You are on page 1of 40

KARYA ILMIAH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

HAFIZ RIDHO

KELAS : XI-IPS
SMA KESATRIA MEDAN
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam),
disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam yang terbesar di Indonesia.
Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan,
sosial, dan ekonomi.

Daftar isi
[sembunyikan]

• 1 Sejarah
• 2 Paham keagamaan
• 3 Daftar pimpinan
• 4 Basis pendukung
• 5 Organisasi
o 5.1 Tujuan
o 5.2 Usaha
o 5.3 Struktur
o 5.4 Jaringan
• 6 NU dan politik
• 7 Lihat pula
• 8 Referensi

• 9 Pranala luar

Sejarah

Masjid Jombang, tempat kelahiran organisasi Nahdlatul Ulama

Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa


Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah
kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui
jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal
dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar
ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan
ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai
organisasi pendidikan dan pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon
kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti
Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun
1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri"
(kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan
keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar,
(pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki
perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar,
selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang
berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab
Wahabi di Mekkah, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman,
menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.
Dengan sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota
Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925. Akibatnya kalangan pesantren
juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres
Islam Internasional) di Mekkah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
Sumber lain menyebutkan bahwa K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Wahab Hasbullah
dan sesepuh NU lainnya melakukan walk out.

Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermazhab serta
peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa
membuat delegasi sendiri yang dinamakan Komite Hejaz, yang diketuai oleh K.H.
Wahab Hasbullah.

K.H. Hasyim Asy'arie, Rais Akbar (ketua) pertama NU.

Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan
tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud
mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan
ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional
kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan
bermazhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang
sangat berharga.
Berangkatlah komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad
hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih
mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka
setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk
membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada
16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim
Asy'ari sebagai Rais Akbar.

Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari
merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab
I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan
dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam
berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Paham keagamaan

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola pikir yang


mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli
(skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an,
sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas
empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu
Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian
dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti mazhab: imam Syafi'i dan mengakui
tiga madzhab yang lain: imam Hanafi, imam Maliki,dan imam Hanbali
sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah.
Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid
Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.

Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting


untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan
kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta
merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil
kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.
Daftar pimpinan

Berikut ini adalah daftar Ketua Rais Aam (pimpinan tertinggi) Syuriyah Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama:

No Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan


1 KH Mohammad Hasyim Asy'arie 1926 1947
2 KH Abdul Wahab Chasbullah 1947 1971
3 KH Bisri Syansuri 1972 1980
4 KH Muhammad Ali Maksum 1980 1984
5 KH Achmad Muhammad Hasan Siddiq 1984 1991
KH Ali Yafie (pjs) 1991 1992
6 KH Mohammad Ilyas Ruhiat 1992 1999
7 KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz 1999
8 Prof Dr KH Said Agil Siradj 2004 sekarang

Basis pendukung

Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU ada beberapa istilah yang
perlu diperjelas, yaitu: anggota, pendukung atau simpatisan, serta Muslim
tradisionalis yang sepaham dengan NU. Jika istilah warga disamakan dengan istilah
anggota, maka sampai hari ini tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk
untuk itu. Hal ini karena sampai saat ini tidak ada upaya serius di tubuh NU di
tingkat apapun untuk mengelola keanggotaannya.

Apabila dilihat dari segi pendukung atau simpatisan, ada dua cara melihatnya. Dari
segi politik, bisa dilihat dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis
atau diasosiasikan dengan NU, seperti PKBU, PNU, PKU, Partai SUNI, dan
sebagian dari PPP. Sedangkan dari segi paham keagamaan maka bisa dilihat dari
jumlah orang yang mendukung dan mengikuti paham kegamaan NU. Maka dalam
hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani (2002) yaitu berkisar 48% dari
Muslim santri Indonesia. Suaidi Asyari[1] memperkirakan ada sekitar 51 juta dari
Muslim santri Indonesia dapat dikatakan pendukung atau pengikut paham
keagamaan NU. Jumlah keseluruhan Muslim santri yang disebut sampai 80 juta
atau lebih, merupakan mereka yang sama paham keagamaannya dengan paham
kegamaan NU. Namun belum tentu mereka ini semuanya warga atau mau disebut
berafiliasi dengan NU.

Berdasarkan lokasi dan karakteristiknya, mayoritas pengikut NU terdapat di pulau


Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Pada perkembangan terakhir terlihat
bahwa pengikut NU mempunyai profesi beragam, meskipun sebagian besar di
antara mereka adalah rakyat jelata baik di perkotaan maupun di pedesaan. Mereka
memiliki kohesifitas yang tinggi, karena secara sosial ekonomi memiliki problem
yang sama, serta selain itu juga sama-sama sangat menjiwai ajaran ahlus sunnah
wal jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia
pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.

Basis pendukung NU ini cenderung mengalami pergeseran. Sejalan dengan


pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka penduduk NU di desa
banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Maka kalau selama ini
basis NU lebih kuat di sektor petani di pedesaan, maka saat di sektor buruh di
perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem
pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan
cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini. Belakangan ini NU sudah
memiliki sejumlah doktor atau magister dalam berbagai bidang ilmu selain dari
ilmu ke-Islam-an baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk negara-negara
Barat. Namun para doktor dan magister ini belum dimanfaatkan secara maksimal
oleh para pengurus NU hampir di setiap lapisan kepengurusan NU.

Organisasi

Tujuan

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-


tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Usaha

1. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa


persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga
Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah
khususnya di Pulau Jawa.
3. Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta
kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
4. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk
menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya
ekonomi rakyat.Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan
Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.
5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas. NU
berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.

Struktur

1. Pengurus Besar (tingkat Pusat)


2. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
3. Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang
Istimewa untuk kepengurusan di luar negeri
4. Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan)
5. Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan)

Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan
terdiri dari:

1. Mustayar (Penasihat)
2. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
3. Tanfidziyah (Pelaksana Harian)

Untuk Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:

1. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)


2. Tanfidziyah (Pelaksana harian)

Jaringan

Hingga akhir tahun 2000, jaringan organisasi NU meliputi:

• 33 Wilayah
• 439 Cabang
• 15 Cabang Istimewa yang berada di luar negeri
• 5.450 Majelis Wakil Cabang / MWC
• 47.125 Ranting

NU dan politik

Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan
diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU
cukup berhasil dengan merahil 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa
Demokrasi Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno.
Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai salah satu golongan yang aktif
menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.

NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada


tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru. Mengikuti pemilu 1977
dan 1982 bersama PPP. Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri
untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.

Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU.


Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh
Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan
bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu
2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR.

1.Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di


Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad
SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-
orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.

Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh


penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini
sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan
di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan


pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan
ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis,
tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia
dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga menampilkan
kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang ekstrem.

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan


kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat
104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung
isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam
secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung
penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan,
melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi,
yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan
yang niscaya.

Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri
rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh
Indonesia.

Daftar isi

• 1 Sejarah
• 2 Organisasi
• 3 Daftar pimpinan
• 4 Rujukan
• 5 Bacaan lanjut
• 6 Lihat pula

• 7 Pranala luar

Sejarah

Pusat Dakwah Muhammadiyah di Jakarta

Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di


Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8
Dzulhijjah 1330 H).[1]

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH


Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak
dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki
basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul
Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam
pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai
Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi
Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah
Mu'allimin _khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan
kecamatan Wirobrajan dan Mu'allimaat Muhammadiyah_khusus
Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).

Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh


Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti:
Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah
Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah
berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul
Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat
dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang
relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke
seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian
Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan
Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar
keseluruh Indonesia.

Organisasi

Kantor pengurus pusat Muhammadiyah awalnya berada di


Yogyakarta. Namun pada tahun 1970, komite-komite pendidikan,
ekonomi, kesehatan, dan kesejahteraan berpindah ke kantor di ibukota
Jakarta.

Struktur Pimpinan Pusat Muhammadiyah terdiri dari lima orang


Penasehat, seorang Ketua Umum yang dibantu tujuh orang Ketua
lainnya, seorang Sekretaris Umum dengan dua anggota, seorang
Bendahara Umum dengan seorang anggotanya.

Muhammadiyah juga memiliki beberapa organisasi otonom


Muhammadiyah, yaitu:

• Aisyiyah (organisasi wanita)


• Pemuda Muhammadiyah (organisasi pemuda)
• Nasyiatul Aisyiyah (organisasi pemudi)
• Ikatan Pelajar Muhammadiyah (organisasi pelajar dan remaja)
• Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (organisasi mahasiswa)
• Tapak Suci Putra Muhammadiyah (perguruan silat)
• Hizbul Wathan (organisasi kepanduan)
Daftar pimpinan
No Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan
1 KH Ahmad Dahlan 1912 1923
2 KH Ibrahim 1923 1932
3 KH Hisyam 1932 1936
4 KH Mas Mansur 1936 1942
5 Ki Bagoes Hadikoesoemo 1942 1953
6 Buya AR Sutan Mansur 1953 1959
7 KH M Yunus Anis 1959 1962
8 KH Ahmad Badawi 1962 1968
9 KH Faqih Usman
1968 1971
10 KH AR Fachruddin
1971 1990
11 KH A Azhar Basyir 1990 1995
12 Prof Dr H Amien Rais
1995 2000
13 Prof Dr H Ahmad Syafi'i Ma'arif
2000 2005
14 Prof Dr H Din Syamsuddin 2005 2010
15 Prof Dr H Din Syamsuddin
2010 2015

2.Islam di Indonesia

Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di dunia. Ada


sekitar 85,2% atau 199.959.285 jiwa dari total 234.693.997 jiwa penduduk. Walau
Islam menjadi mayoritas, namun Indonesia bukanlah negara yang berasaskan
Islam.
Daftar isi
[sembunyikan]

• 1 Sejarah masuknya Islam


o 1.1 Penyebaran Islam (1200 - 1600)
o 1.2 Masa kolonial
• 2 Demografi
• 3 Arsitektur
o 3.1 Masjid
• 4 Pendidikan
• 5 Organisasi
• 6 Politik
• 7 Catatan dan referensi

• 8 Pranala luar

Sejarah masuknya Islam

Penyebaran Islam (1200 - 1600)


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penyebaran Islam di Indonesia (1200 -
1600)

Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini.
Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada
tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu
kedatangannya.[1] Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh
Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad
Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori
Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran
para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah.
Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para
pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di
Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya
singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M.[1]. Melalui
Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17,
jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung Onin di
Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Kalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai
abad 13 adalah tidak benar, HAMKA berpendapat bahwa pada tahun 625 M
sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa
Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatera (Barus) [2]. Pada saat nanti
wilayah Barus ini akan masuk ke wilayah kerajaan Srivijaya.
Pada tahun 674M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin
Affan, memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu
Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya
Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima ptra
ratu [[Sima dari Kalingga masuk Islam [3].

Pada tahun 718M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah kerusuhan


Kanton juga masuk Islam pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz
(Dinasti Umayyah).

Sanggahan Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui Pedagang


Gujarat

Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat adalah


tidaklah benar, apabila benar maka tentunya Islam yang akan
berkembang kebanyakan di Indonesia adalah aliran Syiah karena
Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan tetapi kenyataan Islam di
Indonesia didominasi Mazhab Safi'i.

Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam di masa awal


dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik.

Masa kolonial

Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda
datang ke Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan
selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia
dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah
Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama.
Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.

Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan


antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah
diterapkan oleh para ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, para
ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para santri
(peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap
melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi panglima perang.
Potensi-potensi tumbuh dan berkembang di abad ke-13 menjadi
kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan
adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-syairnya
berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad melawan
penjajah Belanda. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya
menggunakan strategi-strategi:

• Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah


atau mengadu domba antara kekuatan ulama dengan adat,
contohnya perang Padri di Sumatera Barat dan perang
Diponegoro di Jawa.
• Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul
Gafar, seorang Guru Besar ke-Indonesiaan di Universitas Hindia
Belanda, yang juga seorang orientalis yang pernah mempelajari
Islam di Mekkah. Dia berpendapat agar pemerintahan Belanda
membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah mahdhoh
(khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik
praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda
dan salah satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin
yang akan melakukan ibadah Haji, karena pada saat itulah
terjadi pematangan pejuangan terhadap penjajahan.[4]

Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan


oleh Jamal-al-Din Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama
Minangkabau yang belajar di Kairo, Mesir banyak berperan dalam
menyebarkan ide-ide tersebut, di antara mereka ialah Muhammad
Djamil Djambek dan Abdul Karim Amrullah. Pembaruan Islam yang
tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah
pembaruan seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatera
Thawalib (1915). Pada tahun 1906, Tahir bin Jalaluddin menerbitkan
koran pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun kemudian, di
Padang terbit koran dwi-mingguan al-Munir.[5]

Demografi

Sebagian besar ummat Islam di Indonesia berada di wilayah Indonesia


bagian Barat, seperti di pulau Sumatera, Jawa, Madura dan
Kalimantan. Sedangkan untuk wilayah Timur, penduduk Muslim
banyak yang menetap di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan
Maluku Utara dan enklave tertentu di Indonesia Timur seperti
Kabupaten Alor, Fakfak, Haruku, Banda, Tual dan lain-lain.
Pengadaan transmigrasi dari Jawa dan Madura yang secara besar-
besaran dilakukan oleh pemerintahan Suharto selama tiga dekade ke
wilayah Timur Indonesia telah menyebabkan bertambahnya jumlah
penduduk Muslim disana. Untuk pertamakalinya, pada tahun 1990an
ummat Kristen menjadi minoritas di Maluku. Kebijakan transmigrasi
ini, yang telah melebarkan kesenjangan sosial dan ekonomi,
mengakibatkan sejumlah konflik di Maluku, Sulawesi Tengah, dan
sebagian wilayah Papua.

Arsitektur
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Arsitektur Islam di Indonesia

Islam sangat banyak berpengaruh terhadap arsitektur bangunan di


Indonesia. Rumah Betawi salah satunya, adalah bentuk arsitektur
bangunan yang banyak dipengaruhi oleh corak Islam. Pada salah satu
forum tanya jawab di situs Era Muslim[6], disebutkan bahwa Rumah
Betawi yang memiliki teras lebar, dan ada bale-bale untuk tempat
berkumpul, adalah salah satu ciri arsitektur peradaban Islam di
Indonesia.

Masjid

Masjid Raya Medan al Ma'shun, adalah salah satu ciri bangunan berarsitektur
Islam yang ada di Indonesia

Masjid adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di
Indonesia. Menurut data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125
ribu[7] masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara
keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004, jumlah masjid di
Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 yang
sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia
saat ini antara 600-800 ribu buah.[8]
Pendidikan

Pelajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kecamatan Gambut, Kabupaten


Banjar, Kalimantan Selatan. Gambar diambil akhir Januari 2006.

Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan
ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di
Indonesia.[9] Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya
Madrasah Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah
Aliyah (menengah). Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju
seiring dengan perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya
universitas Islam. Hampir disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut
Agama Islam Negeri serta beberapa universitas Islam lainnya.

Organisasi

Terdapat beberapa organisasi Islam di Indonesia, di antaranya adalah Nahdlatul


Ulama (NU), Muhammadiyah, Jamiat Khair, sebuah organisasi Islam tempat para
ulama dan aktivis bergabung, tempat bermulanya Ahmad Soorkati mengawali
karier dakwahnya di Indonesia. Ia diundang secara khusus oleh gerakan ini untuk
menjadi pengajar pada berbagai badan pendidikan yang dirintisnya pada tahun
1912. Ia datang dari Sudan, membawa dan mengusung pola pikir rasional dalam
berbagai kuliahnya. NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan
anggota sekitar 35 juta. NU seringkali dikategorikan sebagai Islam traditional,
salah satunya karena sistem pendidikan pesantrennya. Muhammadiyah merupakan
organisasi Islam terbesar kedua, dengan anggotanya yang sekitar 30 juta.
Muhammadiyah memiliki ribuan sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan
tinggi serta ratusan rumah sakit di seluruh Indonesia.

Selain ketiga organisasi diatas, di Indonesia juga dikenal adanya Front Pembela
Islam, Majelis Mujahidin Indonesia, dan Hizbut Tahrir Indonesia.

Politik
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Politik Islam di Indonesia
Dengan mayoritas berpenduduk Muslim, politik di Indonesia tidak terlepas dari
pengaruh dan peranan ummat Islam. Walau demikian, Indonesia bukanlah negara
yang berasaskan Islam, namun ada beberapa daerah yang diberikan keistimewaan
untuk menerapkan syariat Islam, seperti Aceh.

Seiring dengan reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian
bertambah. Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni Partai
Persatuan Pembangunan-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi
jumlah partai politik, pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang
berasaskan Islam, yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera,
Partai Bintang Reformasi, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa
dan Partai Bulan Bintang.

3. Indonesia

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara,


yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia
serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia
disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara).[5] Dengan populasi sebesar 222
juta jiwa pada tahun 2006,[6] Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar
keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia,
meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia
adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan
dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan
dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura,
Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di
India.

Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia


menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika
Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan
dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh
pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta
berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan
rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di
bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda
menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia
mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi,
separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan
agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis
paling dominan. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-
beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain
memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam
yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

Daftar isi
[sembunyikan]

• 1 Etimologi
• 2 Sejarah
• 3 Politik dan pemerintahan
• 4 Pembagian administratif
• 5 Geografi
o 5.1 Sumber daya alam
• 6 Pendidikan
• 7 Ekonomi
• 8 Peringkat internasional
• 9 Demografi
• 10 Kebudayaan
o 10.1 Pertunjukan
o 10.2 Busana
o 10.3 Arsitektur
o 10.4 Olahraga
o 10.5 Seni musik
o 10.6 Boga
o 10.7 Perfilman
o 10.8 Kesusastraan
• 11 Lingkungan hidup
• 12 Lihat Pula
• 13 Rujukan

• 14 Pranala luar

Etimologi
Lihat pula: Sejarah nama Indonesia

Kata "Indonesia" berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu Indus yang berarti
"Hindia" dan kata dalam bahasa Yunani nesos yang berarti "pulau".[7] Jadi, kata
Indonesia berarti wilayah Hindia kepulauan, atau kepulauan yang berada di
Hindia, yang menunjukkan bahwa nama ini terbentuk jauh sebelum Indonesia
menjadi negara berdaulat.[8] Pada tahun 1850, George Earl, seorang etnolog
berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia
untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu".[9] Murid dari Earl,
James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari
Kepulauan India.[10] Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda
tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische
Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië);
Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam
novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik terhadap
kolonialisme Belanda).[5]

Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan akademik
di luar Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk
ekspresi politik.[5] Adolf Bastian dari Universitas Berlin memasyarakatkan nama ini
melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894.
Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki
Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang
bernama Indonesisch Pers Bureau di tahun 1913.[8]

Sejarah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Indonesia
Lihat pula: Sejarah Nusantara

Peninggalan fosil-fosil Homo erectus, yang oleh antropolog juga dijuluki "Manusia
Jawa", menimbulkan dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah mulai berpenghuni
pada antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu.[11] Bangsa Austronesia, yang
membentuk mayoritas penduduk pada saat ini, bermigrasi ke Asia Tenggara dari
Taiwan. Mereka tiba di sekitar 2000 SM, dan menyebabkan bangsa Melanesia yang
telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke wilayah-wilayah yang jauh di timur
kepulauan.[12] Kondisi tempat yang ideal bagi pertanian, dan penguasaan atas cara
bercocok tanam padi setidaknya sejak abad ke-8 SM,[13] menyebabkan banyak
perkampungan, kota, dan kerajaan-kerajaan kecil tumbuh berkembang dengan
baik pada abad pertama masehi. Selain itu, Indonesia yang terletak di jalur
perdagangan laut internasional dan antar pulau, telah menjadi jalur pelayaran
antara India dan Cina selama beberapa abad.[14] Sejarah Indonesia selanjutnya
mengalami banyak sekali pengaruh dari kegiatan perdagangan tersebut.[15]

Sejak abad ke-1 kapal dagang Indonesia telah berlayar jauh, bahkan sampai ke
Afrika. Sebuah bagian dari relief kapal di candi Borobudur, k. 800 M.
Di bawah pengaruh agama Hindu dan Buddha, beberapa kerajaan terbentuk di
pulau Kalimantan, Sumatra, dan Jawa sejak abad ke-4 hingga abad ke-14. Kutai,
merupakan kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 di hulu
sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di wilayah barat pulau Jawa, pada abad ke-4
hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan Tarumanegara. Pemerintahan Tarumanagara
dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda dari tahun 669 M sampai 1579 M. Pada abad ke-7
muncul kerajaan Malayu yang berpusat di Jambi, Sumatera. Sriwijaya
mengalahkan Malayu dan muncul sebagai kerajaan maritim yang paling perkasa di
Nusantara. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa, semenanjung Melayu,
sekaligus mengontrol perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Cina
Selatan.[16] Di bawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8 dan ke-10 wangsa
Syailendra dan Sanjaya berhasil mengembangkan kerajaan-kerajaan berbasis
agrikultur di Jawa, dengan peninggalan bersejarahnya seperti candi Borobudur
dan candi Prambanan. Di akhir abad ke-13, Majapahit berdiri di bagian timur
pulau Jawa. Di bawah pimpinan mahapatih Gajah Mada, kekuasaannya meluas
sampai hampir meliputi wilayah Indonesia kini; dan sering disebut "Zaman
Keemasan" dalam sejarah Indonesia.[17]

Kedatangan pedagang-pedagang Arab dan Persia melalui Gujarat, India, kemudian


membawa agama Islam. Selain itu pelaut-pelaut Tiongkok yang dipimpin oleh
Laksamana Cheng Ho (Zheng He) yang beragama Islam, juga pernah menyinggahi
wilayah ini pada awal abad ke-15.[18] Para pedagang-pedagang ini juga
menyebarkan agama Islam di beberapa wilayah Nusantara. Samudera Pasai yang
berdiri pada tahun 1267, merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Ketika orang-orang Eropa datang pada awal abad ke-16, mereka menemukan
beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka kuasai demi mendominasi
perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua pelabuhan
Kerajaan Sunda yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tapi dapat diusir dan bergerak ke
arah timur dan menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai yang
terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya dan
Portugal (kecuali untuk koloni mereka, Timor Portugis). Pada masa itulah agama
Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama yang dikenal
sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, and Gospel.[19] Belanda menguasai Indonesia sebagai
koloni hingga Perang Dunia II, awalnya melalui VOC, dan kemudian langsung oleh
pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19.

Johannes van den Bosch, pencetus Cultuurstelsel.


Di bawah sistem Cultuurstelsel (Sistem Penanaman) pada abad ke-19, perkebunan
besar dan penanaman paksa dilaksanakan di Jawa, akhirnya menghasilkan
keuntungan bagi Belanda yang tidak dapat dihasilkan VOC. Pada masa
pemerintahan kolonial yang lebih bebas setelah 1870, sistem ini dihapus. Setelah
1901 pihak Belanda memperkenalkan Kebijakan Beretika,[20] yang termasuk
reformasi politik yang terbatas dan investasi yang lebih besar di Hindia-Belanda.

Pada masa Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang
menguasai Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada tahun 1942, Jepang
melihat bahwa para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan yang
kooperatif dan bersedia mengerahkan prajurit bila diperlukan. Soekarno,
Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara diberikan
penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.

Soekarno, presiden pertama Indonesia.

Pada Maret 1945 Jepang membentuk sebuah komite untuk kemerdekaan


Indonesia. Setelah perang Pasifik berakhir pada tahun 1945, di bawah tekanan
organisasi pemuda, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri bangsa yakni
Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir masing-masing menjabat sebagai
presiden, wakil presiden, dan perdana menteri. Dalam usaha untuk menguasai
kembali Indonesia, Belanda mengirimkan pasukan mereka.

Usaha-usaha berdarah untuk meredam pergerakan kemerdekaan ini kemudian


dikenal oleh orang Belanda sebagai 'aksi kepolisian' (Politionele Actie), atau dikenal
oleh orang Indonesia sebagai Agresi Militer.[21] Belanda akhirnya menerima hak
Indonesia untuk merdeka pada 27 Desember 1949 sebagai negara federal yang
disebut Republik Indonesia Serikat setelah mendapat tekanan yang kuat dari
kalangan internasional, terutama Amerika Serikat. Mosi Integral Natsir pada
tanggal 17 Agustus 1950, menyerukan kembalinya negara kesatuan Republik
Indonesia dan membubarkan Republik Indonesia Serikat. Soekarno kembali
menjadi presiden dengan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden dan
Mohammad Natsir sebagai perdana menteri.

Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti


sekaligus merintis gerakan non-blok pada awalnya, kemudian menjadi lebih dekat
dengan blok sosialis, misalnya Republik Rakyat Cina dan Yugoslavia. Tahun 1960-
an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara tetangga, Malaysia
("Konfrontasi"),[22] dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin
besar. Selanjutnya pada tahun 1965 meletus kejadian G30S yang menyebabkan
kematian 6 orang jenderal dan sejumlah perwira menengah lainnya. Muncul
kekuatan baru yang menyebut dirinya Orde Baru yang segera menuduh Partai
Komunis Indonesia sebagai otak di belakang kejadian ini dan bermaksud
menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti ideologi nasional menjadi
berdasarkan paham sosialis-komunis. Tuduhan ini sekaligus dijadikan alasan untuk
menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden Soekarno.

Hatta, Sukarno, dan Sjahrir, tiga pendiri Indonesia.

Jenderal Soeharto menjadi presiden pada tahun 1967 dengan alasan untuk
mengamankan negara dari ancaman komunisme. Sementara itu kondisi fisik
Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga
Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak
lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke
tanah air, dan akhirnya dicabut kewarganegaraannya. Tiga puluh dua tahun masa
kekuasaan Soeharto dinamakan Orde Baru, sementara masa pemerintahan
Soekarno disebut Orde Lama.

Soeharto menerapkan ekonomi neoliberal dan berhasil mendatangkan investasi


luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan
ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal rezim Orde Baru kebijakan
ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi
Universitas California, Berkeley, yang dipanggil "Mafia Berkeley".[23] Namun,
Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah
aksi demonstrasi besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada
tahun 1998.

Dari 1998 hingga 2001, Indonesia mempunyai tiga presiden: Bacharuddin Jusuf
(BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri. Pada tahun 2004
pemilu satu hari terbesar di dunia[24] diadakan dan dimenangkan oleh Susilo
Bambang Yudhoyono.

Indonesia kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan pertikaian


bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk
mendapatkan kemerdekaan, terutama Papua. Timor Timur akhirnya resmi
memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia dan 3
tahun di bawah administrasi PBB menjadi negara Timor Leste.

Pada Desember 2004 dan Maret 2005, Aceh dan Nias dilanda dua gempa bumi
besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi Samudra
Hindia 2004 dan Gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini disusul oleh gempa
bumi di Yogyakarta dan tsunami yang menghantam Pantai Pangandaran dan
sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang tidak kunjung
terpecahkan.

Politik dan pemerintahan


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Politik Indonesia

Gedung MPR-DPR

Istana Negara, bagian dari Istana Kepresidenan Jakarta.

Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai yang


demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di
Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan
yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR).

MPR pernah menjadi lembaga tertinggi negara unikameral, namun setelah


amandemen ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi, dan komposisi
keanggotaannya juga berubah. MPR setelah amandemen UUD 1945, yaitu sejak
2004 menjelma menjadi lembaga bikameral yang terdiri dari 560 anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) yang merupakan wakil rakyat melalui Partai Politik,
ditambah dengan 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang merupakan
wakil provinsi dari jalur independen.[25] Anggota DPR dan DPD dipilih melalui
pemilu dan dilantik untuk masa jabatan lima tahun. Sebelumnya, anggota MPR
adalah seluruh anggota DPR ditambah utusan golongan dan TNI/Polri. MPR saat
ini diketuai oleh Taufiq Kiemas. DPR saat ini diketuai oleh Marzuki Alie,
sedangkan DPD saat ini diketuai oleh Irman Gusman.

Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinet di
Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri bertanggung jawab
kepada presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di parlemen. Meskipun
demikian, Presiden saat ini yakni Susilo Bambang Yudhoyono yang diusung oleh
Partai Demokrat juga menunjuk sejumlah pemimpin Partai Politik untuk duduk di
kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya
posisi lembaga legislatif di Indonesia. Namun pos-pos penting dan strategis
umumnya diisi oleh menteri tanpa portofolio partai (berasal dari seseorang yang
dianggap ahli dalam bidangnya).

Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD 1945
dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi,
termasuk pengaturan administrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan.

Pembagian administratif
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Provinsi Indonesia
Aceh
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Riau
Kep.
Riau
Kep. Bangka
Belitung
Jambi
Sumatera
Selatan
Bengkulu
Lampung
Banten
DKI Jakarta
Jawa
Barat
Jawa
Tengah
DI Yogyakarta
Jawa
Timur
Bali
Nusa Tenggara
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Timur
Kalimantan
Selatan
Sulawesi
Utara
Maluku
Utara
Sulawesi
Tengah
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Maluku
Papua
Barat
Papua

Indonesia saat ini terdiri dari 33 provinsi, lima di antaranya memiliki status yang
berbeda. Provinsi dibagi menjadi 399 kabupaten dan 98 kota yang dibagi lagi
menjadi kecamatan dan lagi menjadi kelurahan, desa, gampong, kampung, nagari,
pekon, atau istilah lain yang diakomodasi oleh Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tiap provinsi memiliki
DPRD Provinsi dan gubernur; sementara kabupaten memiliki DPRD Kabupaten
dan bupati; kemudian kota memiliki DPRD Kota dan walikota; semuanya dipilih
langsung oleh rakyat melalui Pemilu dan Pilkada. Bagaimanapun di Jakarta tidak
terdapat DPR Kabupaten atau Kota, karena Kabupaten Administrasi dan Kota
Administrasi di Jakarta bukanlah daerah otonom.

Provinsi Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua Barat, dan Papua memiliki hak
istimewa legislatur yang lebih besar dan tingkat otonomi yang lebih tinggi
dibandingkan provinsi lainnya. Contohnya, Aceh berhak membentuk sistem legal
sendiri; pada tahun 2003, Aceh mulai menetapkan hukum Syariah.[26] Yogyakarta
mendapatkan status Daerah Istimewa sebagai pengakuan terhadap peran penting
Yogyakarta dalam mendukung Indonesia selama Revolusi.[27] Provinsi Papua,
sebelumnya disebut Irian Jaya, mendapat status otonomi khusus tahun 2001.[28] DKI
Jakarta, adalah daerah khusus ibukota negara. Timor Portugis digabungkan ke
dalam wilayah Indonesia dan menjadi provinsi Timor Timur pada 1979–1999, yang
kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi Negara Timor Leste.[29]

Provinsi di Indonesia dan ibukotanya


Sumatera Kalimantan

• Aceh - Banda Aceh • Kalimantan Barat - Pontianak


• Sumatera Utara - Medan • Kalimantan Tengah - Palangka
• Sumatera Barat - Padang Raya
• Riau - Pekanbaru • Kalimantan Selatan - Banjarmasin
• Kepulauan Riau - Tanjung • Kalimantan Timur - Samarinda
Pinang
• Jambi - Jambi Sulawesi
• Sumatera Selatan - Palembang
• Kepulauan Bangka Belitung - • Sulawesi Utara - Manado
Pangkal Pinang • Gorontalo - Gorontalo
• Bengkulu - Bengkulu • Sulawesi Tengah - Palu
• Lampung - Bandar Lampung • Sulawesi Barat - Mamuju
• Sulawesi Selatan - Makassar
Jawa • Sulawesi Tenggara - Kendari

• Daerah Khusus Ibukota Jakarta Kepulauan Maluku


• Banten - Serang
• Jawa Barat - Bandung • Maluku - Ambon
• Jawa Tengah - Semarang • Maluku Utara - Sofifi
• Daerah Istimewa Yogyakarta -
Yogyakarta Papua bagian barat
• Jawa Timur - Surabaya
• Papua Barat - Manokwari
Kepulauan Sunda Kecil
• Papua - Jayapura
• Bali - Denpasar
• Nusa Tenggara Barat - Mataram

• Nusa Tenggara Timur - Kupang

Geografi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Geografi Indonesia

Lihat pula: Peta Asia dan Jumlah pulau di Indonesia


Peta garis kepulauan Indonesia, Deposit oleh Republik Indonesia pada daftar titik-
titik koordinat geografis berdasarkan pasal 47, ayat 9, dari Konvensi PBB tentang
Hukum Laut.[30][31]

Sebuah air terjun, di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Lumbang,


Probolinggo, Jawa Timur.

Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara[32] yang memiliki 17.504 pulau
besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni[33], yang menyebar
disekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak
pada koordinat 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BB - 141°45'BT serta terletak di
antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania.

Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas
perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa,
dimana setengah populasi Indonesia bermukim. Indonesia terdiri dari 5 pulau
besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatera dengan luas 473.606 km²,
Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan Papua
dengan luas 421.981 km². Batas wilayah Indonesia diukur dari kepulauan dengan
menggunakan territorial laut: 12 mil laut serta zona ekonomi eksklusif: 200 mil
laut,[34] searah penjuru mata angin, yaitu:

Negara Malaysia dengan perbatasan sepanjang 1.782 km[33], Singapura,


Utara
Filipina, dan Laut Cina Selatan
Selatan Negara Australia, Timor Leste, dan Samudra Indonesia
Barat Samudra Indonesia
Negara Papua Nugini dengan perbatasan sepanjang 820 km[33], Timor Leste,
Timur
dan Samudra Pasifik

Sumber daya alam

Sumber daya alam Indonesia berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel, kayu,
bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian lahan terdiri
dari tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput
sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14%
dengan lahan irigasi seluas 45.970 km[35]

Pendidikan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pendidikan di Indonesia

Sesuai dengan konstitusi yang berlaku, yaitu berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat 4
dan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
bahwa pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah mesti mengalokasikan
anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD diluar gaji
pendidik dan biaya kedinasan. Namun pada tahun 2007 alokasi yang disediakan
tersebut baru sekitar 17.2 %, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara
Malaysia, Thailand dan Filipina yang telah mengalokasikan anggaran untuk
pendidikan lebih dari 28 %[36].

Ekonomi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ekonomi Indonesia

Peta yang menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto per kapita provinsi-
provinsi Indonesia pada tahun 2008 atas harga berlaku. PDRB per kapita provinsi
Kalimantan Timur mencapai Rp.100 juta manakala PDRB per kapita Maluku,
Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur kurang dari Rp.5 juta.
██ Lebih dari Rp.100 juta ██ Rp.50 juta ██ Rp.20 juta ++ - Rp.30 juta ██ Rp.10
++ - Rp.100 juta ██ Rp.40 juta ++ - juta ++ - Rp.20 juta ██ Rp.5 juta ++ -
Rp.50 juta ██ Rp.30 juta ++ - Rp.40 juta Rp.10 juta ██ Kurang dari Rp.5 juta
Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya Oeang
Repoeblik Indonesia (ORI) yang menjadi mata uang pertama Republik Indonesia,
yang selanjutnya berganti menjadi Rupiah.

Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi


sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme
ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke
dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal
tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan
pada ekonomi negara.[37]

Uang rupiah.

Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan


menekan inflasi, menstabilkan mata uang, penjadualan ulang hutang luar negeri,
dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing.[37] Pada era tahun 1970-an
harga minyak bumi yang meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan
memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara
tahun 1968 sampai 1981.[37] Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun
1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah
yang terkendali,[37] selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya
pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997[38]
Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis
ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu,[39] yang disertai pula
berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto tanggal
21 Mei 1998.
Gedung pusat Bank Indonesia.

Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun
2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut.[40] Namun
demikian, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi
tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.[41][42] Perkiraan tahun 2006, sebanyak
17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0%
masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.[43]

Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk
minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas
alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi
pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh,
kopi, rempah-rempah, dan karet.[44] Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB,
yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang
40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%.[45] Meskipun demikian, sektor
pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya,
yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%,
dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.[46]

Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, dan


negara-negara jirannya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.

Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi
masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan oleh
korupsi yang merajalela dalam pemerintahan. Lembaga Transparency
International menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara
dalam Indeks Persepsi Korupsi, yang dikeluarkannya pada tahun 2007.[47]
Peringkat internasional
Organisasi Nama Survey Peringkat
Heritage Foundation/The Wall Street 110 dari
Indeks Kebebasan Ekonomi
Journal 157[48]
The Economist Indeks Kualitas Hidup 71 dari 111[49]
103 dari
Reporters Without Borders Indeks Kebebasan Pers
168[50]
143 dari
Transparency International Indeks Persepsi Korupsi
179[51]
United Nations Development Indeks Pembangunan 108 dari
Programme Manusia 177[52]
Forum Ekonomi Dunia Laporan Daya Saing Global 51 dari 122[53]

Demografi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Demografi Indonesia

Kepadatan penduduk Indonesia menurut Sensus 2010

Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta,[54]
dan diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta.[6] 130 juta (lebih dari
50%) tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak
sekaligus pulau dimana ibukota Jakarta berada.[55] Sebagian besar (95%) penduduk
Indonesia adalah Bangsa Austronesia, dan terdapat juga kelompok-kelompok suku
Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak
penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku
yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa,
Sunda, Madura, Batak, dan Minangkabau.

Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas di antaranya
adalah etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama datang ke Nusantara
melalui perdagangan sejak abad ke 8 M dan menetap menjadi bagian dari
Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 4 juta populasi etnis Tionghoa.[56] Angka
ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930 dan 2000 pemerintah melakukan
sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa
dan keturunannya.
Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk
Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak
di dunia.[44] Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%),
Buddha (0,8%), dan lain-lain (0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah
Indonesia juga secara resmi mengakui Konghucu.[57]

Kebanyakan penduduk Indonesia bertutur dalam bahasa daerah sebagai bahasa


ibu, namun bahasa resmi negara, yaitu bahasa Indonesia, diajarkan di seluruh
sekolah-sekolah di negara ini dan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk
Indonesia.

l•b•s Kota-kota besar di Indonesia


Kota Provinsi Populasi Kota Provinsi Populasi
DKI 9.588.19 Jawa 1.751.69
1 Jakarta 7 Depok
Jakarta 8 Barat 6
Jawa 2.765.90 Jawa 1.553.77
2 Surabaya 8 Semarang
Timur 8 Tengah 8
Jawa 2.417.58 Sumater 1.452.84
3 Bandung 9 Palembang
Barat 4 a Selatan 0
Jawa 2.336.48 Sulawesi 1.339.37
4 Bekasi 10 Makassar
Barat 9 Selatan 4
Sumater 2.109.33 Indonesia Tangerang 1.303.56
5 Medan 11 Banten
a Utara 9 Selatan 9
1.797.71 Jawa
6 Tangerang Banten 12 Bogor 952.406
5 Barat

Kebudayaan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Budaya Indonesia

Pertunjukan

Wayang kulit warisan budaya Jawa.

Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya
yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab,
Cina, Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Contohnya tarian
Jawa dan Bali tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti
wayang kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu
Ramayana dan Baratayuda. Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam.
Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatera seperti tari Ratéb
Meuseukat dan tari Seudati dari Aceh.

Seni pantun, gurindam, dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun
Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara
tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-lain.

Busana
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar busana daerah Indonesia

Seorang gadis Palembang tengah mengenakan Songket, salah satu busana


tradisional Indonesia.

Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan
batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri batik meliputi Yogyakarta,
Surakarta, Cirebon, Pandeglang, Garut, Tasikmalaya dan juga Pekalongan.
Kerajinan batik ini pun diklaim oleh negara lain dengan industri batiknya.[58]
Busana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali dari
ciri-cirinya yang dikenakan di setiap daerah antara lain baju kurung dengan
songketnya dari Sumatera Barat (Minangkabau), kain ulos dari Sumatra Utara
(Batak), busana kebaya, busana khas Dayak di Kalimantan, baju bodo dari
Sulawesi Selatan, busana berkoteka dari Papua dan sebagainya.
Arsitektur
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Arsitektur Indonesia

Lukisan Candi Prambanan yang berasal dari masa pemerintahan Raffles.

Arsitektur Indonesia mencerminkan keanekaragaman budaya, sejarah, dan


geografi yang membentuk Indonesia seutuhnya. Kaum penyerang, penjajah,
penyebar agama, pedagang, dan saudagar membawa perubahan budaya dengan
memberi dampak pada gaya dan teknik bangunan. Tradisionalnya, pengaruh
arsitektur asing yang paling kuat adalah dari India. Tetapi, Cina, Arab, dan sejak
abad ke-19 pengaruh Eropa menjadi cukup dominan.

Ciri khas arsitektur Indonesia kuno masih dapat dilihat melalui rumah-rumah adat
dan/atau istana-istana kerajaan dari tiap-tiap provinsi. Taman Mini Indonesia
Indah, salah satu objek wisata di Jakarta yang menjadi miniatur Indonesia,
menampilkan keanekaragaman arsitektur Indonesia itu. Beberapa bangunan khas
Indonesia misalnya Rumah Gadang, Monumen Nasional, dan Bangunan Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan di Institut Teknologi Bandung.

Olahraga
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Olahraga Indonesia
Maria Kristin Yulianti (merah), peraih medali perunggu pada Olimpiade Beijing
2008.

Olahraga yang paling populer di Indonesia adalah bulu tangkis dan sepak bola;
Liga Super Indonesia adalah liga klub sepak bola utama di Indonesia. Olahraga
tradisional termasuk sepak takraw dan karapan sapi di Madura. Di wilayah dengan
sejarah perang antar suku, kontes pertarungan diadakan, seperti caci di Flores, dan
pasola di Sumba. Pencak silat adalah seni bela diri yang unik yang berasal dari
wilayah Indonesia. Seni bela diri ini kadang-kadang ditampilkan pada acara-acara
pertunjukkan yang biasanya diikuti dengan musik tradisional Indonesia berupa
gamelan dan seni musik tradisional lainnya sesuai dengan daerah asalnya. Olahraga
di Indonesia biasanya berorientasi pada pria dan olahraga spektator sering
berhubungan dengan judi yang ilegal di Indonesia.[59]

Di ajang kompetisi multi cabang, prestasi atlet-atlet Indonesia tidak terlalu


mengesankan. Di Olimpiade, prestasi terbaik Indonesia diraih pada saat Olimpiade
1992, dimana Indonesia menduduki peringkat 24 dengan meraih 2 emas 2 perak
dan 1 perunggu. Pada era 1960 hingga 2000, Indonesia merajai bulu tangkis. Atlet-
atlet putra Indonesia seperti Rudi Hartono, Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Alan
Budikusuma, Ricky Subagja, dan Rexy Mainaky merajai kejuaraan-kejuaraan
dunia. Rudi Hartono yang dianggap sebagai maestro bulu tangkis dunia, menjadi
juara All England terbanyak sepanjang sejarah. Selain bulu tangkis, atlet-atlet tinju
Indonesia juga mampu meraih gelar juara dunia, seperti Elyas Pical, Nico
Thomas[60], dan Chris John.[61]

Seni musik
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Musik Indonesia

Seni musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak


terbentang dari Sabang hingga Merauke. Setiap provinsi di Indonesia memiliki
musik tradisional dengan ciri khasnya tersendiri. Musik tradisional termasuk juga
keroncong yang berasal dari keturunan Portugis di daerah Tugu, Jakarta,[62] yang
dikenal oleh semua rakyat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Ada juga
musik yang merakyat di Indonesia yang dikenal dengan nama dangdut yaitu musik
beraliran Melayu modern yang dipengaruhi oleh musik India sehingga musik
dangdut ini sangat berbeda dengan musik tradisional Melayu yang sebenarnya,
seperti musik Melayu Deli, Melayu Riau, dan sebagainya.

Seperangkat gamelan
Alat musik tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak
ragam dari pelbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula dari alat musik
tradisional Indonesia 'dicuri' oleh negara lain[63] untuk kepentingan penambahan
budaya dan seni musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta seni budaya dari
Indonesia. Alat musik tradisional Indonesia antara lain meliputi:

• Angklung • Gondang • Kenong • Serunai


• Bende Batak • Kulintang • Seurune Kale
• Calung • Gong • Rebab • Suling
• Dermenan Kemada • Rebana Lembang
• Gamelan • Gong • Saluang • Sulim Batak
• Gandang Lambus • Saron • Suling Sunda
Tabuik • Jidor • Talempong
• Kecapi • Sasando • Tanggetong
• Gendang Bali Suling
• Kulcapi • Tifa, dan
Batak sebagainya

• Kendang
Jawa

Boga
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Masakan Indonesia

Beberapa makanan Indonesia: soto ayam, sate kerang, telor pindang, perkedel dan
es teh manis.

Masakan Indonesia bervariasi bergantung pada wilayahnya.[64] Nasi adalah


makanan pokok dan dihidangkan dengan lauk daging dan sayur. Bumbu (terutama
cabai), santan, ikan, dan ayam adalah bahan yang penting.[65]

Sepanjang sejarah, Indonesia telah menjadi tempat perdagangan antara dua benua.
Ini menyebabkan terbawanya banyak bumbu, bahan makanan dan teknik
memasak dari bangsa Melayu sendiri, India, Timur tengah, Tionghoa, dan Eropa.
Semua ini bercampur dengan ciri khas makanan Indonesia tradisional,
menghasilkan banyak keanekaragaman yang tidak ditemukan di daerah lain.
Bahkan bangsa Spanyol dan Portugis, telah mendahului bangsa Belanda dengan
membawa banyak produk dari dunia baru ke Indonesia.
Penganan kecil semisal kue-kue banyak dijual di pasar tradisional. Kue-kue
tersebut biasanya berbahan dasar beras, ketan, ubi kayu, ubi jalar, terigu, atau
sagu. Nasi rames yang berisi nasi beserta lauk atau sayur pilihan dijual di tempat-
tempat umum, seperti stasiun kereta api, pasar, dan terminal bus. Di Daerah
Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya dikenal nasi kucing sebagai nasi rames yang
berukuran sangat minimalis dengan harga murah, nasi kucing sering dijual di atas
angkringan, sejenis warung kaki lima.

Terdapat pula aneka makanan yang dijual oleh para pedagang keliling
menggunakan gerobak atau tanggungan. Pedagang keliling ini menyajikan mie
ayam, mi bakso, soto, siomay, roti burger, nasi goreng, nasi uduk, dan lain-lain.

Perfilman
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perfilman Indonesia

Poster film Tjoet Nja' Dhien (1988), film tentang pahlawan nasional Indonesia asal
Aceh.

Film pertama yang diproduksi pertama kalinya di nusantara adalah film bisu tahun
1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G.
Kruger dan L. Heuveldorp pada zaman Hindia Belanda. Film ini dibuat dengan
aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama
kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung.
Setelah itu, lebih dari 2.200 film diproduksi. Di masa awal kemerdekaan, sineas-
sineas Indonesia belum banyak bermunculan. Diantara sineas yang ada, Usmar
Ismail merupakan salah satu sutradara paling produktif, dengan film pertamanya
Harta Karun (1949). Namun kemudian film pertama yang secara resmi diakui
sebagai film pertama Indonesia sebagai negara berkedaulatan adalah film Darah
dan Doa (1950) yang disutradarai Usmar Ismail. Dekade 1970 hingga 2000-an,
Arizal muncul sebagai sutradara film paling produktif. Tak kurang dari 52 buah
film dan 8 judul sinetron dengan 1.196 episode telah dihasilkannya.

Popularitas industri film Indonesia memuncak pada tahun 1980-an dan


mendominasi bioskop di Indonesia,[66] meskipun kepopulerannya berkurang pada
1990-an. Antara tahun 2000 hingga 2005, jumlah film Indonesia yang dirilis setiap
tahun meningkat.[66] Film Laskar Pelangi (2008) yang diangkat dari novel karya
Andrea Hirata menjadi film dengan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah
perfilman Indonesia saat ini.

Kesusastraan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sastra Indonesia

Bukti tulisan tertua di Indonesia adalah berbagai prasasti berbahasa Sanskerta


pada abad ke-5 Masehi. Figur penting dalam sastra modern Indonesia termasuk:
pengarang Belanda Multatuli yang mengkritik perlakuan Belanda terhadap
Indonesia selama zaman penjajahan Belanda; Muhammad Yamin dan Hamka yang
merupakan penulis dan politikus pra-kemerdekaan;[67] dan Pramoedya Ananta
Toer, pembuat novel Indonesia yang paling terkenal.[68] Selain novel, sastra tulis
Indonesia juga berupa puisi, pantun, dan sajak. Chairil Anwar merupakan penulis
puisi Indonesia yang paling ternama. Banyak orang Indonesia memiliki tradisi lisan
yang kuat, yang membantu mendefinisikan dan memelihara identitas budaya
mereka.[69] Kebebasan pers di Indonesia meningkat setelah berakhirnya kekuasaan
Presiden Soeharto. Stasiun televisi termasuk sepuluh stasiun televisi swasta
nasional, dan jaringan daerah yang bersaing dengan stasiun televisi negeri TVRI.
Stasiun radio swasta menyiarkan berita mereka dan program penyiaran asing.
Dilaporkan terdapat 20 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2007.[70]
Penggunaan internet terbatas pada minoritas populasi, diperkirakan sekitar 8.5%

Lingkungan hidup

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Flora Indonesia dan Fauna Indonesia

Rafflesia arnoldii bunga terbesar di dunia, diameternya mencapai 1,3 meter.


Komodo, hewan reptil langka khas dari Nusa Tenggara.

Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi sehingga


oleh beberapa pihak wilayah ekologi Indonesia disebut dengan istilah "Mega
biodiversity" atau "keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi"[71][72] umumnya
dikenal sebagai Indomalaya atau Malesia bedasarkan penelitian bahwa 10 persen
tumbuhan, 12 persen mamalia, 16 persen reptil, 17 persen burung, 25 persen ikan
yang ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3 % dari luas
Bumi. Kekayaan makhluk hidup Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah
Brasil dan Republik Demokratik Kongo. [73]

Danau Toba, danau terbesar di Indonesia.

Meskipun demikian, Guinness World Records pada 2008 pernah mencatat rekor
Indonesia sebagai negara yang paling kencang laju kerusakan hutannya di dunia.
Setiap tahun Indonesia kehilangan hutan seluas 1,8 juta hektar. Kerusakan yang
terjadi di daerah hulu (hutan) juga turut merusak kawasan di daerah hilir (pesisir).
[74]
Menurut catatan Down The Earth, proyek Asian Development Bank (ADB) di
sektor kelautan Indonesia telah memicu terjadinya alih fungsi secara besar-besaran
hutan bakau menjadi kawasan pertambakan. Padahal hutan bakau, selain
berfungsi melindungi pantai dari abrasi, merupakan habitat yang baik bagi
berbagai jenis ikan. Kehancuran hutan bakau tersebut mengakibatkan nelayan
harus mencari ikan dengan jarak semakin jauh dan menambah biaya operasional
mereka dalam mencari ikan. Selain itu, hancurnya hutan bakau juga
mengakibatkan semakin rentannya kawasan pesisir Indonesia terhadap terjangan
air pasang laut dan banjir, terlebih di musim hujan.[75]

You might also like