Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Permasalahan umum
B. Sikap yang dapat diambil
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendakNya sajalah makalah agama ini dapat penulis selesaikan. Penulis juga
berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah agama “Pentingnya Pekerjaan Anda di Mata Tuhan”ini. Terkhusus penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Kadarmanto STh. Sebagai dosen pembimbing
mata kuliah Agama Kristen yang telah membimbing penulis selama menjalani
pendidikan di BDK-Malang selama ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis masih mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan terjawab oleh pembahasan dalam bab
selanjutnya berdasarkan latar belakang diatas ialah:
1. Apa sebenarnya keistimewaan pekerjaan saya bagi Tuhan?.
2. Sikap seperti apa yang Tuhan ingin saya lakukan dalam bekerja?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui tujuan kita dalam bekerja.
2. Mengetahui sikap kristiani yang baik dalam bekerja.
3. Mengetahui cara mengaplikasikan kehidupan dan tanggung jawab Kristiani
dalam kehidupan pekerjaan orang Kristen.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Permasalahan umum
Orang Kristen dianjurkan untuk memulai harinya bersama Tuhan dan
menegaskan kembali tujuan dan misinya dalam bekerja. Namun, kedisiplinan untuk
melakukan anjuran itu sangat mudah sekali dilindas oleh semangat dan kesibukan dalam
bekerja. Kedisiplinan itu memang penting, tapi itu saja tidak cukup untuk membuat kita
sadar bahwa pekerjaan yang kita lakukan, demikian halnya dengan sikap kita saat
bekerja, benar-benar berarti bagi Tuhan. Jika saya dapat memahami tujuan Tuhan dalam
pekerjaan saya, sejauh manakah saya dapat memahaminya? Dengan segala aspeknya,
pekerjaan dapat membuat kita sangat sibuk saat jam kerja (dan jam di luar jam kerja)
sehingga kita melupakan rencana indah di balik posisi yang Tuhan berikan kepada kita
sekarang ini. Malahan, banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa ada rencana di balik
semua hal yang kita lakukan.
Ada banyak orang (termasuk orang Kristen) yang akan membuat Anda bosan
selama berjam-jam saat mereka menceritakan segala rincian tentang apa yang istimewa
dari pekerjaan mereka. Mereka bisa dengan kesungguhan menjawab pertanyaan, "Apa
istimewanya pekerjaan saya?". Sisi negatifnya, jenis pembicaraan seperti ini
menyingkapkan keistimewaan diri, kekuasaan, status profesional, permainan kekuasaan,
dan sebagainya. Sedangkan sisi positifnya, semua orang perlu memiliki pemikiran bahwa
pekerjaan mereka berarti dan berperan dalam kebutuhan mereka dan dalam masyarakat.
Walaupun kenyataannya ada orang-orang yang tidak suka membicarakan pekerjaan
mereka. Kita mencari jawaban untuk pertanyaan yang sedikit berbeda, yaitu "Apa
istimewanya pekerjaan saya bagi Tuhan?"
B.Sikap yang dapat diambil
Menjadi saksi
Amanat Agung meliputi perintah untuk mengajar semua bangsa "segala sesuatu"
yang diperintahkan Yesus -- dan Ia mengajarkan banyak hal tentang sikap dalam bekerja!
Sikap Yesus terhadap pekerjaan kita adalah kunci mengapa pekerjaan kita penting dan
yang akan menghancurkan pemikiran kita bahwa iman dan pekerjaan itu harus
dipisahkan. Mungkin tempat kerja kita adalah satu-satunya tempat di mana rekan kerja
kita bisa mengenal kekristenan. Tapi apakah itu berarti kita harus memprioritaskan
penginjilan di tempat kerja kita? Jika memang demikian, pekerjaan yang kita lakukan
sekarang akan menjadi pekerjaan sambilan yang tidak terlalu penting. Mungkin
kemudian kita menganggap pekerjaan kita "hanyalah sebuah pekerjaan" dan sebuah
sarana untuk mencapai tujuan akhir. Dengan sikap seperti itu, kita tidak akan memuliakan
Tuhan melalui performa dan sikap kita dalam bekerja. Pekerjaan kita kemudian akan
tidak sesuai dengan beberapa aturan standar yang ada di Alkitab. Efesus, misalnya,
mendorong murid untuk "... dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang
yang melayani Tuhan dan bukan manusia. Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba,
maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima
balasannya dari Tuhan" (Ef. 6:7-8). Ayat tersebut jelas-jelas menyatakan bahwa Tuhan
mengharapkan sebuah pekerjaan yang dikerjakan dengan sangat baik karena dari situlah
kesaksian yang efektif akan muncul. Kombinasi pekerjaan yang seperti itulah yang Ia
inginkan. Kekristenan akan bekerja saat kita menjadi teladan yang hidup.
Terkadang sulit untuk kita pahami bagaimana Tuhan membentuk hidup kita
ketika atasan kita selalu dipuji atau selalu dapat menghadapi konflik dalam semua
hubungan kerjanya, atau ketika rekan kerja kita bersikap sinis terhadap agama kita.
Pengalaman seperti itu nampaknya bukanlah suatu pembentukan yang positif. Namun,
bagi kebanyakan orang, tempat di mana kita bekerja dan menghabiskan sebagian besar
hidup, berperan penting bagi perkembangan iman kita kepada Tuhan. Dan setiap kita
telah dibentuk dengan cara yang berbeda. Terkadang, semakin buruk situasi kerja kita,
semakin teguh kita memegang iman kita. Tuhan tidak selalu mengubahkan pekerjaan,
tapi Ia mengubah pekerja-Nya. Paulus mengaitkan proses ilahi itu dalam frasa "kita
adalah ciptaan Tuhan" (Ef.2:10) -- secara harafiah, ini berarti kita adalah hasil karya-Nya
yang hidup, dengan segala keterampilan dan keunikan yang terpancar darinya. Melalui
proses "berjalan dalam Roh" (Gal. 5:25), kita telah menjadi seperti itu.
Menyaksikan kasih Tuhan memang berkaitan dengan peran khusus kita sebagai
saksi, lebih spesifik dengan sikap kita dalam pekerjaan. Kini kita berada dalam bagian
yang sulit. Perilaku kerja orang Kristen banyak yang tidak menunjukkan keilahian Tuhan.
Beberapa orang Kristen cenderung dikarakterisasi oleh kekakuan, kearoganan, kepicikan,
dan mulut besar mereka daripada keilahian Tuhan. Kelemahan gereja yang paling besar
adalah kehidupan jemaatnya yang tidak mencerminkan Kristus. C.H. Spurgeon pernah
menyatakan, "Jika pengetahuan teologi Anda tidak bisa mengubah Anda, maka nasib
Anda juga tidak bisa berubah." Ketika ditanya tentang perintah Allah yang terbesar,
Yesus menjawab, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." ... Dan yang kedua adalah:
"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat. 22:37,39). Hal tersebut
adalah sebuah mandat yang menantang -- mengasihi Tuhan, sesama, dan diri kita sendiri.
William Tyndale mengatakan beberapa abad yang lalu,"Tidak ada pekerjaan yang
lebih baik dalam menyukakan Tuhan; menuangkan air, mencuci piring, menjadi tukang
sepatu, atau rasul, semuanya sama; mencuci piring dan berkhotbah adalah sama,
semuanya untuk menyenangkan Tuhan."
Untuk memuliakan Tuhan
Dalam hal yang penting ini, kita menghadapi tantangan besar. Dalam pekerjaan,
kita dituntut untuk memimpin orang-orang yang berinteraksi dengan kita untuk bersyukur
dan memuliakan-Nya. Mungkin Anda bertanya, untuk apa? Untuk mereka melihat
Kristus dalam diri kita; untuk mereka melihat perbedaan yang disebabkan oleh Roh
dalam hidup kita, untuk mereka melihat perbuatan kita yang menyatakan kasih Kristus;
untuk mereka melihat penyataan iman kita; untuk mereka melihat integritas kita, untuk
mereka melihat kepedulian kita terhadap orang lain, dsb.. Kalimat "supaya kami, yang
sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi
kemuliaan-Nya" (Ef. 1:12) menyiratkan hal itu, bahkan lebih.
Sangat mudah untuk menyerah dan mengatakan bahwa panggilan ini adalah
mustahil karena beberapa alasan. “Saya bekerja dengan orang-orang yang tidak mengenal
atau memuji Tuhan"; "tidak ada seorang pun di sini yang berpikiran seperti itu -- jika
saya seorang yang baik, mereka tidak akan tahu kepada siapa mereka harus berterima
kasih (itupun jika mereka terpikir untuk berterima kasih)”. Semua tanggapan ini
mengarah kepada satu jawaban yang masuk akal. Saya harus hidup sebagai pengikut
Kristus dan berbicara tentang-Nya. Bagaimana lagi orang Kristen harus bersikap? Orang
Kristen terpanggil untuk menjadi lebih dari sekadar "orang yang baik". Hal itu
menghadirkan masalah untuk beberapa orang Kristen. Mereka berpendapat, lebih baik
bertindak daripada berbicara. Sebenarnya, keduanya penting. Kebanyakan dari kita
tinggal dalam dunia yang maju, di tengah masyarakat yang mungkin post-Kristen.
Banyak orang yang lupa akan arti mengikut Kristus. Menurut mereka, menjadi orang
Kristen bukanlah menjadi sesuatu yang berbeda, sama saja. Orang lain membutuhkan
penjelasan mengapa kita melakukan hal tertentu, dan kita harus menjelaskannya kepada
mereka.
Namun begitu, ada aspek lain yang juga penting dalam memuliakan Tuhan.
Dalam Alkitab, pekerjaan dan penyembahan sangat berkaitan. Bahkan, kata "bekerja"
dalam bahasa Ibrani terkadang diartikan sebagai `penyembahan`. Ketika seorang Kristen
bekerja, dia juga sedang menyembah. Apakah Anda sudah melakukannya setiap hari?
Cara kerja dan cara menyikapi pekerjaan yang buruk akan mengarah kepada
penyembahan yang berkualitas buruk pula -- atau tidak menyembah sama sekali. Jika itu
terjadi, kemuliaan Allah sedang dirampok sebanyak dua laki lipat -- karena kita tidak
mendorong orang lain untuk memuliakan-Nya karena kita sendiri pun tidak memuliakan-
Nya.
Aksi:
Kita telah membahas empat cara agar pekerjaan kita bisa memuliakan Tuhan.
Periksa dan nilailah pekerjaan Anda sekarang berdasar empat prinsip ini.
Berdoalah agar Anda mampu bersikap jujur dan objektif. Kita semua perlu belajar
banyak dan mencoba menerapkannya dengan lebih baik. Bagaimana Anda
menjawab pertanyaan, "Apa pentingnya pekerjaanku bagi Tuhan?"
BAB III
KESIMPULAN
Ada beberapa hal yang mungkin perlu untuk kita jadikan sebuah tantangan dan
renungan dalam hidup serta pekerjaan kita sehari-hari :
1. Tentukan apa yang menurut Anda istimewa bagi Tuhan mengenai peran Anda
dalam pekerjaan Anda saat ini. Sangat penting untuk menentukan sikap itu
sekarang karena sikap inilah yang akan mempengaruhi hidup Anda selanjutnya.
2. Selama beberapa tahun terakhir ini, apakah pekerjaan Anda lebih memberi
pengaruh kepada diri Anda daripada Tuhan? Atau apakah Anda merasa bahwa
Tuhan ikut bekerja sehingga Anda mampu mengatasi beragam sikap yang ada
dalam lingkungan kerja Anda?
3. Bagaimana Anda mengaitkan pekerjaan Anda yang sekarang ini sebagai
"penyembahan"? Bandingkan dengan bagaimana Anda mempersiapkan dan
keterlibatan Anda dalam penyembahan, dampaknya terhadap Anda, sikap Anda
saat menyembah, seberapa fokus Anda, dsb..
4. Bagaimana Anda bisa lebih memuliakan Tuhan melalui pekerjaan Anda? Atau
apakah yang harus Anda mulai ubah agar Anda dapat lebih memuliakan-Nya?
Satu kesimpulan yang bisa diambil oleh seorang Kristen dari bahasan di atas
adalah: "Saya bekerja untuk Tuhan". Bisakah Anda mengatakan kalimat itu?
Semoga Tuhan Memberkati!!
BAB IV