.Muhammadiyah
Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri
rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh
Indonesia.
Daftar isi
• 1 Sejarah
• 2 Organisasi
• 3 Daftar pimpinan
• 4 Rujukan
• 5 Bacaan lanjut
• 6 Lihat pula
• 7 Pranala luar
Sejarah
Organisasi
2.Islam di Indonesia
• 8 Pranala luar
Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini.
Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada
tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu
kedatangannya.[1] Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh
Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad
Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori
Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran
para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah.
Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para
pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di
Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya
singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M.[1]. Melalui
Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17,
jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung Onin di
Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Kalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai
abad 13 adalah tidak benar, HAMKA berpendapat bahwa pada tahun 625 M
sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa
Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatera (Barus) [2]. Pada saat nanti
wilayah Barus ini akan masuk ke wilayah kerajaan Srivijaya.
Pada tahun 674M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin
Affan, memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu
Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya
Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima ptra
ratu [[Sima dari Kalingga masuk Islam [3].
Masa kolonial
Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda
datang ke Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan
selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia
dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah
Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama.
Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.
Demografi
Arsitektur
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Arsitektur Islam di Indonesia
Masjid
Masjid Raya Medan al Ma'shun, adalah salah satu ciri bangunan berarsitektur
Islam yang ada di Indonesia
Masjid adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di
Indonesia. Menurut data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125
ribu[7] masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara
keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004, jumlah masjid di
Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 yang
sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia
saat ini antara 600-800 ribu buah.[8]
Pendidikan
Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan
ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di
Indonesia.[9] Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya
Madrasah Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah
Aliyah (menengah). Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju
seiring dengan perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya
universitas Islam. Hampir disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut
Agama Islam Negeri serta beberapa universitas Islam lainnya.
Organisasi
Selain ketiga organisasi diatas, di Indonesia juga dikenal adanya Front Pembela
Islam, Majelis Mujahidin Indonesia, dan Hizbut Tahrir Indonesia.
Politik
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Politik Islam di Indonesia
Dengan mayoritas berpenduduk Muslim, politik di Indonesia tidak terlepas dari
pengaruh dan peranan ummat Islam. Walau demikian, Indonesia bukanlah negara
yang berasaskan Islam, namun ada beberapa daerah yang diberikan keistimewaan
untuk menerapkan syariat Islam, seperti Aceh.
Seiring dengan reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian
bertambah. Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni Partai
Persatuan Pembangunan-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi
jumlah partai politik, pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang
berasaskan Islam, yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera,
Partai Bintang Reformasi, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa
dan Partai Bulan Bintang.
3. Indonesia
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Etimologi
• 2 Sejarah
• 3 Politik dan pemerintahan
• 4 Pembagian administratif
• 5 Geografi
o 5.1 Sumber daya alam
• 6 Pendidikan
• 7 Ekonomi
• 8 Peringkat internasional
• 9 Demografi
• 10 Kebudayaan
o 10.1 Pertunjukan
o 10.2 Busana
o 10.3 Arsitektur
o 10.4 Olahraga
o 10.5 Seni musik
o 10.6 Boga
o 10.7 Perfilman
o 10.8 Kesusastraan
• 11 Lingkungan hidup
• 12 Lihat Pula
• 13 Rujukan
• 14 Pranala luar
Etimologi
Lihat pula: Sejarah nama Indonesia
Kata "Indonesia" berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu Indus yang berarti
"Hindia" dan kata dalam bahasa Yunani nesos yang berarti "pulau".[7] Jadi, kata
Indonesia berarti wilayah Hindia kepulauan, atau kepulauan yang berada di
Hindia, yang menunjukkan bahwa nama ini terbentuk jauh sebelum Indonesia
menjadi negara berdaulat.[8] Pada tahun 1850, George Earl, seorang etnolog
berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia
untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu".[9] Murid dari Earl,
James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari
Kepulauan India.[10] Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda
tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische
Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië);
Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam
novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik terhadap
kolonialisme Belanda).[5]
Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan akademik
di luar Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk
ekspresi politik.[5] Adolf Bastian dari Universitas Berlin memasyarakatkan nama ini
melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894.
Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki
Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang
bernama Indonesisch Pers Bureau di tahun 1913.[8]
Sejarah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Indonesia
Lihat pula: Sejarah Nusantara
Peninggalan fosil-fosil Homo erectus, yang oleh antropolog juga dijuluki "Manusia
Jawa", menimbulkan dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah mulai berpenghuni
pada antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu.[11] Bangsa Austronesia, yang
membentuk mayoritas penduduk pada saat ini, bermigrasi ke Asia Tenggara dari
Taiwan. Mereka tiba di sekitar 2000 SM, dan menyebabkan bangsa Melanesia yang
telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke wilayah-wilayah yang jauh di timur
kepulauan.[12] Kondisi tempat yang ideal bagi pertanian, dan penguasaan atas cara
bercocok tanam padi setidaknya sejak abad ke-8 SM,[13] menyebabkan banyak
perkampungan, kota, dan kerajaan-kerajaan kecil tumbuh berkembang dengan
baik pada abad pertama masehi. Selain itu, Indonesia yang terletak di jalur
perdagangan laut internasional dan antar pulau, telah menjadi jalur pelayaran
antara India dan Cina selama beberapa abad.[14] Sejarah Indonesia selanjutnya
mengalami banyak sekali pengaruh dari kegiatan perdagangan tersebut.[15]
Sejak abad ke-1 kapal dagang Indonesia telah berlayar jauh, bahkan sampai ke
Afrika. Sebuah bagian dari relief kapal di candi Borobudur, k. 800 M.
Di bawah pengaruh agama Hindu dan Buddha, beberapa kerajaan terbentuk di
pulau Kalimantan, Sumatra, dan Jawa sejak abad ke-4 hingga abad ke-14. Kutai,
merupakan kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 di hulu
sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di wilayah barat pulau Jawa, pada abad ke-4
hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan Tarumanegara. Pemerintahan Tarumanagara
dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda dari tahun 669 M sampai 1579 M. Pada abad ke-7
muncul kerajaan Malayu yang berpusat di Jambi, Sumatera. Sriwijaya
mengalahkan Malayu dan muncul sebagai kerajaan maritim yang paling perkasa di
Nusantara. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa, semenanjung Melayu,
sekaligus mengontrol perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Cina
Selatan.[16] Di bawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8 dan ke-10 wangsa
Syailendra dan Sanjaya berhasil mengembangkan kerajaan-kerajaan berbasis
agrikultur di Jawa, dengan peninggalan bersejarahnya seperti candi Borobudur
dan candi Prambanan. Di akhir abad ke-13, Majapahit berdiri di bagian timur
pulau Jawa. Di bawah pimpinan mahapatih Gajah Mada, kekuasaannya meluas
sampai hampir meliputi wilayah Indonesia kini; dan sering disebut "Zaman
Keemasan" dalam sejarah Indonesia.[17]
Ketika orang-orang Eropa datang pada awal abad ke-16, mereka menemukan
beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka kuasai demi mendominasi
perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua pelabuhan
Kerajaan Sunda yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tapi dapat diusir dan bergerak ke
arah timur dan menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai yang
terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya dan
Portugal (kecuali untuk koloni mereka, Timor Portugis). Pada masa itulah agama
Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama yang dikenal
sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, and Gospel.[19] Belanda menguasai Indonesia sebagai
koloni hingga Perang Dunia II, awalnya melalui VOC, dan kemudian langsung oleh
pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19.
Pada masa Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang
menguasai Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada tahun 1942, Jepang
melihat bahwa para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan yang
kooperatif dan bersedia mengerahkan prajurit bila diperlukan. Soekarno,
Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara diberikan
penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Jenderal Soeharto menjadi presiden pada tahun 1967 dengan alasan untuk
mengamankan negara dari ancaman komunisme. Sementara itu kondisi fisik
Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga
Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak
lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke
tanah air, dan akhirnya dicabut kewarganegaraannya. Tiga puluh dua tahun masa
kekuasaan Soeharto dinamakan Orde Baru, sementara masa pemerintahan
Soekarno disebut Orde Lama.
Dari 1998 hingga 2001, Indonesia mempunyai tiga presiden: Bacharuddin Jusuf
(BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri. Pada tahun 2004
pemilu satu hari terbesar di dunia[24] diadakan dan dimenangkan oleh Susilo
Bambang Yudhoyono.
Pada Desember 2004 dan Maret 2005, Aceh dan Nias dilanda dua gempa bumi
besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi Samudra
Hindia 2004 dan Gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini disusul oleh gempa
bumi di Yogyakarta dan tsunami yang menghantam Pantai Pangandaran dan
sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang tidak kunjung
terpecahkan.
Gedung MPR-DPR
Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinet di
Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri bertanggung jawab
kepada presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di parlemen. Meskipun
demikian, Presiden saat ini yakni Susilo Bambang Yudhoyono yang diusung oleh
Partai Demokrat juga menunjuk sejumlah pemimpin Partai Politik untuk duduk di
kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya
posisi lembaga legislatif di Indonesia. Namun pos-pos penting dan strategis
umumnya diisi oleh menteri tanpa portofolio partai (berasal dari seseorang yang
dianggap ahli dalam bidangnya).
Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD 1945
dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi,
termasuk pengaturan administrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan.
Pembagian administratif
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Provinsi Indonesia
Aceh
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Riau
Kep.
Riau
Kep. Bangka
Belitung
Jambi
Sumatera
Selatan
Bengkulu
Lampung
Banten
DKI Jakarta
Jawa
Barat
Jawa
Tengah
DI Yogyakarta
Jawa
Timur
Bali
Nusa Tenggara
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Timur
Kalimantan
Selatan
Sulawesi
Utara
Maluku
Utara
Sulawesi
Tengah
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Maluku
Papua
Barat
Papua
Indonesia saat ini terdiri dari 33 provinsi, lima di antaranya memiliki status yang
berbeda. Provinsi dibagi menjadi 399 kabupaten dan 98 kota yang dibagi lagi
menjadi kecamatan dan lagi menjadi kelurahan, desa, gampong, kampung, nagari,
pekon, atau istilah lain yang diakomodasi oleh Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tiap provinsi memiliki
DPRD Provinsi dan gubernur; sementara kabupaten memiliki DPRD Kabupaten
dan bupati; kemudian kota memiliki DPRD Kota dan walikota; semuanya dipilih
langsung oleh rakyat melalui Pemilu dan Pilkada. Bagaimanapun di Jakarta tidak
terdapat DPR Kabupaten atau Kota, karena Kabupaten Administrasi dan Kota
Administrasi di Jakarta bukanlah daerah otonom.
Provinsi Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua Barat, dan Papua memiliki hak
istimewa legislatur yang lebih besar dan tingkat otonomi yang lebih tinggi
dibandingkan provinsi lainnya. Contohnya, Aceh berhak membentuk sistem legal
sendiri; pada tahun 2003, Aceh mulai menetapkan hukum Syariah.[26] Yogyakarta
mendapatkan status Daerah Istimewa sebagai pengakuan terhadap peran penting
Yogyakarta dalam mendukung Indonesia selama Revolusi.[27] Provinsi Papua,
sebelumnya disebut Irian Jaya, mendapat status otonomi khusus tahun 2001.[28] DKI
Jakarta, adalah daerah khusus ibukota negara. Timor Portugis digabungkan ke
dalam wilayah Indonesia dan menjadi provinsi Timor Timur pada 1979–1999, yang
kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi Negara Timor Leste.[29]
Geografi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Geografi Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara[32] yang memiliki 17.504 pulau
besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni[33], yang menyebar
disekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak
pada koordinat 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BB - 141°45'BT serta terletak di
antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania.
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas
perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa,
dimana setengah populasi Indonesia bermukim. Indonesia terdiri dari 5 pulau
besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatera dengan luas 473.606 km²,
Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan Papua
dengan luas 421.981 km². Batas wilayah Indonesia diukur dari kepulauan dengan
menggunakan territorial laut: 12 mil laut serta zona ekonomi eksklusif: 200 mil
laut,[34] searah penjuru mata angin, yaitu:
Sumber daya alam Indonesia berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel, kayu,
bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian lahan terdiri
dari tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput
sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14%
dengan lahan irigasi seluas 45.970 km[35]
Pendidikan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pendidikan di Indonesia
Sesuai dengan konstitusi yang berlaku, yaitu berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat 4
dan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
bahwa pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah mesti mengalokasikan
anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD diluar gaji
pendidik dan biaya kedinasan. Namun pada tahun 2007 alokasi yang disediakan
tersebut baru sekitar 17.2 %, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara
Malaysia, Thailand dan Filipina yang telah mengalokasikan anggaran untuk
pendidikan lebih dari 28 %[36].
Ekonomi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ekonomi Indonesia
Peta yang menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto per kapita provinsi-
provinsi Indonesia pada tahun 2008 atas harga berlaku. PDRB per kapita provinsi
Kalimantan Timur mencapai Rp.100 juta manakala PDRB per kapita Maluku,
Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur kurang dari Rp.5 juta.
██ Lebih dari Rp.100 juta ██ Rp.50 juta ██ Rp.20 juta ++ - Rp.30 juta ██ Rp.10
++ - Rp.100 juta ██ Rp.40 juta ++ - juta ++ - Rp.20 juta ██ Rp.5 juta ++ -
Rp.50 juta ██ Rp.30 juta ++ - Rp.40 juta Rp.10 juta ██ Kurang dari Rp.5 juta
Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya Oeang
Repoeblik Indonesia (ORI) yang menjadi mata uang pertama Republik Indonesia,
yang selanjutnya berganti menjadi Rupiah.
Uang rupiah.
Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun
2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut.[40] Namun
demikian, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi
tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.[41][42] Perkiraan tahun 2006, sebanyak
17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0%
masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.[43]
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk
minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas
alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi
pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh,
kopi, rempah-rempah, dan karet.[44] Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB,
yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang
40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%.[45] Meskipun demikian, sektor
pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya,
yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%,
dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.[46]
Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi
masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan oleh
korupsi yang merajalela dalam pemerintahan. Lembaga Transparency
International menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara
dalam Indeks Persepsi Korupsi, yang dikeluarkannya pada tahun 2007.[47]
Peringkat internasional
Organisasi Nama Survey Peringkat
Heritage Foundation/The Wall Street 110 dari
Indeks Kebebasan Ekonomi
Journal 157[48]
The Economist Indeks Kualitas Hidup 71 dari 111[49]
103 dari
Reporters Without Borders Indeks Kebebasan Pers
168[50]
143 dari
Transparency International Indeks Persepsi Korupsi
179[51]
United Nations Development Indeks Pembangunan 108 dari
Programme Manusia 177[52]
Forum Ekonomi Dunia Laporan Daya Saing Global 51 dari 122[53]
Demografi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Demografi Indonesia
Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta,[54]
dan diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta.[6] 130 juta (lebih dari
50%) tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak
sekaligus pulau dimana ibukota Jakarta berada.[55] Sebagian besar (95%) penduduk
Indonesia adalah Bangsa Austronesia, dan terdapat juga kelompok-kelompok suku
Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak
penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku
yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa,
Sunda, Madura, Batak, dan Minangkabau.
Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas di antaranya
adalah etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama datang ke Nusantara
melalui perdagangan sejak abad ke 8 M dan menetap menjadi bagian dari
Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 4 juta populasi etnis Tionghoa.[56] Angka
ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930 dan 2000 pemerintah melakukan
sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa
dan keturunannya.
Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk
Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak
di dunia.[44] Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%),
Buddha (0,8%), dan lain-lain (0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah
Indonesia juga secara resmi mengakui Konghucu.[57]
Kebudayaan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Budaya Indonesia
Pertunjukan
Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya
yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab,
Cina, Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Contohnya tarian
Jawa dan Bali tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti
wayang kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu
Ramayana dan Baratayuda. Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam.
Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatera seperti tari Ratéb
Meuseukat dan tari Seudati dari Aceh.
Seni pantun, gurindam, dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun
Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara
tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-lain.
Busana
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar busana daerah Indonesia
Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan
batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri batik meliputi Yogyakarta,
Surakarta, Cirebon, Pandeglang, Garut, Tasikmalaya dan juga Pekalongan.
Kerajinan batik ini pun diklaim oleh negara lain dengan industri batiknya.[58]
Busana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali dari
ciri-cirinya yang dikenakan di setiap daerah antara lain baju kurung dengan
songketnya dari Sumatera Barat (Minangkabau), kain ulos dari Sumatra Utara
(Batak), busana kebaya, busana khas Dayak di Kalimantan, baju bodo dari
Sulawesi Selatan, busana berkoteka dari Papua dan sebagainya.
Arsitektur
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Arsitektur Indonesia
Ciri khas arsitektur Indonesia kuno masih dapat dilihat melalui rumah-rumah adat
dan/atau istana-istana kerajaan dari tiap-tiap provinsi. Taman Mini Indonesia
Indah, salah satu objek wisata di Jakarta yang menjadi miniatur Indonesia,
menampilkan keanekaragaman arsitektur Indonesia itu. Beberapa bangunan khas
Indonesia misalnya Rumah Gadang, Monumen Nasional, dan Bangunan Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan di Institut Teknologi Bandung.
Olahraga
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Olahraga Indonesia
Maria Kristin Yulianti (merah), peraih medali perunggu pada Olimpiade Beijing
2008.
Olahraga yang paling populer di Indonesia adalah bulu tangkis dan sepak bola;
Liga Super Indonesia adalah liga klub sepak bola utama di Indonesia. Olahraga
tradisional termasuk sepak takraw dan karapan sapi di Madura. Di wilayah dengan
sejarah perang antar suku, kontes pertarungan diadakan, seperti caci di Flores, dan
pasola di Sumba. Pencak silat adalah seni bela diri yang unik yang berasal dari
wilayah Indonesia. Seni bela diri ini kadang-kadang ditampilkan pada acara-acara
pertunjukkan yang biasanya diikuti dengan musik tradisional Indonesia berupa
gamelan dan seni musik tradisional lainnya sesuai dengan daerah asalnya. Olahraga
di Indonesia biasanya berorientasi pada pria dan olahraga spektator sering
berhubungan dengan judi yang ilegal di Indonesia.[59]
Seni musik
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Musik Indonesia
Seperangkat gamelan
Alat musik tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak
ragam dari pelbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula dari alat musik
tradisional Indonesia 'dicuri' oleh negara lain[63] untuk kepentingan penambahan
budaya dan seni musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta seni budaya dari
Indonesia. Alat musik tradisional Indonesia antara lain meliputi:
• Kendang
Jawa
Boga
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Masakan Indonesia
Beberapa makanan Indonesia: soto ayam, sate kerang, telor pindang, perkedel dan
es teh manis.
Sepanjang sejarah, Indonesia telah menjadi tempat perdagangan antara dua benua.
Ini menyebabkan terbawanya banyak bumbu, bahan makanan dan teknik
memasak dari bangsa Melayu sendiri, India, Timur tengah, Tionghoa, dan Eropa.
Semua ini bercampur dengan ciri khas makanan Indonesia tradisional,
menghasilkan banyak keanekaragaman yang tidak ditemukan di daerah lain.
Bahkan bangsa Spanyol dan Portugis, telah mendahului bangsa Belanda dengan
membawa banyak produk dari dunia baru ke Indonesia.
Penganan kecil semisal kue-kue banyak dijual di pasar tradisional. Kue-kue
tersebut biasanya berbahan dasar beras, ketan, ubi kayu, ubi jalar, terigu, atau
sagu. Nasi rames yang berisi nasi beserta lauk atau sayur pilihan dijual di tempat-
tempat umum, seperti stasiun kereta api, pasar, dan terminal bus. Di Daerah
Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya dikenal nasi kucing sebagai nasi rames yang
berukuran sangat minimalis dengan harga murah, nasi kucing sering dijual di atas
angkringan, sejenis warung kaki lima.
Terdapat pula aneka makanan yang dijual oleh para pedagang keliling
menggunakan gerobak atau tanggungan. Pedagang keliling ini menyajikan mie
ayam, mi bakso, soto, siomay, roti burger, nasi goreng, nasi uduk, dan lain-lain.
Perfilman
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perfilman Indonesia
Poster film Tjoet Nja' Dhien (1988), film tentang pahlawan nasional Indonesia asal
Aceh.
Film pertama yang diproduksi pertama kalinya di nusantara adalah film bisu tahun
1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G.
Kruger dan L. Heuveldorp pada zaman Hindia Belanda. Film ini dibuat dengan
aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama
kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung.
Setelah itu, lebih dari 2.200 film diproduksi. Di masa awal kemerdekaan, sineas-
sineas Indonesia belum banyak bermunculan. Diantara sineas yang ada, Usmar
Ismail merupakan salah satu sutradara paling produktif, dengan film pertamanya
Harta Karun (1949). Namun kemudian film pertama yang secara resmi diakui
sebagai film pertama Indonesia sebagai negara berkedaulatan adalah film Darah
dan Doa (1950) yang disutradarai Usmar Ismail. Dekade 1970 hingga 2000-an,
Arizal muncul sebagai sutradara film paling produktif. Tak kurang dari 52 buah
film dan 8 judul sinetron dengan 1.196 episode telah dihasilkannya.
Kesusastraan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sastra Indonesia
Lingkungan hidup
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Flora Indonesia dan Fauna Indonesia
Meskipun demikian, Guinness World Records pada 2008 pernah mencatat rekor
Indonesia sebagai negara yang paling kencang laju kerusakan hutannya di dunia.
Setiap tahun Indonesia kehilangan hutan seluas 1,8 juta hektar. Kerusakan yang
terjadi di daerah hulu (hutan) juga turut merusak kawasan di daerah hilir (pesisir).
[74]
Menurut catatan Down The Earth, proyek Asian Development Bank (ADB) di
sektor kelautan Indonesia telah memicu terjadinya alih fungsi secara besar-besaran
hutan bakau menjadi kawasan pertambakan. Padahal hutan bakau, selain
berfungsi melindungi pantai dari abrasi, merupakan habitat yang baik bagi
berbagai jenis ikan. Kehancuran hutan bakau tersebut mengakibatkan nelayan
harus mencari ikan dengan jarak semakin jauh dan menambah biaya operasional
mereka dalam mencari ikan. Selain itu, hancurnya hutan bakau juga
mengakibatkan semakin rentannya kawasan pesisir Indonesia terhadap terjangan
air pasang laut dan banjir, terlebih di musim hujan.[75]