You are on page 1of 200

Dalam Perkara Nomor: 04/PID.B/TPK/2009/PN.

JKT PST

Penulis :
Ir. Mohammad Iqbal
Dr. Maqdir Ismail SH. & Partners

Ilustrasi Sampul : Irfanie Hikma Ihsani


Kontributor : Buroqi T. Siregar & Rangga Praduwiratna
Editor / Layout : Edy Surya & Erni Susiana
Penerbit : @ IQBALINDO, 2009
Situs dokumen : www.geocities.com/iqbal_kppu/doc_list.htm
“Lily ybk. Hendaklah diingat abang sekarang tidak lagi berfungsi sebagai
Advokat; sedangkan sebagai Wantimpres tidak layak/etis membuat surat
jaminan. Maka buat saja nama abang sbg tokoh masyarakat.
Abang tidak mau lagi terjadi peristiwa spt kasus Pak jendral Darsono,
mantan Panglima Siliwangi, dimana teman2 seperjuangan kita yg punya
kedudukan di DPR atau Lembaga lainnya semuanya takut
menandatangani permohonan tahanan luar utk Pak Ton. Sungguh tragis.
Abang.”

SMS di atas adalah dari Adnan Buyung Nasution SH kepada


Andralilianti, istri Mohammad Iqbal, saat beliau dimohon untuk
membuat Surat Jaminan Tahanan Kota terhadap Mohammad Iqbal.

“Kenapa Surat Perintah Penyelidikan No. Sprin.Lid-62/01/VI/2008 tanggal


20 Juni 2008 dan Surat Perintah Penyadapan No. Sprin.Dap-
70A/01/22/VI/2008 tanggal 20 Juni 2008 yang digunakan sebagai dasar
Penyelidikan perkara saya ini tidak boleh diketahui oleh saya dan
Penasehat Hukum Saya?”.
Demikian bunyi salah satu pleidooi Mohammad Iqbal mengenai TIDAK
DIBERIKAN-nya dua dokumen penting perkara oleh KPK kepada
Mohammad Iqbal dan Penasehat Hukumnya, walaupun Penasehat
Hukum telah dua kali melayangkan surat resmi untuk meminta dokumen
tersebut.
Pengantar

PENGANTAR

Sidang perkara Nomor : 04/PID.B/TPK/2009/PN. JKT PST dengan


terdakwa Mohammad Iqbal pada hari Senin 8 Juni 2009 telah mulai
memasuki babak akhir, dengan disampaikannya Pleidooi atas
dakwaan dan tuntutan Penuntut Umum yang disampaikan seminggu
sebelumnya.

Buku ini menyajikan Pleidooi yang diajukan oleh Mohammad Iqbal


dan Penasehat Hukum beliau Dr. Maqdir Ismail SH. & Partners.
Melalui data dan argumen yang diungkapkan, Pleidooi ini tidak saja
menggugurkan apa yang didakwa dan dituntut oleh Penuntut Umum,
tetapi juga membuka mata akan berbagai fakta yang jelas-jelas
muncul, baik di dokumen Berita Acara Pemeriksaan para saksi, dan
dari fakta Persidangan yang terungkap dari keterangan saksi, ahli
dan bukti surat.

Dari fakta yang terungkap di persidangan dan Berita Acara


Pemeriksaan saksi, Pleidooi ini secara jelas menunjukkan adanya
keanehan yang luar biasa dalam perkara ini, antara lain adalah :
1. Surat perintah penyadapan terhadap Mohammad Iqbal dan Billy
Sindoro yang diterbitkan oleh KPK tanggal 20 Juni 2008, tepat 1
bulan SEBELUM mereka berkenalan tanggal 21 Juli 2008.
2. Surat perintah penangkapan KPK atas Billy Sindoro (diduga untuk
kasus pidana yang lain) sudah muncul tanggal 1 Juli 2008, yakni
20 hari sebelum Billy berkenalan dengan Mohammad Iqbal.
3. Adanya 2 (dua) Surat Perintah Penyelidikan yang dikeluarkan oleh
KPK pada tanggal 20 Juni 2008 dan tanggal 15 September 2008,
untuk penyelidikan dugaan tindak pidana korupsi yang sama.

Dalam hal materi perkara, pleidooi ini juga secara jelas akan
menunjukkan adanya pemaksaan dakwaan dan tuntutan oleh
Penuntut Umum, karena fakta dan bukti dipersidangan justru
membuktikan sebaliknya, yakni :

I
Pengantar

1. Penuntut Umum menuduh Mohammad Iqbal pada hari Jumat


tanggal 29 Agustus 2008 telah membuat keputusan yang
menguntungkan PT. Direct Vision. Tetapi bukti dan saksi justru
menggugurkan tuduhan tersebut, karena keputusan yang
dimaksud dibuat oleh Anna Maria Tri Anggraini dan / atau Benny
Pasaribu saat Mohammad Iqbal sedang melaksanakan sholat
Jumat.
2. Penuntut Umum menuduh Mohammad Iqbal menerima tas yang
berisi uang suap senilai 500 juta rupiah. Tetapi para saksi
dihadirkan oleh jaksa penuntut serta seluruh bukti yang diajukan
ke persidangan (termasuk rekaman CCTV) tidak satupun yang
bisa membuktikan tuduhan tersebut.
3. Penuntut Umum menuduh Mohammad Iqbal membocorkan LHPL
(Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan) yang dianggap sebagai
rahasia. Faktanya LHPL tersebut sudah dipublikasikan oleh Ketua
Majelis Anna Maria Tri Anggraini dan telah beredar di media
massa jauh sebelum Mohammad Iqbal memberitahukannya
kepada pihak PT. Direct Vision.

Dalam proses pemeriksaan BAP maupun persidangan, ada beberapa


fakta baru yang secara langsung maupun tidak langsung terkait
dengan perkara ini, antara lain :
1. Skenario penjebakan terhadap para komisioner KPPU yang
terungkap dari Berita Acara Pemeriksaan saksi-saksi Erry
Bundjamin SH (Penasehat Hukum PT. Direct Vision) dan Erwin
Darwis Purba SH (Senior Vice President Legal PT. Direct Vision).
Skenario ini menunjukkan keterlibatan komisioner KPPU lainnya,
yakni Tadjudin Noersaid dalam melakukan manuver di dalam
KPPU.
2. Perubahan keputusan yang dilakukan oleh Anna Maria Tri
Anggraini dan / atau Benny Pasaribu saat Mohammad Iqbal
sedang melaksanakan Sholat Jumat yang secara nyata telah
menguntungkan pihak PT. Direct Vision

Temuan diatas cukup menarik, karena menunjukkan bagaimana PT.


Direct Vision berusaha mendapat keuntungan melalui pendekatan ke
komisioner KPPU, dimana Mohammad Iqbal tidak berperan, tetapi
justru Mohammad Iqbal yang pada akhirnya menjadi korban.

II
Pengantar

Selama proses persidangan, banyak hal yang bisa disimpulkan


mengingat adanya beberapa temuan dan/atau kejadian, antara lain :
1. Kesaksian dari Ahli yang menyebutkan bahwa rekaman CCTV
yang ditampilkan di persidangan tidak dapat dijadikan alat bukti,
karena rekaman tersebut tidak orisinil dan tidak utuh.
2. Saksi Kunci perkara ini ( Erry Bundjamin dan Erwin Darwis
Purba) yang tidak dihadirkan oleh pihak Penuntut Umum, padahal
berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan kedua saksi ini telah
membeberkan fakta sebenarnya mengenai skenario proses dan
target penjebakan komisioner KPPU.

Dari seluruh fakta, bukti, temuan, saksi dan ahli yang ditampilkan di
proses persidangan, maka sangatlah penting bagi majelis hakim
untuk bertindak dan memberi keputusan yang adil dengan cara yang
benar, yakni :

1. Hakim memutuskan perkara Mohammad Iqbal berdasarkan fakta


dan kesaksian yang muncul di persidangan.

2. Memerintahkan kepada KPK dan / atau aparat penegak hukum di


Indonesia untuk menindaklanjuti berbagai temuan yang muncul di
persidangan.

Pembuatan buku ini semata-mata merupakan upaya penyampaian


kepada masyarakat Indonesia mengenai apa dan bagaimana proses
hukum atas perkara yang menimpa Mohammad Iqbal. Harapan kami,
buku ini bisa memberi fakta dan data untuk perbaikan proses
hukum di Indonesia.

III
DAFTAR ISI

PENGANTAR I
DAFTAR ISI IV

Nota Pembelaan Tim Penasehat Hukum


Pengantar Nota Pembelaan 1
I. Pendahuluan 3
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa 13
III. Terdakwa Korban Penyalahgunaan Kekuasaan Pengadilan 27
IV. Analisa Yuridis Terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan 31
V. Tanggapan Terhadap Analisa Fakta Surat Tuntutan 75
VI. Tanggapan Terhadap Analisa Yuridis Surat Tuntutan 81
VII. Tanggapan Terhadap Tuntutan Pidana Surat Tuntutan 89
VIII. Penutup Dan Permohonan 95

Nota Pembelaan Mohammad Iqbal


Pengantar Tanggapan dan Pembelaan 101
I. Pendahuluan 103
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah 109
III. Korban Skenario Jahat Terhadap KPPU 147
IV. Pertanggungjawaban Publik Sebagai Anggota KPPU 159
V. Penutup 161

AKHIR KATA 167


LAMPIRAN

IV
Dalam Perkara
Nomor : 04/PID.B/TPK/2009/PN.JKT PST

oleh :
Tim Penasehat Hukum :
Dr. Maqdir Ismail, S.H., LL.M
M. Rudjito, S.H., LL.M
Dr. S.F. Marbun, S.H., M.Hum
Dasril Affandi, S.H., M.H
Andi Abdurrahman Nawawi, S.H
Masayu Donny Kertopati, S.H
Pengantar Nota Pembelaan

Nota Pembelaan Terdakwa Ir H. Mohammad Iqbal


Dalam Perkara
Nomor : 04/PID.B/TPK/2009/PN.JKT PST

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang tidak habis-
habisnya melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
masih diberi kekuatan mengemban tanggung jawab profesi sebagai
Advokat untuk menyampaikan Pembelaan tidak saja bagi
kepentingan klien kami, Ir. H. Mohammad Iqbal, namun lebih dari itu
tugas kami untuk menguak kebenaran dan memperoleh keadilan
dalam perkara ini.

Terima kasih kami haturkan kepada Majelis Hakim yang mulia yang
telah memimpin persidangan perkara ini dan telah memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada kami untuk mengajukan
pertanyaan baik kepada saksi maupun kepada Terdakwa juga
mengajukan keberatan-keberatan ataupun memeriksa barang bukti.

Penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada Sdr.


Penuntut Umum yang telah bekerja keras membuktikan
dakwaannya. Andaikata dalam persidangan perkara ini terjadi
perdebatan keras atau saling interupsi antara kami dengan Sdr.
Penuntut Umum, maka hal itu adalah wujud dari dinamika
persidangan dan hendaknya tidak menjadikan sebagai sesuatu yang
mengganggu.

Kepada Sdr. Panitera Pengganti, kami berharap tidak ada bagian yang
tertinggal ketika mencatat keterangan para saksi yang nantinya akan
dipergunakan sebagai bahan yang sangat berarti bagi Yang Mulia
Majelis Hakim dalam membuat putusan.

1
Pengantar Nota Pembelaan

2
I. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Sebagai kalimat pembuka pada bagian ini, kami sampaikan


penghargaan kami atas perkenan Majelis yang mulia untuk
mendengarkan keterangan ahli hukum pidana yang kami hadirkan
dalam persidangan ini.

Kepada Saudara Penuntut Umum, yang telah berupaya dengan


segenap tenaga dan cara untuk membuktikan kebenaran
dakwaannya, layak pula kita sampaikan penghargaan. Namun, tanpa
mengurangi rasa hormat dan penghargaan kami terhadap Penuntut
Umum, perlu juga kami sampaikan satu kritik kami terhadap
Penuntut Umum yang tidak setuju kehadiran ahli hukum pidana
dihadapan sidang yang mulia ini. Tetapi secara kasat mata
membenarkan argumen dalam Surat Tuntutan Pidana dengan
mengutip pendapat orang dari buku, yang mungkin dianggap sebagai
ahli oleh Penuntut Umum, meskipun tidak jelas benar keahliannya.
Inilah keanehan dan keajaiban yang akan dilanggengkan dalam
proses peradilan terhadap perkara korupsi.

Sikap menganggap diri sudah ahli ini, bagi kami sungguh membuat
kami yang tidak mempunyai keahlian ini menjadi kecil hati. Sikap
merasa ahli tanpa mau mendengar orang lain, tanpa mau belajar dari
hasil penelitian para peneliti bagi kami adalah sikap tinggi hati yang
tidak beralasan.

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang terhormat,

Sudah barang tentu pada tempatnya juga kami menyampaikan


kekecewaan kami, ketika Penuntut Umum yang menggunakan
haknya menganggap pembuktian sudah cukup tanpa perlu

3
I. Pendahuluan

menghadirkan Saksi dalam penyidikan yaitu saksi Erry Bundjamin


dan saksi Erwin Darwis Purba. Dimana penggunaan hak itu
dibenarkan oleh Majelis Hakim yang mulia. Kekecewaan kami atas
ketidak hadiran saksi Erry Bundjamin dan saksi Erwin Darwis Purba,
menurut hemat kami sangat beralasan. Sebab menurut pandangan
kami, kedua anak manusia bernama Erry Bundjamin dan Erwin
Darwis Purba inilah yang menjadi pangkal terjadinya perkara ini.
Paling tidak dari catatan resmi, bahwa kedua makhluk inilah yang
memulai menyusun rencana untuk melakukan pendekatan kepada
KPPU yang sedang menangani sengketa Liga Inggris.

Namun keterlibatan keduanya tidak pernah diungkap secara jelas


dan nyata sampai terjadinya kasus ini. Dalam penyidikan tidak
banyak hal yang ditanya, dan kemudian dalam persidangan dianggap
tidak perlu dihadirkan oleh Penuntut Umum. Tentu saja sebagai
penasehat hukum yang ingin mencari kebenaran, tidak ingin
menimbulkan fitnah, kami menghendaki agar kedua orang ini
dihadirkan dalam persidangan.

Simplifikasi dan penyederhanaan masalah oleh Saudara Penuntut


Umum ini bagi kami adalah satu bentuk dari pengabaian hak
masyarakat untuk mengetahui duduk perkara dan kebenaran secara
materil perkara ini. Pengabaian hak Terdakwa dan masyarakat untuk
membuka masalah sesungguhnya dari perkara ini. Dan tentu juga
masyarakat berhak tahu siapa saja yang terlibat dan menjadi
penyebab kasus ini. Perkara ini, dengan konstruksi yang dibangun
oleh Penuntut Umum seolah-olah hanya masalah kecil yaitu,
“penyerahan secara salah tas berisi uang oleh Billy Sindoro
kepada Terdakwa Mohammad Iqbal”. Padahal dalam faktanya
masalah penyerahan tas berisi uang tersebut hanya satu fase atau
satu mata rantai dari satu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pihak Lippo dalam bersengketa dengan Astro Malaysia. Masih banyak
hal yang bisa diungkap, banyak masalah yang bisa diperjelas dan
diurai, masih banyak masalah belum terbuka dan tersembunyi.
Terutama yang berhubungan dengan penggelapan pajak dari PT. First
Media Tbk yang sudah menghukum petugas pajak, tapi belum
menghukum petinggi PT. First Media Tbk.

4
I. Pendahuluan

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang terhormat,

Sebagaimana telah kami kemukakan dalam Eksepsi kami, bahwa


malapetaka yang menimpa Terdakwa, Klien kami Mohammad Iqbal,
berawal dari permintaan Tadjoedin Noersaid, agar Terdakwa
Mohammad Iqbal bersedia untuk menemui Billy Sindoro. Permintaan
yang disampaikan melalui telpon dan SMS.

Namun, malang tak dapat ditolak dan untung tak dapat diraih,
ternyata satu bulan sebelum Tadjoedin Noersaid meminta kesediaan
Terdakwa untuk bertemu dengan Billy Sindoro, Komisi
Pemberantasan Korupsi, telah secara sengaja melakukan penyadapan
terhadap nomor telpon genggam Terdakwa dan Billy Sindoro.

Hingga kini, selama persidangan kita tidak pernah mendapatkan


keterangan dan alasan yang jelas dan dasar hukum dilakukannya
penyadapan terhadap klien kami Mohammad Iqbal dan terhadap Billy
Sindoro. Hanya saja memang seperti diberitakan oleh Berita Harian
Kontan tanggal 10 Mei 2008, Koran Sindo tanggal 17 Juni 2008,
Harian Kontan 30 Juni 2008, melaporkan adanya mark down
(pengurangan pajak) yang sedang diusut berhubungan dengan PT.
First Media, sebagai induk perusahaan yang bergerak dalam bidang
penyiaran milik kelompok Lippo. Dan sebagaimana diterangkan oleh
Roy Edu Tirtadji dalam Berita Acara Pemeriksaanya, Billy Sindoro
adalah termasuk salah seorang dalam Kelompok Lippo.

Memang masalah penggelapan pajak atau pengurangan pembayaran


pajak PT. First Media ini bukan urusan kita. Oleh karena bukan
urusan kita, tentu dengan kita sebut masalah ini, akan banyak yang
beranggapan bahwa ini adalah bentuk keusilan kami penasehat
hukum Terdakwa saja. Dan tidak juga kita temukan hubungan
langsung dengan perkara yang kita hadapi ini selama dalam
persidangan. Tidak ada satu saksipun selama persidangan ini yang
menerangkan bahwa kasus Terdakwa Mohammad Iqbal ini
berhubungan dengan kasus pembayaran pajak PT. First Media Tbk.

5
I. Pendahuluan

Yang menjadi masalah bagi kami, kalau seandainya benar cerita yang
berkembang bahwa penyadapan yang dilakukan terhadap Billy
Sindoro ini pada awalnya berhubungan dengan kegiatan Sdr. Billy
Sindoro ditempat lain dan agar supaya masalahnya tidak terlalu
besar maka akan dicarikan pasangannya. Pasangan yang paling tepat
untuk digiring dan mempunyai nilai berita yang besar adalah perkara
yang sedang berlangsung di KPPU. Perkara liga Inggris yang sangat
menarik perhatian orang banyak, karena melibatkan para penggemar
sepak bola yang luar biasa fanatiknya.

Kalau seandainya cerita ini benar, maka inilah salah satu bentuk dari
penggunaan kekuasaan untuk mengalihkan masalah besar dengan
biaya besar, menjadi masalah besar dengan biaya kecil. Malang nian
nama baik dan nasib klien kami Mohammad Iqbal ini, hanya
dimanfaatkan untuk mengalihkan cerita yang tidak berkaitan
langsung dengan dirinya. Tidak ada niat kami untuk mencari-cari
masalah, apalagi menyusahkan orang yang tidak bersalah. Apa yang
kami kemukakan sejak dalam eksepsi kami, adalah upaya kami
mencari kebenaran materiil dalam perkara ini.

Mohammad Iqbal korban persekongkolan untuk mempengaruhi


KPPU.

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang terhormat,

Dalam Eksepsi yang kami sampaikan sebagai keberatan kami


terhadap Dakwaan Penuntut Umum, sudah kami kemukakan juga
bahwa Klien kami Ir. Mohammad Iqbal ini adalah korban
persekongkolan untuk mempengaruhi KPPU sebagaimana dapat
disimpulkan dari Berita Acara Pemeriksaan terhadap saksi Saksi Erry
Bundjamin, S.H. dan saksi Erwin Darwis Purba, S.H. Persekongkolan
ini, kami yakini sebagai upaya untuk menguntungkan kepentingan

6
I. Pendahuluan

pemegang saham PT. Direct Vision, yaitu kelompok usaha Lippo. Hal
ini tentu berkaitan dengan sengketa pemegang saham PT. Direct
Vision melawan Astro Malaysia. Suatu persengketaan besar yang
melibatkan konglomerat Indonesia dan Malaysia. Persengketaan yang
terkait dengan gengsi dan nama besar dalam dunia usaha di Asia
Tenggara.

Untuk melindungi gengsi dan kepentingan serta nama baik pemegang


saham Lippo, saksi Erry Bundjamin dan Erwin Darwis Purba
mendiskusikan cara mempengaruhi KPPU yang akan dilakukan
melalui jasa baik Tadjudin Noersaid. Seorang bekas aktivis
Mahasiswa dan sudah menjadi politisi kawakan. Salah seorang
pemimpin pada partai besar yang dianggap berpengaruh. Seorang
Komisioner KPPU senior dan dianggap dapat melakukan lobby
terhadap Terdakwa.

Dari catatan Erwin Darwis Purba yang disita oleh penyidik KPK,
dapat dikatakan bahwa skenario yang disusun oleh saksi Erry
Bundjamin, S.H. dan saksi Erwin Darwis Purba, S.H. telah berhasil
meyakinkan Tadjudin Noersaid untuk mempengaruhi Terdakwa
Mohammad Iqbal. Hal ini dapat kita lihat dari keterangan yang
disampaikan oleh saksi Tadjudin Noersaid dihadapan sidang, bahwa
dia-lah yang meminta Terdakwa untuk menerima permintaan Billy
Sindoro untuk melakukan pertemuan. Pertemuan yang menjadi
pangkal terjebaknya Terdakwa Mohammad Iqbal dalam kumparan
persengkokolan untuk mempengaruhi KPPU tidak bakalan terjadi jika
KPK segera melakukan penangkapan terhadap Billy Sindoro
berdasarkan Surat Perintah Penangkapan Nomor: Sprin.Kap-
09/01/VII/2008 tanggal 1 Juli 2008. Kecerobohan KPK yang tidak
segera melakukan penangkapan terhadap Billy Sindoro yang sudah
disiapkan surat perintah penangkapannya tersebut menjadi faktor
yang sangat menentukan untuk terjadinya perkara ini.

7
I. Pendahuluan

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang terhormat,

Namun sungguh disayangkan, Penuntut Umum tidak berkenan


menghadirkan saksi Erry Bundjamin pada persidangan ini, karena
dianggap pembuktian telah cukup. Sedangkan ketidak hadiran saksi
Erwin Darwis Purba, sebagaimana disampaikan oleh Penuntut
Umum, karena telah pindah alamat bahkan katanya telah pindah
keluar negeri. Kebenaran cerita ini hanya Tuhan Yang Maha Kuasa
yang tahu.

Ketidak hadiran saksi yang telah diperiksa oleh penyidik, kemudian


diabaikan dan dianggap tidak perlu dihadirkan dihadapan sidang
yang mulia ini, bukan hanya melawan akal sehat kami, tetapi telah
menyesatkan kita semua dalam memahami perkara ini secara baik.

Dengan tidak bermaksud untuk menyampaikan buruk sangka kami,


kami melihat ada hal yang tidak patut dan janggal telah terjadi dalam
penanganan perkara ini. Saksi Erry Bundjamin, S.H. dan saksi Erwin
Darwis Purba, S.H. sepanjang yang kami ketahui, hanya diperiksa
dalam perkara Klien Kami Terdakwa Mohammad Iqbal. Tidak ada
berkas pemeriksaan mereka sebagai saksi dalam perkara Billy
Sindoro. Kalau ditanya kepada kami penyebab hal itu terjadi,
jawaban kami hanya pimpinan yang menyidik perkara inilah yang
mengetahui alasannya. Apa kepentingannya hal ini dilakukan
demikian, hanya penyidik yang tahu. Kita yang hanya menjadi bagian
tidak menentukan dalam proses perkara ini harus menerima semua
ini sebagai hal yang patut diterima.

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang terhormat,

Kalau dikaji ulang secara lebih baik dan teliti, tidak ada alasan yang
masuk diakal dan dapat dijadikan argumen untuk membenarkan
ketidak-hadiran saksi Erry Bundjamin, S.H. dan saksi Erwin Darwis
Purba, S.H. untuk bersaksi dalam perkara ini. Ketidak-hadiran kedua

8
I. Pendahuluan

saksi ini telah melahirkan fitnah yang tidak bisa dikonfirmasi


kebenarannya. Fitnah terutama berhubungan dengan banyaknya
orang besar yang mereka sebut dan bicarakan untuk dihubungi
dalam rangka membela kepentingan Kelompok Usaha Lippo dalam
perkara Liga Inggris di KPPU. Selain itu yang juga tidak bisa
dikonfirmasi adalah maksud dan niat dari kedua saksi tersebut
menyebut nama beberapa mantan pejabat untuk dihubungi. Dan
sudah barang tentu, tidak pula bisa dijawab niat menghubungi para
mantan pejabat tersebut sepenuhnya hanya ide kedua “kurcaci” ini
atau mereka menterjemahkan ide dari petinggi perusahaan. Atau
karena mereka dipengaruhi oleh kekuatan besar sehingga mereka
perlu mencari jalan diluar jalan hukum yang sedang ditempuh
dihadapan KPPU.

Kalau ini merupakan ide mereka berdua, sepatutnya mereka diadili


telah mencemarkan nama besar perusahaan yang dipimpin oleh
tokoh-tokoh penyebar agama dan nama baik mantan pejabat yang
selama ini bukan dikenal sebagai pejabat yang sering berbuat yang
tidak patut. Kalau hal ini merupakan terjemahan ide dari petinggi
perusahaan, maka mereka harus diingatkan bahwa hal seperti ini
tidak patut mereka lakukan. Ide ini bukan hanya merusak sistem
hukum yang sedang dibangun dan ditegakkan ditengah kesulitan
masyarakat dalam bertahan hidup, tetapi juga dapat merusak citra
pimpinan perusahaan yang selama ini cukup dikenal sebagai tokoh
yang taat beragama dan penyebar agama yang baik.

Kalau asumsi yang kami kemukakan tersebut diatas benar adanya,


maka sempurnalah kedudukan Terdakwa Mohammad Iqbal sebagai
korban persekongkolan untuk menghancurkan dirinya dan
menjadikannya sebagai korban permainan “politik” untuk
kepentingan yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan
kepentingan penegakan hukum, khususnya pemberantasan korupsi.
Bahkan tidak tertutup kemungkinan, bahwa perkara ini adalah
bentuk lain dari pengelolaan perkara yang digunakan untuk
melindungi kepentingan tertentu yang tidak berhubungan dengan
perkara ini.

9
I. Pendahuluan

Majelis hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang terhormat,

Ketidak hadiran saksi Erwin Darwis Purba, karena telah tinggal di


luar negeri, menurut hemat kami bukanlah alasan yang patut
dikesampingkan. Alasan semacam ini adalah alasan yang formalitas
yang tidak berdasar, selain dari keterangan RT yang bisa ditulis oleh
siapa saja. Kalau memang betul dia telah pergi meninggalkan Negara
Republik Indonesia ini, dan bekerja di luar negeri tentu hal ini bisa
kita cek di Imigrasi dan di kedutaan Republik Indonesia yang
dikatakan sebagai tempat tinggal Erwin Darwis Purba yang baru.
Bahkan hal itu bisa di cek di bagian Visa dinegara tempat tujuannya
bekerja. Karena pasti ada izin kerja yang diperlukan agar bisa bekerja
di luar negeri seperti yang dilakukan oleh Erwin Darwis Purba ini.
Meskipun kami lebih percaya bahwa Erwin Darwis Purba ini secara
sengaja disuruh meninggalkan Indonesia, agar tidak berbicara
banyak hal mengenai apa yang sudah mereka lakukan sehubungan
dengan perkara Liga Inggris ini. Untuk menghindarkan Erwin Darwis
Purba dari membuka aib itu, maka dirancanglah kepergiannya keluar
negeri. Seperti rancangan yang mereka buat untuk mempengaruhi
KPPU dalam perkara Liga Inggris, dengan mengorbankan Terdakwa
Mohammad Iqbal. Sebagaimana dinyatakan dalam BAP Erwin Darwis
Purba, sebagai bukti No.27.

Rencana yang yang ditulis dengan tulis tangan tanggal 17 Oktober


2007 ini kemudian dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan
Erwin Darwis Purba dan Erry Bundjamin. Rencana ini sungguh
sangat dahsyat. Mereka secara terencana berusaha untuk
mempengaruhi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Komisi I yaitu
Bapak Marzuki Darusman, S.H. Bahkan akan dicoba mempengaruhi
mantan Jaksa Agung Abdurrahman Saleh, S.H. Selain itu mereka
juga mencoba dan memetakan posisi mantan Komisioner KPPU Drs.
Ir Sutrisno Iwantono, M.A. dan para komisioner di KKPU seperti
Tadjudin Noersaid, Erwin Syahril, Benny Pasaribu, Syamsul Maarif,
Tresna P. Soemardi, Didik Ahmadi dan Mohammad Iqbal, yang
mungkin dipengaruhi.

10
I. Pendahuluan

Selain itu dipersiapkan orang-orang yang akan mempengaruhi


mereka seperti Halim Mahfudz sebagai salah seorang Senior Vice
Presiden Corporate Affairs PT. Direct Vision yang akan menghubungi
mantan Jaksa Agung Abdurrahman Saleh dan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Bapak Marzuki Darusman. Pemetaan semacam ini
memang bisa dibuat oleh siapa saja. Tapi pekerjaan semacam ini
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan oleh semua orang. Ini
memerlukan pengalaman dan pengetahuan khusus dengan informasi
yang cukup terhadap orang-orang yang akan dipengaruhi. Sebagai
contoh, tulisan tangan Erwin Darwis Purba menyatakan, “Hubungan
Pribadi Ery dengan Tadjudin. Mulai dari sini, EB akan
memperkenalkan. Bantuan luar biasa. Advance tidak harus
member – based on success fee. EB harus bicara dengan Tadjudin.
Manuver di dalam biar Tadjudin yang melakukan”. Pada bagian
lain dinyatakan, ”Erwin Syahrial > ikut dipegang T” atau “Erwin
Syahrial adalah tipe minimalis yang malas membaca, akan
mengikuti saja anggota”.

Bahkan tidak tertutup kemungkinan bahwa kegiatan ini melibatkan


orang-orang besar dan orang-orang yang terbiasa dengan kegiatan
lobby. Melihat, posisi dari Erwin Darwis Purba dan begitu juga
dengan mempelajari Erry Bundjamin, kami tidak yakin bahwa
mereka mempunyai kemampuan dan kesanggupan untuk melakukan
lobby kepada salah satu partai besar, atau juga memanfaatkan
mantan Jaksa Agung dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang
masih aktif. Yang kami yakini pekerjaan lobby ini dilakukan oleh
orang lain, diluar Erwin Darwis Purba dan Erry Bundjamin.

Seandainya tulisan tangan Erwin Darwis Purba ini tidak benar, maka
bisa jadi dia orang yang sedang sakit atau sengaja melamun untuk
memfitnah orang. Akan tetapi kalau rencana ini benar adanya, maka
berarti mereka secara sengaja hendak merusak dan
meluluhlantakkan nama baik dari orang-orang yang selama ini tidak
penah dikenal sebagai orang yang biasa berbuat apa saja untuk
kenikmatan materi.

11
I. Pendahuluan

12
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

II. KPK MELANGGAR HAK ASASI TERDAKWA

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Ada beberapa fakta yang perlu kami sampaikan dalam persidangan


yang terbuka untuk umum ini yang menunjukkan bahwa upaya
pemberantasan korupsi oleh KPK nyata telah melanggar hak asasi
Terdakwa. KPK telah menggunakan kekuasaannya dengan sewenang-
wenang (abuse of power) dan menginjak-injak hak asasi Terdakwa.

Mohammad Iqbal adalah korban kesewenang-wenangan dalam


Penyadapan Telepon

Menurut keterangan saksi Rani Anindita Tranggani, seorang petugas


KPK yang mendapat perintah untuk melakukan pencatatan hasil
penyadapan, bahwa penyadapan itu dilakukan terhadap dua nomor
telpon yaitu 0812064800 milik Mohammad Iqbal dan 081586400429
milik Billy Sindoro. Penyadapan itu dilakukan berdasarkan Surat
Perintah Penyadapan No.Sprin.Dap.70A/01/22/VI/2008, tanggal 20
Juni 2008. Namun satu hal yang pasti tidak pernah ada yang
menjelaskan dasar hukum dari penyadapan ini. Para pelaksana
seperti saksi Rani Anindita Tranggani atau Iman Santoso tidak
mengetahui dasar penyadapan tersebut. Saksi-saksi ini hanya
menjalankan perintah. Perintah yang tidak perlu dijelaskan dasarnya
dan pantang pula ditanya alasannya.

Hal yang pasti bahwa penyadapan ini dilakukan oleh penyelidik KPK
satu bulan sebelum Terdakwa Mohammad Iqbal dipertemukan
dengan jasa baik dari saksi Tadjudin Noersaid. Sebab pertemuan
tersebut baru terjadi pada tanggal 21 Juli 2008. Ini suatu tindakan
yang luar biasa. Tindakan yang berada diluar batas kepatutan dan
tindakan yang melanggar hak asasi manusia.

13
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

Sebagaimana diterangkan oleh ahli Dr. Rudy Satrio Mukantardjo,


suatu penyadapan itu baru dapat dilakukan, karena adanya dugaan
keras yang disadap itu melakukan tindak pidana. Oleh karena
penyadapan ini termasuk dalam kategori upaya paksa, maka segala
kegiatan yang berhubungan dengan penyadapan itu harus
bermodalkan izin dari pengadilan. Bahkan dalam perkara pidana
yang lebih serius seperti Terorisme, maka penyadapan itu harus
dilakukan dengan izin dari Hakim Pengadilan. Sebab kalau tidak ada
izin dari Pengadilan, maka penyadapan tersebut dapat dikategorikan
sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

Dari surat perintah penyadapan yang ditunjukkan oleh saksi Rani


Anindita Tranggani, dihadapan sidang yang ditolak oleh Penuntut
Umum ini kita tidak bisa membaca alasan penyadapan.

Dalam persidangan ini saksi ini menyatakan bahwa perintah


penyadapan itu hanya dilakukan terhadap kedua nomor itu saja.
Tidak dilakukan terhadap nomor yang lain, meskipun dalam faktanya
terungkap juga SMS atau percakapan dari telpon saudara Terdakwa
terhadap nomor yang lain ikut disadap. Tetapi kita tidak bisa melihat
apa isi dan bunyi percakapan dari nomor telpon Saudara Billy
Sindoro kepada nomor yang lain.

Alasan yang kita dengar karena tidak ada perintah. Meskipun tanpa
perintah juga toh tetap dilakukan penyadapan terhadap pengiriman
SMS dan telpon Terdakwa kepada isterinya. Hubungan telpon antara
Terdakwa dengan saksi Benny Pasaribu; Terdakwa dengan saksi
Anna Maria Tri Anggraeni dan antara Terdakwa dengan Tadjudin
Noersaid. Apa yang menjadi alasannya, sekali lagi hanya Ketua Tim
Penyelidik atau penyidik saja yang tahu. Tidak ada penjelasan dan
tidak ada argumennya yang masuk diakal.

Menurut hemat kami, adalah layak kalau dipertanyakan penyebab


adanya perbedaan perlakuan terhadap kedua nomor telepon yang
disadap. Dan menjadi sah kalau ada yang beranggapan perbedaan
perlakuan ini tidak berdiri sendiri, ada sesuatu dibalik perbedaan
perlakuan ini. Perbedaan perlakuan ini tidak dilakukan karena ada

14
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

pertimbangan hukum, tidak juga karena adanya perbuatan berlanjut


yang dapat dilakukan Terdakwa Mohammad Iqbal. Tetapi justru yang
dapat berlanjut bahkan mungkin ada perbuatan yang lain yang lebih
besar justru dilakukan oleh Billy Sindoro. Hal ini dapat kita lihat dari
SMS atau permintaan ketemu justru berulang dilakukan atau
diminta oleh Billy Sindoro, bukan dari Terdakwa. Dan yang sangat
berkepentingan terhadap perkara Liga Inggris itu adalah Group Lippo
yang dalam hal ini diwakili oleh Billy Sindoro.

Perbedaan perlakuan yang kasat mata sungguh tidak masuk diakal


sehat kami dan tidak ada argumen hukumnya. Argumen yang
beredar, perbedaan perlakuan ini karena ada sesuatu yang hendak
disembunyikan. Ada kepentingan yang hendak dilindungi. Apa
kepentingan itu, hanya Tuhan yang tahu diluar orang-orang yang
menyusun skenario perkara ini menjadi perkara yang tidak jelas.

Perbedaan perlakuan ini adalah pelanggaran terhadap hukum.


Hukum itu harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai kebenaran dan
keadilan serta perlakuan yang sama. Tidak boleh perbedaan
perlakuan. Kalau dalam satu hal dianggap harus dilakukan
penyadapan, maka terhadap yang lain harus dilakukan hal yang
sama. Inilah yang disebut sebagai standar norma yang sama. Dalam
perkara ini, khususnya dalam penyadapan yang digunakan adalah
standarganda.

Majelis Hakim yang kami muliakan,


Sdr. Penuntut Umum yang terhormat,

Masih berhubungan dengan penyadapan ini, ada beberapa


keterangan yang tidak sejalan antara yang diterangkan oleh saksi
Rani Anindita Tranggani dan saksi Iman Santoso. Salah satu contoh
yang paling nyata adalah mengenai naskah rekaman percakapan
yang dijadikan sebagai barang bukti. Dalam keterangannya saksi
Rani Anindita Tranggani, menyatakan bahwa dialah yang
diperintahkan untuk mendengarkan, mencatat dan melaporkan
kepada Ketua Tim semua pesan singkat (SMS) atau percakapan

15
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

telpon yang berasal dan atau berhubungan dengan nomor telpon


Terdakwa Mohammad Iqbal dan Billy Sindoro. Namun dalam
persidangan ini saksi ini tidak bisa menunjukkan hasil kerjanya
dalam melakukan pencatatan tersebut. Meskipun pada faktanya
sesuai bukti yang kita terima, semua itu ditanda tangani oleh saksi
Iman Santoso.

Agak sulit dimengerti pernyataan Penuntut Umum, mengenai surat


perintah penyelidikan sebagai sesuatu yang rahasia dalam suatu
persidangan yang terbuka untuk umum. Kami dapat memahami,
kalau dalam satu proses penyelidikan, hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatan penyelidikan harus dirahasiakan. Tetapi ditengah
perlunya transparansi segala kegiatan seperti sekarang ini, sangat
sulit difahami, sikap penuntut umum yang keberatan dihadapan
sidang pengadilan yang terbuka untuk umum untuk tidak
memberikan surat perintah penyelidikan itu sebagai barang bukti di
pengadilan.

Kejanggalan sikap ini, bisa jadi adalah upaya untuk tidak transparan
atau bisa juga karena surat perintah tersebut sebenarnya tidak ada
bahkan baru diadakan sesudah penyelidikan perkara ini dilakukan.
Kalupun tidak, bisa saja surat perintah penyelidikan sebenarnya
bukan untuk Terdakwa Mohammad Iqbal, tetapi untuk yang lain. Hal
ini kita bisa lihat dari cara penomoran surat perintah penyelidikan
ini. Pencangkokan huruf A dalam nomer Surat Perintah bukanlah
sesuatu yang lazim. Penambahan huruf A ini adalah upaya untuk
menjelaskan sesuatu yang tidak biasa atau untuk membedakan
penggunaan nomer surat perintah untuk kepentingan lain.

Fakta ini bisa menjelaskan kepada kita, bahwa sebenarnya perkara


Terdakwa Mohammad Iqbal ini bukanlah perkara utama, tetapi ada
perkara lain yang tidak diteruskan berhubung telah ada perkara
Terdakwa ini. Apa perkara itu hanya para penyelidik saja yang tahu.

16
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang terhormat,

Kalau kita ikuti pemberitaan surat kabar, ada masalah kasus suap
pajak yang dihubungkan dengan PT. First Media Tbk. Berita Harian
Kontan tanggal 10 Mei 2008, dengan judul berita, “Polisi Segera
Melimpahkan Suap Pajak First Media ke Jaksa”, dinyatakan,
“Pekan lalu, Polda Jabar telah menangkap tiga pegawai Direktorat
Jenderal Pajak yang diduga berkongkalingkong dengan First Media
untuk memanipulasi pajak. Polisi menciduk ketiga aparat pajak yang
bertugas di kawasan Industri Jababeka Bekasi itu, saat melayani
transaksi pajak First Media”.

Dalam Surat Kabar Harian Seputar Indonesia tanggal tanggal 17 Juni


2008, dengan Judul berita, “KPK Bantu Polda Usut Mark Down
Pajak”, dinyatakan, “Kapolda Jabar Irjen Pol Susno Duadji
mengungkapkan, kesiapan KPK membantu Polda Jabar dalam
pengusutan kasus mark down pajak ini muncul dalam pertemuan
antara jajaran Polda Jabar dan tim KPK di Markas Polda Jabar
kemarin sore.” ”KPK menyatakan siap membantu kami. Saya kurang
tahu apa yang akan mereka lakukan. Yang pasti, kami sudah
menjelaskan semua permasalahan dalam pengusutan kasus ini
kepada KPK, terutama soal belum ada izin menteri itu, ” jelas Susno.

Bahkan dalam Surat Kabar Harian Kontan tanggal 30 Juni 2008,


dengan judul berita KPK Ambil Alih Korupsi Pajak PT First Media Tbk
dinyatakan, “KPK memutuskan mengambil alih kasus itu karena
menemukan indikasi keterlibatan pejabat negara. Dugaan ini muncul
karena ada aliran dana sebesar US$ 500.000 kepada petugas pajak.
KPK pun menduga ada persekongkolan antara wajib pajak dengan
petugas pajak sehingga merugikan kas Negara”.

Ketiga berita yang kami kutip diatas menunjukkan bahwa ada


masalah lain yang sedang dihadapi oleh PT. First Media Tbk salah
satu perusahaan Group Lippo, dimana salah seorang Eksekutif
Senior-nya adalah Billy Sindoro. Melihat besaran suap yang diterima
oleh “petugas rendahan” pajak ini saja, secara logis akal sehat kita

17
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

akan mengatakan, ada masalah besar yang berhubungan dengan


pajak tersebut. Bandingkan dengan “suap” yang didakwakan telah
diterima oleh Terdakwa sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah), yang oleh banyak kalangan diduga sebagai upaya pengalihan
issue pajak PT. First Media Tbk.

Masalah pajak PT. First Media Tbk menurut berita Surat kabar
diambil alih oleh KPK pengusutannya. Namun hingga kini kita tidak
pernah mendengar kabar baik atau kabar buruk dari penanganan
masalah pajak PT. First Media Tbk, yang diambil alih oleh KPK
tersebut. Yang menjadi fakta adalah bahwa Mohammad Iqbal
didakwa menerima uang sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah), dari Billy Sindoro.

Berita pengambilalihan ini kita tidak pernah mendengar


penjelasannya dan kelanjutannya. Bisa jadi ini hanya fitnah keji dari
orang-orang yang tidak suka kepada KPK, kita tidak mengetahuinya.
Bisa juga ini sebagai upaya meredakan masalah pajak yang tidak
kunjung selesai penanganannya ini. Kalau ini fitnah, maka sangat
layak kalau masalah fitnah ini diselesaikan sesuai dengan aturan
hukum. Kalau ini bukan fitnah dan supaya tidak menimbulkan
kerugian berupa fitnah yang dapat merongrong integritas KPK, maka
masalah ini harus dijelaskan secara transparan. Masalah pajak ini
harus diselesaikan secara hukum, harus segera dilakukan
penyidikan dan penuntutan terhadap pengurangan pembayaran
pajak yang dapat merugikan Negara ini.

Mohammad Iqbal adalah korban penangkapan tanpa adanya


dengan Surat Perintah Penangkapan

Majelis Hakim yang kami muliakan,


Sdr. Penuntut Umum yang terhormat,

Tidak ada niat kami untuk menuduh dan merusak harkat dan
martabat para penyelidik atau penyidik dalam perkara ini. Namun,
kalau kita ikuti dan cermati keterangan saksi Hendy F Kurniawan

18
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

dan Rahmat Nur Hidayat, pada dasarnya kedua saksi ini


menerangkan bahwa mereka mendapat perintah melakukan
penyelidikan tanggal 15 September 2008, Surat Perintah Penyelidikan
No. Sprin.Lidik 62A/01/IX/2008 yang ditanda tangani oleh Wakil
Ketua KPK Chandra M. Hamzah. Bahkan diterangkan pula bahwa
kedua saksi ini bersama petugas KPK yang lain, melakukan
penangkapan terhadap Terdakwa Mohammad Iqbal. Penangkapan ini
tanpa surat perintah. Mereka melakukan penangkapan hanya
berbekal surat perintah penyelidikan No.Sprin.Lidik-
62A/01/IX/2008. Surat perintah yang berisi perintah
mengumpulkan bukti dan keterangan, tidak ada kewenangan untuk
melakukan penangkapan terhadap Mohammad Iqbal dan Billy
Sindoro.

Selain itu mereka juga dibekali cerita bahwa akan ada penyerahan
uang. Meskipun kita semua dalam persidangan ini tidak pernah
mendengar tentang kesahihan sumber dan cerita penyerahan uang
tersebut. Bahkan saksi Rani Anindita Tranggani yang bertugas secara
khusus untuk mendengar percakapan Terdakwa dengan Billy Sindoro
dan juga bertugas secara terus menerus memantau isi dan bunyi
SMS dari Billy Sindoro kepada Terdakwa Mohammad Iqbal, atau dari
Mohammad Iqbal kepada Billy Sindoro, tidak pernah menemukan
atau mendengar percakapan akan adanya penyerahan uang tersebut.

Terlebih lagi dalam keterangannya sejak di penyidikan hingga di


persidangan, Billy Sindoro selalu mengatakan ada kesalahan dalam
pemberian tas tersebut kepada Terdakwa Mohammad Iqbal. Akibat
kesalahan yang mungkin disengaja ini, telah melahirkan penderitan
yang tidak terkirakan beratnya bagi keluarga Terdakwa, terutama
bagi isteri dan anak-anak serta orang tuanya.

Oleh karena itu tentu menjadi pertanyaan kita, darimana sumber


keterangan bahwa akan ada penyerahan uang oleh Billy Sindoro
kepada Mohammad Iqbal. Apakah bukannya ini adalah satu
kesengajaan untuk mengalihkan masalah besar, sehingga menjadi
masalah kecil, yaitu kasus “suap” sebesar Rp. 500.000.000,- atas
perkara yang sudah lama selesai. Agar supaya kasus ini mempunyai

19
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

nilai jual, maka harus dikaitkan sedemikian rupa dengan masalah


tertentu yaitu masalah Liga Inggris yang selalu menjadi perhatian
masyarakat secara luas. Dan perkara itu mendapat pemberitaan yang
luas oleh surat kabar.

Yang sangat patut mendapat perhatian kita semua dari keterangan


para saksi Hendy F Kurniawan dan Rahmat Nur Hidayat ini, adalah
perbedaan antara keterangan yang mereka sampaikan sebagai saksi
dalam perkara Billy Sindoro dan dalam perkara ini. Sebagai contoh
dalam perkaranya Billy Sindoro para saksi ini menerangkan bahwa
mereka hanya dibekali profile dari Mohammad Iqbal, tetapi tidak
dibekali dengan profile dari Billy Sindoro. Selama pemeriksaan
rekamanpun, kita tidak pernah menyaksikan rekaman kedatangan
dari Billy Sindoro, tetapi kepada kita hanya dipertontonkan
kedatangan Terdakwa Mohammad Iqbal. Namun dalam kesaksian
mereka dihadapan sidang yang mulia ini kedua saksi tersebut
mengaku mereka juga dibekali dengan profile Terpidana Billy Sindoro.

Pertanyaan yang layak diajukan, kesaksian mana yang dapat


dianggap sebagai kesaksian yang benar dari keterangan-keterangan
ini. Hal ini mengingat perkara Billy Sindoro telah mempunyai
kekuatan pasti. Menurut hemat kami segala keterangan yang pernah
disampaikan dalam perkara Billy Sindoro tersebut harus dianggap
sebagai satu kebenaran. Segala fakta dalam perkara Billy Sindoro
sampai pada posisi sekarang tidak bisa kita uji secara hukum.
Artinya ada kebohongan yang secara sengaja dilakukan oleh para
saksi ketika memberikan keterangan pada persidangan ini.

Kebohongan yang dilakukan untuk menutupi keganjilan dalam


proses penyelidikan perkara ini. Kepentingan kebohongan itu
dibangun menurut hemat kami, karena ada sesuatu yang tidak jelas
dalam perkara yang kita hadapi ini. Dan tidak tertutup juga
kemungkinan, kebohongan itu secara sengaja dilakukan untuk
membingungkan para pihak yang mencermati dan terlibat dalam
proses peradilan perkara ini. Dari kebingungan itu, tentu diharapkan
akan ada kesalahan secara substansial yang dapat berpengaruh
terhadap perkara ini.

20
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

Selain itu apa maksud dari team penyelidik membedakan cara


perlakuan terhadap Terdakwa Mohammad Iqbal dan Terpidana Billy
Sindoro? Dan tentu patut pula dipertanyakan maksud dari penyidik
yang hanya merekam kedatangan Mohammad Iqbal tanpa
menunjukkan kedatangan Billy Sindoro?

Seandainya benar gossip yang berkembang bahwa tidak direkamnya


kedatangan Billy Sindoro adalah untuk melepaskan Billy Sindoro dari
kasus ini, dengan cara penggantian peran Billy Sindoro oleh orang
lain, tentu ini akan menjadi kebobrokan penegakan hukum yang
sangat dahsyat. Penggantian peran Billy Sindoro oleh saksi Bennedict
Sulaiman tentu akan menjadi kebohongan yang akan diukir dengan
tinta emas oleh sejarah. Apalagi kalau benar yang akan menjadi
pemeran pengganti itu adalah Gentar Rahma Pradhana tentu perkara
ini akan semakin sempurna ketidak benarannya. Hal tersebut akan
menjadi jelas dari keterangan Saksi Rahmat Nur Hidayat, bahwa
dalam surat perintah penyelidikan yang mereka bawa tidak
menyebutkan adanya nama orang yang diselidiki.

Dalam keterangannya Saksi Rahmat Nur Hidayat menyatakan, ”Jadi,


pak, untuk Sprinlidik, tidak disebutkan nama Pak. Disitu kita
mendapatkan surat perintah Penyelidikan untuk melakukan
penyelidikan, mengumpulkan barang bukti atau keterangan-
keterangan lain, ehh… berhubungan dengan dugaan tindak pidana
korupsi berupa penyerahan uang kepada penyelenggara Negara atau
pegawai negeri, berkaitan dengan ehh.. penanganan monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat…”

Ini dapat berarti bahwa memang hanya Mohammad Iqbal yang


dijadikan target penyelidikan dalam perkara ini. Tidak ada orang yang
lain yang akan djadikan sebagai target. Tidak ada niat untuk
menyelidiki Billy Sindoro. Kita tidak pernah tahu apa maksud dari
cara penyelidikan seperti ini? Sebab penyelidikan seperti ini
berpotensi menimbulkan ketidak adilan bagi orang yang secara
kebetulan menjadi target operasi penyelidikan.

21
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr Penuntut Umum yang terhormat,

Kalau kita kembali pada pokok masalah yang kami kemukan pada
bagian ini bahwa Terdakwa Mohammad Iqbal adalah korban
penangkapan tanpa surat perintah, maka adalah layak untuk
menelisik secara cermat keterangan ahli Dr. Rudy Satriyo
Mukantardjo. Sebagaimana telah kita dengarkan secara saksama
dihadapan sidang yang mulia ini, Ahli Dr. Rudy Satriyo Mukantardjo,
telah menerangkan bahwa untuk satu penugasan tertentu
memerlukan surat penugasan tertentu pula, karena surat yang
secara khusus diperlukan untuk melakukan suatu tugas yang
tertentu. Sebagai contoh, kata ahli ini surat tugas tertentu itu adalah
surat penangkapan, penahanan, penggeledahan ataupun penyitaan.

Kalau keterangan ahli ini kita gunakan untuk memahami keterangan


yang disampaikan oleh saksi Hendy F Kurniawan dan Rahmat Nur
Hidayat, maka kesimpulan yang mudah dan sederhana dapat segera
ditarik, bahwa penangkapan tanpa surat perintah penangkapan,
maka penangkapan tersebut adalah tidak berdasarkan atas hukum.
Akibatnya seluruh proses hukum yang terjadi berdasarkan satu
kegiatan tanpa surat perintah, maka kegiatan tersebut dapat
dikatakan sebagai kegiatan yang tidak berdasarkan atas hukum.

Dengan demikian maka penangkapan yang tidak berdasarkan atas


hukum ini tentu dapat dikategorikan sebagai penyalah-gunaan
kekuasaan yang telah dilakukan oleh penyelidik.

KPK melanggar ketentuan tentang gratifikasi

Majelis Hakim yang kami muliakan,


Yang kami hormati Sdr. Penuntut Umum,

Selama persidangan ini kita tidak pernah mendengar seorang saksi


yang pernah menyatakan bahwa tas, yang kemudian diketahui berisi
uang setelah dibuka oleh petugas KPK yang diletakkan dilantai lift

22
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

oleh Billy Sindoro, menjelang kepulangan Terdakwa Mohammad


Iqbal, setelah bertemu Billy Sindoro di kamar 1702 Hotel Aryaduta
merupakan hadiah atau janji dari Billy Sindoro karena Terdakwa
Mohammad Iqbal telah melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya sebagai anggota Majelis Komisi yang
memeriksa perkara tayangan Liga Inggris.

Bahkan dalam keterangannya sebagai saksi atau sebagai Terdakwa,


Billy Sindoro selalu mengatakan bahwa tas yang diletakkan di lanati
Lift menjelang kepulangan Terdakwa Mohammad Iqbal, karena
adanya salah kira terhadap tas. Dimana Billy Sindoro mengira tas
tersebut adalah milik Terdakwa Mohammad Iqbal. Apalagi secara
faktual Mohammad Iqbal tidak mengetahui apa isi tas yang
diserahkan tersebut sampai tas dibuka oleh petugas KPK di kamar
Hotel Aryaduta.

Apabila pemberian tas (yang kebetulan berisi uang) tersebut adalah


sebagai “tanda terimakasih” dari Billy Sindoro kepada Mohammad
Iqbal dapat dianggap sebagai gratifikasi, maka sesuai dengan UU
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, seharusnya
Mohammad Iqbal diberi kesempatan untuk melaporkan pemberian
tersebut kepada KPK atau Sekretariat KPPU selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari kerja.

Dalam mengkaji dan membicarakan masalah gratifikasi, maka


menurut hemat kami cukup patut untuk menjadikan pendapat dari
ahli hukum pidana Dr. Rudy Satriyo Mukantardjo sebagai salah satu
acuan untuk memberikan penilaian apakah satu perbuatan telah
memenuhi kriteria sebagai gratifikasi atau bukan. Dalam
keterangannya sebagai ahli dihadapan persidangan Pengadilan
Tipikor tanggal 14 Mei 2009 dalam perkara Terdakwa Mohammad
Iqbal ini, ahli Rudy Satriyo Mukantardjo berpendapat pada pokoknya
bahwa dalam gratifikasi itu ada batas waktu untuk selesainya tindak
pidana dan menurut undang-undang adalah 30 hari untuk melapor.
Kalau tidak ada laporan dalam waktu selama 30 hari maka apa yang
diterima itu disebut sebagai gratifikasi. Jadi tidak serta-merta

23
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

seseorang yang telah menerima sesuatu telah selesai melakukan


suatu tindak pidana gratifikasi.

Selain itu, sebagaimana juga diterangkan oleh saksi Kurnia Sya’rani,


saksi Tresna Soemardi, saksi Tadjudin Noersaid, bahwa kesepakatan
yang diambil sebagai kebijakan di KPPU, bahwa setiap orang yang
menerima sesuatu sebagaimana pernah terjadi pada sekitar tahun
2002, hal tersebut harus diserahkan kepada Sekretariat KPPU untuk
dikembalikan kepada orang yang memberikan. Hal ini juga
diterangkan oleh Terdakwa Mohammad Iqbal, karena tidak sempat
berpikir untuk bertanya kepada Billy Sindoro, karena lift yang turun
begitu cepat dan Terdakwa tidak mungkin kembali karena tidak ada
access card untuk naik kembali ke lantai 17, maka dia berniat akan
menyerahkan tas tersebut kepada Sekretariat KPPU. Namun sebelum
hal tersebut kesampaian, ternyata petugas penyelidik KPK yang telah
mendapat informasi adanya penyerahan uang yang akan diterima
oleh Terdakwa Mohammad Iqbal, telah bersiap siaga untuk
menangkap, meskipun tanpa ada surat perintah penangkapan.

Dalam keterangannya sebagai saksi Rahmat Nur Hidayat, ketika


ditanya oleh team penasehat hukum mengenai aturan tentang
tatacara pelaporan gratifikasi tidak mau menjawab, tanpa alasan
yang jelas. Selain adanya keterangan dari saksi Rahmat Nur Hidayat
bahwa Terdakwa Mohammad Iqbal ini sudah menjadi target untuk
dilakukan penangkapan.

Dengan demikian, maka ada kesengajaan yang sudah direncanakan


secara baik untuk melakukan penangkapan terhadap Terdakwa
Mohammad Iqbal. Adapun bahwa ada aturan sesuai dengan
ketentuan undang-undang yang membatasi agar petugas tidak
bertindak sewenang-wenang akan diabaikan oleh petugas, karena
mereka sudah mendapat perintah terhadap target tertentu dan
kebetulan targetnya kali ini adalah Terdakwa Mohammad Iqbal.

24
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang terhormat,

Dari fakta-fakta yang kita peroleh selama persidangan ini,


pengabaian ketentuan undang-undang dan kebijakan yang telah
ditentukan oleh lembaga lain secara sengaja dilakukan oleh para
penyelidik. Penyelidik misalnya, dengan arogan mengabaikan bahwa
ada ketentuan undang-undang yang mengatur tatacara penyelidikan
dan penyidikan masalah gratifikasi. Mereka juga mengabaikan bahwa
ada ketentuan yang berlaku pada lembaga yang lain. Apa yang
ditunjukkan oleh para penyelidik ini adalah satu bentuk dari
arogansi pemegang kekuasaan, yang tidak pernah mau tahu dan
tidak pernah mau belajar bahwa ada ketentuan lain selain yang
mereka ketahui.

Tentu bukan hanya arogansi kekuasaan saja yang ada. Ini juga
ditopang oleh pengabaian etika hidup berbangsa dan bernegara yang
terhormat. Dan tentu saja ini adalah cermin dari anggapan bahwa
hanya mereka saja yang bisa menjadikan Negara ini sebagai Negara
yang baik dan beradab. Padahal dalam faktanya tidak akan pernah
ada satu lembaga yang bisa mengatur Negara tanpa ada keikut
sertaan dari lembaga yang lain. Egoisme sektoral ini tidak akan
pernah menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Bahkan
egoisme sektoral ini tidak akan pernah menyelesaikan apapun
persoalan bangsa ini.

25
II. KPK Melanggar Hak Asasi Terdakwa

26
III. Terdakwa Korban Penyalahgunaan Kekuasaan Pengadilan

III. TERDAKWA KORBAN PENYALAHGUNAAN


KEKUASAAN PENGADILAN

Mohammad Iqbal korban dari penyalahgunaan kewenangan oleh


pengadilan

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Sebagaimana telah kami kemukakan dalam Eksepsi kami bahwa


perkara Terdakwa Mohammad Iqbal ini, bukanlah kewenangan dari
Pengadilan Tipikor untuk mengadilinya. Dalam pandangan kami
ketentuan mengenai kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
sebagaimana diatur secara tegas dalam ketentuan Pasal 11 Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002, dan ketentuan ini bersifat kumulatif
dan mutlak harus memenuhi semua unsur yang dinyatakan oleh
undang-undang. Dalam arti suatu perkara merupakan kewenangan
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk melakukan
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, kalau memenuhi ketiga
unsur yang dinyatakan dalam Pasal 11:

a. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan


orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara;
b. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau
c. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah).

Pembatasan oleh undang-undang terhadap kewenangan Komisi


Pemberantasan Korupsi untuk melakukan penyelidikan, penyidikan
dan penuntutan, bukan tanpa tujuan dan tanpa makna. Sebab
pembatasan ini sangat diperlukan, agar Komisi Pemberantasan
Korupsi dalam melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
terbatas pada perkara-perkara yang melibatkan aparat penegak

27
III. Terdakwa Korban Penyalahgunaan Kekuasaan Pengadilan

hukum, penyelenggara negara dan orang yang terkait dengannya;


mendapat perhatian dari masyarakat dan mengenai kerugian negara
melebihi Rp. 1.000.000.0000,- (satu milyar rupiah). Tidak semua
perkara dapat disidik dan dituntut oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga khusus bertugas


terbatas apa yang ditentukan oleh undang-undang yang
mengaturnya. Hal ini penting agar Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan fokus
pada pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang berdampak luas
terhadap kehidupan masyarakat. Tidak boleh ada perkara ecek-ecek
yang mereka tangani. Sebab sebagaimana dinyatakan dalam
penjelasan umum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002,
pengaturan kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi “...dilakukan
secara berhati-hati agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan
dengan berbagai instansi tersebut”.

Menurut pandangan kami diulangnya kembali penyebutan


kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam penjelasan umum
yaitu “a. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara,
dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara
negara; b. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat;
dan/atau c. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)” adalah sebagai penegasan yang
mutlak, dari penyusun undang-undang bahwa kewenangan yang
diberikan oleh undang-undang kepada Komisi Pemberantasan
Korupsi dalam melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
dibatasi dalam ketiga hal tersebut tidak boleh ditambah, tidak boleh
diterjemahkan dengan terjemahan yang luas dan tidak terbatas.
Sehingga jika perkara tidak memenuhi ketiga syarat tersebut, maka
perkara itu bukan merupakan kewenangan Komisi Pemberantasan
Korupsi, tetapi perkara tersebut menjadi kewenangan lembaga yang
lain, yaitu kewenangan Kepolisian Republik Indonesia untuk
melakukan penyidikan dan kewenangan Kejaksaan untuk melakukan

28
III. Terdakwa Korban Penyalahgunaan Kekuasaan Pengadilan

penuntutan atau merupakan kewenangan Kejaksaan untuk


melakukan penyidikan dan penuntutannya.

Perkara ini sebagaimana ditegaskan dalam surat dakwaan dan


tuntutan menyangkut penyerahan uang secara salah duga dilakukan
oleh Billy Sindoro kepada Terdakwa Mohammad Iqbal sebesar Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Dengan demikian maka jelas
dan pasti tidak menyangkut adanya kerugian negara yang paling
sedikit Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Sehingga KPK
berkewajiban untuk melimpahkan perkara ini kepada institusi
penegak hukum lainnya sebagaimana dilakukan oleh KPK dalam
kasus pegawai Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang
tertangkap tangan menerima sejumlah amplop senilai Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah).

Kalaulah memang Komisi Pemberantasan Korupsi tetap ingin


mengikuti proses perkara ini, maka Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dapat melakukan supervisi dalam melakukan
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sebagaimana dimaksud
oleh Pasal 6 huruf b UU No. 30 Tahun 2002.

Dengan merujuk kepada keterangan ahli Dr. Rudy Satriyo, bahwa


dengan adanya kata sambung ”dan/atau“ dalam Pasal 11 Undang-
undang No.30 Tahun 2002, maka sifatnya adalah kumulatif.
Sehingga syarat pada butir C mutlak adanya, karena ini adalah filter
kewenangan KPK. Oleh karena dalam perkara ini tidak merugikan
negara yang nilainya mencapai Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar
rupiah), maka menurut hemat kami perkara ini bukanlah
kewenangan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk
melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutannya. Dengan
demikian maka perkara ini menurut hemat kami bukan merupakan
kewenangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi untuk mengadilinya.

29
III. Terdakwa Korban Penyalahgunaan Kekuasaan Pengadilan

Berlanjutnya proses peradilan ini bagi kami adalah satu bentuk dari
penyalahgunaan lembaga peradilan dalam mengadili suatu perkara.
Dan secara kebetulan yang tidak beruntung diadili oleh pengadilan
Tindak Pidana Korupsi ini dengan melanggar kewenangan yang
diberikan oleh undang-undang ini adalah Terdakwa Mohammad
Iqbal.

30
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

IV. ANALISA YURIDIS TERHADAP PASAL-


PASALYANG DIDAKWAKAN

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Berdasarkan Surat Dakwaan No: DAK – 04/24/I/09, tanggal 23


Januri 2009, yang dibacakan pada hari, Selasa Tanggal 10 Februari
2009, Terdakwa Ir. H. Mohammad Iqbal, telah didakwa melakukan
tindak pidana KORUPSI sebagaimana dalam Dakwaan Primair: pasal
12 huruf b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi; Dakwaan Subsider: Pasal 5 ayat (2) jo. Pasal
5 Ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor: 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor: 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan Dakwaan Lebih Subsider: Pasal 11
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dan ditambah
dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001.

Pada bagian ini, kami akan menganalisa secara yuridis unsur-unsur


dari pasal-pasal yang didakwakan berdasarkan alat bukti yang
terungkap di persidangan berupa keterangan saksi, keterangan ahli,
surat dan keterangan terdakwa serta barang bukti.

1. DAKWAAN PRIMAIR

Bahwa unsur-unsur Tindak Pidana yang terkandung dalam Pasal 12


huruf b Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dan
ditambah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 adalah :

31
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

1. Pegawai negeri atau penyelenggara Negara;


2. Menerima hadiah atau janji;
3. Diketahui atau patut diduga bahwa janji atau hadiah tersebut
diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya.

Bahwa dari unsur-unsur tersebut dihubungkan dengan fakta-fakta


yang terungkap dipersidangan terhadap perbuatan yang didakwakan
kepada Terdakwa, dapat diuraikan sebagai berikut

1.1. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

Bahwa Terdakwa berdasarkan Keputusan Presiden Republik


Indonesia Nomor 59/P Tahun 2006 tanggal 12 Desember 2006
diangkat sebagai Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
periode 2006-2011 dan berdasarkan Keputusan KPPU Nomor:
229/KPPU/KEP/VII/2008 tanggal 21JuIi 2008, diangkat sebagai
salah seorang Anggota Majelis Komisi yang menangani Perkara
Nomor: 03/KPPU-L/2008 yaitu perkara dugaan pelanggaran Undang
undang Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Hak Siar Barclays
Premier League (Liga Utama Inggris) yang diduga dilakukan oleh PT.
Direct Vision (Terlapor I), Astro All Asia Networks, Plc (Terlapor II),
ESPN STAR Sports (Terlapor III), dan All Asia Multimedia Networks
(Terlapor IV)

Bahwa unsur “Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara” bukan


merupakan delik inti (bestanddeel delict). Unsur ini hanya berkaitan
dengan subyek tertentu yang mempunyai kedudukan sebagai
“Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara” yang hendak diarah oleh
Pasal 12 huruf b Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yang telah
diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001.

32
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

Bahwa dikaitkan dengan asas hukum Actus Non Facit Reum atau
tiada pidana tanpa kesalahan, Unsur Pegawai Negeri atau
Penyelenggara Negara bukan merupakan unsur yang menentukan
adanya kesalahan dari terdakwa, oleh karena itu maka lebih tepat
jika fokus analisa atau pembahasan ditujukan unsur delik inti
(bestanddeel delict), yang terdiri dari: menerima hadiah atau janji dan
diketahui atau patut diduga bahwa janji atau hadiah tersebut
diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya,
karena unsur-unsur inilah yang mejadi pintu masuk apakah
terdakwa dapat dinyatakan bersalah dan oleh karenanya patut
dipidana?

Pernyataan bersalahnya terdakwa adalah terletak pada terbuktinya


delik inti (bestanddeel delict) yang harus dibuktikan melalui
persesuaian antara perbuatan yang dilakukan dengan tindak pidana
yang didakwakan, Dengan perkataan lain, terbukti tidaknya unsur
sesuatu tindak pidana harus dikaitkan dengan perbuatan yang
didakwakan dan apakah perbuatan itu secara sah dan meyakinkan
dilakukan oleh Terdakwa.

Jadi secara sederhana dapat diperoleh pemahaman, apabila seluruh


unsur dari delik inti (bestanddeel delict) yang didakwakan telah
terbukti, maka Terdakwa selaku “Pegawai Negeri atau Penyelenggara
Negara” adalah subjek hukum yang harus dinyatakan bersalah dan
patut dipidana. Sebaliknya apabila unsur–unsur dari pasal–pasal
yang didakwakan yang merupakan delik inti (bestanddeel delict) tidak
terbukti, maka Terdakwa walaupun berkedudukan sebagai “Pegawai
Negeri atau Penyelenggara Negara” harus dinyatakan tidak bersalah
dan tidak dapat dipidana.

1.2. Menerima Hadiah atau Janji

Bahwa unsur “Menerima Hadiah atau Janji” ini bersifat alternatif,


artinya tidak perlu dibuktikan seluruhnya atau cukup dibuktikan

33
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

salah satu saja. Apabila salah satu unsur telah terbukti maka unsur
berikutnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Bahwa kata “menerima” dalam unsur ini harus diberi pengertian
tidak sebatas pada menerima secara faktuil sebagai akibat dari
penyerahan atas obyek atau barang dari penguasaan si pemberi
kepada si penerima; tetapi lebih daripada itu bahwa maksud unsur
“menerima” harus diartikan sebagai akibat dari penyerahan sesuatu
yang didasarkan pada niat atau kehendak bersama, yang berarti pula
adanya kesengajaan baik dari si pemberi, dalam hal ini Billy Sindoro,
maupun si penerimanya, dalam hal ini Terdakwa Mohammad Iqbal,
agar dimiliki dan dinikmati oleh si penerimanya.

Niat berupa kesengajaan ini harus diwujudkan dalam bentuk


perbuatan untuk menyerahkan dan menerima barang. Jadi, kalau
menyerahkan saja tanpa ada niat atau kehendak bersama dan/atau
apabila hanya satu pihak saja (orang yang menyerahkan) yang
menghendaki agar obyek itu diterima tanpa ada kehendak dari si
penerimanya untuk memiliki dan menikmati, maka penerimaan
obyek oleh si penerimanya itu tidak dapat dikategorikan sebagai
“menerima” dalam unsur dimaksud.

Bahwa untuk dapat dipenuhinya unsur Menerima Hadiah atau


Janji disamping harus ada niat atau kehendak bersama dari pihak
yang menyerahkan dan dari pihak yang menerima, maka juga
sepatutnya harus dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. maksud dari orang yang menyerahkan barang atau obyek itu
harus jelas yaitu untuk maksud atau keperluan tertentu;
b. si penerima harus mengetahui bentuk ataupun jenis dari barang
yang diterimanya atau barang itu mengenai hal tertentu.

Bahwa dalam persidangan perkara ini terungkap fakta-fakta sebagai


berikut:

34
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

Keterangan Saksi Billy Sindoro, yang pada pokoknya menerangkan:


 Bahwa Saksi bekerja dengan memberikan bantuan-bantuan jasa,
konsultasi dan memberikan pandangan pandangan pada
perusahaan Lippo I-Net;
 Bahwa Saksi tidak pernah bergabung pada PT. Direct Vision,
tetapi pernah menjadi Presiden Direktur pada PT First Media dan
telah mengundurkan diri sejak tanggal 13 Juni 2008;
 Bahwa pada hari Kamis 28 Agustus 2008 pukul 23.20.59 Saksi
mengirim SMS kepada Terdakwa: “pak sy sngt bersyukur. Mhn
diberi kesempatan unt balas budi baik bapak. Tks”;
 Bahwa SMS Saksi tersebut di atas tidak pernah ditanggapi oleh
Terdakwa;
 Bahwa menurut Saksi tidak ada kaitan antara pengiriman SMS
hari Kamis 28 Agustus 2008 dengan pertemuan di Kamar 1712
Hotel Aryaduta Tugu Tani pada tanggal 16 September 2008;
 Bahwa Saksi tidak pernah bermaksud untuk memberikan uang
kepada Terdakwa;
 Bahwa wujud “balas budi“ belum di wujudkan;
 Bahwa masalah tas : maksudnya bukan untuk balas budi. Waktu
jalan Terdakwa keluar, Saksi pikir tas itu milik Terdakwa karena
Saksi masuk kedalam ruangan tidak bawa tas. Dan tas itu ada di
dekat kaki Terdakwa;
 Bahwa menurut Saksi tas diserahkan kepada Terdakwa dengan
cara meletakkan tas tersebut di lantai lift ketika Terdakwa sudah
berada di dalam lift.
 Bahwa pada saat berkomunikasi, baik melalui SMS ataupun
bertemu langsung, Terdakwa tidak pernah meminta sesuatu
kepada Saksi dan Saksi juga tidak pernah menjanjikan sesuatu;
 Bahwa tentang uang sejumlah Rp. 500 juta tersebut adalah uang
yang dipersiapkan untuk membayar Pengacara Hotman Paris
Hutapea yang telah direncanakan sejak awal bulan September
2008.

35
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

Keterangan Saksi Tresna Priyana Soemardi, yang pada pokoknya


menerangkan:
 Bahwa Saksi adalah Komisioner pada Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) dan salah satu Anggota Tim Pemeriksa
Lanjutan Perkara KPPU No. 03/KPPU/L/2008;
 Bahwa Saksi pernah mendengar ada staf atau Komisioner KPPU
yang menerima sesuatu kemudian barang itu diserahkan kepada
Sekretariat KPPU;
 Bahwa seingat Saksi barang itu berupa amplop-amplop yang
berisi uang dan kemudian oleh Komisioner diperintahkan untuk
dikumpulkan dan dikembalikan;
 Bahwa menurut anggapan Komisioner KPPU setiap ada hal seperti
itu akan segera kita kembalikan. Tidak ada aturan yang eksplisit.
Tidak ada kesepakatan tertulis sesama Komisioner, berjalan by
the time.
 Keterangan Saksi Tadjudin Noersaid, yang pada pokoknya
menerangkan:
 Bahwa Saksi adalah Komisioner pada Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU);
 Bahwa sepengetahuan Saksi ada aturan tentang gratifikasi, tetapi
Saksi tidak pernah melihatnya, yang saksi tahu setiap hari-hari
besar itu ada edaran untuk mengingatkan bahwa kalau ada
gratifikasi itu dilaporkan ke KPPU, kepada Sekretariat KPPU
untuk dikembalikan setelah itu paling tidak diserahkan kepada
badan-badan sosial.
 Bahwa tidak ditentukan batas waktu melapor ke Sekretariat
KPPU.

Keterangan Saksi Kurnia Sya’ranie, yang pada pokoknya


menerangkan:
 Bahwa Saksi adalah Direktur Eksekutif pada KPPU sejak tahun
2007;

36
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

 Bahwa sepengetahuan Saksi di KPPU tidak ada aturan tentang


gratifikasi;
 Bahwa menurut Saksi pada tahun 2002 pernah ada kejadian di
KPPU ada staf yang menerima sesuatu kemudian dilaporkan
kepada Sekretariat KPPU;
 Bahwa Saksi tidak ingat siapa yang melakukan, tetapi pemberian
tersebut kepada investigator dan ketika itu Saksi menjabat
sebagai Direktur Penegakan Hukum;
 Bahwa yang diberikan tersebut bentuknya amplop yang kemudian
diserahkan kepada Pimpinan Sekretariat Direktur Eksekutif dan
selanjutnya dikembalikan kepada pelaku usaha;
 Bahwa pengembalian barang kepada Sekretariat KPPU sudah
menjadi komitmen seluruh Staf dan Komisioner KPPU.

Keterangan Saksi Rani Anindita Tranggani, yang pada pokoknya


menerangkan:
 Bahwa Saksi adalah Penyelidik pada Komisi Pemberantasan
Korupsi sejak tanggal 20 Desember 2005;
 Bahwa dalam kaitannya dengan kasus Terdakwa, Saksi diberi
Surat Perintah Penyelidikan pada tanggal 20 Juni 2008;
 Bahwa tugas Saksi adalah untuk mendengarkan & membaca,
salah satunya SMS dari nomor +62 812 806 4800 dan +62 0815
86400 …429;
 Bahwa Saksi akhirnya mengetahui nomor +62 812 806 4800
adalah milik Mohammad Iqbal dan lawan komunikasinya Billy
Sindoro;
 Bahwa selama Saksi mendengarkan hasil penyadapan SMS dan
telepon, Saksi tidak pernah mendengar atau mengetahui
Terdakwa meminta sesuatu kepada Billy Sindoro;
 Bahwa Saksi juga tidak pernah mendengar atau membaca SMS
tanggal 15 atau 16 September tentang Billy Sindoro menjanjikan

37
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

akan memberikan uang sebesar Rp. 500.000.000,- kepada


Terdakwa;
 Bahwa Saksi juga tidak pernah mendengar Billy Sindoro akan
memberikan suatu tas kepada Mohammad Iqbal.

Keterangan Ahli Andika Triwidada Sarjana S-1 Fisika ITB yang


mempunyai keahlian dibidang Informasi dan Teknologi, yang pada
pokoknya berpendapat :
 Bahwa suatu hasil editing data elektronik berbentuk rekaman
gambar dan/atau suara (video dan/atau audio) bisa diterima
apabila sesuai dengan aslinya, apabila tidak sesuai dengan
aslinya maka tidak dapat diterima sebagai bukti;
 Bahwa untuk menentukan keaslian suatu salinan/copy data
elektronik berbentuk rekaman gambar dan/atau suara (video
dan/atau audio) dapat dilakukan penghitungan HASH data
tersebut, apakah HASH nya sama dengan data aslinya, apabila
HASH nya sama maka dipastikan bahwa salinan data tersebut
adalah asli, tetapi apabila HASH nya bebeda dengan data aslinya
maka data salinan tersebut diragukan keasliannya;
 Bahwa rekaman CCTV yang utuh adalah rekaman CCTV yang
memiliki HASH dan waktu yang utuh.

Keterangan Ahli Eko Supriyanto, Sarjana S1 Fisika ITB dan


Magister Tekhnik ITB, yang mempunyai keahlian di bidang CCTV,
yang pada pokoknya berpendapat :
 Bahwa untuk menentukan data elektronik dalam hal ini rekaman
CCTV adalah otentik atau tidak otentik dari operator CCTV
kepada yang meminta dapat dibuktikan dengan cara:
• adanya dokumentasi serah terima;
• dilakukan uji materi secara teknik.

38
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

 Bahwa dari beberapa kamera CCTV jika digabung menjadi 1


(satu) maka perlu dilakukan proses editing, dalam proses editing
data elektronik (dhi. Rekaman CCTV) sangat berpotensi untuk
mengubah data aslinya;
 Bahwa dalam proses editing peluang untuk memanipulasi sangat
besar;
 Bahwa pengakuan belum tentu / cukup bisa menyebut keaslian
suatu data elektronik (dhi. Rekaman CCTV) karena dipengaruhi
oleh kehalusan editing, yang paling otentik adalah data eletronik
/ data digital yang aslinya;
 Bahwa suatu rekaman CCTV harus ada menunjukkan waktu,
apabila tidak ada waktu maka besar potensi manipulasinya

Keterangan Terdakwa, yang pada pokoknya menerangkan :


 Bahwa Terdakwa adalah salah seorang anggota tim pemeriksa
dugaan pelanggaran pasal 16 dan 19 a UU No.5 tahun 1999
berkaitan dengan Hak Siar Barclays Premier League (Liga Utama
Inggris) yang dilakukan oleh PT. Direct Vision/”DV” (Terlapor I),
Astro All Asia Networks, Plc /”AAAN” (Terlapor II), ESPN STAR
Sports/”ESS” (Terlapor III), dan All Asia Multimedia
Networks/”AAMN” (Terlapor IV) berdasarkan SK ketua KPPU No. :
19/KPPU/KEP/I/2008, yang komposisi lengkapnya sebagai
berikut :
1) Dr. A.M. TRI ANGGRAINI, SH, MH sebagai Ketua Tim
Pemeriksa
2) Ir. H. MOHAMMAD IQBAL sebagai Anggota Tim pemeriksa
3) Prof. Dr. TRESNA P. SOEMARDI sebagai Anggota Tim
pemeriksa
 Bahwa Terdakwa juga adalah salah satu Anggota Majelis Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam Perkara Nomor:
03/KPPU-L/2008 tentang dugaan pelanggaran Undang-undang
No. 5 tahun 1999 berkaitan Hak Siar Barclays Premier League
(Liga Utama Inggris) sebagaimana tersebut di atas;

39
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

 Bahwa Terdakwa bertemu dengan Billy Sindoro sebanyak 4


(empat) kali, sebagaimana disebutkan berikut ini:
1. tanggal 21 Juli 2008 bertempat di Hotel Aston / Aryaduta
Semanggi, hanya perkenalan biasa, berbincang-bincang
tentang krisis global dan bisnis Grup Lippo.
2. tanggal 22 Agustus 2008 bertempat di Aryaduta Tugu Tani.
Billy Sindoro menyampaikan keluhan bahwa hubungan Lippo
dengan Astro Malaysia sudah sulit untuk diteruskan. Billy
Sindoro memberitahukan hubungan itu akan diputus oleh
Astro pada tanggal 31 Agustus 2008.
3. tanggal 27 Agustus 2008 bertempat di Hotel Aryaduta Tugu
Tani. Pada pertemuan tersebut Billy Sindoro menyampaikan
permintaan agar putusan KPPU tentang hak siar liga Inggris
dibuatkan injunction, tetapi Terdakwa menyampaikan bahwa
sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1999 putusan injunction tidak
dikenal dalam putusan KPPU. Injunction yang diinginkan oleh
Billy Sindoro adalah agar Astro Malaysia tidak memutuskan
hubungan dengan PT.DV.
Tentang permintaan injunction pernah disebut oleh Billy
Sindoro melalui SMS, tetapi draft injunction tersebut dikirim
oleh Benedict pada tanggal 29 Agustus 2008 pagi sedangkan
majelis sudah selesai bermusyawarah untuk mengambil
keputusan pada tanggal 28 Agustus 2008 malam.
4. tanggal 16 September 2008 bertempat di Hotel Aryaduta Tugu
Tani lantai 17 ruangan 1712.
 Bahwa pada pertemuan tanggal 16 September 2008, ketika
Terdakwa sudah masuk dalam lift hendak turun tiba-tiba Billy
Sindoro meletakkan 1 (satu) buah tas di lantai lift. Awalnya
Terdakwa tidak memegang tas tersebut bahkan sampai sudah ada
orang lain yang masuk dalam lift tersebut tas masih di lantai,
ketika sudah mau sampai di lobby baru tas tersebut dipegang
oleh Terdakwa, ketika Terdakwa sampai di Lobby Hotel Aryaduta
Terdakwa didatangi petugas KPK dan kemudian menggiring
Terdakwa masuk ke dalam toilet untuk membuka tas tersebut,

40
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

karena banyak orang maka Terdakwa digiring ke tempat parkiran


dan masuk kedalam mobil kijang lalu Terdakwa diminta untuk
membuka tas tersebut dan terlihat amplop berwarna coklat,
kemudian Terdakwa menyampaikan bahwa tas ini milik seseorang
di lantai 17, kemudian Terdakwa bersama-sama dengan petugas
KPK naik ke lantai 17 dan menuju ruangan 1712.

Awalnya Terdakwa sulit mengenal ruangan 1712, Terdakwa


mengetuk beberapa pintu kamar di lantai 17 tersebut sampai
kemudian ada yang membuka pintu yang bernama Gentar staf
Billy Sindoro dan Terdakwa bertanya dimana Pak Billy Sindoro,
lagi di toilet jawab Gentar, kemudian Billy Sindoro keluar. Petugas
KPK bertanya kepada Billy Sindoro apakah tas ini milik Billy
Sindoro ? Billy Sindoro menjawab tidak, kemudian tas tersebut
dibuka dan amplop coklat didalamnya juga dibuka dan terlihat
berisikan uang. Uang tersebut baru diketahui jumlahnya setelah
dihitung di KPK yaitu seluruhnya berjumlah Rp. 500 juta;
 Bahwa Terdakwa tidak mengetahui isi tas tersebut sebelum
dibuka oleh KPK;
 Bahwa Terdakwa akan menyerahkan tas tersebut ke Sekretariat
KPPU dan apabila berisi suatu gratifikasi untuk selanjutnya
diserahkan kepada KPK melalui Sekretariat KPPU;
 Bahwa dalam menanggapi gencarnya SMS-SMS dari Billy Sindoro
disikapi oleh Terdakwa seperti ibarat pepatah Minang: “Iyo kan
nan di urang lalukan nan di awak“, yang artinya kurang lebih
“diiyakan saja tetapi tidak dilakukan“;
 Bahwa Terdakwa tidak pernah meminta sesuatu kepada siapapun
saat menangani perkara hak siar Liga Inggris.
 Bahwa Terdakwa tidak pernah menjanjikan sesuatu kepada
siapapun saat menangani perkara hak siar Liga Inggris.

41
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

Barang Bukti berupa Video Rekaman CCTV dan hasil penyadapan


atas SMS serta suara no. 628128064800 dan 6281586400429.

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Berdasarkan alat bukti yang terungkap di persidangan tersebut di


atas, Saksi Billy Sindoro dan Terdakwa secara jelas tidak mempuyai
niat atau kehendak bersama untuk menyerahkan dan menerima tas
yang berisi uang sejumlah Rp. 500 juta tersebut. Tidak adanya niat
atau kehendak bersama tersebut dapat dibuktikan dengan adanya
fakta-fakta:

 bahwa baik dalam komunikasi melalui SMS ataupun pada saat


Saksi Billy Sindoro dan Terdakwa bertemu sebanyak empat kali
tidak pernah dibicarakan soal permintaan ataupun pemberian
uang dari Saksi Billy Sindoro kepada Terdakwa;
bahwa tidak ada kehendak dari Terdakwa untuk menerima tas
yang berisi uang tersebut karena tas itu sekonyong-konyong
diletakkan oleh Saksi Billy Sindoro di lantai lift lantai 17 Hotel
Aryaduta Tugu Tani Jakarta ketika Terdakwa sudah berada di
dalam lift dan pintu lift menjelang tertutup; lagipula ketika di
dalam lift dari lantai 17 dst tas itu masih tergeletak di lantai dan
tidak dipunggut oleh Terdakwa, selanjutnya baru diambil oleh
Terdakwa menjelang keluar dari lift di lantai dasar. Namun
rekaman CCTV yang memuat gambar ketika Terdakwa berada di
lantai 17 hingga menjelang sampai di lantai dasar diedit
sedemikian rupa oleh KPK, sehingga tidak nampak kejadian yang
sesungguhnya ketika Terdakwa masih berada di dalam lift,
kejadian sebelum tas tersebut diambil oleh Terdakwa. Yang
ditampilkan di persidangan oleh KPK adalah hasil manipulasi
rekaman CCTV, yaitu ketika Terdakwa sudah hampir sampai di
lantai dasar dan tas tersebut telah dipungut dan dibawa oleh
terdakwa keluar dari pintu lift.

42
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

 bahwa Terdakwa memang tidak mempunyai kehendak untuk


menerima dan memiliki tas yang berisi uang tersebut karena akan
diserahkan kepada Sekretariat KPPU dan untuk selanjutnya
diserahkan kepada KPK. Rencana Terdakwa untuk menyerahkan
tas itu kepada Sekretariat KPPU merupakan komitmen yang
sudah pernah dipraktekkan manakala Staf atau Komisioner KPPU
menerima barang dari pelaku usaha, sebagaimana menurut
Keterangan Saksi Tresna Priyana Soemardi, Kurnia Sya’ranie dan
Saksi Tadjudin Noor Said;
 bahwa kehendak Terdakwa yang tidak sempat terwujud untuk
menyerahkan tas milik Saksi Billy Sindoro kepada Sekretariat
KPPU, karena keburu ditangkap KPK, merupakan itikad baik
yang pantas untuk dipercaya dan harus dipertimbangkan. Itikat
baik yang dilandasi oleh kejujuran, sikap yang selama ini menjadi
rujukan bagi Terdakwa dalam menjalani kehidupan. Kepercayaan
kepada Terdakwa itu tumbuh bukannya tanpa alasan.

Ada latar belakang yang menjadi dasar perlunya itikad baik


yang dilandasi oleh kejujurannya itu sangat pantas untuk
dipercaya, yaitu ketaatan Terdakwa dalam menjalankan ibadah
sesuai dengan agama yang dianutnya, adanya sejumlah tokoh
masyarakat yang secara sukarela menaruh kepercayaan kepada
Terdakwa yaitu ketika Terdakwa mengajukan permohonan
penangguhan penahanan kepada Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi mereka tidak berkeberatan untuk menjadi penjamin yang
menanggung seluruh akibat hukum dari perbuatan Terdakwa jika
Terdakwa mempersulit jalannya pemeriksaan perkara ini.

Para tokoh masyarakat itu adalah: Prof. DR. H.M Amien Rais, MA,
pejuang dan tokoh reformasi mantan Ketua MPR RI tahun 1999-
2004, DR Iur. Adnan Buyung Nasution pejuang Hak Asasi
Manusia dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Republik
Indonesia, Syuhada Bahri Ketua Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia, DR. Muslimin Nasution mantan Menteri Kehutanan
dan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Adi
Sasono mantan Menteri Koperasi dan UKM RI, DR. Sukarmi, SH.
MH Anggota KPPU dan Ir. M. Nawir Messi, MSc Anggota KPPU,

43
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

tidak ada keraguan pada kredibilitas Terdakwa selaku Anggota


KPPU selama dua periode mulai tahun 2000 bahkan pernah
menjadi Ketua KPPU, suatu tahap pencapaian yang tidak mudah
karena harus dilalui dengan proses seleksi yang ketat;
 bahwa Terdakwa tidak mengetahui apa maksud dari Saksi Billy
Sindoro meletakkan tas yang ternyata berisi uang Rp. 500 juta di
lantai lift ketika Terdakwa sudah berada di kamar lift dan pintu
lift menjelang tertutup;
 bahwa Terdakwa tidak mengetahui apa isi dari tas yang
diletakkan oleh Billy Sindoro di lantai lift tersebut.

Bahwa berdasarkan uraian di atas, maka unsur menerima hadiah


atau janji yang diuraikan dalam Surat Dakwaan bahwa Terdakwa
sebagai salah seorang Anggota Majelis Komisi dalam sidang Majelis
Komisi Perkara Nomor: 03/KPPU-L/2008 tentang dugaan pelanggaran
Undang undang No. 5 tahun 1999 berkaitan dengan Hak Siar Barclays
Premier League (Liga Utama Inggris) yang dilakukan oleh PT. Direct
Vision (Terlapor I), Astro All Asia Networks, Plc (Terlapor II), ESPN STAR
Sports (Terlapor III), dan All Asia Multimedia Networks (Terlapor IV),
yangmenerima hadiah yaitu menerima pemberian berupa uang tunai
sejumlah Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dari BILLY
SINDORO, tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

1.3. Diketahui atau patut diduga bahwa janji atau hadiah


tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena
telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Dalam Surat Dakwaan, unsur ini dikaitkan dengan perbuatan


Terdakwa, yaitu: “Terdakwa mengetahui bahwa pemberian tersebut
karena telah memenuhi permintaan BILLY SINDORO untuk membuat

44
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

putusan yang membantu kepentingan PT. Direct Vision agar tetap


menayangkan siaran pertandingan Liga Utama Inggris musim 2007-
2010, dan memberitahukan serta membocorkan materi pembahasan
Putusan Perkara KPPU Nomor: 03/KPPU-L/2008 yang sifatnya
rahasia.”

Bahwa sesuai dengan bunyi Surat Dakwaan di atas, pengertian


“mengetahui” menunjukkan Terdakwa menyadari dan ada
pengetahuan ia menerima pemberian dari Billy Sindoro sebagai
akibat karena telah memenuhi permintaan BILLY SINDORO………dst.
Permintaan Billy Sindoro yang menurut Surat Dakwaan telah
dipenuhi oleh Terdakwa adalah sebagaimana diuraikan dalam Surat
Dakwaan halaman 7-8, yang berbunyi:

 “Terdakwa dalam rangka memenuhi keinginan BILLY SINDORO


untuk memastikan kepentingan PT. Direct Vision agar tetap dapat
menyiarkan siaran Liga Utama Inggris musim 2007-2010 yang
disuplai oleh AAMN, pada tanggal 29 Agustus 2008 jam 00.51 Wib
kembali dihubungi oleh BILLY SINDORO melalui pesan singkat
dengan mengatakan: “Pak besok pagi2 sy akn kirim 1 usulan
paragraf singkat utk injtcns. Mhn dgn sngt bp bs bantu ya pak utk
mmasukkan dlm putusan. Spy clear, firm, explisit. Tks pak”,
……dst”
 “Terdakwa pada tanggal 29 Agustus 2008 bersama dengan Majelis
Komisi dimuka persidangan telah membacakan Putusan Perkara
Nomor: 03/KPPU-L/2008 yang mencantumkan amar “injuction”
yang diinginkan BILLY SINDORO dengan menyatakan :
“Memerintahkan Terlapor IVAll Asia Multimedia Net-works, FZ-LLC
untuk menjaga dan melindungi kepentingan konsumen TV
berbayar di Indonesia dengan tetap mempertahankan
kelangsungan hubungan usaha dengan PT. Direct Vision dan tidak
menghentikan seluruh pelayanan kepada pelanggan Sampai
adanya penyelesaian hukum mengenai status kepemilikan PT.
Direct Vision”

45
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

Bahwa phrase “mengetahui” itu harus dan selalu dikaitkan dengan


sikap batin Terdakwa berupa “niat” yang berarti pula sebagai
kesengajaan untuk mewujudkan perbuatan yang bersifat melawan
hukum dan sebagai bagian yang paling penting untuk menentukan
adanya kesalahan Terdakwa. Menurut Ahli Hukum Pidana Dr. Rudi
Satrio, SH. MH. yang diajukan oleh Terdakwa di persidangan
berpendapat “bahwa dalam dugaan tindak pidana sebagaimana di
atur dalam pasal 5, 11 dan 12 UU No. 20 tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi harus ada niat yang dapat
diketahui dari isi komunikasi”.

Niat atau kesengajaan dalam kaitannya dengan unsur Menerima


Hadiah atau Janji sebagaimana telah kami uraikan di atas tidak
tercermin pada diri Terdakwa. Selanjutnya tentang apakah ada niat
atau kesengajaan yang tercermin pada diri Terdakwa yaitu memenuhi
permintaan Billy Sindoro sebagaimana menurut Surat Dakwaan
tersebut di atas, akan diuraikan di bawah ini.

Bahwa dalam persidangan terungkap fakta-fakta sebagai berikut:

Keterangan Saksi Billy Sindoro, pada pokoknya menerangkan:


 Bahwa atas permintaan Saksi, pada tanggal 22 Agustus 2008
berlangsung pertemuan kedua antara Saksi dan Terdakwa di
Hotel Aryaduta Tugu Tani. Dalam pertemuan itu Terdakwa
meminta informasi mengenai pemutusan siaran Liga Inggris oleh
pihak Astro Malaysia;
 Bahwa Saksi kemudian mengetahui bahwa ternyata KPPU juga
secara resmi meminta dokumen tersebut kepada semua pihak
termasuk kepada Direct Vision dan KPPU sudah memperolehnya,
yang ternyata jumlahnya ada enam. Jadi yang diterima oleh
Terdakwa hanya satu dari jumlah keseluruhan sebanyak enam
dokumen sebagaimana yang sebelumnya telah diterima oleh
KPPU;
 Bahwa pada hari Rabu 27 Agustus 2008 siang hari, atas inisiatif
Saksi berlangsung pertemuan ketiga antara Saksi dengan

46
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

Terdakwa di Hotel Aryaduta Tugu Tani. Dalam pertemuan


tersebut Saksi mengusulkan adanya injunction; inti dari
injunction adalah bagaimana melindungi kepentingan konsumen
supaya mereka tidak dikorbankan untuk kepentingan para
pemegang saham tsb.
 Bahwa Saksi kemudian meminta stafnya untuk mengetik materi
injuction tersebut, yang mana menurut sepengetahuannya baru
dikirim ke alamat email Terdakwa pada tanggal 29 Agustus 2008;
 Bahwa sepanjang hari Kamis tanggal 28 Agustus 2008 yang
dimulai pada pukul 14.29.01 WIB, Saksi terus menerus mengirim
SMS kepada Terdakwa yang pada pokoknya menanyakan
perkembangan tentang injunction;
 Bahwa atas pertanyaan Saksi yang berkaitan dengan injunction
tersebut, Terdakwa menjawab dalam SMS nya hari Kamis 28
Agustus 2008 pukul 14.40.38 WIB: “Pembacaan masih
berlangsung. Mslh injunction blm dibhs. Mudah2an tidak ada yang
menolak”; kemudian ada SMS Terdakwa pukul 14.47.42: “iya,
pembacaan putusan akan dibacakan bsk siang”; dan SMS pukul
23.03.12: Baru selesai. Alhamdulillah aman”; serta SMS pukul
23.20.59: “Substansinya demikian. Kalimat persisnya bsk sy lihat
lg. Sekarang sy sdh dirmh & putusannya ada diktr”; SMS
Terdakwa yang terakhir ini merupakan jawaban atas SMS Saksi:
“Pak mhn Tanya apkh kalimat2 injunction jelas mengatakan
services thd dv @ trmsk: content, satelit, broadcast eqpmts, dll @
tdk boleh dihentikan? Tks”;
 Bahwa pada hari yang sama, Kamis 28 Agustus 2008 pukul
23.20.59 Saksi mengirim SMS kepada Terdakwa: “pak sy sngt
bersyukur. Mhn diberi kesempatan unt balas budi baik bapak.
Tks”;
 Bahwa pada hari jumat 29 Agustus 2008 dimulai pada tengah
malam pukul 00.42.11, Saksi secara terus menerus mengirim
SMS kepada Terdakwa, yang salah satunya adalah SMS yang
berbunyi: “Pagi pak. Mhn maaf. Krn sngt penting, kalimat2
injunctions mhn dibuat explicit, clear & firm pak. Othrwse astro
tetap cari celah pak, shg percuma bp beri injcts”; dan SMS: “Pak

47
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

bsok pagi2 sy akan kirim 1 usulan paragraf singkat utk injtcns.


Mhn dgn sngt bp bs Bantu ya pak utk mmasukan dlm putusan. Spy
clear, firm, explicit. Tks pak”;
 Bahwa atas SMS Saksi tersebut di atas, ada dua kali SMS
Terdakwa yang perlu dicatat yaitu pada pukul 12.52.19 WIB: “Sd.
substansinya sdh sama”; dan SMS pukul 16.38.18 WIB: “Baru
selesai dibacakan putusannya. Mudah-mudahan sesuai dng
harapan”;
 Bahwa Saksi mengetahui ada keputusan KPPU, tapi tidak pernah
membacanya;
 Bahwa usulan injunction Saksi yang dikirimkan oleh Benedict ke
alamat email Terdakwa tidak diakomodasi dalam Putusan KPPU
tanggal 29 Agustus 2008;
 Bahwa pada hari Jumat tanggal 29 Agustus 2008 pukul 22.51.08
WIB, Saksi mengirim SMS kepada Terdakwa: “Pak, yg kena
injunction seharusnya AAAN PLc bukan AAMN, AAAN PLc adlh
persh induk, AAMN hanya content provider. Tks”.

Keterangan Saksi Anna Maria Tri Anggraini, yang pada pokoknya


menerangkan:
 Bahwa Saksi adalah ketua tim pemeriksa dugaan pelanggaran
pasal 16 dan 19 a UU No.5 tahun 1999 berkaitan dengan Hak
Siar Barclays Premier League (Liga Utama Inggris) yang dilakukan
oleh PT. Direct Vision/”DV” (Terlapor I), Astro All Asia Networks,
Plc /”AAAN” (Terlapor II), ESPN STAR Sports/”ESS” (Terlapor III),
dan All Asia Multimedia Networks/”AAMN” (Terlapor IV)
berdasarkan SK ketua KPPU Nomor : 19/KPPU/KEP/I/2008,
dengan komposisi sebagai berikut :
1) Dr. A.M. TRI ANGGRAINI, SH, MH sebagai Ketua Tim
Pemeriksa;
2) Ir. H. MOHAMMAD IQBAL sebagai Anggota Tim pemeriksa

48
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

3) Prof. Dr. TRESNA P. SOEMARDI sebagai Anggota Tim


pemeriksa
 Bahwa Saksi juga adalah salah satu Anggota Majelis Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam Perkara Nomor:
03/KPPU-L/2008 tentang dugaan pelanggaran Undang-undang
No. 5 tahun 1999 berkaitan Hak Siar Barclays Premier League
(Liga Utama Inggris) sebagaimana tersebut di atas;
 Bahwa pada tanggal 15 Agustus 2008 Saksi sudah memberitahu
kepada Terdakwa akan adanya satu bukti baru berupa pindahnya
siaran Liga Inggris dari DV ke Aora TV;
 Bahwa seingat Saksi, Terdakwa pernah menyerahkan Surat
Pemberitahuan atau Notice of Termination yang isinya berupa
pemberitahuan tentang akan diputuskannya kerjasama yang
disepakati selama ini di atas tanggal 20 Agustus 2008;
 Bahwa dengan adanya bukti baru fakta baru tersebut, kemudian
Majelis Komisi melakukan sidang majelis yang ke-2 Tgl. 22
Agustus 2008;
 Bahwa pada tanggal 22 Agustus 2008 tersebut salah seorang
Anggota Majelis Komisi, yaitu Benny Pasaribu mengusulkan
adanya hak-hak konsumen yang perlu dilindungi dan usulan
perlunya dipanggil Astro dan Lippo.
 Bahwa seingat Saksi pada saat pertemuan tsb, Terdakwa
mengatakan bahwa tidak ada kewenangan KPPU untuk
memanggil Lippo dengan Astro. Tetapi yang terjadi tetap
dilakukan pemanggilan tgl. 27 Agustus 2008. Dan yang hadir
hanya pihak Lippo, diwakili oleh Ong.
 Bahwa yang merumuskan Konsep putusan tgl. 27 Agustus 2008
adalah Saksi yang dibantu oleh Investigator dan Panitera;
 Bahwa menurut Saksi: pak Iqbal pernah menyatakan kepada
Majelis Komisi “agar AAMN tetap mempertahankan penanyangan
siaran Liga Utama Liga Inggris di PT. DV sampai ada putusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.”

49
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

 Bahwa usulan atau pernyataan Terdakwa tersebut secara khusus


tidak diakomodasi pada putusan tanggal 28 Agustus 2008 dan
usulan tersebut juga tidak ada secara eksplisit disebutkan pada
putusan tgl. 29 Agustus 2008 dalam diktum ke-5;
 Bahwa pada tanggal 28 Agustus 2008 Majelis Komisi telah
menyepakati Diktum Putusan yang pada diktum ke 5 berbunyi:
“Memerintahkan Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC
untuk menjaga dan melindungi kepentingan konsumen TV
berbayar di Indonesia dengan tetap mempertahankan hubungan
usaha dengan PT DV sampai adanya kejelasan penyelesaian
kepentingan dan pemenuhan hak-hak konsumen PT. DV”;
 Bahwa sebelum membacakan Putusan tanggal 29 Agustus 2008,
Saksi atau Benny Pasaribu telah merubah redaksional diktum ke
5 putusan tanggal 28 Agustus 2008 tersebut di atas sehingga
berbunyi: “Memerintahkan Terlapor IV: All Asia Multimedia
Networks FZ-LLC untuk menjaga dan melindungi kepentingan
konsumen TV berbayar di Indonesia dengan tetap
mempertahankan kelangsungan hubungan usaha dengan PT.
Direct Vision dan tidak menghentikan seluruh pelayanan
kepada pelanggan sampai adanya penyelesaian hukum
mengenai status kepemilikan PT. DV”;

Keterangan Saksi Benny Pasaribu, yang pada pokoknya


menerangkan:
 Bahwa Saksi adalah salah satu Anggota Majelis Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) dalam Perkara Nomor: 03/KPPU-
L/2008 tentang dugaan pelanggaran Undang undang No. 5 tahun
1999 berkaitan dengan Hak Siar Barclays Premier League (Liga
Utama Inggris) yang dilakukan oleh PT. Direct Vision/”DV”
(Terlapor I), Astro All Asia Networks, Plc /”AAAN” (Terlapor II),
ESPN STAR Sports/”ESS” (Terlapor III), dan All Asia Multimedia
Networks/”AAMN” (Terlapor IV);

50
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

 Bahwa menurut Saksi input untuk menentukan perumusan


keputusan dari pihak-pihak Terlapor/ Pelapor hanya dapat
diperoleh di dalam Sidang Majelis;
 Bahwa seingat saksi tidak ada aturan apakah diperkenankan
untuk mendapatkan input atau masukkan terhadap pihak luar,
diluar konteks Majelis;
 Bahwa menurut Saksi selaku anggota Majelis, dalam memutus
perkara tidak diperbolehkan berhubungan baik langsung maupun
tidak langsung, dengan menerima pemberian dengan pihak yang
berperkara, karena hal tersebut dilarang, yang diatur dalam Kode
Etik KPPU No : 06/KPPU/Kep/XI/2002 tertanggal 7 November
2000 tentang Kode Etik dan mekanisme Kerja KPPU, Bab III
tentang Moralitas. Sesuai dengan Kode Etik KPPU bahwa setiap
unsur Komisi, dilarang melakukan persekongkolan dengan pihak
manapun yang patut diduga akan mempengaruhi pengambilan
keputusan. Selain itu juga, semua unsur Komisi dilarang
menerima sesuatu dalam bentuk uang dan/atau hadiah yang
secara langsung maupun tidak langsung patut diduga berkaitan
dengan jabatannya. Sehingga kami dilarang untuk berhubungan
dengan pihak-pihak yang sedang berpekara di KPPU, baik dalam
tahap pemeriksaan maupun putusan Majelis;
 Bahwa menurut keterangan Saksi, Terdakwa tidak ada
mengusulkan supaya ada injuction yang dibuat oleh Majelis
Komisi;
 Bahwa menurut Saksi ada 5 surat yang berkaitan dengan
pemutusan hubungan hukum oleh Astro kepada PT. Direct Vision
yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan putusan Majelis
Komisi;
 Bahwa sehubungan dengan pemutusan hubungan hukum
tersebut Liga Inggris sudah tidak ada, pelanggan sudah bayar 6
bulan, 1 tahun, dan sebelumnya mereka berlangganan karena
Liga Inggris, Liga Inggrisnya diputus. Uang mereka belum
kembali, tanpa sepengetahuan, itu sepihak dan menurut Saksi
Astro memang harus dikasih pelajaran supaya dia bertanggung

51
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

jawab kepada Pelanggan semua. Siapa lagi yang harus mengurus


rakyat kalau bukan kita;
 Bahwa Saksi sangat concern terhadap Perlindungan Konsumen;
 Bahwa menurut Saksi kalau kita membaca media massa, sebelum
tanggal 22 Agustus 2008 sudah ada demo-demo di KPPU juga dari
pelanggan. Kalau tidak salah tanggal 14 Agustus 2008 sudah ada
demo dari Pelanggan;
 Bahwa pelanggan itu ingin tetap berlangganan, ingin nonton Liga
Inggris dan kalau pelanggan menuntut hal itu menurut Saksi
merupakan satu hal yang wajar;
 Bahwa sebelum tanggal 22 Agustus 2008 kurang lebih tanggal
18-19 Agustus 2008, di media massa juga bisa dibaca kalau
siaran Liga Inggris sudah pindah dari Astro ke Aora. Menurut
Saksi ini gila, kita Majelis sedang memeriksa perkaranya Astro
sudah bikin ulah;
 Bahwa pada Sidang Majelis Kedua Saksi agak marah, agak kesel
gitu, kenapa Astro kok melakukan hal ini, alasan komersial pun,
tapi ini kan tanggung jawab, pelanggan ini bagaimana. Peralatan
itu menjadi Sunk Cost. Lalu trilyunan itu nilainya nggak ada
guna, hanya karena dia pindah. Itu kan bagian kesejahteraan
rakyat yang hilang. Jadi menurut pemikiran Saksi, tolong
diperhatikan para pelanggan ini;
 Bahwa menurut Saksi, perseteruan Astro dengan DV ibarat
jangan karena gajah sama gajah, itu kasus posisi pelanduk yang
terjepit; Jadi kalau perlu Saksi minta gajah sama gajah itu
dipanggil ke KPPU, siapa yang harus bertanggung jawab terhadap
pelanggan itu ? Saksi juga menyampaikan supaya gajah dengan
gajah “Lippo dengan Astro bertemu;
 Bahwa atas usulan Saksi kemudian ditindak lanjuti dengan
Sidang Majelis ke-3, tanggal 22 Agustus 2008; dimana yang hadir
adalah Lippo sedangkan AAMN tidak hadir;
 Bahwa pada sidang Majelis tersebut, Lippo mengatakan bahwa
ada lagi 5 surat selain satu surat yang kita terima itu, oleh karena

52
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

itu Saksi mengatakan bahwa sudah tidak bisa di komunikasikan


lagi. AAMN tidak kooperatif sama sekali;
 Bahwa oleh karena Saksi adalah Ekonom, maka yang dipelajari
adalah persaingan usaha yang sehat, dengan itu kan seperti satu
mata uang dengan dua sisi dengan konsumen. Ya persaingan
usaha yang sehat dan kepentingan umum. Jadi spontan yang
dipelajari Saksi, dan pasti yang dirugikan adalah konsumennya;
 Bahwa dalam Sidang Majelis Komisi tersebut, Saksi
menyampaikan kalaupun nantinya bebas, tolong itu dibuat
rekomendasi. Karena siaran sudah diputus dari pelanggan,
pelanggan sudah ada yang bayar 6 bulan, 1 tahun, dan semua
peralatan ada di konsumen/ di pelanggan. Supaya tetap menjadi
perhatian betul atas kerugian pelanggan itu;
 Bahwa terhadap usulan Saksi tentang “Perlindungan Konsumen”
(poin 5), seingat Saksi semua anggota Majelis sudah bersepakat
dengan keputusan tersebut, tidak ada yang keberatan, Keputusan
Bulat;
 Bahwa menurut Saksi, di Draft memang saksi yang mencoret, tapi
itu bukan putusan Majelis Komisi. Yang jadi putusan adalah yang
diketik dan yang di print out, itulah yang kita baca bersama, yang
kita diskusikan, itu yang kita tanda tangani;
 Bahwa Saksi pernah membuat Pernyataan di Majalah Tempo edisi
26 Januari – 1 Februari 2009, yang terkait dengan diktum ke-5,
yang isinya: “Adapun Benny Pasaribu mengatakan penggantian
redaksional itu intinya pasti membuat perusahaan itu lebih baik.
Apapun yang kami lakukan itu biar lebih tepat, ujarnya.” Benny
tidak menampik jika dirinya disebut kerap memojokkan All Asia
Multimedia Netwoks dalam rapat-rapat Majelis, “Ya tadi pun saya
memojokkan, kenapa tidak, karena merugikan konsumen. Bayar
dulu kerugian pelanggan itu.” Ujarnya pada Tempo Jumat 2 pekan
lalu di Pengadilan Tipikor.”

53
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

Keterangan Benedict Sulaiman, yang pada pokoknya menerangkan:


 Bahwa Saksi adalah Engineer Manager pada PT Lippo E-Net;
 Bahwa Saksi pernah mendapat perintah / arahan dari Pak Billy
untuk mengirimkan email kepada Pak Iqbal, perintahnya adalah
sewaktu malam-malam pulang, di mobil, kemudian minta dicatat
beberapa hal, kemudian Pak Billy bilang, catat ini nanti
dikirimkan pada Pak Iqbal;
 Bahwa Saksi lupa kata-katanya, waktu itu ditulis dengan tulisan
tangan, kemudian di ketik ulang di komputer;
 Bahwa menurut Pak Billy email langsung dikirimkan aja (email
yang dikirim adalah sama) dan tidak ada jawaban atas email
tersebut dan Saksi tidak mengecek apakah email tersebut sampai
atau tidak Saksi juga tidak tahu, yang penting tidak ada report
bounce;
 Bahwa menurut Saksi dalam memberikan keterangan yang ada di
BAP No. 17 yang menyatakan bahwa : Isi email tersebut adalah
usulan Saudara Billy Sindoro untuk disisipkan oleh
Saudara Mohammad Iqbal agar dimasukkan ke dalam Isi
Keputusan KPPU, dalam kondisi merasa tertekan, karena Saksi
diperiksa banyak orang. Dan Saksi tidak pernah memperhatikan/
tidak membaca sebelum menanda tangani BAP tersebut.
 Bahwa setelah diperlihatkan di muka persidangan Saksi ingat isi
email yang dikirimkan ke Terdakwa berbunyi: Untuk kepentingan
para pelanggan, industri dan public, Astro Group Malaysia “harus
mempertahankan kegiatan operasional penyelenggaraan penyiaran
televisi berlangganan bermerek ASTRO pada PT. DV, dan
mempertahankan usaha PT. DV, termasuk melaksanakan hal-hal
sebagai berikut : tidak melakukan tindakan2 secara langsung atau
tidak langsung yang bermaksud menghentikan (dan/atau
mengalihkan ke perusahaan penyelenggara penyiaran TV berbayar
berbasis satelit lainnya) semua jasa penyediaan perangkat2 siaran
satelit, decoder, parabola, merek dagang ASTRO, content/ channels
termasuk namun tidak terbatas pada semua channels ASTRO dan
BPL (Liga Inggris), dan semua fasilitas pendukung lainnya, yang

54
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

selama ini disediakan seluruhnya oleh Astro Group Malaysia


kepada PT. DV; sampai dicapainya penyelesaian antara Astro
Group Malaysia dengan pemegang saham PT. DV, atau sampai
adanya keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
tetap;
 Bahwa menurut Saksi mengenai bunyi diktum kelima dari
Keputusan Majelis Komisi KPPU tanggal 29 Agustus 2009 dan isi
dari email yang pernah dikirimkan kepada Pak Iqbal adalah
berbeda;

Keterangan Terdakwa, yang pada pokoknya menerangkan:


 Bahwa sebelum adanya pertemuan I antara terdakwa Billy
Sindoro dengan Terdakwa pada tanggal 21 Juli 2008, pada
tanggal 18 Juli 2008 Tim Pemeriksa Lanjutan Perkara KPPU
No.03/KPPU/L/2008 yang diketuai oleh Tri Anggraini (TA) dengan
anggota: Tresna P. Soemardi dan saya (Mohammad Iqbal) telah
membuat Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (LHPL)
 Bahwa berdasarkan Kesimpulan dan Rekomendasi LHPL
disebutkan hanya AAMN dan ESS terbukti melanggar Pasal 16
UU No. 5 tahun 1999, sedangkan PT. DV tidak ditemukan adanya
pelanggaran baik terhadap pasal 16 maupun pasal 19 huruf a
dan c UU No.5 tahun 1999, sehingga pada tahap Sidang Majelis
sebenarnya tinggal terlapor AAMN dan ESS yang perlu
memberikan tanggapan dan pembelaannya;
 Bahwa pada tanggal 21 Juli 2008 Ketua KPPU menerbitkan Surat
Keputusan tentang Sidang Majelis Perkara No.03/KPPU/L/2008
dan Surat Penugasan Anggota Komisi sebagai Anggota Majelis
Perkara No.03/KPPU/L/2008 yang terdiri dari: Tri Anggraini
sebagai ketua, Benny Pasaribu sebagai Anggota dan Mohammad
Iqbal sebagai Anggota;
 Bahwa benar ada sejumlah hubungan komunikasi berupa SMS
antara Saksi Billy Sindoro dengan Terdakwa, yang diawali oleh
SMS Saksi Billy Sindoro pada tanggal 20 Juli 2008;

55
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

 Bahwa kemudian tanggal 15 Agustus 2008 ditemukan fakta baru


bahwa hak siar liga Inggris sudah beralih dari PT. DV kepada
Aora TV;
 Bahwa pada sidang Majelis Komisi pada tanggal 22 Agustus 2008,
Pak Benny Pasaribu telah menyampaikan perhatiannya terhadap
kepentingan konsumen, dengan ungkapan “jangan sampai Gajah
melawan Gajah, pelanduk yang mati“;
 Bahwa pada sidang majelis komisi tanggal 27 Agustus 2008, usul
Terdakwa adalah tetap seperti hasil LHPL yaitu mana yang
terbukti melanggar harus dihukum dan yang tidak terbukti
melanggar ya dibebaskan;
 Bahwa pada sidang majelis komisi pada tanggal 28 Agustus 2008,
Terdakwa mengusulkan bahwa AAMN dan ESS terbukti bersalah
dan AAAN dan PT. DV tidak bersalah;
 Bahwa Terdakwa tidak mengetahui apa alasan Anna Maria Tri
Anggraini bermaksud untuk Dissenting Opinion karena tidak
pernah disampaikan kepada Terdakwa, dan pada tanggal 29
Agustus 2008 setelah Terdakwa sholat jumat niat Ibu Anna Maria
Tri Anggraini untuk dissenting opinion dibatalkan;
 Bahwa benar pada tanggal 22 Agustus 2008 pagi terjadi
pertemuan ke-II antara Saksi Billy Sindoro dengan Terdakwa di
Hotel Aryaduta Tugu Tani. Pada pertemuan ini Saksi Billy Sindoro
memberitahu bahwa hubungan antara LIPPO dengan Astro
Malaysia sudah sulit untuk diteruskan, karena masing-masing
pihak sudah saling mengadukan pihak lain ke Polisi, dan
malahan pihak Astro Malaysia sudah mengirimkan surat tentang
rencana penghentian siaran Astro TV pada tanggal 31 Agustus
2008;
 Bahwa benar pada tanggal 27 Agustus 2008 berlangsung
pertemuan ke-III antara Saksi Billy Sindoro dengan Terdakwa di
Hotel Aryaduta Tugu Tani. Pertemuan ini adalah realisasi dari
permintaan Saksi Billy Sindoro kepada Terdakwa yang
disampaikan melalui SMS pada tanggal 26 Agustus 2008; Pada
pertemuan ini Saksi Billy Sindoro menceritakan tentang

56
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

hubungan antara LIPPO Group dengan Astro Malaysia yang


sudah tidak bisa dipertahankan lagi, dan menyampaikan usulan
tentang adanya ‘injunction’ pada Putusan KPPU yang pada intinya
berisi tentang jangan dihentikan dulu kerjasama antara pihak
Astro Malaysia dengan PT. DV, agar kepentingan konsumen PT.
DV tidak terganggu.
 Bahwa pada pertemuan itu Terdakwa menjelaskan bahwa di
KPPU tidak dikenal dan tidak ada kewenangan dari KPPU untuk
memberikan Putusan berupa ‘injunction’, sebagaimana yang
dikenal dan diterapkan pada proses peradilan pada umumnya.
Sesuai dengan ketentuan UU No.5 tahun 1999, KPPU hanya
diberi wewenang untuk memutus perkara Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak sehat dalam bentuk: Penetapan tentang
ada atau tidak adanya Pelanggaran terhadap UU No.5 tahun
1999, penetapan pembatalan perjanjian yang terbukti bersifat
anti persaingan, perintah untuk menghentikan kegiatan yang
menimbulkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat, pengenaan denda dan penetapan ganti rugi;
 Bahwa benar pada tanggal 27 Agustus 2008 sore hari, Ketua
Majelis Tri Anggraeni (TA) meminta para Anggota Majelis Komisi
(Benny Pasaribu dan Terdakwa) untuk menyampaikan pokok-
pokok materi yang akan diusulkan dalam draft putusan, yang
akan disiapkan oleh Tim Investigator dan Panitera bersama Ketua
Majelis Tri Anggraeni (TA);
 Bahwa benar Terdakwa menyampaikan usulan sebagai berikut:
a. agar dimasukkan dalam draft putusan tentang perilaku dari
AAMN yang terakhir termasuk mengenai dampaknya terhadap
persaingan;
b. sesuai dengan LHPL dan Tanggapan serta Pembelaan dari
AAMN dan ESS, terdapat pelanggaran terhadap Pasal 16 UU
No.5 tahun 1999 oleh AAMN dan ESS;
c. hendaknya dimuat sanksi terhadap pelanggaran Pasal 16
tersebut dalam bentuk : Pembatalan Perjanjian atau larangan
untuk mengulang perilaku yang sama, Perintah untuk tetap
mempertahankan kerjasama sampai adanya kepastian

57
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

tentang hak-hak konsumen PT. DV, perlu dipertimbangkan


untuk pengenaan denda dan pembayaran ganti rugi.
d. agar dipelajari kemungkinan untuk menerapkan pengenaan
pelanggaran terhadap pasal 19, sehubungan adanya
perkembangan terakhir yang muncul pada sidang Majelis II.
 Bahwa benar yang mempersiapkan draft Putusan tanggal 27
Agustus 2008 tersebut adalah Ketua Majelis Anna Maria Tri
Anggraeni bersama dengan Tim Investigator dan Panitera;
 Draft Putusan yang dibuat oleh Ketua Majelis Tri Anggraeni (TA)
bersama Tim Investigator dan Panitera inilah yang kemudian
dijadikan bahan pembahasan oleh Majelis Komisi pada tanggal 28
Agustus 2008 malam;
 Bahwa benar beberapa materi penting yang dimuat dalam draft
Putusan tanggal 27 Agustus 2008 yang dibuat oleh Ketua Majelis
bersama Tim Investigator dan Panitera adalah :
a. Pada butir 8 tentang rekomendasi Majelis Komisi terdapat
rekomendasi dalam butir 8.1.2 sebagai berikut : Menjaga dan
melindungi kepentingan konsumen TV berbayar di Indonesia
dengan tetap mempertahankan kelangsungan hubungan
usaha dengan PT. DV sampai adanya kejelasan penyelesaian
kepentingan dan pemenuhan hak-hak konsumen PT. DV;
b. Pada Amar Putusan terdapat 2 (dua) diktum yaitu :
1. Menyatakan bahwa Terlapor I: PT. Direct Vision, Terlapor
II: Astro All Asia Networks, Plc, Terlapor III: ASPN STAR
Sports, dan Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks, FZ-
LLC tidak terbukti melanggar Pasal 16 UU No.5 Tahun
1999.
2. Menyatakan bahwa Terlapor I: PT. Direct Vision, Terlapor
II: Astro All Asia Networks, Plc, dan Terlapor IV: All Asia
Multimedia Networks, FZ-LLC tidak terbukti melanggar
Pasal 19 huruf a dan c UU No.5 Tahun 1999.

58
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

 Bahwa benar berdasarkan draft Putusan yang dibuat oleh Ketua


Majelis bersama Tim Investigator dan Panitera pada tanggal 27
Agustus 2008 di atas, terlihat bahwa pokok-pokok pikiran
Terdakwa sebelumnya tidak ada yang diakomodir dalam draft
Putusan tersebut;
 Bahwa pada Tanggal 28 Agustus 2008 Saksi Billy Sindoro
mengirim SMS- SMS kepada Terdakwa yang isinya menanyakan
tentang injunction yang pernah disampaikan kepada Terdakwa
pada waktu pertemuan di Hotel Aryaduta tanggal 27 Agustus
2008,
 Bahwa benar pada malam harinya tanggal 28 Agustus 2008
diadakan Sidang Majelis Komisi untuk membahas Putusan
Perkara KPPU No.03/KPPU/L/2008 yang dihadiri oleh semua
Anggota Majelis Komisi, Tim Investigator dan Panitera. Dalam
sidang Majelis Komisi ini bahan bahasan untuk membuat
Putusan adalah draft Putusan tanggal 27 Agustus 2008 yang
sudah disiapkan oleh Ketua Majelis Komisi Anna Maria Tri
Anggraeni bersama Tim Investigator dan Panitera;
 Bahwa benar setelah melalui diskusi yang cukup intensif,
akhirnya pada malam itu, tanggal 28 Agustus 2008, disepakati
Putusan Perkara No.03/KPPU/L/2008, yang pada amar
putusannya terdapat 5 (lima) diktum.
 Bahwa benar Rumusan Diktum 5 yang disepakati oleh Majelis
Komisi berbunyi: Memerintahkan Terlapor IV: All Asia Multimedia
Networks, FZ-LLC untuk menjaga dan melindungi kepentingan
konsumen TV berbayar di Indonesia dengan tetap
mempertahankan hubungan usaha dengan PT. DV sampai
adanya kejelasan penyelesaian kepentingan dan pemenuhan
hak-hak konsumen PT. DV;
 Bahwa benar rumusan Diktum 5 ini kalimatnya sama persis
dengan butir 8.1.2 pada draft Putusan tanggal 27 Agustus 2008
yang dibuat oleh Ketua Majelis Anna Maria Tri Anggraeni (AMTA)
bersama dengan Tim Investigator dan Panitera sehari
sebelumnya;

59
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

 Bahwa benar pada tanggal 29 Agustus 2008 pagi Saksi Billy


Sindoro mengirim email kepada Terdakwa mengenai usulan
paragraf tentang ‘injunction’;
 Bahwa benar pada siang hari tanggal 29 Agustus 2008, dilakukan
Pembacaan Putusan Perkara KPPU No.03/KPPU/L/2008 oleh
Majelis Komisi;
 Bahwa rumusan diktum 5 yang sudah disepakati oleh Majelis
Komisi pada malam hari tanggal 28 Agustus 2008, yang berbunyi:
Memerintahkan Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC
untuk menjaga dan melindungi kepentingan konsumen TV
berbayar di Indonesia dengan tetap mempertahankan hubungan
usaha dengan PT. DV sampai adanya kejelasan penyelesaian
kepentingan dan pemenuhan hak-hak konsumen PT. DV,
ternyata telah dirubah redaksionalnya pada saat pembacaan
Putusan tanggal 29 Agustus 2008 siang menjadi berbunyi:
“Memerintahkan Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks FZ-LLC
untuk menjaga dan melindungi kepentingan konsumen TV
berbayar di Indonesia dengan tetap mempertahankan
kelangsungan hubungan usaha dengan PT. Direct Vision dan
tidak menghentikan seluruh pelayanan kepada pelanggan
sampai adanya penyelesaian hukum mengenai status
kepemilikan PT. DV”.

Barang Bukti berupa hasil penyadapan atas SMS serta suara no.
phone 628128064800 dan 6281586400429.

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Berdasarkan pertemuan yang kedua hari Jumat tanggal 22 Agustus


2008 antara Terdakwa dengan Saksi Billy Sindoro dan yang ketiga
pada hari Rabu 27 Agustus 2008 siang hari, atas inisiatif Saksi Billy
Sindoro di Hotel Aryaduta Tugu Tani, yang mana dalam pertemuan

60
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

tersebut Saksi Billy Sindoro mengusulkan, bahwa untuk melindungi


kepentingan konsumen perlu dibuat keputusan yang dimuat dalam
injunction dan juga intensitas hubungan atau komunikasi melalui
SMS antara Saksi Billy Sindoro dengan Terdakwa, terutama yang
berlangsung sepanjang hari Kamis tanggal 28 Agustus 2008 yang
dimulai pada pukul 14.29.01 WIB yang berkaitan dengan injunction
serta pengiriman email oleh Saksi Benedict Sulaiman pada tanggal 29
Agustus 2008 pagi hari, TIDAK CUKUP UNTUK DAPAT
DIPERGUNAKAN SEBAGAI BUKTI UNTUK MENYIMPULKAN ADANYA
NIAT ATAU KESENGAJAAN DARI TERDAKWA UNTUK MEMENUHI
PERMINTAAN SAKSI BILLY SINDORO.

Bahwa walaupun ada komunikasi yang intens dalam bentuk saling


mengirim SMS dan juga ada pertemuan-pertemuan antara keduanya,
tetapi yang paling penting harus dibuktikan dalam perkara ini adalah
APAKAH BENAR TERDAKWA MEMENUHI PERMINTAAN BILLY
SINDORO? Jadi, intensitas hubungan antara keduanya tidaklah
berarti jika Terdakwa dapat dibuktikan tidak memenuhi permintaan
Billy Sindoro.

Intensitas komunikasi antara Saksi Billy Sindoro dengan Terdakwa,


melalui SMS menurut Terdakwa diibaratkan seperti pepatah Minang
“Iyo kan nan di urang lalukan nan di awak“, yang artinya kurang
lebih “diiyakan saja tetapi tidak dilakukan“, oleh karena itulah
kiranya Majelis Hakim yang Mulia patut mempertimbangkan fakta-
fakta di bawah ini untuk membuktikan bahwa memang tidak ada
niat berupa kesengajaan dari Terdakwa untuk memenuhi
permintaan Saksi Billy Sindoro, sebagaimana yang didakwakan oleh
Penuntut Umum, yaitu:
 Bahwa pertemuan hari Jumat tanggal 22 Agustus 2008 antara
Terdakwa dengan Saksi Billy Sindoro adalah hanya untuk
mendapatkan copy surat dari Astro Malaysia kepada PT DV
tentang rencana penghentian siaran Astro TV. Dan yang dikirim
oleh kurir dari Saksi Billy Sindoro hanya satu, sedangkan
ternyata pada tanggal 19 Agustus 2008 KPPU sudah terlebih
dahulu menerima 6 (enam) macam surat sejenis, yang mana
surat-surat tersebut kemudian dijadikan dasar dalam Putusan

61
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

perkara KPPU No.03/KPPU/L/2008 yang dimuat pada butir


4.2.8.30.13 bagian Tentang Hukum; Inisiatif Terdakwa untuk
memperoleh copy surat tersebut dari Saksi Billy Sindoro bukan
merupakan suatu bentuk pelanggaran karena disamping
Peraturan KPPU tidak mengatur tentang larangan tersebut juga
bukan merupakan kejahatan karena tidak ada hukum positif
yang melarang Majelis Komisi untuk melakukan hal demikian;
 Bahwa pertemuan tanggal 27 Agustus 2008 usulan Saksi Billy
Sindoro tentang perlindungan konsumen yang perlu dimuat
dalam injunction tidak diakomodasi oleh Terdakwa, sebagaimana
terbukti antara lain berupa pernyataan Saksi Billy Sindoro dalam
SMS nya kepada Terdakwa pada hari Jumat tanggal 29 Agustus
2008 pukul 22.51.08 WIB: “Pak, yg kena injunction seharusnya
AAAN Plc bukan AAMN, AAAN Plc adlh persh induk, AAMN hanya
content provider. Tks”.
 Bahwa yang mengusulkan tentang hak-hak konsumen yang perlu
dilindungi bukan berasal dari Terdakwa melainkan dari salah
seorang Majelis Komisi, yaitu Benny Pasaribu yang
dikemukakannya pada Sidang Majelis Komisi yang ke dua tanggal
22 Agustus 2008, dengan demikian usulan tersebut sudah ada
sebelum adanya pertemuan ketiga antara Saksi Billy Sindoro
dengan Terdakwa pada tanggal 27 Agustus 2008;
 Bahwa Saksi Benny Pasaribu lah yang sangat concern terhadap
perlindungan konsumen sebagaimana yang diusulkan dalam
pernyataan-pernyataannya ketika di periksa sebagai saksi di
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi bahkan seusai diperiksa, Saksi
Benny Pasaribu sempat membuat pernyataan di Majalah Tempo
edisi 26 Januari – 1 Februari 2009, yang terkait dengan diktum
ke-5, yang isinya: “Adapun Benny Pasaribu mengatakan
penggantian redaksional itu intinya pasti membuat perusahaan itu
lebih baik. Apapun yang kami lakukan itu biar lebih tepat,
ujarnya.” Benny tidak menampik jika dirinya disebut kerap
memojokkan All Asia Multimedia Netwoks dalam rapat-rapat
Majelis, “Ya tadi pun saya memojokkan, kenapa tidak, karena
merugikan konsumen. Bayar dulu kerugian pelanggan itu.” Ujarnya
pada Tempo Jumat 2 pekan lalu di Pengadilan Tipikor.”

62
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

 Bahwa andaikata benar menurut Saksi Anna Maria Tri Anggraini


bahwa Terdakwa pernah menyatakan kepada Majelis Komisi “agar
AAMN tetap mempertahankan penayangan siaran Liga Utama
Liga Inggris di PT. DV sampai ada putusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap”, tetapi menurut Saksi
tersebut usulan atau pernyataan Terdakwa itu secara khusus
tidak diakomodasi pada putusan tanggal 28 Agustus 2008 dan
usulan tersebut juga tidak ada secara eksplisit disebutkan pada
putusan tanggal. 29 Agustus 2008 dalam diktum ke-5;
 Bahwa Keputusan Perkara Nomor : 03/KPPU-L/2008 adalah
produk dari Majelis Komisi yang terdiri dari Anna Maria Tri
Anggraeni sebagai Ketua Majelis, Terdakwa dan Benny Pasaribu
sebagai Anggota Majelis, jadi bukan merupakan keputusan yang
dibuat sendiri oleh Terdakwa;
 Bahwa diktum ke-5 Putusan KPPU No.03/KPPU/L/2008 tanggal
28 Agustus 2008, semula berasal dari rekomendasi Majelis Komisi
yang termuat dalam konsep Putusan tanggal 27 Agustus 2008
yang dipersiapkan oleh Ketua Majelis Anna Maria Tri Anggraeni
bersama dengan Tim Investigator dan Panitera, yaitu pada butir 8
tentang Rekomendasi Majelis Komisi nomor 8.1.2 yang berbunyi :
Menjaga dan melindungi kepentingan konsumen TV berbayar di
Indonesia dengan tetap mempertahankan kelangsungan hubungan
usaha dengan PT. DV sampai adanya kejelasan penyelesaian
kepentingan dan pemenuhan hak-hak konsumen PT. DV;
 Bahwa dengan demikian, masalah perlindungan konsumen ini
telah ada sebelum Saksi Billy Sindoro melalui Saksi Benedict
Sulaiman mengirimkan email usulan injunction tentang hal yang
sama, yaitu perlindungan konsumen, kepada Terdakwa pada
tanggal 29 Agustus 2008 pagi hari;
 Bahwa rekomendasi Majelis Komisi yang termuat dalam konsep
Putusan tanggal 27 Agustus 2008 yang dipersiapkan oleh Ketua
Majelis Anna Maria Tri Anggraeni bersama dengan Tim
Investigator dan Panitera Komisi nomor 8.1.2 menjadi dasar
untuk membuat keputusan tanggal 28 Agustus 2008 malam,
khususnya pada diktum 5 yang berbunyi: Memerintahkan

63
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC untuk menjaga


dan melindungi kepentingan konsumen TV berbayar di Indonesia
dengan tetap mempertahankan hubungan usaha dengan PT. DV
sampai adanya kejelasan penyelesaian kepentingan dan
pemenuhan hak-hak konsumen PT. DV;
 Bahwa Putusan tanggal 28 Agustus 2008 inilah yang disepakati
oleh Majelis Komisi untuk dibacakan pada tanggal 29 Agustus
2008, yang ternyata diketahui kemudian oleh Terdakwa bahwa
redaksi dari diktum ke 5 telah dirubah terlebih dahulu oleh
Saksi Benny Pasaribu sehingga akhirnya berbunyi:
“Memerintahkan Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks FZ-LLC
untuk menjaga dan melindungi kepentingan konsumen TV
berbayar di Indonesia dengan tetap mempertahankan
kelangsungan hubungan usaha dengan PT. Direct Vision dan
tidak menghentikan seluruh pelayanan kepada pelanggan
sampai adanya penyelesaian hukum mengenai status
kepemilikan PT. DV”.
 Bahwa diktum 5 dari Putusan tanggal 28 Agustus 2008 yang
sudah disepakati oleh Majelis Komisi untuk dibacakan pada
tanggal 29 Agustus 2008 merupakan Keputusan bulat dari
Majelis Komisi perkara No.03/KPPU/L/2008, yang ternyata
terbukti tidak mencantumkan amar “injunction yang dikehendaki
Saksi Billy Sindoro sebagaimana yang diusulkannya melalui email
yang dikirim oleh Saksi Benedict Sulaiman kepada Terdakwa
pada tanggal 29 Agustus 2008 pagi hari, dengan demikian
sangatlah tidak beralasan jika Terdakwa dikatakan melakukan
persekongkolan dengan Saksi Billy Sindoro;
 Bahwa Terdakwa telah melakukan tugasnya sesuai yang
diamanahkan oleh Keputusan Presiden RI No. 75 tahun 1999
tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha, yang mana salah
satu tugasnya sebagaimana diatur dalam Pasal 4.a yaitu
“melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai
dengan Pasal 16 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999”; tugas
mana telah dilakukan oleh Terdakwa mulai dari Pemeriksaan

64
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

Pendahuluan, Lanjutan hingga Majelis Komisi tentang dugaan


pelanggaran Undang undang No. 5 tahun 1999 berkaitan dengan
Hak Siar Barclays Premier League (Liga Utama Inggris) yang
dilakukan oleh PT. Direct Vision (Terlapor I), Astro All Asia
Networks, Plc (Terlapor II), ESPN STAR Sports (Terlapor III), dan
All Asia Multimedia Networks (Terlapor IV);

Bahwa dengan demikian unsur “Diketahui atau patut diduga bahwa


janji atau hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan
karena tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya” sebagaimana dikemukakan
dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum yang menyatakan:

“Terdakwa mengetahui bahwa pemberian tersebut karena telah


memenuhi permintaan BILLY SINDORO untuk membuat putusan yang
membantu kepentingan PT. Direct Vision agar tetap menayangkan
siaran pertandingan Liga Utama Inggris musim 2007-2010,

“Terdakwa dalam rangka memenuhi berkeinginan BILLY SINDORO


untuk memastikan kepentingan PT. Direct Vision agar tetap dapat
menyiarkan siaran Liga Utama Inggris musim 2007-2010 yang disuplai
oleh AAMN, pada tanggal 29 Agustus 2008 jam 00.51 Wib kembali
dihubungi oleh BILLY SINDORO melalui pesan singkat dengan
mengatakan: “Pak besok pagi2 sy akn kirim 1 usulan paragraf singkat
utk injtcns. Mhn dgn sngt bp bs bantu ya pak utk mmasukkan dlm
putusan. Spy clear, firm, explisit. Tks pak”, ……dst”

“Terdakwa pada tanggal 29 Agustus 2008 bersama dengan Majelis


Komisi dimuka persidangan telah membacakan Putusan Perkara
Nomor: 03/KPPU-L/2008 yang mencantumkan amar “injuction” yang
diinginkan BILLY SINDORO dengan menyatakan : “Memerintahkan
Terlapor IV All Asia Multimedia Net-works, FZ-LLC untuk menjaga dan
melindungi kepentingan konsumen TV berbayar di Indonesia dengan
tetap mempertahankan kelangsungan hubungan usaha dengan PT.
Direct Vision dan tidak menghentikan seluruh pelayanan kepada
pelanggan Sampai adanya penyelesaian hukum mengenai status

65
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

kepemilikan PT. Direct Vision” tidak terbukti secara sah dan


meyakinkan.

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Bahwa berkaitan dengan bunyi Surat Dakwaan pada halaman 9,


yaitu:

“Terdakwa selaku Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)


dan sebagai Majelis Komisi yang memutuskan perkara dugaan
pelanggaran Undang undang No. 5 tahun 1999 berkaitan dengan Hak
Siar Barclays Premier League (Liga Utama Inggris) sepatutnya wajib
menjaga, menyimpan, dan merahasiakan informasi dan atau dokumen
yang berhubungan dengan perkara serta informasi dan atau dokumen
lain milik Komisi yang dirahasiakan, kepada pihak yang berperkara
dan atau pihak manapun yang tidak berkepentingan, serta dengan
pihak manapun …..dst”

secara jelas juga tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, dengan
alasan:
 kata “sepatutnya” bukan merupakan kaedah hukum positif yang
menunjuk pada Peraturan KPPU yang secara tegas mengatur
bahwa setiap Staf ataupun Komisioner KPPU termasuk Terdakwa
untuk wajib menjaga, menyimpan, dan merahasiakan informasi
dan atau dokumen yang berhubungan dengan perkara serta
informasi dan atau dokumen lain milik Komisi yang dirahasiakan,
kepada pihak yang berperkara dan atau pihak manapun yang
tidak berkepentingan;
 kata “sepatutnya” tidak relevan lagi untuk dipergunakan untuk
menyatakan bahwa perbuatan Terdakwa tersebut melawan
hukum, karena kata “sepatutnya” itu menunjuk pada sifat
melawan hukum yang materiil, yang diketemukan dalam
penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, hal mana berdasarkan

66
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 003/PUU-IV/2006 sudah


dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
 bahwa menurut keterangan Saksi Dini Meilani, Staf Direktorat
Penegakkan Hukum pada KPPU, menerangkan kriteria rahasia
diantaranya adalah:
a. Berita Acara Pemeriksaan BAP satu saksi, tidak boleh dilihat
oleh saksi yang lain,
b. Laporan Keuangan yang bukan publik,
c. Laporan keuangannya tidak bisa kita perlihatkan kepada yang
lain.
d. Atau dokumen lain yang menurut pihak yang memberikan itu
adalah rahasia.
 bahwa menurut keterangan Saksi Benny Pasaribu, menerangkan:
a. Tidak ada aturan/ peraturannya belum ada yang mengatur
dokumen apa saja yang bisa disebut atau dikatakan sebagai
dokumen rahasia di KPPU;
b. Yang dinyatakan rahasia itu tidak boleh kemana-mana, terus
yang disebut rahasia itu ditetapkan oleh Komisi, Tapi dokumen
yang mana tidak ada detailnya.
 bahwa menurut fakta-fakta persidangan tidak ada informasi dan
atau dokumen yang berhubungan dengan perkara sertá informasi
dan atau dokumen lain milik Komisi yang disampaikan atau
dibocorkan oleh Terdakwa kepada Saksi Billy Sindoro. Bahwa
komunikasi berupa SMS antara Terdakwa dengan Saksi Billy
Sindoro serta sebaliknya, tidak berisikan tentang materi perkara
No.03/KPPU/L/2008;

67
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

2. DAKWAAN SUBSIDAIR

Majelis Hakim yang mulia


Sdr. Penuntut Umum yang terhormat,

Bahwa perbuatan Terdakwa dalam Dakwaan Subsidair ini diancam


pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) jo. Pasal 5 Ayat
(1) huruf b Undang-Undang Nomor: 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor: 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, yang mana unsur-unsurnya adalah:
1. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara
2. Menerima Pemberian atau Janji
3. Berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan
kewajibannya, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya

Ad. 1. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

Bahwa unsur yang pertama ini telah diuraikan dalam pembahasan


atau analisa terhadap unsur yang sama dalam Dakwaan Primair, oleh
karena itu dalam bagian ini kami tidak akan mengulang kembali
pembahasan atau analisa terhadap unsur dimaksud.

Ad. 2. Menerima Pemberian atau Janji

Bahwa pengertian atau materi unsur ini adalah sama persis dengan
unsur menerima hadiah atau janji dalam Dakwaan Primair yaitu
pasal 12 huruf b Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor: 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Mengingat materinya sama,
maka pembahasan atau analisa terhadap unsur ini tidak berbeda
ketika kami membahas atau menganalisa unsur menerima hadiah

68
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

atau janji dalam Dakwaan Primair tersebut di atas, yang mana


sebagaimana kesimpulan kami dalam membahas unsur menerima
hadiah atau janji, pada bagian ini kami juga berkesimpulan unsur
menerima pemberian atau janji yang diuraikan dalam Surat
Dakwaan bahwa Terdakwa sebagai salah seorang Anggota Majelis
Komisi dalam sidang Majelis Komisi Perkara Nomor: 03/KPPU-L/2008
tentang dugaan pelanggaran Undang undang No. 5 tahun 1999
berkaitan dengan Hak Siar Barclays Premier League (Liga Utama
Inggris) yang dilakukan oleh PT. Direct Vision (Terlapor I), Astro All Asia
Networks, Plc (Terlapor II), ESPN STAR Sports (Terlapor III), dan All Asia
Multimedia Networks (Terlapor IV) telah menerima pemberian atau
janji yaitu menerima pemberian berupa uang tunai sejumlah Rp
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dari BILLY SINDORO, tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan.

Ad.3. Berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan


kewajibannya, dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya

Unsur ini dalam hubungannya dengan perbuatan yang didakwakan


terhadap Terdakwa sebagaimana bunyi Surat Dakwaan yaitu:
“karena Terdakwa telah bersekongkol memenuhi permintaan Billy
Sindoro untuk memberikan putusan yang membantu kepentingan PT.
Direct Vision agar tetap menayangkan siaran pertandingan Liga Utama
Inggris musim 2007-2010, dan memberitahukan serta membocorkan
materi pembahasan Putusan Perkara KPPU Nomor : 03/KPPU-L/2008
yang sifatnya rahasia”.

Bahwa perumusan unsur ini adalah sama persis dengan perumusan


unsur Dakwaan Primair Diketahui atau patut diduga bahwa janji
atau hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan
karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya
sebagaimana dimaksud dalam 12 huruf b Undang-Undang Nomor: 20
Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor: 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu:

69
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

Terdakwa mengetahui bahwa pemberian tersebut karena telah


memenuhi permintaan BILLY SINDORO untuk membuat putusan yang
membantu kepentingan PT. Direct Vision agar tetap menayangkan
siaran pertandingan Liga Utama Inggris musim 2007-2010, dan
memberitahukan serta membocorkan materi pembahasan Putusan
Perkara KPPU Nomor: 03/KPPU-L/2008 yang sifatnya rahasia,
…..dst:”

Bahwa sebagaimana ketika membahas atau menganalisa Dakwaan


Primair tentang unsur Diketahui atau patut diduga bahwa janji
atau hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan
karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya tersebut di
atas kami telah menegaskan bahwa Terdakwa tidak terbukti secara
sah dan meyakinkan. melakukan tindak pidana yaitu memenuhi
permintaan Billy Sindoro untuk memberikan putusan yang membantu
kepentingan PT. Direct Vision agar tetap menayangkan siaran
pertandingan Liga Utama Inggris musim 2007-2010…dst.

Bahwa karena Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan


memenuhi permintaan Billy Sindoro termasuk bersekongkol
dengannya untuk memberikan keputusan yang membantu
kepentingan PT. Direct Vision dimaksud, maka unsur berhubungan
dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya,
dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, harus
dinyatakan pula tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

3. DAKWAAN LEBIH SUBSIDAIR

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Bahwa perbuatan Terdakwa dalam Dakwaan Subsidair ini diancam


pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Undang-Undang
Nomor: 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor:

70
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor: 31


Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang
mana unsur-unsurnya adalah:
1. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara;
2. Menerima hadiah atau janji;
3. Diketahuinya, atau Patut diduga hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan
dengan jabatannya atau Menurut pikiran orang yang memberikan
hadiah atau janji tersebut ada hubungannya dengan jabatannya

Ad. 1. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

Bahwa unsur yang pertama ini telah diuraikan dalam pembahasan


atau analisa terhadap unsur yang sama dalam Dakwaan Primair, oleh
karena itu dalam bagian ini kami tidak akan mengulang kembali
pembahasan atau analisa terhadap unsur dimaksud.

Ad. 2. Menerima Hadiah atau Janji

Bahwa pengertian atau materi unsur ini adalah sama persis dengan
unsur menerima hadiah atau janji dalam Dakwaan Primair yaitu
pasal 12 huruf b Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor: 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Mengingat materinya sama,
maka pembahasan atau analisa terhadap unsur ini tidak berbeda
ketika kami membahas atau menganalisa unsur menerima hadiah
atau janji dalam Dakwaan Primair tersebut di atas, yang mana,
sebagaimana kesimpulan kami dalam membahas unsur menerima
hadiah atau janji, pada bagian ini kami juga berkesimpulan unsur
menerima hadiah atau janji yang diuraikan dalam Surat Dakwaan
bahwa: Terdakwa Ir. H. MOHAMMAD IQBAL, pada tanggal 16
September 2008 sekira jam 18.45 Wib atau setidak-tidaknya pada
suatu waktu dalam bulan Juli sampai dengan bulan September tahun
2008, bertempat di lantai 17 Hotel Aryaduta JI. Prapatan No.44-48

71
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya ditempat lain yang berdasarkan


Pasal 54 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 masih
termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang berwenang memeriksa
dan mengadili perkara ini, selaku pegawai negeri atau
penyelenggara negara yaitu selaku Anggota Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) periode 2006-2010, yang menerima
hadiah atau janji yaitu menerima hadiah berupa uang tunai
sejumlah Rp 500.000.000,-(lima ratus juta rupiah) dari BILLY SINDORO
tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Ad.3. Diketahuinya, atau Patut diduga hadiah atau janji tersebut


diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya atau Menurut pikiran
orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada
hubungannya dengan jabatannya

Bahwa unsur ini sangat berhubungan erat dengan unsur menerima


hadiah atau janji sebagaimana di atas, artinya jika Terdakwa
terbukti menerima hadiah atau janji maka harus dibuktikan elemen-
elemen yang melekat pada unsur di atas yaitu
- diketahuinya, atau patut diduga hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan
dengan jabatannya, atau
- menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungannya dengan jabatannya.

Akan tetapi sebaliknya, jika Terdakwa tidak terbukti menerima


hadiah atau janji, maka sudah barang tentu kedua elemen tersebut
di atas tidak perlu dibuktikan lagi.

Bahwa sebagaimana telah kami uraikan di atas, unsur menerima


hadiah atau janji tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
dilakukan oleh Terdakwa dengan alasan

72
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

 bahwa baik dalam komunikasi melalui SMS, suara bahkan pada


saat Saksi Billy Sindoro dan Terdakwa bertemu sebanyak empat
kali tidak pernah dibicarakan soal permintaan ataupun
pemberian uang dari Saksi Billy Sindoro kepada Terdakwa;
 bahwa tidak ada kehendak dari Terdakwa untuk menerima tas
yang berisi uang tersebut karena tas itu sekonyong-konyong
diletakkan oleh Saksi Billy Sindoro di lantai lift tingkat 17 Hotel
Aryaduta Tugu Tani Jakarta ketika Terdakwa sudah berada di
dalam lift dan pintu lift menjelang tertutup, lagipula ketika di
dalam lift dari lantai 17 dst tas itu masih tergeletak di lantai dan
tidak dipunggut oleh Terdakwa, selanjutnya baru diambil oleh
Terdakwa menjelang keluar dari lift di lantai dasar. Namun
rekaman CCTV yang memuat gambar ketika Terdakwa berada di
lantai 17 hingga menjelang sampai di lantai dasar diedit
sedemikian rupa oleh KPK, sehingga tidak nampak kejadian yang
sesungguhnya ketika Terdakwa masih berada di dalam lift,
kejadian sebelum tas tersebut diambil oleh Terdakwa. Yang
ditampilkan di persidangan oleh KPK adalah hasil manipulasi
rekaman CCTV, yaitu ketika Terdakwa sudah hampir sampai di
lantai dasar dan tas tersebut telah dipungut dan dibawa oleh
Terdakwa keluar dari pintu lift;
 bahwa Terdakwa memang tidak mempunyai niat atau kehendak
untuk menerima tas yang berisi uang tersebut karena akan
diserahkan pada Sekretariat KPPU dan untuk selanjutnya
diserahkan kepada KPK. Rencana Terdakwa untuk menyerahkan
tas itu kepada Sekretariat KPPU merupakan komitmen yang
sudah pernah dipraktekkan manakala Staf atau Komisioner KPPU
menerima barang dari pelaku usaha, sebagaimana menurut
Keterangan Saksi Tresna Priyana Soemardi, Kurnia Sya’ranie dan
Saksi Tadjudin Noor Said;
 bahwa Terdakwa tidak mengetahui apa maksud dari Saksi Billy
Sindoro meletakkan tas yang ternyata berisi uang Rp.
500.000.000,- di lantai lift ketika Terdakwa sudah berada di
kamar lift dan pintu lift menjelang tertutup;

73
IV. Analisa Yuridis terhadap Pasal-Pasal Yang Didakwakan

 bahwa Terdakwa tidak mengetahui apa isi dari tas yang


diletakkan oleh Billy Sindoro di lantai lift tersebut.

Bahwa dengan demikian, unsur diketahuinya, atau Patut diduga


hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya atau
Menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungannya dengan jabatannya, tidak perlu
dibuktikan lebih lanjut.

74
V. Tanggapan Terhadap Analisa Fakta Surat Tuntutan

V. TANGGAPAN TERHADAP ANALISA FAKTA


DALAM SURAT TUNTUTAN PENUNTUT UMUM

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Pada Analisa Fakta dalam Surat Tuntutan Penuntut Umum, halaman


113 no. 3, menyebutkan: Bahwa benar Terdakwa, pada tanggal
21 Juli 2008 mengadakan pertemuan dengan Billy Sindoro
selaku Wakil dari Lippo Group untuk melakukan pembicaraan
terkait sengketa Hak Siar Liga Utama Inggris yang sedang
ditangani oleh Terdakwa, adalah tidak benar dengan alasan
sebagai berikut:
a. Bahwa pertemuan tanggal 21 Juli 2008 antara Terdakwa dengan
Saksi Billy Sindoro tidak membicarakan materi yang terkait
sengketa Hak Siar Liga Utama Inggris yang sedang ditangani oleh
Majelis Komisi;
b. Bahwa menurut versi Penuntut Umum, Saksi Tadjudin Noor Said,
mengatakan kasus terkait antara PT. Direct Vision dengan Astro
yang ditangani KPPU yang bisa membantu adalah terdakwa,
pernyataan ini berasal dari Saksi Tadjudin Noor Said tetapi Saksi
ini tidak mengetahui persis apa materi sesungguhnya dari
pertemuan itu karena Saksi tidak menghadiri pertemuan pada
tanggal 21 Juli 2008 tersebut. Disamping itu pula baik Terdakwa
maupun Saksi Billy Sindoro tidak pernah memberitahu apa
materi pertemuan tanggal 21 Juli 2008 itu kepada Saksi Tadjudin
Noor Said;
c. Bahwa menurut Keterangan Saksi Billy Sindoro, dalam
pertemuan itu pembicaraannya secara umum saja berkaitan
dengan bisnis Lippo mengenai property, rumah sakit, perbankan,
retail dan penyiaran;

75
V. Tanggapan Terhadap Analisa Fakta Surat Tuntutan

d. Bahwa sama halnya dengan Keterangan Saksi Billy Sindoro,


menurut Keterangan Terdakwa dalam pertemuan tersebut hanya
membicarakan masalah-masalah yang bersifat umum saja dan
masalah industri penyiaran di Indonesia.

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Pada Analisa Fakta dalam Surat Tuntutan Penuntut Umum, halaman


117 no. 4, menyebutkan: Bahwa benar Terdakwa telah
menyampaikan informasi penanganan perkara terkait sengketa
Hak Siar Liga Utama Inggris yang sedang ditangani KPPU
kepada Billy Sindoro melalui pertemuan dan Pesan Singkat
(SMS) perlu ditanggapi sebagai berikut:
1. Bahwa komunikasi SMS antara Billy Sindoro dengan Terdakwa
pada tanggal 28 Agustus 2008 yang disadap oleh KPK tidak dapat
disimpulkan sebagai informasi tentang penanganan perkara,
karena informasi Terdakwa itu hanya berkaitan dengan kejadian
setelah selesainya pembacaan putusan pada malam hari tanggal
28 Agustus 2008, jadi bukan menyangkut materi dari perkara itu
sendiri;
2. Bahwa informasi tentang penanganan perkara bukanlah sesuatu
kejadian yang luar biasa apalagi melanggar hukum karena sudah
tersosialisasikan dalam Undang-undang No. 5 tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat Bab VII Tata Cara Penanganan Perkara Pasal 38 s/d 46 dan
Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan
Perkara KPPU.

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Pada Analisa Fakta dalam Surat Tuntutan Penuntut Umum, halaman


123 no. 5, menyebutkan: Bahwa benar Terdakwa telah memenuhi

76
V. Tanggapan Terhadap Analisa Fakta Surat Tuntutan

permintaan Billy Sindoro agar dalam Keputusan Perkara


Nomor: 03/KPPU-L/2008 memuat perlindungan terhadap
kepentingan PT. Direct Vision, supaya tetap menyiarkan siaran
Liga Utama Inggris Musim 2007-2010, adalah tidak benar dengan
alasan sebagai berikut:
1. Bahwa Keputusan Perkara Nomor : 03/KPPU-L/2008 adalah
produk dari Majelis Komisi yang terdiri dari Anna Maria Tri
Anggraeni sebagai Ketua Majelis, Terdakwa dan Benny Pasaribu
sebagai Anggota Majelis, jadi bukan merupakan keputusan yang
dibuat sendiri oleh Terdakwa;
2. Bahwa Saksi Benny Pasaribu lah yang sangat concern terhadap
perlindungan konsumen sebagaimana yang diusulkan dalam
pernyataan-pernyataannya ketika di periksa sebagai saksi di
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi bahkan seusai diperiksa, Saksi
Benny Pasaribu sempat membuat pernyataan pada di Majalah
Tempo edisi 26 Januari – 1 Februari 2009, yang terkait dengan
diktum ke-5, yang isinya: “Adapun Benny Pasaribu mengatakan
penggantian redaksional iu intinya pasti membuat perusahaan itu
lebih baik. Apapun yang kami lakukan itu biar lebih tepat,
ujarnya.” Benny tidak menampik jika dirinya disebut kerap
memojokkan All Asia Multimedia Netwoks dalam rapat-rapat
Majelis, “Ya tadi pun saya memojokkan, kenapa tidak, karena
merugikan konsumen. Bayar dulu kerugian pelanggan itu.” Ujarnya
pada Tempo Jumat 2 pekan lalu di Pengadilan Tipikor.”;
3. Bahwa rekomendasi Majelis Komisi yang termuat dalam konsep
Putusan tanggal 27 Agustus 2008 yang dipersiapkan oleh Ketua
Majelis Anna Maria Tri Anggraeni bersama dengan Tim
Investigator dan Panitera Komisi nomor 8.1.2 menjadi dasar
untuk membuat keputusan tanggal 28 Agustus 2008 malam,
khususnya pada diktum 5 yang berbunyi: Memerintahkan
Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC untuk menjaga
dan melindungi kepentingan konsumen TV berbayar di Indonesia
dengan tetap mempertahankan hubungan usaha dengan PT. DV
sampai adanya kejelasan penyelesaian kepentingan dan
pemenuhan hak-hak konsumen PT. DV;

77
V. Tanggapan Terhadap Analisa Fakta Surat Tuntutan

4. Bahwa Putusan tanggal 28 Agustus 2008 inilah yang disepakati


oleh Majelis Komisi untuk dibacakan pada tanggal 29 Agustus
2008, yang ternyata diketahui kemudian oleh Terdakwa bahwa
konsep redaksi dari diktum ke 5 telah dirubah terlebih
dahulu oleh Saksi Benny Pasaribu sehingga akhirnya berbunyi:
“Memerintahkan Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks FZ-LLC
untuk menjaga dan melindungi kepentingan konsumen TV
berbayar di Indonesia dengan tetap mempertahankan
kelangsungan hubungan usaha dengan PT. Direct Vision dan
tidak menghentikan seluruh pelayanan kepada pelanggan
sampai adanya penyelesaian hukum mengenai status
kepemilikan PT. DV”.
5. Bahwa diktum 5 dari Putusan tanggal 28 Agustus 2008 yang
sudah disepakati oleh Majelis Komisi untuk dibacakan pada
tanggal 29 Agustus 2008 merupakan Keputusan bulat dari
Majelis Komisi perkara No.03/KPPU/L/2008, yang ternyata
terbukti tidak mencantumkan amar “injunction yang dikehendaki
Saksi Billy Sindoro sebagaimana yang diusulkannya melalui email
yang dikirim oleh Saksi Benedict Sulaiman kepada Terdakwa
pada tanggal 29 Agustus 2008 pagi hari, hal ini juga terlihat dari
pernyataan Saksi Billy Sindoro dalam SMS nya kepada Terdakwa
pada hari Jumat tanggal 29 Agustus 2008 pukul 22.51.08 WIB:
“Pak, yg kena injunction seharusnya AAAN PLc bukan AAMN,
AAAN PLc adlh persh induk, AAMN hanya content provider.
Tks”.dengan demikian sangatlah tidak beralasan jika Terdakwa
dikatakan telah memenuhi permintaan Saksi Billy Sindoro.

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Pada Analisa Fakta dalam Surat Tuntutan Penuntut Umum, halaman


129 no. 6, menyebutkan: Bahwa benar Terdakwa, pada tanggal
16 September 2008 di lantai 17 Hotel Aryaduta Tugu Tani telah
menerima uang sejumlah Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) dari Billy Sindoro sebagai balas budi karena Terdakwa
telah membantu kepentingan PT. Direct Vision agar tetap

78
V. Tanggapan Terhadap Analisa Fakta Surat Tuntutan

menyiarkan Liga Utama Inggris Musim 2007-2010, dan halaman.


147 no. 7, yang menyebutkan: Bahwa perbuatan Terdakwa
menerima uang sejumlah Rp. 500.000.000,- bertentangan
dengan Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor
06/KPPU/Kep/XI/2000 tentang Kode Etik dan Mekanisme Kerja
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, perlu ditanggapi sebagai
berikut:
1. Bahwa Analisa Fakta di atas penekanannya terletak pada
pernyataan bahwa pada tanggal 16 September 2008,
Terdakwa telah menerima uang dari Saksi Billy Sindoro
sejumlah Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);
2. Bahwa telah kami tegaskan pada pertemuan tanggal 16
September 2008, ketika Terdakwa sudah masuk dalam lift hendak
turun tiba-tiba Billy Sindoro meletakkan 1 (satu) buah tas di
lantai lift. Awalnya Terdakwa tidak memegang tas tersebut
bahkan sampai sudah ada orang lain yang masuk dalam lift
tersebut tas masih di lantai, ketika sudah mau sampai di lobby
baru tas tersebut dipegang oleh Terdakwa;
3. Bahwa Terdakwa memang tidak mempunyai kehendak untuk
menerima dan memiliki tas yang berisi uang tersebut karena akan
diserahkan kepada Sekretariat KPPU dan untuk selanjutnya
diserahkan kepada KPK. Rencana Terdakwa untuk menyerahkan
tas itu kepada Sekretariat KPPU merupakan komitmen yang
sudah pernah dipraktekkan manakala Staf atau Komisioner KPPU
menerima barang dari pelaku usaha, sebagaimana menurut
Keterangan Saksi Tresna Priyana Soemardi, Kurnia Sya’ranie dan
Saksi Tadjudin Noor Said;
4. bahwa kehendak Terdakwa yang tidak sempat terwujud untuk
menyerahkan tas milik Saksi Billy Sindoro kepada Sekretariat
KPPU, karena keburu ditangkap KPK, merupakan itikad baik yang
pantas untuk dipercaya dan harus dipertimbangkan. Itikat baik
yang dilandasi oleh kejujuran, sikap yang selama ini menjadi
rujukan bagi Terdakwa dalam menjalani kehidupan. Kepercayaan
kepada Terdakwa itu tumbuh bukannya tanpa alasan. Ada latar
belakang yang menjadi dasar perlunya itikad baik yang dilandasi

79
V. Tanggapan Terhadap Analisa Fakta Surat Tuntutan

oleh kejujurannya itu sangat pantas untuk dipercaya, yaitu


ketaatan Terdakwa dalam menjalankan ibadah sesuai dengan
agama yang dianutnya, adanya sejumlah tokoh masyarakat yang
secara sukarela menaruh kepercayaan kepada Terdakwa yaitu
ketika Terdakwa mengajukan permohonan penangguhan
penahanan kepada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi mereka
tidak berkeberatan untuk menjadi penjamin yang menanggung
seluruh akibat hukum dari perbuatan Terdakwa jika Terdakwa
mempersulit jalannya pemeriksaan perkara ini. Para tokoh
masyarakat itu adalah: Prof. DR. H.M Amien Rais, MA, pejuang
dan tokoh reformasi mantan Ketua MPR RI tahun 1999-2004, DR
Iur. Adnan Buyung Nasution pejuang Hak Asasi Manusia dan
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Republik Indonesia,
Syuhada Bahri Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, DR.
Muslimin Nasution mantan Menteri Kehutanan dan Ketua Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Adi Sasono mantan
Menteri Koperasi dan UKM RI, DR. Sukarmi, SH. MH Anggota
KPPU dan Ir. M. Nawir Messi, MSc Anggota KPPU, tidak ada
keraguan pada kredibilitas Terdakwa selaku Anggota KPPU
selama dua periode mulai tahun 2000 bahkan pernah menjadi
Ketua KPPU, suatu tahap pencapaian yang tidak mudah karena
harus dilalui dengan proses seleksi yang ketat.

80
VI. Tanggapan Terhadap Analisa Yuridis Surat Tuntutan

VI. TANGGAPAN TERHADAP ANALISA YURIDIS


DALAM SURAT TUNTUTAN PENUNTUT UMUM

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Bahwa dalam Surat Tuntutan Pidana No : Tut-04/24/VI/2009


tanggal 1 Juni 2009, Penuntut Umum berpendapat unsur-unsur
yang terkandung dalam pasal 12 huruf b Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, sebagaimana dalam Dakwaan Primair telah terpenuhi dan
terbukti.

Bahwa kami menolak dengan tegas Analisa Yuridis sdr. Penuntut


Umum tersebut di atas, dengan alasan sebagaimana kami uraikan di
bawah ini:

1. Tentang unsur Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

Bahwa secara formal apa yang diuraikan Penuntut Umum ketika


menguraikan unsur ini cukup dapat dimengerti, namun sebagaimana
telah kami uraikan di atas jika dikaitkan dengan asas hukum Actus
Non Facit Reum atau tiada pidana tanpa kesalahan, Pegawai Negeri
atau Penyelenggara Negara bukan merupakan unsur yang
menentukan adanya kesalahan dari terdakwa.

Pernyataan bersalahnya Terdakwa adalah terletak pada terbuktinya


delik inti (bestanddeel delict) yang harus dibuktikan melalui
persesuaian antara perbuatan yang dilakukan dengan tindak pidana
yang didakwakan. Dengan perkataan lain, terbukti tidaknya unsur
sesuatu tindak pidana harus dikaitkan dengan perbuatan yang
didakwakan dan apakah perbuatan itu secara sah dan meyakinkan
dilakukan oleh Terdakwa.

Jadi secara sederhana dapat diperoleh pemahaman, apabila seluruh


unsur dari delik inti (bestanddeel delict) yang didakwakan telah

81
VI. Tanggapan Terhadap Analisa Yuridis Surat Tuntutan

terbukti, maka Terdakwa selaku “Pegawai Negeri atau Penyelenggara


Negara” adalah subjek hukum yang harus dinyatakan bersalah dan
patut dipidana. Sebaliknya apabila unsur–unsur dari pasal–pasal
yang didakwakan yang merupakan delik inti (bestanddeel delict) tidak
terbukti, maka Terdakwa walaupun berkedudukan sebagai “Pegawai
Negeri atau Penyelenggara Negara” harus dinyatakan tidak bersalah
dan tidak dapat dipidana.

2. Tentang unsur Menerima Hadiah atau Janji

Dalam menguraikan unsur ini Penuntut Umum mengutip buku


Adami Chazawi yang berjudul “Hukum Pidana Materiil dan Formil
Korupsi di Indonesia”, Cetakan kedua, April 2005, Penerbit
Bayumedia, yang mana nampaknya menjadi text book bagi Penuntut
Umum yang bertugas di KPK. Kami tidak sependapat dengan
pendapat penulis yang bersangkutan yang dikutip oleh Penuntut
Umum: “Dengan terbuktinya perbuatan menerima, maka
dianggap terbukti pula akan adanya kesengajaan yang
diarahkan pada perbuatan itu“. Pendapat ini tidak sepenuhnya
benar karena unsur niat berupa kesengajaan tetap menjadi faktor
yang menentukan dalam perbuatan menerima. Seseorang yang
dipaksa untuk menerima sesuatu barang berarti dia tidak
mempunyai kesengajaan ketika harus menerima barang itu. Jadi,
tidak ada niatnya untuk menerima barang tersebut. Sebaliknya,
kalau si penerima barang memang menyetujui untuk menerimanya
maka dapat dipastikan disini ada kesengajaan untuk melakukan
perbuatan menerima.

Dalam menyimpulkan apakah disitu ada perbuatan menerima, maka


tetap harus dilihat dari sikap batin si penerimanya yang mana hal itu
dapat diketahui dari rangkaian peristiwa sebelum dan setelah barang
itu diterima.

Bahwa untuk dapat dipenuhinya unsur Menerima Hadiah atau


Janji disamping harus ada niat atau kehendak bersama dari pihak
yang menyerahkan dan dari pihak yang menerima, maka juga
sepatutnya harus dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

82
VI. Tanggapan Terhadap Analisa Yuridis Surat Tuntutan

a. maksud dari orang yang menyerahkan barang atau obyek itu


harus jelas yaitu untuk maksud atau keperluan tertentu;
b. si penerima harus mengetahui bentuk ataupun jenis dari barang
yang diterimanya atau barang itu mengenai hal tertentu.

Bahwa dalam perkara ini, rangkaian peristiwa yang terjadi sebelum


dan setelah Terdakwa membawa tas milik Billy Sindoro membuktikan
Terdakwa tidak mempunyai niat, kehendak atau kesengajaan untuk
menerima tas tersebut, yang mana dapat diketahui dari peristiwa-
peristiwa sebagai berikut:

 bahwa baik dalam komunikasi melalui sms ataupun pada saat


Saksi Billy Sindoro, saksi Rani Anindita Tranggani Penyelidik KPK
yang melakukan penyadapan SMS dan telepon Terdakwadan
Terdakwa bertemu sebanyak empat kali tidak pernah dibicarakan
soal permintaan ataupun pemberian uang dari Saksi Billy Sindoro
kepada Terdakwa;
 bahwa tas itu sekonyong-konyong diletakkan oleh Saksi Billy
Sindoro di lantai lift tingkat 17 Hotel Aryaduta Tugu Tani Jakarta
ketika Terdakwa sudah berada di dalam lift dan pintu lift
menjelang tertutup, lagipula ketika di dalam lift dari lantai 17 dst
tas itu masih tergeletak di lantai dan tidak dipunggut oleh
Terdakwa, selanjutnya baru diambil oleh Terdakwa menjelang
keluar dari lift di lantai dasar.
 bahwa tas tersebut akan diserahkan kepada Sekretariat KPPU
dan untuk selanjutnya diserahkan kepada KPK. Rencana
Terdakwa untuk menyerahkan tas itu kepada Sekretariat KPPU
merupakan komitmen yang sudah pernah dipraktekkan manakala
Staf atau Komisioner KPPU menerima barang dari pelaku usaha,
sebagaimana menurut Keterangan Saksi Tresna Priyana
Soemardi, Kurnia Sya’ranie dan Saksi Tadjudin Noor Said;
 bahwa kehendak Terdakwa yang tidak sempat terwujud untuk
menyerahkan tas milik Saksi Billy Sindoro kepada Sekretariat
KPPU, karena keburu ditangkap KPK, merupakan itikad baik
yang pantas untuk dipercaya dan harus dipertimbangkan. Itikad

83
VI. Tanggapan Terhadap Analisa Yuridis Surat Tuntutan

baik yang dilandasi oleh kejujuran, sikap yang selama ini menjadi
rujukan bagi Terdakwa dalam menjalani kehidupan.
Kepercayaan kepada Terdakwa itu tumbuh bukannya tanpa
alasan. Ada latar belakang yang menjadi dasar perlunya itikad
baik yang dilandasi oleh kejujurannya itu sangat pantas untuk
dipercaya, yaitu ketaatan Terdakwa dalam menjalankan ibadah
sesuai dengan agama yang dianutnya, adanya sejumlah tokoh
masyarakat yang secara sukarela menaruh kepercayaan kepada
Terdakwa yaitu ketika Terdakwa mengajukan permohonan
penangguhan penahanan kepada Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi mereka tidak berkeberatan untuk menjadi penjamin yang
menanggung seluruh akibat hukum dari perbuatan Terdakwa jika
Terdakwa mempersulit jalannya pemeriksaan perkara ini.

Para tokoh masyarakat itu adalah: Prof. DR. H.M Amien Rais, MA,
pejuang dan tokoh reformasi mantan Ketua MPR RI tahun 1999-
2004, DR Iur. Adnan Buyung Nasution pejuang Hak Asasi
Manusia dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Republik
Indonesia, Syuhada Bahri Ketua Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia, DR. Muslimin Nasution mantan Menteri Kehutanan
dan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Adi
Sasono mantan Menteri Koperasi dan UKM RI, DR. Sukarmi, SH.
MH Anggota KPPU dan Ir. M. Nawir Messi, MSc Anggota KPPU,
tidak ada keraguan pada kredibilitas Terdakwa selaku Anggota
KPPU selama dua periode mulai tahun 2000 bahkan pernah
menjadi Ketua KPPU, suatu tahap pencapaian yang tidak mudah
karena harus dilalui dengan proses seleksi yang ketat;
 bahwa Terdakwa tidak mengetahui apa maksud dari Saksi Billy
Sindoro meletakkan tas yang ternyata berisi uang Rp. 500 juta di
lantai lift ketika Terdakwa sudah berada di kamar lift dan pintu
lift menjelang tertutup;
 bahwa Terdakwa tidak mengetahui apa isi dari tas yang
diletakkan oleh Billy Sindoro di lantai lift tersebut.

Bahwa dengan demikian unsur Menerima Hadiah tidak terpenuhi.

84
VI. Tanggapan Terhadap Analisa Yuridis Surat Tuntutan

3. Tentang unsur Diketahui atau patut diduga bahwa janji atau


hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan
karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.

Bahwa dalam menguraikan unsur ini Penuntut Umum mengutip


sejumlah pendapat dan doktrin. Pendapat dan doktrin tersebut hanya
relevan untuk ditujukan kepada perbuatan berupa kesalahan
Terdakwa yang memang secara sah dan meyakinkan terbukti. Tetapi
menjadi tidak relevan jika yang terjadi adalah sebaliknya, kesalahan
Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Bahwa dalam hubungannya dengan unsur di atas, Penuntut Umum


dalam dakwaannya menyatakan: “Terdakwa mengetahui bahwa
pemberian tersebut karena telah memenuhi permintaan BILLY
SINDORO untuk membuat putusan yang membantu kepentingan PT.
Direct Vision agar tetap menayangkan siaran pertandingan Liga Utama
Inggris musim 2007-2010, dan memberitahukan serta membocorkan
materi pembahasan Putusan Perkara KPPU Nomor: 03/KPPU-L/2008
yang sifatnya rahasia.”

Namun Penuntut Umum ternyata tidak konsisten dalam


pernyataannya pada Surat Tuntutan hal 160, yang mana masih
menyertakan bentuk kesalahan yang lain, yaitu patut diduga,
sebagaimana disebutkan: “Berdasarkan pengertian mengenai
diketahui atau patut diduga diatas diperoleh fakta hukum sebagai
berikut:....dst“. Sebagaimana dikutip oleh Penuntut Umum dalam
buku Adami Chazawi, “Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di
Indonesia, Cetakan kedua, April 2005, Penerbit Bayumedia, halaman
201-202, menyatakan bahwa mengenai kesalahan pada pasal 12
huruf b ini terdapat dua bentuk kesalahan. Kesatu bentuk
kesengajaan sebagai maksud yang lebih spesifik “pengetahuan”
dan yang satu lagi kealpaan berupa “patut diduga”. Jadi memang
terdapat dua bentuk kesalahan yang terdapat dalam pasal 12 huruf b
yang tidak dapat dicampuradukan tetapi harus dipilih salah satu,
mengetahui atau patut diduga. Mencampuradukan kedua bentuk
kesalahan, kesengajaan dan kealpaan, tersebut menjadikan Surat

85
VI. Tanggapan Terhadap Analisa Yuridis Surat Tuntutan

Tuntutan Penuntut Umum menjadi tidak mudah dimengerti dan


kabur.

Bahwa berdasarkan komunikasi antara Billy Sindoro dengan


Terdakwa melalui SMS pada tanggal 22, 28 dan tanggal 29 Agustus
2008, Penuntut Umum berkesimpulan ada upaya Terdakwa
membantu kepentingan PT. Direct Vision agar tetap dipertahankan
memiliki hak siar Liga Utama Inggris 2007, 2008, (Surat Tuntutan
halaman 160-161).

Bahwa kesimpulan tersebut di atas adalah keliru, dengan alasan:


 bahwa ketika Terdakwa meminta copy surat dari Astro dari Billy
Sindoro melalui SMS, KPPU telah mendapatkan enam exemplar
surat yang sejenis pada tanggal 15 Agustus 2008. Dengan adanya
keenam surat tersebut kemudian dilakukan Sidang Majelis pada
tanggal 22 Agustus 2008 dan keenam surat itulah yang
dipergunakan sebagai dasar dalam Putusan perkara KPPU No.
03/KPPU/L/2008 yang dimuat Jadi dasar pembuatan Keputusan
KPPU bukan berasal dari satu copy surat yang diperoleh langsung
oleh Terdakwa dari Billy Sindoro;
 Bahwa Saksi Benny Pasaribu lah sebagai salah seorang Anggota
Majelis Komisi yang sangat concern terhadap perlindungan
konsumen;
 Bahwa diktum ke 5 dari Putusan tanggal 28 Agustus 2008 yang
sudah disepakati oleh Majelis Komisi untuk dibacakan pada
tanggal 29 Agustus 2008 merupakan Keputusan bulat dari
Majelis Komisi perkara No.03/KPPU/L/2008, bukan semata-mata
keputusan tunggal dari Terdakwa;
 Bahwa diktum ke 5 Putusan KPPU No.03/KPPU/L/2008 tanggal
28 Agustus 2008, semula berasal dari rekomendasi Majelis Komisi
yang termuat dalam konsep Putusan tanggal 27 Agustus 2008
yang dipersiapkan oleh Ketua Majelis Anna Maria Tri Anggraeni
bersama dengan Tim Investigator dan Panitera, yaitu pada butir 8
tentang Rekomendasi Majelis Komisi nomor 8.1.2 yang berbunyi :
Menjaga dan melindungi kepentingan konsumen TV berbayar di

86
VI. Tanggapan Terhadap Analisa Yuridis Surat Tuntutan

Indonesia dengan tetap mempertahankan kelangsungan hubungan


usaha dengan PT. DV sampai adanya kejelasan penyelesaian
kepentingan dan pemenuhan hak-hak konsumen PT. DV;
 Bahwa rekomendasi Majelis Komisi yang termuat dalam konsep
Putusan tanggal 27 Agustus 2008 yang dipersiapkan oleh Ketua
Majelis Anna Maria Tri Anggraeni bersama dengan Tim
Investigator dan Panitera Komisi nomor 8.1.2 menjadi dasar
untuk membuat keputusan tanggal 28 Agustus 2008 malam,
khususnya pada diktum ke 5 yang berbunyi: Memerintahkan
Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC untuk menjaga
dan melindungi kepentingan konsumen TV berbayar di Indonesia
dengan tetap mempertahankan hubungan usaha dengan PT. DV
sampai adanya kejelasan penyelesaian kepentingan dan
pemenuhan hak-hak konsumen PT. DV;
 Bahwa Putusan tanggal 28 Agustus 2008 inilah yang disepakati
oleh Majelis Komisi untuk dibacakan pada tanggal 29 Agustus
2008, yang ternyata diketahui kemudian oleh Terdakwa bahwa
konsep redaksi dari diktum ke 5 telah dirubah terlebih
dahulu oleh Saksi Benny Pasaribu sehingga akhirnya berbunyi:
“Memerintahkan Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks FZ-LLC
untuk menjaga dan melindungi kepentingan konsumen TV
berbayar di Indonesia dengan tetap mempertahankan
kelangsungan hubungan usaha dengan PT. Direct Vision dan
tidak menghentikan seluruh pelayanan kepada pelanggan
sampai adanya penyelesaian hukum mengenai status
kepemilikan PT. DV”.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas tidak terbukti Terdakwa telah


membantu PT. Direct Vision, dengan demikian unsur Padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan
sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan
dengan kewajibannya tidak terpenuhi.

87
VI. Tanggapan Terhadap Analisa Yuridis Surat Tuntutan

88
VII. Tanggapan Terhadap Tuntutan Pidana Surat Tuntutan

VII. TANGGAPAN TERHADAP TUNTUTAN


PIDANA DALAM SURAT TUNTUTAN
PENUNTUT UMUM

Majelis Hakim yang kami muliakan,


Yth Sdr. Penuntut Umum,

Tuntutan diluar batas kepatutan

Tuntutan Saudara Penuntut Umum terhadap Terdakwa ini sungguh


membuat kami terperanjat. Tuntutan delapan tahun ini sungguh luar
biasa. Sungguh kami tidak mampu memahami alasan tuntutan
delapan tahun ditambah dengan denda Rp. 150.000.000,- (seratus
lima puluh juta rupiah). Apalagi dalam alasan yang memberatkan
tuntutan karena Terdakwa dinilai berbelit-belit. Sungguh kami tidak
dapat memahami pada bagian mana dan keterangan yang mana dari
Terdakwa yang dapat dinyatakan berbelit-belit. Sikap Terdakwa mana
yang disebut sebagai sikap tidak kooperatif. Apakah karena Terdakwa
selalu bertanya kepada para saksi atau karena Terdakwa mampu
membantah keterangan saksi yang tidak masuk diakal dan
kemampuan Terdakwa menjelaskan dan memberikan tanggapan
secara detil dan konsisten disebut berbelit-belit dan tidak kooperatif ?

Kalau hal ini yang menjadi alasannya, ini adalah tidak masuk akal
sehat kami. Kalau ini yang menjadi dasarnya, berarti Sudara
Penuntut Umum menghendaki agar Terdakwa ini tidak menggunakan
akal budinya. Terdakwa tidak boleh menggunakan rahmat Tuhan
berupa kecerdasan otak. Hal ini menghina orang-orang berakal dan
mempunyai kecerdasan. Menghina kemanusiaan, karena yang
membedakan manusia dengan bukan manusia itu adalah akalnya.
Inilah yang dilakukan oleh Terdakwa menggunakan akal sehatnya.

Orang yang tidak boleh dibantah dan selalu benar itu adalah perilaku
orang yang otoriter. Orang-orang yang menganggap kebenaran itu
hanya milik mereka. Orang lain adalah salah dan kalau orang

89
VII. Tanggapan Terhadap Tuntutan Pidana Surat Tuntutan

memberi argumen orang itu berbelit-belit. Sehingga Penuntut Umum


salah tempat dan salah waktu, seharusnya tidak menjadi Jaksa
sekarang, tetapi menjadi Penuntut Umum pada masa kekuasaan
Orde Baru yang tidak boleh dibantah oleh orang-orang yang didakwa
merongrong kekuasaan pemerintah.

Sikap otoriter yang dicerminkan oleh tuntuntan Penuntut Umum ini


menurut hemat kami, bukan sikap yang baik dalam mencari
kebanaran dan keadilan. Sikap ini adalah sikap yang hanya mau
benar sendiri dan sikap sebagai pemilik kebenaran. Sikap yang baik
dan benar bagi seorang penegak hukum itu adalah menerima
kebenaran dan mau mendengar sisi lain dari satu cerita.

Persidangan menurut undang-undang dan bagi kami adalah untuk


mencari kebenaran dalam rangka menegakkan keadilan. Bukan
untuk menghukum orang dengan semena-mena. Apalagi mengingat
dalam ketentuan undang-undang keterangan yang bernilai secara
hukum itu adalah keterangan yang disampaikan dihadapan sidang.
Artinya bantahan seorang Terdakwa dihadapan sidang itu harus
dihargai sebagai bantahan atau keterangan yang bernilai secara
hukum.

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang terhormat,

Banyak perilaku Penuntut Umum ini yang tidak masuk akal sehat
kami dalam mengajukan perkara ini dihadapan persidangan. Sebagai
contoh yang paling kasat mata selain tidak ingin menghadirkan saksi
Erwin Darwis Purba dan Erry Bundjamin, adalah menghadirkan
Terpidana Billy Sindoro untuk menjadi saksi dalam perkara ini.
Tanpa ba-bi-bu, tiba-tiba Billy Sindoro dihadirkan dihadapan
persidangan. Kehadiran yang tidak pernah disampaikan dihadapan
sidang yang mulia ini sebelumnya. Apa penyebab hadirnya Billy
Sindoro sebagai saksi tanpa pemberitahuan ini, hanya Saudara
Penuntut Umum yang bisa menjawabnya. Mudah-mudahan
jawabannya sesuai dengan kata hatinya, bukan karena diperintah

90
VII. Tanggapan Terhadap Tuntutan Pidana Surat Tuntutan

tanpa ada alasan hukum dan argumen yang jelas dan menurut
hukum.
Sebagai penasehat hukum yang beriktikad baik dan tanpa prasangka
buruk, kami selalu mencoba memahami diskresi dari Penuntut
Umum, kami tidak berkeberatan terhadap kehadiran Billy Sindoro
tanpa direncanakan terlebih dahulu. Meskipun dalam benak kami,
timbul pertanyaan apa niat tersembunyi dari Penuntut Umum tidak
memberitahukan kepada kami untuk memeriksa Billy Sindoro
sebagai saksi.

Apakah mungkin, karena Penuntut Umum mendapat permintaan


agar Billy Sindoro tidak kami tanya secara layak, sebab kalau pihak
kami diberitahu lebih awal mengenai kehadirannya tentu kami akan
banyak bertanya. Termasuk mempertanyakan hal-hal yang tidak
secara langsung berhubungan dengan perkara ini, seperti misalnya
perkara penggelapan Pajak PT. First Media Tbk yang pernah dipimpin
oleh Billy Sindoro. Atau mungkin juga kami akan lebih berfokus pada
pertanyaan mengenai penyelesaian perkara pajak tersebut oleh KPK
setelah diambil alih dari Polda Jawa Barat. Bahkan ketika salah
seorang dari team Penasehat Hukum bertanya kepada salah seorang
Penuntut Umum, tidak ada penjelasan bahwa saksi yang akan
dihadirkan adalah Billy Sindoro. Ada perbedaan prilaku dalam
penuntutan yang dilakukan oleh penuntut Umum terhadap Terdakwa
dengan Billy Sindoro.

Banyak hal yang secara sengaja dan terselubung disembunyikan. Hal


yang paling tidak terbantahkan adalah tidak dihadirkannya saksi-
saksi yang menjadi pemicu perkara ini. Tidak ditunjukkannya bukti-
bukti surat yang terkait erat dengan perkara ini seperti surat perintah
penyelidikan.

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Tuntutan delapan tahun penjara dan denda sebesar


Rp.150.000.000,- (seratus limapuluh juta), bagi kami bukan hanya

91
VII. Tanggapan Terhadap Tuntutan Pidana Surat Tuntutan

berat memahaminya menurut akal sehat dan argumen hukum,


terlebih lagi kalau dihubungkan dengan bukti-bukti. Apa yang
mengkhawatirkan kami, bahwa tuntutan yang tinggi ini terjadi
sebagai upaya fait accompli yang sengaja dilakukan karena tidak ada
bukti yang cukup untuk mendukung kebenaran dari dakwaan
khususnya mengenai dakwaan primair.

Dengan cara seperti ini, diharapkan agar masyarakat dapat


memberikan dukungan kepada KPK yang sedang mengalami musibah
karena undang-undangnya belum selesai dibahas oleh Dewan
Perwakilan Rakyat atau mungkin untuk mengalihkan perhatian
masyarakat bahwa KPK ini adalah lembaga yang paling berguna
dalam menegakkan hukum, karena hanya lembaga ini yang mau
menghukum orang yang di dakwa korupsi dengan hukuman yang
tinggi. Kalau ini yang terjadi, maka yang dilakukan adalah
membohongi sejarah dan kemanusiaan. Inilah bentuk dari
pengingkaran terhadap keadilan. Inilah bukti penggunaan hukum
untuk kepentingan jangka pendek dan demi kekuasaan.

Meskipun tidak tertutup kemungkinan dengan situasi politik seperti


sekarang ini, ada pesan-pesan tertentu yang hendak disampaikan
bahwa hati-hati para lawan politik, anda bisa menjadi salah satu
korban karena perbedaan keyakinan politik dan pilihan politik. Sebab
kalau kita lihat, orang-orang yang sedang atau sudah diadili di
hadapan Pengadilan Tipikor ini masih terbatas dari kelompok
tertentu. Belum menyentuh semua kekuatan politik yang selama ini
juga cukup bersinggungan dengan masalah yang masuk dalam
kategori korupsi. Ini kami kemukakan demikian, karena Terdakwa ini
sebelum terkena musibah ini menjadi salah seorang pilihan dari satu
partai untuk dicalonkan menjadi salah seorang calon legislatif.
Kebenaran dari ini hanya Peradilan Sejarah yang akan memutusnya.

Masih berkaitan dengan surat tuntutan ini, Penuntut Umum jelas-


jelas telah melakukan pelanggaran hukum dengan meminta agar
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat untuk merampas dan selanjutnya MEMUSNAHKAN barang
bukti :

92
VII. Tanggapan Terhadap Tuntutan Pidana Surat Tuntutan

1. Nomor 128 Handphone merek Nokia seri 6275i warna hitam;


2. Nomor 129 Handphone merek Nokia seri 6275i warna silver;
3. Nomor 130 Handphone merek Nokia seri 9500;
4. Nomor 131 Handsfree Nokia;
5. Nomor 134 Tas jinjing warna hitam tanpa merk dengan tanda
solasi hitam pada bagian depan (penutup);
6. Nomor 135 Handphone merk O2 warna hitam berikut sarungnya;
7. Nomor 136 Handphone merk Blackberry warna silver berikut
sarungnya.

Permintaan tersebut jelas-jelas telah melanggar ketentuan Pasal 45


ayat (4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana, sebagaimana dikutip :

„Benda sitaan yang bersifat terlarang atau dilarang untuk


diedarkan...... dirampas untuk dipergunakan bagi kepentingan negara
atau untuk dimusnahkan.“

Handpone dan tas jinjing tersebut bukan merupakan benda yang


bersifat terlarang atau dilarang untuk diedarkan, sehingga tidak
dibenarkan untuk dimusnahkan, oleh karena itu benda sitaan
tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya, yang mana apabila
tidak dikembalikan maka tindakan tersebut melanggar segi
kemanusiaan sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 46
ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana

93
VII. Tanggapan Terhadap Tuntutan Pidana Surat Tuntutan

94
VIII. Penutup dan Permohonan

VIII. PENUTUP DAN PERMOHONAN

Majelis Hakim yang mulia,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,

Persidangan yang akan berujung pada Keputusan Majelis Hakim


yang mulia adalah sebuah peristiwa yang menentukan nasib
Terdakwa. Tidak ada gading yang tidak retak, demikian pepatah bijak
yang akrab ditelinga kita. Tidak ada manusia yang sempurna.
Terdakwa Mohammad Iqbal, seperti halnya kita semua, bukanlah
manusia yang sempurna yang nasibnya sekarang tergantung kepada
wakil Tuhan di dunia, Majelis Hakim yang mulia, yang nantinya akan
menentukan dalam putusannya apakah Terdakwa pantas dihukum
atau tidak. Tidak saja Terdakwa, banyak Pejabat Negara non aktif
atau aktif, termasuk Pejabat Negara yang konon sebagai Penegak
Hukum dan Pimpinan Puncak lembaga super body dan diklaim
sebagai yang paling steril dari penyuapan, nasibnya juga akan
tergantung pada wakil Tuhan di dunia.

Dalam pemeriksaan di persidangan, Terdakwa telah mengaku


menyesal dengan cara bertawakal kepada sang khalik, Allah SWT.
Bertawakal adalah berserah diri dan pasrah yang merupakan wujud
dari sikap ketaatannya sebagai seorang Muslim. Tanpa harus
menjawab secara verbal, setiap orang yang normal pasti akan
menyesali perbuatannya apabila dia duduk di depan meja hijau
sebagai terdakwa. Sikap yang kritis dari Terdakwa, hendaknya jangan
disimpulkan bahwa Terdakwa tidak kooperatif, berbelit-belit sehingga
mempersulit jalannya persidangan.

Tidak ada maksud dari Terdakwa untuk menunjukkan sikap seperti


itu. Sikap yang kooperatif telah ditunjukkannya ketika di persidangan
Terdakwa mengakui kebenaran komunikasi SMS antara dirinya
dengan Billy Sindoro yang berhasil disadap oleh KPK. Terdakwa
hanya menghendaki persidangan ini berlangsung jujur dan adil. Itu
Saja!

95
VIII. Penutup dan Permohonan

Adalah sah-sah saja, Terdakwa menghendaki pemeriksaan perkara


ini berlangsung jujur dan adil karena dialah yang nantinya akan
mengalami penderitaan untuk sekian lama dibalik terali besi, jika
Majelis Hakim berpendapat Terdakwa pantas untuk dihukum.

Setelah mempertimbangkan segala yang telah kami uraikan di atas


dan semoga keadilan dibumi ini masih bisa ditegakkan, pada
akhirnya Terdakwa mohon Putusan:

1. Membebaskan Terdakwa Ir. H. Mohammad Iqbal dari Dakwaan


Primair: Pasal 12 huruf b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
2. Membebaskan Terdakwa Ir. H. Mohammad Iqbal dari Dakwaan
Subsidair: Pasal 5 ayat (2) jo. Pasal 5 Ayat (1) huruf b Undang-
Undang Nomor: 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor: 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor: 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi;
3. Membebaskan Terdakwa Ir. H. Mohammad Iqbal dari Dakwaan
Lebih Subsidair: Pasal 11 Undang-Undang Nomor: 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor: 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
4. Merehabilitasi dan memulihkan kembali nama baik Terdakwa Ir.
H. Mohammad Iqbal sesuai dengan harkat dan martabatnya;
5. Memerintahkan kepada Penuntut Umum untuk melepaskan
Terdakwa Ir. H. Mohammad Iqbal dari Rumah Tahanan Negara
pada Kepolisian Resort Metro Jakarta Pusat di Jakarta;

96
VIII. Penutup dan Permohonan

6. Memerintahkan kepada Penuntut Umum untuk mengembalikan


barang bukti milik Terdakwa berupa:
a. Barang bukti Nomor 135 Handphone merk O2 warna hitam
berikut sarungnya;
b. Barang bukti Nomor 136 Handphone merk Blackberry warna
silver berikut sarungnya.
7. Membebankan biaya perkara kepada Negara.

Namun apabila Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain mohon


agar diberi putusan yang seadil-adilnya.

Demikianlah Nota Pembelaan / Pleidooi ini kami sampaikan dalam


rangka due process of law yang menjunjung tinggi nilai kebenaran
dan keadilan.

Jakarta, 8 Juni 2009

Hormat kami,

Tim Penasehat Hukum Terdakwa II

Dr. Maqdir Ismail, S.H., LL.M M. Rudjito, S.H., LL.M

Dr. S.F. Marbun, S.H., M.Hum Dasril Affandi, S.H., M.H

Andi Abdurrahman Nawawi, S.H Masayu Donny Kertopati, S.H

97
98
Dalam Perkara
Nomor : 04/PID.B/TPK/2009/PN. JKT PST

disampaikan oleh :
Ir. Mohammad Iqbal
100
Pengantar Tanggapan dan Pembelaan

Majelis Hakim yang mulia,

Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada Majelis Hakim


yang mulia, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
memberikan tanggapan dan pembelaan terhadap Surat Tuntutan
yang dibuat oleh Penuntut Umum pada persidangan hari ini.

Pada persidangan hari Senin tanggal 1 Juni 2009 yang lalu, Penuntut
Umum telah membacakan Surat Tuntutannya yang materinya
mencakup 7 (tujuh) Bab, yaitu : Bab I : Pendahuluan, Bab II : Surat
Dakwaan, Bab III : Fakta-fakta Persidangan, Bab IV : Analisa Fakta,
Bab V : Analisa Yuridis, Bab VI : Kesimpulan dan Bab VII : Tuntutan
Pidana.

Dalam persidangan hari ini, saya akan menyampaikan tanggapan


dan Pembelaan saya terhadap materi yang diungkapkan oleh
penuntut Umum dalam Surat Tuntutan di atas, dengan sistimatika
sebagaimana yang pernah saya sampaikan dalam tanggapan saya
terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum, yang saya sampaikan
pada persidangan tanggal 10 Februari 2009 yang lalu.

Untuk menyegarkan ingatan kita bersama, pada kesempatan ini saya


sampaikan kembali sistimatika tanggapan saya pada persidangan
tanggal 10 Februari 2009 di atas, serta mengutip baberapa isi pokok
dari tanggapan tersebut.

Tanggapan yang saya bacakan pada persidangan tanggal 10 Februari


2009 pada pokoknya memuat materi tanggapan yang meliputi 5 (lima)
bagian, yaitu: Bagian I: Pendahuluan, Bagian II: Surat Dakwaan
Penuntut umum yang keliru, Bagian III: Korban dari ‘skenario jahat’
terhadap KPPU, Bagian IV: Pertanggungjawaban Publik sebagai
Anggota KPPU, dan Bagian V: Penutup.

101
Pengantar Tanggapan dan Pembelaan

Oleh karena itu, dalam Tanggapan dan Pembelaan saya hari ini, saya
akan sampaikan dengan sistimatika sebagai berikut :

I. Pendahuluan
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum yang salah
III. Korban Skenario Jahat terhadap KPPU
IV. Pertanggungjawaban Publik sebagai Anggota KPPU
V. Penutup

102
I. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang mulia,

Pada Bagian I dari tanggapan saya terhadap Surat Dakwaan


Penuntut Umum, yang saya bacakan pada tanggal 10 Februari 2009,
saya menyampaikan sikap saya dalam menghadapi proses
penanganan Perkara saya ini, sejak dari tahap penyidikan,
penuntutan, dan persidangan.

Pada Bagian Pendahuluan ini, saya menyatakan bahwa apa yang


saya sampaikan pada waktu penyidikan, pada waktu saya menjadi
saksi dalam Perkara Billy Sindoro tanggal 19 Januari 2009 dan apa
yang saya sampaikan pada persidangan saya sendiri, adalah fakta
yang benar-benar terjadi dan saya alami, yang saya sampaikan
dengan jujur, tanpa ada yang disembunyikan. Atas dasar inilah, saya
kemudian membuat kesaksian tertulis, yang saya beri judul “Siapa
berbuat apa”, yang sudah saya sampaikan pula kepada Majelis
Hakim yang mulia.

Barangkali baru pertama kali dalam sejarah persidangan Perkara


Korupsi di Pengadilan Tipikor ini, ada seorang saksi dalam
persidangan suatu Perkara, membuat dan menyampaikan kesaksian
secara tertulis. Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan ini tidak
salah, dan saya menyampaikan hal ini bukan untuk gagah-gagahan
atau untuk menyombongkan diri. Tidak sama sekali. Saya sampaikan
hal tersebut pada persidangan hari ini adalah untuk menunjukkan
kepada Majelis Hakim yang mulia dan hadirin yang ada dalam
persidangan hari ini, bahwa itulah sikap saya selama ini. Sikap
kejujuran itulah yang selama ini saya pegang teguh dalam setiap
aktivitas saya dalam menjalankan amanah serta pengabdian kepada
Bangsa dan Negara.

Oleh karena itu, hati kecil saya tidak dapat menerima bila dalam
persidangan ini, saya melihat ada saksi yang berkata bohong dan
berubah-ubah. Begitu pula saya agak emosional bila melihat cara

103
I. Pendahuluan

kerja dan tindakan KPK yang tidak terbuka dan penuh dengan
kebohongan serta rekayasa. Dalam persidangan ini beberapa kali
saya memohon kepada Penuntut Umum agar KPK bertindak jujur
dalam mengungkap persoalan yang sebenarnya dari Perkara saya ini.
Bukankah selama ini sebagai institusi penegak hukum dalam
pemberantasan korupsi, KPK selalu aktif mempromosikan kepada
masyarakat akan pentingnya sifat-sifat kejujuran? Mengapa dalam
Perkara saya ini, KPK malah berupaya untuk menutup-nutupi fakta
yang sebenarnya, dan memunculkan alat bukti yang sudah
direkayasa.

Sebagai contoh dari ketidakjujuran dan rekayasa yang dilakukan KPK


dalam Perkara saya ini, adalah diajukannya Pegawai KPK yang
bernama Iman Santoso sebagai saksi dalam Perkara saya dan
Perkara Billy Sindoro.

Pada Persidangan Billy Sindoro tanggal 15 Desember 2008, saksi


Iman Santoso mengatakan bahwa tanggal 16 September 2008, saksi
ditugaskan oleh Penyidik KPK untuk mengambil rekaman CCTV di
Hotel Aryaduta. Dengan alasan kapasitas CCTV yang terlalu besar,
maka saksi tidak mengambil seluruhnya, tapi hanya bagian-bagian
tertentu saja.

Tetapi pada Persidangan saya tanggal 30 April 2009, saksi


mengatakan bahwa pada tanggal 16 September 2008, saksi
ditugaskan secara lisan oleh atasan saksi untuk melihat rekaman di
Hotel Aryaduta. Dari rekaman CCTV tersebut, saksi disuruh
menentukan bagian-bagian mana pada jam-jam berapa yang perlu
diambil/direkam oleh Tim Teknis KPK, yang akan mengambil data
rekaman CCTV pada tanggal 18 September 2008.

Kemudian pada persidangan Billy Sindoro tanggal 15 Desember 2008,


saksi Iman Santoso mengatakan bahwa seluruh peristiwa dalam lift
kelihatan. Saksi melihat Mohammad Iqbal dan Billy Sindoro di dalam
lift, melihat penyerahan tas, dan melihat mereka bersalaman.

104
I. Pendahuluan

Namun, pada Persidangan saya tanggal 30 April 2009, saksi Iman


Santoso, untuk kejadian yang sama, memberikan kesaksian yang
berbeda. Saksi mengatakan bahwa saksi cuma melihat keduanya
(Mohammad Iqbal dan Billy Sindoro) akan masuk lift besama, tapi
ternyata Billy Sindoro keluar lagi dan sudah tidak membawa tas. Di
dalam lift Mohammad Iqbal sudah membawa tas dan dibawa turun.

Selanjutnya pada berkas Perkara saya, ada Surat Perintah Nomor:


SPT-182/30/IX/2008 tanggal 18 September 2008, yang
ditandatangani oleh Deputi Bidang Informasi dan Data M. Samsa
Ardisasmita, kepada Dani Karsa Prawira, Administrator pada
Direktorat PINDA, untuk melakukan kegiatan proses computer
forensic di Hotel Aryaduta Tugu Tani. Nama Iman Santoso ternyata
tidak ada sama sekali dalam Surat Perintah Tugas itu. Oleh
karenanya patut kita bertanya, mengapa yang diajukan sebagai saksi
oleh KPK pada persidangan saya maupun pada persidangan Billy
Sindoro, bukan Dani Karsa Prawira? Mengapa yang diajukan sebagai
saksi malah Iman Santoso yang tidak jelas penugasannya?
Majelis Hakim yang mulia,

Pada persidangan saya tanggal 30 April 2009, saksi Iman Santoso


mengatakan bahwa saksi ditugaskan oleh Penyidik, untuk
mengeluarkan data percakapan telepon dan SMS dari nomor telepon
saya dan nomor telepon Billy Sindoro, kemudian membuat
transkripnya.

Tetapi, dalam persidangan tanggal 7 Mei 2009, saksi Rani Anindita


Tranggani, penyidik KPK, memberikan keaksian bahwa saksilah yang
ditugaskan untuk mendengar percakapan dan SMS antara nomor
telepon saya dengan nomor telepon Billy Sindoro, kemudian mencatat
dan membuat transkripnya.

Jadi ada dua orang petugas KPK yang ditugaskan untuk membuat
transkrip percakapan dan SMS antara nomor telepon saya dengan
Billy Sindoro. Namun yang dijadikan alat bukti dalam Perkara saya,
dan yang dimuat dalam lampiran berkas Perkara, adalah catatan dan
transkrip yang dibuat oleh Iman Santoso. Akibatnya, dalam

105
I. Pendahuluan

persidangan tanggal 7 Mei 2009, saksi Rani Anindita Tranggani


‘terpaksa harus berbohong’, ketika ditanya apakah transkrip
pembicaraan telepon tanggal 16 September 2008, adalah transkrip
percakapan dari nomor 628128064800 ke nomor telepon
628161846382?. Saksi Rani Anindita Tranggani menjawab: “Iya”.
Padahal, di dalam BAP, saksi Rani Anindita Tranggani menyatakan
bahwa percakapan telepon di atas adalah percakapan telepon dari
nomor 628161846382 ke nomor 628128064800.

Majelis hakim yang mulia,

Ketidakjujuran dan kebohongan yang dipertontonkan dalam


penanganan Perkara saya ini juga terjadi pada kesaksian Petugas
KPK lainnya, yaitu saksi Hendy F. Kurniawan dan saksi Rahmat Nur
Hidayat.

Pada persidangan Billy Sindoro tanggal 19 Desember 2008, saksi


Hendy F. Kurniawan mengatakan bahwa saksi tidak tahu dan tidak
pernah melihat rekaman kedatangan Billy Sindoro di Hotel Aryaduta
Tugu Tani tanggal 16 September 2008, tapi pada persidangan saya
tanggal 23 April 2009, saksi Hendy F. Kurniawan mengatakan bahwa
saksi diperlihatkan rekaman kedatangan Billy Sindoro bersama dua
ajudannya.

Kemudian pada persidangan Billy Sindoro tanggal 19 Desember 2008,


saksi Hendy F. Kurniawan mengatakan bahwa pada tanggal 16
September 2008, sebelum saksi berangkat ke Hotel Aryaduta Tugu
Tani, saksi memperoleh informasi dari Ketua Tim bahwa akan ada
penyerahan uang, dan informasi tersebut diperoleh dari dari hasil
sadapan KPK. Tetapi pada persidangan saya tanggal 23 April 2009,
saksi Rahmat Nur Hidayat mengatakan bahwa informasi akan ada
penyerahan uang bukanlah dari hasil penyadapan KPK. Dan ternyata
keterangan saksi Rahmat Nur Hidayat ini sama dengan keterangan
saksi Rani Anindita Tranggani, yang mengatakan bahwa selama saksi
ditugaskan untuk mendengar, mencatat dan membuat transkrip
pembicaraan serta komunikasi melalui SMS antara saya dengan Billy

106
I. Pendahuluan

Sindoro, tidak ada pembicaraan atau SMS yang mengatakan akan


ada penyerahan uang dari Billy Sindoro kepada saya.

Majelis Hakim yang mulia,

Saya melihat bahwa sebenarnya saksi-saksi dari petugas KPK yang


diajukan dalam persidangan saya adalah orang-orang muda yang
baik. Tetapi karena harus menjalankan perintah atasan dan tuntutan
skenario dari pimpinan, mereka ‘terpaksa’ harus melakukan
‘kebohongan-kebohongan’ sebagaimana hal di atas. Begitu pula, saya
melihat bahwa Penuntut Umum pada Perkara saya ini, juga adalah
orang-orang yang baik. Tetapi karena tugas, mereka harus mengikuti
perintah dari atasan.

Kejadian ketika pembacaan Surat Tuntutan oleh Penuntut Umum


pada tanggal 1 Juni 2009 yang lalu membuktikan apa yang saya
katakan ini. Selesai pembacaan tuntutan, Penuntut Umum
memberikan kepada saya salinan berkas tuntutan, yang pada Bab
mengenai Tuntutan Pidana, belum tercantum lamanya pidana
penjara, dan besarnya denda yang dikenakan. Jadi saya yakin bahwa
tuntutan pidana 8 (delapan) tahun yang dibacakan oleh Penuntut
Umum waktu itu adalah bukan berasal dari Penuntut Umum, tapi
berasal dari atasan Penuntut umum, yang baru diberikan kepada
Penuntut Umum sebelum sidang dimulai.

Mengingat bahwa dalam persidangan Perkara selama ini, saya


banyak menemukan kebohongan dan kejanggalan-kejanggalan lain
yang nanti akan saya sampaikan, maka Tanggapan dan Pembelaan
saya atas Surat Tuntutan Penuntut Umum, yang saya bacakan hari
ini, saya beri judul: “KPK JUGA BISA SALAH”

107
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

108
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

II. SURAT TUNTUTAN PENUNTUT UMUM


YANG SALAH

Majelis Hakim yang mulia,

Perkenankanlah saya memulai tanggapan dan Pembelaan saya


terhadap Surat Tuntutan Penuntut Umum dengan menanggapi
terlebih dahulu Surat Dakwaan Penuntut Umum, yang dimasukkan
oleh Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya pada Bab II.

Pada tanggapan saya terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum,


yang saya bacakan pada persidangan tanggal 10 Februari 2009, saya
menyampaikan bahwa Surat Dakwaan Penuntut Umum keliru,
karena tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Pada saat itu,
saya menyampaikan salah satu contoh dari dakwaan Penuntut
Umum yang menurut saya terdapat kekeliruan.

Penuntut Umum dalam Surat Dakwaannya (Surat Dakwaan yang


dimaksud juga dimuat kembali oleh Penuntut Umum dalam Surat
Tuntutannya, pada halaman 5, alinea terakhir), menyatakan:
“Terdakwa pada tanggal 29 Agustus 2008 bersama dengan Majelis
Komisi dimuka persidangan telah membacakan Putusan Perkara
No.03/KPPU/L/2008 yang mencantumkan amar ‘injunction’ yang
diinginkan Billy Sindoro dengan menyatakan: Memerintahkan Terlapor
IV : All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC untuk menjaga dan
melindungi kepentingan konsumen TV berbayar di Indonesia dengan
tetap mempertahankan kelangsungan hubungan usaha dengan PT.
Direct Vision dan tidak menghentikan seluruh pelayanan kepada
pelanggan sampai adanya penyelesaian hukum mengenai status
kepemilikan PT. Direct Vision”.

Fakta yang diungkapkan oleh Penuntut Umum bahwa pada tanggal


29 Agustus 2008, saya bersama Anggota Majelis Komisi lainnya
membacakan Putusan Perkara No.03/KPPU/L/2008, memang benar.
Tetapi, pernyataan Penuntut Umum yang mengatakan bahwa diktum
5 dari Putusan KPPU No.03/KPPU/L/2008 merupakan amar

109
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

‘injunction’ yang diinginkan oleh Billy Sindoro adalah pernyataan yang


tidak benar.

Pada persidangan tanggal 10 Februari 2009, saya menyatakan bahwa


Penuntut Umum tidak meperhatikan adanya fakta sebelum
pembacaan Putusan tersebut yaitu :

• Bahwa Diktum 5 dalam Putusan Perkara KPPU


No.03/KPPU/L/2008 lahir karena adanya fakta baru berupa
dialihkannya penayangan Siaran Liga Inggris untuk musim
kompetisi 2008-2009 dari PT. Direct Vision/Astro TV ke Aora TV,
yang dilanjutkan dengan adanya Sidang Majelis II pada tanggal 22
Agustus 2008 dan Sidang Majelis III pada tanggal 27 Agustus
2008.

• Bahwa berdasarkan temuan adanya fakta baru dalam Sidang


Majelis II dan Sidang Majelis III di atas, kemudian Ketua Majelis
Komisi Anna Maria Tri Anggraini bersama dengan Tim Investigator
dan panitera pada tanggal 27 Agustus 2008 malam membuat draft
Putusan, yang pada butir 8.1.2 tentang Rekomendasi Majelis
Komisi, memuat diktum yang berbunyi : “Memerintahkan Terlapor
IV: All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC untuk menjaga dan
melindungi kepentingan konsumen TV berbayar di Indonesia
dengan tetap mempertahankan kelangsungan hubungan usaha
dengan PT. Direct Vision sampai adanya kejelasan kepentingan dan
pemenuhan hak-hak konsumen PT. Direct Vision”.

• Bahwa pada tanggal 28 Agustus 2008 malam Majelis Komisi


melakukan Pembahasan Putusan, yang diantaranya memuat
diktum 5 yang rumusannya sama dengan draft Putusan butir
8.1.2 di atas, yaitu: “Memerintahkan Terlapor IV: All Asia
Multimedia Networks, FZ-LLC untuk menjaga dan melindungi
kepentingan konsumen TV berbayar di Indonesia dengan tetap
mempertahankan kelangsungan hubungan usaha dengan PT.
Direct Vision sampai adanya kejelasan kepentingan dan
pemenuhan hak-hak konsumen PT. Direct Vision”.

110
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

• Bahwa pada tanggal 29 Agustus 2008, terjadi perubahan


redaksional dari diktum 5 putusan yang sudah disepakati bersama
pada tanggal 28 Agustus 2008, yang dilakukan oleh Ketua Majelis
Komisi Anna Maria Tri Anggraeni bersama anggota Majelis Komisi
Benny Pasaribu saat saya sholat Jum’at, yang rumusannya
menjadi: “Memerintahkan Terlapor IV: All Asia Multimedia
Networks, FZ-LLC untuk menjaga dan melindungi kepentingan
konsumen TV berbayar di Indonesia dengan tetap mempertahankan
kelangsungan hubungan usaha dengan PT. Direct Vision dan tidak
menghentikan seluruh pelayanan kepada pelanggan sampai
adanya penyelesaian hukum mengenai status kepemilikan PT.
Direct Vision”.

Pada persidangan saya tanggal 2 April 2009, saksi Anna Maria Tri
Anggraini mengakui adanya fakta yang saya ungkapkan di atas, dan
secara eksplisit saksi mengakui:
• Bahwa benar dalam masa sidang Majelis, diperoleh bukti atau
fakta baru mengenai pindahnya siaran Liga Inggris dari Astro TV
(PT. Direct Vision) ke Aora TV, yang juga dimuat oleh hampir
semua koran.
• Bahwa benar karena adanya bukti baru tersebut, kami membuka
Sidang Majelis ke II dan III untuk melakukan klarifikasi. Dalam
Sidang Majelis II Terlapor membenarkan adanya permasalahan
antar terlapor. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada sidang Majelis
II, kemudian juga dipicu oleh adanya ‘notice’ yang diperoleh, maka
saksi melakukan Sidang Majelis III tanggal 27 Agustus 2008
• Bahwa benar yang merumuskan draft Putusan tanggal 27 Agustus
2008 adalah saksi bersama investigator dan Panitera.
• Bahwa benar Diktum 5 yang disepakati dalam musyawarah
Majelis Komisi tanggal 28 Agustus 2008 adalah sama dengan
rumusan rekomendasi butir 8.1.2 pada draft Putusan tanggal 27
Agustus 2008.
• Bahwa benar pada tanggal 29 Agustus 2008, saksi dan Benny
Pasaribu yang mengubah rumusan diktum 5 dari Putusan tanggal
28 Agustus 2008, ketika Mohammad Iqbal sedang sholat Jum’at.

111
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

• Bahwa ketika ditanya oleh Hakim Ketua: “Apakah Mohammad


Iqbal ada memaksakan kehendaknya dalam musyawarah
pembuatan Putusan”, saksi menjawab : “Tidak pernah.”

Kesaksian Anna Maria Tri Anggraini ini juga diakui oleh saksi Benny
Pasaribu, ketika saksi didengar kesaksiannya pada persidangan saya
tanggal 16 April 2009.
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum: “Apa yang diusulkan
secara khusus oleh Mohammad Iqbal pada waktu musyawarah
pembuatan Putusan”, saksi menjawab: “Saya kira yang banyak
bicara waktu itu saya. Malah saya tidak dengar apa yang
diusulkan oleh Pak Iqbal”
• Begitu pula, ketika Penasehat Hukum bertanya kepada saksi
Benny Pasaribu: “Apakah Mohammad Iqbal pernah mengusulkan
supaya ada ‘injunction’ yang dibuat oleh Majelis Komisi”, saksi
menjawab: “Saya malah kata-kata ‘injunction’ itu tidak pernah
dengar. Tidak pernah pak Iqbal mengusulkan seperti itu.”
• Selanjutnya, ketika ditanya oleh Hakim: “Apakah Mohammad Iqbal
pernah bercerita kepada saksi, bahwa Mohammad Iqbal ada
menerima masukan dari pihak ketiga”, saksi menjawab : “Tidak
pernah”. Juga ketika Hakim bertanya kepada saksi : “Apakah
Mohammad Iqbal pernah mengusulkan secara spesifik agar AAMN
tetap mempertahankan Siaran Liga Inggris dalam musyawarah
majelis Komisi”, saksi menjawab: “Saya pribadi tidak pernah
mendengar.”

Oleh karenanya, bila Penuntut Umum mengatakan bahwa Putusan


yang dibacakan pada tanggal 29 Agustus 2008 adalah sama dengan
yang diinginkan oleh Billy Sindoro, maka seharusnya yang menjadi
terdakwa dalam persidangan ini bukan saya tetapi saksi Anna Maria
Tri Anggraeni dan saksi Benny Pasaribu, atau setidak-tidaknya saksi
Anna Tri Anggraeni dan saksi Benny Pasaribu juga menjadi terdakwa
bersama dengan saya.

112
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Majelis Hakim yang mulia,

Fakta persidangan berupa kesaksian dari saksi Anna Maria Tri


Anggraini dan saksi Benny Pasaribu di atas, ternyata tidak
dicantumkan oleh Penuntut Umum pada Surat Tuntutan Bab III :
Fakta-Fakta Persidangan. Begitu pula beberapa keterangan beberapa
saksi yang lain, juga ada yang tidak dicantumkan oleh Penuntut
Umum. Nanti dalam tanggapan saya tentang Bab III Surat Tuntutan
Penuntut Umum, akan saya sampaikan apa saja fakta-fakta
persidangan yang tidak dimuat oleh Penuntut Umum dalam Surat
Tuntutannya.

Majelis Hakim yang mulia,

Selanjutnya perkenankan saya untuk menanggapi Fakta-fakta


persidangan yang diuraikan oleh Penuntut Umum dalam Surat
Tuntutannya. Secara umum apa yang disampaikan oleh para saksi di
persidangan sudah dimasukkan oleh Penuntut Umum dalam Fakta-
fakta persidangan yang termuat dalam Bab III Surat Penuntutan.
Tetapi ada beberapa keterangan saksi-saksi yang belum dicantumkan
oleh Penuntut Umum dalam fakta-fakta persidangan, yang menurut
saya perlu kita ketahui pula.

Disamping keterangan yang sudah dicatat oleh Penuntut Umum, ada


keterangan dari Billy Sindoro pada persidangan saya tanggal 2 April
2009, yang belum dicatat oleh Penuntut Umum, yaitu :
• Ketika ditanya oleh Penuntut Umum, apakah pemberian tas berisi
uang pada pertemuan di Kamar 1712, adalah realisasi dari SMS
Billy Sindoro kepada Mohammad Iqbal yang berbunyi: “Pak saya
bersyukur mohon diberi kesempatan untuk balas budi Bapak”, Billy
Sindoro menjawab: “Saya tidak pernah bermaksud untuk
memberikan uang kepada Pak Mohammad Iqbal.”
• Ketika ditanya oleh Hakim Ketua, apakah balas budi tersebut
sudah diwujudkan, Billy Sindoro menjawab: “Belum.”

113
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

• Ketika ditanya oleh Hakim Ketua, Masalah tas itu apa maksudnya,
Billy Sindoro menjawab: “Masalah tas itu, tadi seperti yang saya
jelaskan, waktu Pak Mohammad Iqbal keluar, saya pikir itu tasnya
Pak Mohammad Iqbal, karena saya masuk ke dalam ruangan tidak
bawa tas. Dan tas itu ada di dekat kakinya Pak Mohammad Iqbal.”
• Ketika ditanya oleh Hakim Ketua, apakah tas itu diletakkan di lift,
Billy Sindoro menjawab:“di lantai.”

Disamping keterangan yang sudah dicatat oleh Penuntut Umum, ada


keterangan dari Anna Maria Tri Anggraini pada persidangan saya
tanggal 2 April 2009, yang belum dicatat oleh Penuntut Umum, yaitu
:
• Ketika ditanya oleh saya dari mana saksi Anna Maria Tri Anggraini
memperoleh adanya fakta baru yang disampaikan melalui telepon
kepada saya pada tanggal 19 Agustus 2008, saksi Anna Maria Tri
Anggraini menjawab: “Fakta baru saya mencari tahu. Hampir
semua koran menyatakan bahwa Astro pindah ke Aora.”
• Ketika ditanya oleh saya apakah adanya fakta baru tersebut
menjadi dasar diadakannya Sidang Majelis tanggal 22 Agustus
2008, saksi Anna Maria Tri Anggraini menjawab: “Betul, dan saya
minta persetujuan Pak Mohammad Iqbal dan Benny Pasaribu.”
• Ketika ditanya oleh saya apakah pada Sidang Majelis tanggal 22
Agustus 2008 Benny Pasaribu mengatakan perlunya hak-hak
konsumen dilindungi dan kemudian mengusulkan perlu
dipanggilnya Group Lippo dan Astro Malaysia, saksi Anna Maria
Tri Anggraini menjawab: “Betul.”
• Ketika ditanya oleh saya apakah saksi Anna Maria Tri Anggraini
ingat bahwa saya sempat mengatakan tidak ada kewenangan
KPPU untuk memanggil Group Lippo dan Astro Malaysia, saksi
Anna Maria Tri Anggraini menjawab: “Iya, saya ingat Bapak
mengucapkan itu.”
• Ketika ditanya oleh saya kenapa dalam Sidang Majelis tanggal 27
Agustus 2008 yang dipanggil dari pihak Lippo adalah Mr. Ong,
saksi Anna Maria Tri Anggraini menjawab: “Berdasarkan hasil

114
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

pemeriksaan pada Sidang Majelis II kemudian juga dipicu oleh


adanya notice yang diperoleh, maka saya melakukan Sidang
Majelis III tanggal 27 Agustus 2008.”
• Ketika ditanya oleh saya kapan diterima notice yang enam itu,
saksi Anna Maria Tri Anggraini menjawab: “Sebelum 27 Agustus
2008.”
• Ketika ditanya oleh saya dimana dimasukkannya masukan dari
saya dan Benny Pasaribu dalam draft Putusan tanggal 27 Agustus
2008, saksi Anna Maria Tri Anggraini menjawab: “Di rekomendasi
kepada pelaku usaha. Ada di butir 8.1.2.”
• Ketika ditanya oleh saya apakah Diktum 5 pada tanggal 28
Agustus 2008 sama dengan rekomendasi butir 8.1.2 tanggal 27
Agustus 2008, saksi Anna Maria Tri Anggraini menjawab : “Ya.”
• Ketika ditanya oleh saya dan diingatkan kembali oleh Hakim Ketua
mengenai siapa yang mengubah Diktum 5 Putusan tanggal 28
Agustus 2008 sewaktu saya sedang Sholat Jumat, saksi Anna
Maria Tri Anggraini menjawab : “Berarti antara saya dan Pak
Benny Pasaribu.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum siapa yang merumuskan
konsep Putusan pada tanggal 27 Agustus 2008, saksi Anna Maria
Tri Anggraini menjawab: “Saya dibantu oleh Investigator dan
Panitera.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum apakah konsep Putusan
tanggal 27 Agustus 2008 sama dengan LHPL, saksi Anna Maria Tri
Anggraini menjawab: “Berbeda. Perbedaannya adalah dalam LHPL,
Tim Pemeriksa memberikan rekomendasi kepada Sidang Majelis
untuk menyatakan bersalah dan seterusnya mendukung denda dan
ganti rugi, sementara di draft tanggal 27 Agustus 2008 kami
menyatakan bahwa tidak ditemukan dampak negatif dalam jangka
panjang pada industri tersebut.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum apakah usulan Mohammad
Iqbal pada musyawarah tanggal 27 Agustus 2008 diakomodasikan
pada Putusan Diktum 5 tanggal 28 Agustus 2008, saksi Anna
Maria Tri Anggraini menjawab: “Secara khusus tidak ada.”

115
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum apakah usulan Mohammad


Iqbal pada musyawarah tanggal 27 Agustus 2008 diakomodasikan
pada perubahan Diktum 5 pada tanggal 29 Agustus 2008, saksi
Anna Maria Tri Anggraini menjawab: “Secara eksplisit tidak.”
• Ketika ditanya oleh Hakim II ada berapa poin Putusan KPPU
tentang Liga Inggris, saksi Anna Maria Tri Anggraini menjawab:
“Lima diktum.”
• Ketika ditanya oleh Hakim II kapan lima diktum tersebut
dibicarakan, saksi Anna Maria Tri Anggraini menjawab: “Kami
melakukan musyawarah pada malam tanggal 28 Agustus 2008,
kemudian tanggal 29 Agustus 2008.”
• Ketika ditanya oleh Hakim II apakah tanggal 28 Agustus 2008
sudah selesai putusannya, saksi Anna Maria Tri Anggraini
menjawab: “Sudah.”
• Ketika ditanya oleh Hakim II apakah ada perubahan susunan
redaksional dari Diktum 5, saksi Anna Maria Tri Anggraini
menjawab: “Setelah tanggal 28 Agustus 2008 kami melakukan
perubahan bukan hanya Diktum 5 tapi juga Diktum 4.”
• Ketika ditanya oleh Hakim II siapa yang punya inisiatif pertama
untuk merubah Diktum 4 dan 5, saksi Anna Maria Tri Anggraini
menjawab: “Kalau tidak salah, saya, lalu disepakati oleh Pak
Benny Pasaribu dan Pak Mohammad Iqbal.”
• Ketika ditanya oleh Hakim II apakah dalam musyawarah tanggal
28 Agustus 2008 malam Mohammad Iqbal pernah menyinggung
tentang adanya yang disebut ‘injunction’, saksi Anna Maria Tri
Anggraini menjawab: “Kata injunction tidak pernah.”
• Ketika ditanya oleh Hakim II apa yang menjadi usulan dari
Mohammad Iqbal, saksi Anna Maria Tri Anggraini menjawab:
“Seingat saya Pak Mohammad Iqbal mengusulkan status quo, yaitu
tetap menjaga hubungan dengan AAMN.”
• Ketika ditanya oleh Hakim II apakah dalam musyawarah tanggal
29 Agustus 2008 Mohammad Iqbal berubah pendapatnya, saksi
Anna Maria Tri Anggraini menjawab: “Seingat saya tidak.”

116
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Disamping keterangan yang sudah dicatat oleh Penuntut Umum, ada


keterangan dari Benny Pasaribu pada persidangan saya tanggal 16
April 2009, yang belum dicatat oleh Penuntut Umum, yaitu :
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum tentang apakah ada aturan
dalam Kode Etik tentang dokumen apa yang dikategorikan sebagai
rahasia, saksi Benny Pasaribu menjawab: “Peraturannya belum
ada. Dalam aturan yang ada hanya menyatakan, yang disebut
rahasia itu ditetapkan oleh Komisi, tapi dokumen yang mana, tidak
disebutkan detailnya.”
• Ketika ditanya oleh Penuntut Umum, apakah saksi pernah
mendengar bahwa Mohammad Iqbal pernah menerima semacam
hadiah atau pemberian dalam menangani Perkara di KPPU, saksi
Benny Pasaribu menjawab: “Tidak pernah.”
• Ketika ditanya oleh Penuntut Umum, apakah dalam Kode Etik ada
aturan yang melarang Anggota KPPU untuk menemui pihak yang
berperkara disuatu tempat tertentu, saksi Benny Pasaribu
menjawab: “Tidak.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah ada larangan bagi
anggota Majelis Komisi untuk menerima informasi dari pihak
manapun, termasuk dari pihak yang berPerkara, saksi Benny
Pasaribu menjawab: “Tidak eksplisit ada larangannya.”
• Ketika ditanya oleh saya tentang apa yang disampaikan oleh saksi
pada sidang tanggal 22 Agustus 2008, saksi Benny Pasaribu
menjawab: “Sebelum tanggal 22 Agustus 2008 sudah ada demo
dari para pelanggan yang ingin menonton Liga Inggris. Sekitar
tanggal 18 atau 19 Agustus 2008 di media massa juga kita baca
sudah pindah Astro itu ke Aora. Ini gila, kita lagi sidang Majelis,
sudah bikin apa. Dalam sidang Majelis kedua tanggal 22 Agustus
2008, saya kejar bener, dan saya memang agak marah, agak kesel
begitu. Kenapa kok melakukan itu. Alasan komersial pun, tapi
tanggung jawab kepada pelanggan bagaimana? Peralatan itu
menjadi sunk cost. Itu yang nilainya triliyunan, menjadi nggak ada
gunanya, hanya karena dia pindah. Itu kan bagian kesejahteraan
rakyat yang hilang. Jadi saya pikir, tolong diperhatikan para
pelanggan ini. Siapa yang tanggungjawab terhadap pelanggan ini?

117
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Itu yang menjadi concern kita. Jadi kalau itu ditinggalkan, kita
nggak akan bisa melarang, tapi yang tanggung jawab terhadap
kesejahteraan pelanggan ini siapa? Saya kira itu yang benar-benar
saya kejar dan kelihatannya alasannya karena Astro dan LIPPO
tidak bisa lagi bersepakat. Jadi jangan jangan karena gajah sama
gajah berkelahi, posisi pelanduk terjepit. Jadi saya minta gajah
sama gajah ini kita panggil aja kesini, siapa yang harus
bertanggungjawab terhadap pelanggaran itu.”
• Ketika ditanya oleh saya, apakah pada Sidang Majelis II tanggal 22
Agustus 2008, saksi juga mengusulkan agar pihak LIPPO dan
Astro bertemu di Sidang Komisi lagi, saksi Benny Pasaribu
menjawab: “Iya, kita kita masuk Sidang Majelis lagi.”
• Ketika ditanya oleh saya tentang siapa yang hadir pada sidang
Majelis Komisi tanggal 27 Agustus 2008, saksi Benny Pasaribu
menjawab: “Iya, waktu sidang Majelis komisi tanggal 22 Agustus
2008, kita ngomong kepada orang AAMN, dan waktu itu dia sudah
janji mau hadir. Lalu kita undanglah LIPPO dengan AAMN. Ternyata
malah AAMN-nya nggak hadir, malah LIPPO-nya yang hadir. Nah
disitulah LIPPO ngomong bahwa ada lagi 5 (lima) surat selain yang
satu surat yang kita terima itu. Saya bilang ini sudah nggak bisa
komunikasi lagi.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, siapakah yang membuat
draft putusan tanggal 27 Agustus 2008, saksi Benny Pasaribu
menjawab: “Sepengetahuan saya yang membuat adalah Bu Anna
Maria Tri Anggraini bersama tim investigator.”
• Ketika ditanya oleh Penuntut Umum, apakah ada permintaan
khusus dari Mohammad Iqbal untuk memasukkan salah satu
klausul dalam amar putusan, khususnya butir lima, saksi Benny
Pasaribu menjawab: “Tidak ingat, karena tidak terlalu ada
perdebatan. Butir lima sudah ada dalam draft putusan tanggal 27
Agustus 2008. Tinggal apakah kita nyatakan Terlapor itu bersalah
atau tidak. Ternyata kita sepakat menyatakan bersalah. Setelah
dinyatakan bersalah, lalu saya tanya, yang menyangkut konsumen
itu baiknya tetap direkomendasi atau dipindah ke amar putusan?
Bisa tidak itu dipindah? Mana yang lebih kuat? Menurut kawan-

118
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

kawan itu lebih bagus dipindah jadi butir lima, daripada


direkomendasi. Sayapun sudah tenang aja, sudah ada yang saya
usulkan masuk didalam drafting-nya itu.”
• Ketika ditanya oleh Penuntut Umum, apakah Putusan Perkara 03
selalu kolektif bertiga, saksi Benny Pasaribu menjawab: “Iya.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum mengenai siapa yang
mengusulkan diktum lima, saksi Benny Pasaribu menjawab: “Dari
saya dulu. Tapi kalimatnya bukan dari saya. Saya hanya
mengatakan ini konsumen dirugikan, ya ini harus kita perhatikan.
Terus masuk dalam rekomendasi. Jadi substansi pokoknya
mengenai kerugian konsumen itu, saya yang mengusulkan, waktu
anggota Majelis Komisi satu persatu memberikan masukan.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum siapakah yang menulis atau
mengetik atau merumuskan diktum lima, saksi Benny Pasaribu
menjawab: “Kalau yang merumuskannya pertama tanggal 27
Agustus 2008 adalah investigator bersama Bu Anna Maria Tri
Anggraini.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, adanya perubahan diktum
lima tanggal 28 Agustus 2008 dengan diktum lima tanggal 29
Agustus 2008, siapa yang yang melakukan perubahan, saksi
Benny Pasaribu menjawab: “Ya bisa saya, bisa siapa gitu ya.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apa yang diusulkan secara
khusus oleh Mohammad Iqbal pada waktu musyawarah
pembuatan putusan, saksi Benny Pasaribu menjawab: “Saya kira
yang banyak bicara waktu itu saya. Malah saya tidak dengar apa
yang diusulkan oleh Pak MI.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah Mohammad Iqbal
pernah mengusulkan supaya ada ‘injunction’ yang dibuat oleh
Majelis Komisi, saksi Benny Pasaribu menjawab: “Tidak ada. Saya
malah kata-kata injunction itu tidak pernah dengar. Tidak pernah
Pak Mohammad Iqbal mengusulkan seperti itu.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah Mohammad Iqbal
pernah mengatakan adanya titipan dari pihak lain untuk

119
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

dimasukkan dalam Putusan, saksi Benny Pasaribu menjawab:


“Tidak.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah surat-surat yang
dikirim pihak Astro dipergunakan untuk membuat pertimbangan
dalam Putusan, saksi Benny Pasaribu menjawab: “Iya.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apa pertimbangan yang
diambil sehubungan dengan adanya surat-surat tersebut, saksi
Benny Pasaribu menjawab: “Ya, karena Liga Inggris sudah diputus,
sedangkan pelanggan ada yang sudah membayar enam bulan, satu
tahun, karena mereka berlangganan Liga Inggris, maka menurut
saya Astro itu memang harus dikasih pelajaran supaya dia
bertanggungjawab dong kepada pelanggan ini semua. Siapa lagi
kan yang harus mengurus rakyat kita ini, kalau bukan kita.”
• Ketika ditanya oleh Hakim III, apakah pernah saksi menerima
masukan dari pihak luar dalam membuat putusan, saksi Benny
Pasaribu menjawab: “Tidak.”
• Ketika ditanya oleh Hakim III, apakah Mohammad Iqbal pernah
bercerita kepada saksi bahwa Mohammad Iqbal ada menerima
masukan dari pihak ketiga, saksi Benny Pasaribu menjawab:
“Tidak pernah.”
• Ketika ditanya oleh Hakim III, apakah ada keberatan dari Anggota
Majelis tentang usulan butir lima, saksi Benny Pasaribu
menjawab: “Seingat saya tidak ada.”
• Ketika ditanya oleh Hakim IV, apakah Mohammad Iqbal pernah
mengusulkan secara spesifik agar AAMN tetap mempertahankan
Siaran Liga Inggris dalam musyawarah Majelis Komisi, saksi
Benny Pasaribu menjawab: “Saya pribadi tidak pernah
mendengar.”
• Ketika ditanya oleh saya, mengenai perubahan diktum lima yang
dicorat-coret oleh saksi ketika saya sedang sholat Jum’at, saksi
Benny Pasaribu menjawab: “Ketika Mohammad Iqbal sedang sholat
Jum’at, saya datang ketempat Bu Anna Maria Tri Anggraini,
kemudian saya ikut baca-baca draft yang ada dimeja Bu Anna
Maria Tri Anggraini. Nah disitu itu saya corat-coret itu mungkin

120
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

disitu. Tapi yang jadi putusan itu lagi-lagi yang telah diketik, bukan
coretan saya. Kebetulan aja digeledah, lalu ketemu lah yang gini-
gini. Tapi menurut saya di publik itu seolah-olah kita ini membuat
skenario jahat terhadap Putusan itu. Saya kira nggak ada. Saya
tidak tahu apakah yang diketik dan dibacakan itu sama dengan
yang saya coret. Tapi yang jadi Putusan adalah yang diketik dan
di-print out, itulah yang kita baca bersama.”
• Ketika ditanya oleh saya tentang pernyataan saksi dalam Majalah
Tempo edisi tanggal 26 Januari-1 Februari 2009, saksi Benny
Pasaribu menjawab: “Saya kira intinya sama itu. Saya kira, dengan
apa yang saya kemukakan itu, menurut saya nggak salah dong
kalau membela kepentingan rakyat, ya kan. Nah, saya kira kata-
kata memojokkan itu dari mereka lah ya. Saya memang agak
sensitif apa namanya itu, waktu Sidang Majelis, setelah saya
dengar ada diputuskan hubungan itu, apa Siaran itu diputuskan.”

Disamping keterangan yang sudah dicatat oleh Penuntut Umum, ada


keterangan dari Dini Melanie pada persidangan saya tanggal 19
Maret 2009, yang belum dicatat oleh Penuntut Umum, yaitu:
• Ketika ditanya oleh saya apakah PT. Direct Vision pada Sidang
Majelis II tanggal 22 Agustus 2008 memberikan dokumen tentang
akan adanya pemutusan kerjasama antara Astro Malaysia dengan
PT. Direct Vision, saksi menjawab: “Iya”, dan ketika ditanya:
“Apakah dokumen tersebut berjumlah enam surat?”, saksi Dini
Melanie menjawab: “Iya betul.”
• Ketika Penasehat Hukum menanyakan apakah saksi mengetahui
bahwa saya pernah menerima email permintaan dari orang lain,
supaya ada ‘injunction’ dalam putusan perkara No. 03, saksi Dini
Melanie menjawab: “Tidak tahu”.

Disamping keterangan yang sudah dicatat oleh Penuntut Umum, ada


keterangan dari Rani Anindita Tranggani pada persidangan saya
tanggal 7 Mei 2009, yang belum dicatat oleh Penuntut Umum, yaitu :
• Ketika ditanya oleh saya, apakah dalam Surat Perintah
Penyelidikan tanggal 15 September 2008, ada tugas untuk

121
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

melakukan penyelidikan yang terkait dengan pemberian sejumlah


uang kepada saya, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab:
“Tidak.”
• Ketika ditanya oleh Hakim Ketua, apakah saksi ada diberi tugas
untuk melakukan penyelidikan, saksi Rani Anindita Tranggani
menjawab: “Nama saya terdapat di dalam Surat Perintah
Penyelidikan Pak.”
• Ketika ditanya oleh Hakim Ketua, kapan Surat Perintah
Penyelidikan tersebut diberikan, saksi Rani Anindita Tranggani
menjawab: “20 Juni 2008”.
• Ketika ditanya oleh Hakim Ketua, dalam Surat Perintah itu saksi
ditugaskan apa, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab: “Kalau
di dalam tim ini saya memang hanya diperintahkan untuk
mendengarkan, kemudian mencatat dan melaporkan. Itu saja.
Melaporkannya ke Ketua Timnya.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah tugas Tim
Penyelidikan tanggal 20 Juni 2008, saksi Rani Anindita Tranggani
menjawab: “Secara garis besar melakukan penyelidikan atas
dugaan tindak pidana korupsi yang berhubungan dengan
pemberian sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dalam menangani Perkara monopoli atau persaingan usaha
yang tidak sehat. Secara garis besar tugas tim itu, melakukan
penyelidikan.”
• Ketika ditanya oleh Hakim Ketua, apakah tugas saksi hanya
mencatat, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab: “Betul.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah benar keterangan
saksi dalam BAP nomor 6, saksi Rani Anindita Tranggani
menjawab: “Ya.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, darimana saksi
mengetahui nama Mohammad Iqbal, saksi Rani Anindita
Tranggani menjawab: “Dari Tim.”

122
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, dibagian mana, Rani


Anindita Tranggani menjawab: “Saya ikut, saya menjawab benar
itu, karena saya termasuk dalam Surat Perintah Penyelidikan.”
• Ketiika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah surat perintah
penyelidikan itu ditujukan kepada Mohammad Iqbal, saksi Rani
Anindita Tranggani menjawab: “Di Surat Perintah Penyelidikan
tidak menyebut nama.”
• Ketika ditanya oleh saya, sehubungan dengan jawaban saksi
dalam BAP nomor 6, kapan saksi tahu akan ada pemberian
sejumlah uang kepada saya, saksi Rani Anindita Tranggani
menjawab: “Saya tidak tahu. Pada Surat Perintah Penyelidikan itu
tidak menyebut nama Mohammad Iqbal.”
• Ketika ditanya oleh saya, apakah dalam Surat Perintah
Penyelidikan disebut akan adanya pemberian sejumlah uang, Rani
Anindita Tranggani menjawab: “Di Sprin.Lid tidak ada.”
• Ketika ditanya oleh saya, darimana saksi tahu akan ada
pemberian sejumlah uang, saksi Rani Anindita Tranggani
menjawab: “Karena hanya sesuai pertanyaan penyidik mungkin ya
Pak. Bukan maksud saya.”
• Ketika ditanyakan oleh saya dan Hakim Ketua, apakah saksi baru
tahu akan adanya pemberian uang setelah kejadian, saksi Rani
Anindita Tranggani menjawab: “Iya.”
• Ketika ditanya oleh saya, apakah ketika menerima Surat Perintah
Penyelidikan tanggal 20 Juni 2008, saksi sudah tahu akan ada
pemberian sejumlah uang, Rani Anindita Tranggani menjawab:
“Belum.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah saksi pernah
mendapat Surat Perintah Penyadapan, saksi Rani Anindita
Tranggani menjawab: “Ada. Surat Penyadapan tanggal 20 Juni
2008.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah saksi ada
melakukan penyadapan sebelum tanggal 20 Juli 2008, saksi Rani
Anindita Tranggani menjawab: “Ada, tapi tidak saya masukkan ke

123
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

transkrip, karena sesuai Ketua Tim, tidak berhubungan mungkin.


Jai saya tidak melakukan transkripnya. Tapi kalau catatan, saya
melakukan tugas itu dari tanggal 20 Juni 2008. Jadi seharusnya
kalau sampai tanggal 20 Juli 2008 itu ada. Tapi saya lupa, karena
saya tidak melakukan transkrip, karena menurut Ketua Tim tidak
berhubungan dengan kasus.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, tidak berhubungan dengan
kasus apa, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab: “Saya tidak
tahu. Jadi saya hanya diperintahkan Ketua Tim untuk melakukan
transkrip per tanggal 20 Juli 2008 saja. Jadi per 20 Juli 2008
dibuatkan transkrip, diketik ulang.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, kenapa komunikasi antara
nomor telepon Tadjuddin Noersaid dengan nomor telepon Billy
Sindoro tidak dicatat, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab:
“Saya catat dan itu saya laporkan ke Ketua Tim. Kemudian langkah
selanjutnya Ketua Tim menyuruh saya untuk mendengarkan nomor
telepon Mohammad Iqbal saja.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah saksi diberi tugas
juga untuk menyadap nomor telepon selain dari dua nomor
telepon tersebut, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab:
“Tidak.”
• Ketika ditanya oleh Hakim IV, apakah ada petugas lain yang
ditugaskan untuk menyadap telepon Mohammad Iqbal dan Billy
Sindoro, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab: “Saya sendiri
Pak. Saya sendiri yang mendengarkan dan mencatat SMS.”
• Ketika ditanya oleh Hakim IV, apakah saksi kenal dengan Iman
Santoso, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab: “Iya, dia bagian
teknis Pak.”
• Ketika ditanya oleh Hakim IV, apakah Iman Santoso bisa
ditugaskan oleh Ketua Tim untuk membuka atau memberikan
hasil rekaman, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab: “Nggak
tahu saya Pak.”

124
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

• Ketika ditanya oleh Penuntut Umum, apakah saksi tahu


Mohammad Iqbal sedang menangani kasus apa di KPPU, saksi
Rani Anindita Tranggani menjawab: “Tidak pada saat itu.”
• Ketika ditanya oleh Penuntut Umum, apakah setelah membuat
catatan, saksi diikutsertakan lagi di dalam langkah selanjutnya
oleh Tim tadi, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab: “Tidak.
Saya tetap di ruangan.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, yang mana hasil tapping
yang dibuat oleh saksi, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab:
“Seluruh pembicaraan saya mendengarkan dan mencatat, kalau
teknis tapping-nya itu pak Iman. Tapi kalau semua yang terdengar
di alat tapping itu saya mencatat. Jadi semua yang saya catat itu
yang terdengar di alat tapping.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, catatan yang dibuat saksi
itu ada dimana, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab: “Ada di
saya Bapak, dan sudah saya pindah, saya ganti berbentuk
transkrip.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah ada jawaban
secara khusus dari Mohammad Iqbal atas SMS dari Billy Sindoro
yang mengatakan: “Pak, saya sangat bersyukur. Mohon diberi
kesempatan untuk balas budi baik Bapak, Terima kasih”, saksi
Rani Anindita Tranggani menjawab: “Tidak ada.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah saksi pernah
mendengar atau membaca SMS dari Billy Sindoro yang akan
memberikan uang sebesar lima ratus juta rupiah kepada
Mohammad Iqbal, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab:
“Tidak.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah saksi pernah
mendengar bahwa Billy Sindoro akan memberikan suatu tas
kepada Mohammad Iqbal, saksi Rani Anindita Tranggani
menjawab: “Tidak.”
• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, apakah saksi pernah
mencatat hasil SMS antara Tadjuddin Noersaid dengan Erry
Bundjamin, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab: “Tidak.”

125
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

• Ketika ditanya oleh Penasehat Hukum, siapa yang membuat atau


mengetik data komunikasi via SMS yang kemudian dijadikan
barang bukti dalam Perkara ini, saksi Rani Anindita Tranggani
menjawab: “Saya.”
• Ketika ditanya oleh Hakim II, apakah catatan yang dibuat oleh
saksi boleh di-edit, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab: “Gak
boleh.”
• Ketika ditanya oleh saya, apakah saksi ada mencatat komunikasi
antara Billy Sindoro dengan yang lain, saksi Rani Anindita
Tranggani menjawab: “Saya mencatat. Itu tugas saya, mencatat
pembicaraan.”
• Ketika ditanya oleh saya, apakah mencatat pembicaraan telepon
antara Billy Sindoro dengan Tadjuddin Noersaid, saksi Rani
Anindita Tranggani menjawab: “Lupa saya.”
• Ketika ditanya oleh saya tentang transkrip percakapan telepon
dari Benedict Sulaiman kepada Mohammad Iqbal tanggal 16
September 2008, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab: “Kalau
sesuai catatan saya disini dari 4800 (Mohammad Iqbal) ke 6382
(Benedict Sulaiman).”
• Ketika ditanya oleh saya tentang Transkrip SMS pada tanggal 27
Agustus 2008 jam 12.28 dan yang jam 12.29, saksi Rani Anindita
Tranggani menjawab: “Yang tercatat di alat itu jam 12.28, itu yang
dicatat yang ini. Terus kemudian yang 12.29, yang dicatat yang
ini.”
• Ketika ditanya oleh saya tentang adanya transkrip pembicaraan
telepon antara saya dengan isteri, saksi Rani Anindita Tranggani
menjawab: “Setiap hari banyak terjadi komunikasi Yang Mulia. Nah
itu kemudian saya catat. Kemudian tentang langkah selanjutnya itu
semua tergantung dari Ketua Tim. Saya tidak boleh menganalisa,
saya tidak boleh meng-edit.”
• Ketika ditanya oleh saya, mengapa hanya nomor satu sampai
delapan saja yang dimunculkan transkripnya, saksi Rani Anindita
Tranggani menjawab: “Sesuai dengan permintaan Ketua Tim Pak.”

126
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Majelis Hakim yang mulia,

Itulah beberapa keterangan saksi-saksi yang belum dicantumkan


oleh Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya pada Bab III Fakta-
Fakta Persidangan, yang menurut saya penting untuk diketahui, agar
ketika membahas analisa Fakta Persidangan, kita mempunyai bahan
yang lebih lengkap. Mudah-mudahan belum dicantumkannya
keterangan saksi-sksi di atas oleh Penuntut Umum, bukan karena
unsur kesengajaan, tapi hanya karena sempitnya waktu untuk
mencatat semua keterangan saksi dalam Surat Tuntutan.

Majelis Hakim yang terhormat,

Sekarang perkenankanlah saya untuk menanggapi 7 (tujuh) analisa


Fakta yang diungkapkan oleh Penuntut Umum dalam Surat
Tuntutannya.

1. Dalam Surat Tuntutannya Penuntut Umum menyimpulkan:


“Bahwa benar terdakwa adalah Komisioner pada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha yang diangkat berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 59/P tahun
2006 tanggal 12 Desember 2006”.

Terhadap analisa fakta ini, saya tidak ada tanggapan, karena


memang faktanya demikian. Hanya sebagai tambahan informasi, saya
sampaikan bahwa sejak tanggal 5 Februari 2009 yang lalu saya telah
mengajukan surat pengunduran diri saya sebagai Anggota KPPU
periode 2006-2011 kepada Bapak Presiden RI.

Sampai saat ini, saya belum menerima surat pemberhentian saya


sebagai Anggota KPPU dari Presiden RI. Saya baru menerima surat
dari Ketua KPPU tanggal 25 Februari 2009, yang isinya antara lain:
“Atas nama KPPU kami sampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya untuk pengabdian Saudara sebagai salah satu Anggoa KPPU
selama ini dalam membangun dan berkiprah di KPPU sejak KPPU
berdiri di tahun 2000.”

127
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

2. Dalam Surat Tuntutannya Penuntut Umum menyimpulkan:


“Bahwa benar Terdakwa pada bulan Juli 2008 ditunjuk selaku
Anggota Majelis Komisi pada Komisi Pengawas Persaingan
Usaha yang memeriksa Perkara sengketa Hak Siar Liga Utama
Inggris musim 2007-2010 antara PT.AAAN, PT. PLC, PT. AANM.
PT. ESS, PT. Direct Vision sebagai Terlapor dengan PT.
Indosat, PT. Telkom dan PT. Indovision selaku pihak Pelapor.”

Kesimpulan Penuntut Umum di atas ternyata tidak cermat. Hal itu


terlihat dari tidak cermatnya Penuntut Umum dalam menentukan
tanggal penunjukan saya sebagai Anggota Majelis Komisi yang
ditugaskan untuk memeriksa Perkara Liga Inggris. Padahal Penuntut
Umum sudah mencantumkan barang bukti berupa dokumen terkait
Perkara No.03/KPPU-L/2008, yang memuat Surat Keputusan Komisi
No.229/KPPU/KEP/VII/2008 tanggal 21 Juli 2008 tentang
Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi dalam Sidang
Majelis Komisi Perkara No. 03/KPPU-L/2008.

Disamping itu Penuntut Umum juga tidak cermat dalam


mencantumkan pihak Terlapor dan pihak Pelapor dalam Perkara Liga
Inggris ini. Seharusnya Terlapor dalam Perkara Liga Inggris ini
adalah: PT. Direct Vision, AAAN, ESS dan AAMN, bukan PT. AAAN,
PT.PLC, PT. AAMN, PT. ESS. Sedangkan pihak Pelapornya adalah :
PT. IM2, PT. Telkomvision dan PT. MNC Sky Vision, bukan PT.
Indosat, PT. Telkom, dan PT. Indovision.

3. Dalam Surat Tuntutannya, Penuntut Umum menyimpulkan:


“Bahwa benar terdakwa pada tanggal 21 Juli 2008 mengadakan
pertemuan dengan Billy Sindoro selaku wakil dari LIPPO Group
untuk melakukan pembicaraan terkait sengketa Hak Siar Liga
Utama Inggris yang sedang ditangani oleh terdakwa”.

Sehubungan dengan kesimpulan diatas, perlu saya jelaskan bahwa


tidak benar dalam pertemuan tersebut saya menginformasikan
kepada Billy Sindoro tentang penanganan Perkara dugaan

128
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Hak Siar Liga


Inggris yang sedang ditangani oleh KPPU.

Pada pertemuan itu Billy Sindoro menceritakan beberapa kegiatan


bisnis Group LIPPO diantaranya di bidang: Properti, Pendidikan
(Universitas Pelita Harapan), Rumah Sakit di Karawaci dan Rumah
Sakit Kanker yang diberi nama Rumah Sakit Muchtar Riadi,
Telekomunikasi Seluler yang bekerjasama dengan Group Usaha Tegas
Malaysia (kerjasama ini kemudian tidak berlanjut), dan di bidang
penyiaran (PT. Direct Vision yang juga akan dikerjasamakan dengan
Group Usaha Tegas Malaysia).

Fakta di atas diperkuat oleh keterangan saksi Billy Sindoro pada


persidangan tanggal 2 April 2009, yang mengatakan: “Kami bertemu,
ngobrol-ngobrol perkenalan, bicara kesana kemari, umum sekali.
Kemudian Pak Mohammad Iqbal seingat saya bertanya mengenai
LIPPO. Saya jelaskan apa yang saya tahu pada waktu itu termasuk
bicara mengenai bisnis rumah sakit, properti, perbankan, juga
mengenai retail dan penyiaran, karena kan LIPPO punya PT. First
Media, Tapi pembicaraan umum sekali.”

Selain itu bahwa pada pertemuan saya dengan Billy Sindoro tanggal
21 Juli 2008 tidak ada pembicaraan mengenai sengketa Hak Siar Liga
Utama Liga Inggris yang sedang ditangani oleh KPPU, juga diperkuat
dengan adanya SMS saya kepada Billy Sindoro pada tanggal 25 Juli
2008 (empat hari setelah pertemuan), yang memberitahu bahwa LHPL
sudah dikirim ke Terlapor, termasuk ke PT. Direct Vision: tidak
ditemukan bukti yang cukup adanya pelanggaran oleh PT. Direct
Vision, adanya bukti pelanggaran oleh AAMN, Terlapor diberikan
kesempatan untuk mengajukan pembelaan sebelum diputus oleh
Majelis Komisi.

Sebagai tambahan, saya ingin tegaskan bahwa informasi yang saya


sampaikan kepada Billy Sindoro di atas bukan merupakan informasi
yang bersifat rahasia. Informasi tersebut merupakan informasi untuk
publik, yang juga sudah disampaikan oleh Ketua Majelis Komisi Anna

129
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Maria Tri Anggraini kepada Pers, sebagaimana dimuat oleh Harian


Kontan tanggal 25 juni 2008.

Majelis Hakim yang mulia,

4. Dalam Surat Tuntutannya, Penuntut Umum menyimpulkan:


“Bahwa benar terdakwa telah menyampaikan informasi
penanganan Perkara terkait sngketa Hak Siar Kiga Utama
Unggris yang sedang ditangani KPPU kepada Billy Sindoro
melalui pertemuan dan pesan singkat (SMS)”.

Sehubungan dengan kesimpulan Penuntut Umum di atas perlu saya


jelaskan bahwa dalam kesaksian tertulis saya pada persidangan Billy
Sindoro tanggal 19 Januari 2009, yang saya beri judul “Siapa
Berbuat Apa”, saya sudah jelaskan komunikasi yang terjadi antara
saya dengan Billy Sindoro, yang semuanya hanya melalui SMS. Tidak
ada komunikasi saya dengan Billy Sindoro yang dilakukan melalui
percakapan telepon.

Apabila dicermati dengan seksama transkrip SMS antara saya dengan


Billy Sindoro, yang dijadikan petunjuk oleh Penuntut Umum bahwa
saya telah menyampaikan informasi penanganan perkara sengketa
Hak Siar Liga Utama Inggris yang sedang ditangani KPPU kepada
Billy Sindoro, maka terlihat bahwa Penuntut Umum telah keliru dan
salah menyimpulkan komunikasi SMS tersebut. Dengan kata lain,
kesimpulan yang yang dibuat oleh Penuntut Umum adalah
kesimpulan yang mengada-ada.

Memang benar pada tanggal 19 Agustus 2008 saya mengirim SMS


kepada Billy Sindoro yang isinya menanyakan tanggapan Billy
Sindoro tentang informasi bahwa Siaran Liga Inggris periode 2008-
2009 tidak lagi ditayangkan di Astro TV/PT. Direct Vision, tapi
ditayangkan di Aora TV. SMS saya tersebut kemudian dijawab oleh
Billy Sindoro untuk minta bertemu besok pagi, tetapi karena Billy
Sindoro kurang enak badan dan ada acara lain, maka baru pada
tanggal 21 Agustus 2008 Billy Sindoro mengirim SMS kepada saya

130
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

yang isinya mengusulkan waktu pertemuan II pada tanggal 22


Agustus 2008 pagi di Hotel Aryaduta Tugu Tani. Lalu kenapa, saya
mengirim SMS seperti di atas kepada Billy Sindoro?

SMS di atas saya kirim kepada Billy Sindoro karena pada tanggal 15
Agustus 2008, Ketua Majelis Komisi Anna Maria Tri Anggraini
memberitahu saya melalui telepon bahwa ada bukti baru berupa
pengalihan Siaran Liga Inggris dari Astro TV/PT. Direct Vision ke
Aora TV, dan menanyakan bagaimana kalau Aora TV dipanggil /
diperiksa. Tetapi rencana untuk memanggil Aora TV tidak jadi
dilakukan. Yang kemudian dilakukan adalah memanggil kembali
para Terlapor pada Tanggal 19 Agustus 2008 untuk menghadiri
Sidang Majelis II, guna mendengar keterangan dari Terlapor tentang
adanya perkembangan yang terjadi pada saat Sidang Majelis, yaitu
adanya pengalihan Siaran Liga Inggris dari Astro TV/PT. Direct Vision
ke Aora TV.

Oleh karena itu, komunikasi yang terjadi antara saya dengan Billy
Sindoro tanggal 19 Agustus 2008, adalah komunikasi yang terkait
tentang adanya fakta baru berupa dialihkannya Siaran Liga Inggris
dari PT. Direct Vision/Astro TV kepada Aora TV. Bukan komunikasi
mengenai Perkara sengketa antara Pelapor dengan Terlapor,
sebagaimana yang disimpulkan oleh Penuntut Umum dalam analisa
fakta no. 2 di atas.

Kemudian perlu saya jelaskan pula, bahwa memang benar pada


tanggal 22 Agustus 2008, terjadi pertemuan saya dengan Billy
Sindoro di Hotel Aryaduta Tugu Tani.

Pada pertemuan ini Billy Sindoro memberitahu bahwa hubungan


antara LIPPO dengan Astro Malaysia sudah sulit untuk diteruskan,
karena masing-masing pihak sudah saling mengadukan pihak lain ke
Polisi, dan malahan pihak Astro Malaysia sudah mengirimkan surat
tentang rencana penghentian Siaran Astro TV pada tanggal 31
Agustus 2008.

131
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Jadi dalam pertemuan ini saya malah mendapat informasi lebih jauh
mengenai sudah buruknya hubungan antara LIPPO sebagai
pemegang saham tidak langsung dari PT. Direct Vision dengan pihak
Astro Malaysia, yang tadinya adalah calon pemegang saham PT.
Direct Vision, sekaligus sebagai pengelola dari Astro TV di Indonesia.

Informasi yang saya peroleh dari Billy Sindoro di atas sangat berguna
bagi Majelis Komisi, karena adanya fakta baru berupa pengalihan
Siaran Liga Inggris dari Astro TV ke Aora TV dan adanya rencana
pemutusan hubungan kerjasama antara LIPPO Group dengan Astro
Malaysia, akan mempengaruhi persaingan usaha TV berbayar di
Indonesia. Oleh karena itulah, kemudian Majelis Komisi mengadakan
Sidang Majelis yang ke II pada tanggal 22 Agustus 2008.

Dalam Sidang Majelis II ini pihak AAMN menjelaskan permasalahan


yang terjadi antara Group LIPPO dengan Astro Malaysia yang sudah
tidak mungkin diteruskan. AAMN juga mengakui bahwa Astro
Malaysia memang sudah mengirim surat kepada PT. Direct Vision
tentang rencana pemutusan kerjasama per tanggal 31 Agustus 2008.

Setelah kemudian diminta kepada PT. Direct Vision copy surat yang
dimaksud, ternyata ada 6 (enam) macam surat yang dikirim oleh
pihak Astro Malaysia kepada PT. Direct Vision dan pihak LIPPO, yang
isinya berupa pemberitahuan tentang akan diputuskannya kerjasama
yang disepakati selama ini.

Dengan diperolehnya copy 6 (enam) surat di atas, maka copy surat


yang dikirim oleh Billy Sindoro kepada saya melalui kurir yang hanya
1 (satu) macam surat menjadi tidak penting lagi bagi Majelis Komisi
dalam menangani Perkara KPPU No. 03/KPPU/L/2008. 6 (enam)
surat tersebutlah yang kemudian dijadikan dasar dalam Putusan
Perkara KPPU No. 03/KPPU/L/2008, sebagaimana diuraikan pada
butir 4.2.8.30.13 bagian Tentang Hukum.

Jadi adanya komunikasi melalui SMS antara saya dengan Billy


Sindoro setelah pertemuan I tanggal 21 Juli 2008, yang berlanjut
dengan pertemuan II tanggal 22 Agustus 2008 bisa dianggap sebagai

132
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

komunikasi untuk membantu Majelis Komisi mendapatkan informasi


lebih dalam tentang fakta baru yang muncul ditengah-tengah masa
Sidang Majelis Komisi.

Oleh karenanya kesimpulan Penuntut Umum dalam analisa fakta no.


4 di atas telah keliru dan salah, karena fakta yang terjadi bukan
menunjukkan bahwa saya yang memberitahu kepada Billy Sindoro
tentang penanganan Perkara terkait sengketa Hak Siar Liga Utama
Inggris yang sedang ditangani oleh KPPU, tetapi fakta yang
sebenarnya adalah, saya yang memperoleh informasi dari Billy
Sindoro mengenai informasi tambahan terkait adanya fakta baru
yang ditemukan oleh Majelis Komisi selama Sidang Majelis Komisi
berlangsung.

Penjelasan saya di atas sesuai dengan keterangan saksi Anna Maria


Tri Anggraini, keterangan saksi Benny Pasaribu, dan keterangan
saksi Dini Melanie, sebagaimana yang saya kutip pada tanggapan
terhadap Surat Dakwaan di atas.

Majelis Hakim yang mulia,

5. Dalam Surat Tuntutannya, Penuntut Umum menyimpulkan :


“Bahwa benar terdakwa telah memenuhi permintaan Billy
Sindoro agar dalam keputusan Perkara Nomor: 03/KPPU-
L/2008 memuat perlindungan terhadap kepentingan PT. Direct
Vision, supaya tetap menyiarkan siaran Liga Utama Inggris
musim 2007-2010.”

Sehubungan dengan kesimpulan di atas, lagi-lagi Penuntut Umum


memperlihatkan kekeliruan dan kesalahannya. Untuk itu perlu saya
jelaskan bahwa pada tanggal 27 Agustus 2008 memang saya kembali
bertemu dengan Billy Sindoro di Hotel Aryaduta Tugu Tani.
Pertemuan ini adalah realisasi dari permintaan waktu untuk bertemu
dari Billy Sindoro kepada saya yang disampaikan melalui SMS pada
tanggal 26 Agustus 2008.

133
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Pada pertemuan ini terdakwa Billy Sindoro menceritakan tentang


hubungan antara Group LIPPO dengan Astro Malaysia yang sudah
tidak bisa dipertahankan lagi, dan menyampaikan usulan tentang
adanya ‘injunction’ pada Putusan KPPU yang pada intinya berisi
tentang jangan dihentikan dulu kerjasama antara pihak Astro
Malaysia dengan PT. Direct Vision, agar kepentingan konsumen PT.
Direct Vision tidak terganggu.

Pada pertemuan itu saya menjelaskan bahwa di KPPU tidak dikenal


dan tidak ada kewenangan dari KPPU untuk memberikan Putusan
berupa ‘injunction’, sebagaimana yang dikenal dan diterapkan pada
proses peradilan pada umumnya. Sesuai dengan ketentuan UU No.5
Tahun 1999, KPPU hanya diberi wewenang untuk memutus perkara
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam bentuk:
Penetapan tentang ada atau tidak adanya Pelanggaran terhadap UU
No.5 Tahun 1999, penetapan pembatalan perjanjian yang terbukti
bersifat anti persaingan, perintah untuk menghentikan kegiatan yang
menimbulkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat,
pengenaan denda, dan penetapan ganti rugi.

Disamping itu saya juga menjelaskan bahwa sudah menjadi


kewajiban KPPU dalam menangani perkara persaingan usaha untuk
memperhatikan kepentingan konsumen, yang biasanya dimuat dalam
Putusan, baik dalam pertimbangan Majelis Komisi atau dimuat dalam
bentuk perintah pada amar Putusan.

Oleh karenanya, tanpa harus menyampaikan usulan tersebut kepada


saya, sebenarnya substansi usulan Billy Sindoro sudah menjadi
‘concern’ dari Majelis Komisi, sebagaimana yang terungkap pada
Sidang Majelis II tanggal 22 Agustus 2008, yang dikemukakan oleh
Anggota Majelis Komisi Benny Pasaribu.

Selanjutnya pada tanggal 28 Agustus 2008 ada SMS-SMS dari Billy


Sindoro kepada saya yang isinya menanyakan tentang ‘injunction’,
namun tidak pernah permintaan Billy Sindoro mengenai klausul
‘injunction’ tersebut saya usulkan dalam musyawarah Majelis Komisi
pada tanggal 28 Agustus 2008 malam.

134
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Sebagaimana yang telah saya jelaskan sebelum ini, pada tanggal 28


Agustus 2008 malam diadakan musyawarah Majelis Komisi untuk
membahas Putusan Perkara KPPU No. 03/KPPU/L/2008 yang
dihadiri oleh semua Anggota Majelis Komisi, Tim Investigator dan
Panitera. Dalam sidang Majelis Komisi ini bahan bahasan untuk
membuat Putusan adalah draft Putusan yang sudah disiapkan oleh
Ketua Majelis Komisi Anna Maria Tri Anggraini bersama Tim
Investigator dan Panitera pada tanggal 27 Agustus 2008 malam.

Setelah melalui diskusi yang cukup intensif, akhirnya pada malam


itu disepakati Putusan Perkara No. 03/KPPU/L/2008, yang pada
amar putusannya terdapat 5 (lima) diktum.

Rumusan Diktum 5 yang disepakati adalah: Memerintahkan Terlapor


IV: All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC untuk menjaga dan
melindungi kepentingan konsumen TV berbayar di Indonesia dengan
tetap mempertahankan hubungan usaha dengan PT. Direct Vision
sampai adanya kejelasan penyelesaian kepentingan dan pemenuhan
hak-hak konsumen PT. Direct Vision.

Rumusan Diktum 5 ini kalimatnya sama persis dengan butir 8.1.2


pada draft Putusan yang dibuat oleh Ketua Majelis Anna Maria Tri
Anggraini bersama dengan Tim Investigator dan Panitera sehari
sebelumnya.

Terkait dengan SMS dari terdakwa Billy Sindoro kepada saya pada
tanggal 28 Agustus 2008 malam yang isinya antara lain: “Mohon
diberi kesempatan untuk balas budi, ” maka perlu saya tegaskan
bahwa SMS tersebut tidak pernah saya respon.

Apabila Penuntut Umum cermat membaca komunikasi melalui SMS


antara Billy Sindoro dengan saya tanggal 28 Agustus 2008 dan
tanggal 29 Agustus 2008, tentu Penuntut Umum tidak akan gegabah
membuat kesimpulan sebagaimana butir 5 analisa fakta di atas. Bagi
mereka yang memahami ‘basa basi’ dalam berkomunikasi, tidak akan
berani begitu saja menyimpulkan suatu komunikasi hanya
berdasarkan kata-kata yang diucapkan atau yang tertulis.

135
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Komunikasi antara Billy Sindoro dengan saya melalui SMS pada


tanggal 28 Agustus 2008 dan 29 Agustus 2008 mengandung nuansa
‘basa-basi’ dalam berkomunikasi. Sebagai seorang yang dilahirkan
dari keluarga suku Minangkabau, saya terpengaruh oleh gaya bahasa
dan kultur orang Minang. Dalam merespon ‘permintaan’ dari Billy
mengenai ‘injunction’, selalu saya gunakan cara orang Minang dalam
‘menolak’ suatu ‘permintaan’. Di kalangan orang Minang dikenal
adanya cara untuk menolak suatu permintaan dengan cara yang
halus, yang dituangkan dalam pepatah : “Iyo kan nan di urang, lalu
kan nan di awak”, yang artinya : “Iya kan saja apa yang diinginkan
orang lain, tapi lakukan apa yang kita maksudkan”.

Cara menolak suatu permintaan secara halus di atas, bukan melulu


jadi kultur orang Minang saja, tetapi hampir semua suku bangsa kita
juga punya cara-cara menolak secara halus. Dalam persidangan saya
inipun kita jumpai cara penolakan secara halus tersebut, Ketika saya
dan Penasehat Hukum mengajukan permohonan kepada Majelis
Hakim yang mulia untuk memperoleh status tahanan kota, maka
jawaban Hakim Ketua adalah: “Baik nanti kami pertimbangkan”.
Mendengar jawaban tersebut, saya sudah paham apa yang dimaksud
oleh Hakim Ketua. Oleh karenanya, saya merespon jawaban Hakim
Ketua yang mulia tersebut, dengan mengatakan: “Kalau saat ini
permohonan saya belum dikabulkan, maka pada saat yang berikutnya
saya akan ajukan kembali permohonan saya tadi.”

Majelis Hakim yang mulia,

Pada kenyataannya, permintaan Billy Sindoro memang tidak ada


yang saya penuhi. Kesaksian yang diberikan oleh saksi Anna Maria
Tri Anggraini, saksi Benny Pasaribu dan saksi Dini Melanie
mengatakan bahwa tidak ada usul dari saya mengenai permintaan
‘injunction’ untuk dimasukkan dalam diktum 5 Putusan KPPU
Perkara No. 03/KPPU-L/2008. Dari kesaksian ketiga saksi di atas,
dapat disimpulkan bahwa diktum 5 lahir karena adanya Fakta baru
dalam masa Sidang Majelis, yang kemudian ditindak lanjuti dengan
adanya Sidang Majelis II tanggal 22 Agustus 2008.

136
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Dalam Sidang Majelis II tanggal 22 Agustus 2008, saksi Benny


Pasaribu mengakui bahwa saksi agak marah terhadap adanya
pengalihan Siaran Liga Inggris dari Astro TV ke Aora TV, karena
adanya kerugian yang dialami oleh konsumen Astro TV. Sehingga
pada Sidang Majelis tersebut saksi mengatakan: “Jangan karena
gajah sama gajah berkelahi, pelanduk terjepit. Jadi saya minta gajah
sama gajah ini kta panggil aja kesini, agar jelas siapa yang harus
bertanggungjawab terhadap pelanggaran ini”.

‘Concern’ dari saksi Benny Pasaribu inilah yang kemudian oleh saksi
Anna Maria Tri Anggraini bersama Tim Investigator dan panitera
dirumuskan dalam draft Putusan yang dibuat tanggal 27 Agustus
2008 malam, sebagaimana tercantum pada butir rekomendasi 8.1.2.

Berdasarkan pengakuan dari saksi-saksi di atas, butir 8.1.2 pada


rekomendasi tersebut, dijadikan sebagai rumusan dari diktum 5
Putusan yang disepakati pada musyawarah Majelis Komisi pada
tanggal 28 Agustus 2008 malam.

Selanjutnya, Putusan hasil musyawarah Majelis Komisi tanggal 28


Agustus 2008 di atas, diubah oleh saksi Anna Maria Tri Anggraini
dan saksi Benny Pasaribu pada tanggal 29 Agustus 2008, ketika saya
sedang sholat Jum’at.

Cara ‘basa-basi’ dalam berkomunikasi yang lain juga digunakan oleh


Billy Sindoro. Hal ini terlihat dari beberapa SMS berikutnya dari Billy
Sindoro yang setelah mengirim SMS yang berbunyi: “Pak sy sngt
bersyukur. Mhn dibri ksmtan utk balas budi baik bpk.Tks”, masih
mengirim beberapa SMS yang isinya mengusulkan rumusan klausul
‘injunction’, yang kemudian dikirim melalui email. Kenapa kok Billy
Sindoro sudah mengatakan saya sangat bersyukur, tapi masih
mengusulkan rumusan klausul ‘injunction’?

Malahan setelah Billy Sindoro mengetahui isi Putusan yang


dibacakan pada tanggal 29 Agustus 2008 siang, pada malam harinya
kembali Billy Sindoro mengirim SMS yang isinya sermacam ‘protes’
terhadap Putusan KPPU, sebab rumusan diktum 5 Putusan KPPU

137
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

ternyata tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh Billy Sindoro.


Fakta ini, sekaligus menunjukkan bahwa memang tidak ada
‘permintaan’ dari Billy Sindoro yang saya usulkan dalam musyawarah
Majelis Komisi ketika membuat Putusan..

Disamping itu, dalam kesempatan Pembelaan ini, saya juga ingin


menjelaskan mengenai kebiasaan lain dari saya dalam merespon
suatu komunikasi. Sudah menjadi kebiasaan saya untuk selalu
menjawab pertanyaan seseorang kepada saya mengenai keadaan atau
kabar. Dalam persidangan saya ini, setiap memulai persidangan,
Hakim Ketua yang mulia selalu menanyakan keadaan kesehatan
saya. Hakim Ketua yang mulia selalu bertanya: “Saudara Mohammad
Iqbal apakah hari ini dalam keadaan sehat?”, Saya selalu menjawab:
“Alhamdulillah saya dalam keadaan sehat”. Kebiasaan ini lah yang
juga muncul dalam hubungan komunikasi saya dengan Billy Sindoro,
sebagaimana bunyi SMS saya: “Baru selesai. Alhamdulillah aman”,
yang merupakan respon terhadap pertanyaan Billy Sindoro
sebelumnya, yang berbunyi: “P’Iqbal mohon maaf mengganggu, apkh
injunctions aman? Mohon berhasil ya pak. Tks”.

Selain itu dalam komunikasi melalui SMS antara Billy Sindoro


dengan saya, baik pada tanggal 28 Agustus 2008 maupun
setelahnya, tidak ada fakta yang menunjukkan adanya kesepakatan
antara saya dengan Billy Sindoro untuk bertemu, guna
menyampaikan tanda balas budi, ataupun untuk memberikan uang.
Hal ini diperkuat oleh kesaksian Rani Anindita Tranggani pada
persidangan saya tanggal 7 Mei 2009, yang ketika ditanya oleh
Penasehat Hukum : “Apakah ada jawaban secara khusus dari
Mohammad Iqbal atas SMS dari Billy Sindoro yang mengatakan: Pak,
saya sangat bersyukur”, saksi Rani Anindita Tranggani menyatakan:
“Tidak ada”. Begitu pula, ketika ditanya oleh Penasehat Hukum:
“Apakah saksi pernah mendengar atau membaca SMS dari Billy
Sindoro yang akan memberikan uang sebesar lima ratus juta rupiah
kepada Mohammad Iqbal”, saksi Rani Anindita Tranggani menjawab:
“Tidak.”

138
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Mengenai SMS dari Billy Sindoro pada tanggal 29 Agustus 2008


kepada saya tentang usulan paragraf ‘injunction’, yang akan dikirim
melalui email, ternyata baru dikirim oleh Benedict Sulaiman sekitar
pukul 10.20 WIB.

Mengingat Putusan Perkara No.03/KPPU/L/2008 telah selesai


dibahas dan disepakati pada musyawarah Majelis Komisi tanggal 28
Agustus malam, maka pengiriman usulan paragraf injunction dari
terdakwa Billy Sindoro melalui email tersebut sudah tidak lagi
mempengaruhi Putusan yang sudah dibuat malam sebelumnya.

Oleh karenanya, balasan SMS dari saya kepada Billy Sindoro yang
mengatakan: ‘Substansinya sudah sama’, juga merupakan ‘basa-basi’
dalam berkomunikasi.

Majelis Hakim yang mulia,

6. Dalam Surat Tuntutannya, Penuntut Umum menyimpulkan:


“Terdakwa pada tanggal 16 September 2008 di lantai 17 Hotel
Aryaduta Tugu Tani telah menerima uang sejumlah Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dari Billy Sindoro
sebagai balas budi karena Terdakwa telah membantu
kepentingan PT. Direct Vision agar tetap menyiarkan Liga
Utama Inggris Musim 2007-2010”.

Sehubungan dengan kesimpulan Penuntut Umum di atas, kembali


kita melihat bahwa Penuntut Umum telah salah mengambil
kesimpulan. Dari fakta di persidangan saya ini tidak ada satu
saksipun yang mengatakan bahwa tas hitam yang berisi uang, yang
diletakkan oleh Billy Sindoro di lantai lift adalah bentuk balas budi
dari Billy Sindoro kepada saya. Disamping itu, tidak ada satupun
saksi dan bukti yang menunjukkan bahwa saya telah membantu
kepentingan PT. Direct Vision agar tetap menyiarkan Liga Utama
Inggris musim 2007-2010.

139
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Dalam persidangan saya tanggal 2 April 2008, saksi Billy Sindoro


ketika ditanya oleh Penuntut Umum: “Apakah pemberian tas berisi
uang pada pertemuan di kamar 1712, adalah realisasi dari SMS Billy
Sindoro kepada Mohammad Iqbal yang berbunyi: ‘Pak saya bersyukur.
Mohon diberi kesempatan untuk balas budi Bapak’.”, saksi menjawab:
“Saya tidak pernah bermaksud untuk memberikan uang kepada Pak
Iqbal”. Lalu, ketika ditanya oleh Hakim Ketua: “Apakah balas budi
tersebut sudah diwujudkan”, saksi menjawab: “Belum”. Selanjutnya
ketika ditanya oleh Hakim Ketua : “Apa maksud dari penyerahan tas
di lift itu”, saksi menjawab: “Waktu pak Iqbal mau keluar, saya pikir
itu tasnya Pak Iqbal, karena saya waktu masuk ke ruangan tidak
bawa tas”.

Jadi dengan demikian kesimpulan Penuntut Umum di atas adalah


kesimpulan yang mengada-ada, karena tidak ada fakta yang
mendukung, yang dapat dijadikan dasar untuk mengambil
kesimpulan sebagaimana tersebut di atas.

Begitu pula, kesimpulan Penuntut Umum yang mengatakan bahwa


saya telah membantu kepentingan PT. Direct Vision agar tetap
menyiarkan Liga Utama Inggris musim 2007-2010, juga merupakan
kesimpulan yang mengada-ada.

Penuntut Umum sebenarnya tahu bahwa posisi PT. Direct Vision


dalam Perkara di KPPU adalah sebagai Terlapor. Setelah melalui
Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan, Laporan Hasil
Pemeriksaan Lanjutan (LHPL) menyimpulkan bahwa tidak ada bukti
yang cukup adanya pelanggaran terhadap UU No. 5 tahun 1999, yang
dilakukan oleh PT. Direct Vision.

Masalah pengalihan Siaran Liga Inggris dari Astro TV ke Aora TV,


tidak pernah menjadi pokok perkara yang dilaporkan oleh Pelapor
kepada KPPU. Isu pengalihan penyiaran Liga Inggris dari Astro TV ke
Aora TV baru muncul pada masa sidang Majelis, sebagai fakta baru.
Hal ini juga diakui oleh saksi Nelia Copcaption Molato, CEO PT.
Direct Vision. Pada persidangan tanggal 2 April 2009, saksi Nelia
Concaption Molato mengatakan: “Satu minggu sebelum jadwal

140
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

pembacaan Putusan, ada undangan dari KPPU untuk Sidang khusus.


Tim kita datang dan baru mereka tahu mengenai isu pemutusan Siaran
oleh Astro di Direct Vision, dan kita semua kaget dengan sidang itu.
Dan waktu keluar Putusan, khususnya yang nomor 5, kita kaget
karena itu tidak ada kaitannya dengan Liga Inggris.”

Dengan adanya kesaksian dari Nelia Concaption Molato di atas,


makin terlihat kesalahan dari Penuntut Umum dalam menyimpulkan
fakta yang ada di persidangan. Disatu sisi saksi Anna Maria Tri
Anggraini, saksi Benny Pasaribu dan saksi Dini Melanie mengatakan
bahwa tidak ada usulan yang spesifik dari saya pada waktu
musyawarah Majelis Komisi untuk membuat Putusan, di sisi yang
lain, saksi Nelia Concaption Molato mengatakan bahwa diktum 5
Putusan KPPU tidak ada kaitannya dengan PT. Direct Vision. Jadi
dari mana Penuntut Umum memperoleh kesimpulan sebagaimana
pada butir 6 di atas?

Majelis Hakim yang mulia,

7. Dalam Surat Tuntutannya, Penuntut Umum menyimpulkan:


“Terdakwa menerima uang sejumlah Rp.500.000.000,-
bertentangan dengan Keputusan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha No.06/KPPU/Kep/XI/2000 tentang Kode Etik dan
Mekanisme Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha.”

Sehubungan dengan Kesimpulan Penuntut Umum di atas, perlu saya


jelaskan bahwa dalam Keputusan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha No.06/KPPU/Kep/XI/2000 tentang Kode Etik dan Mekanisme
Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha, ada larangan terhadap
semua unsur Komisi untuk menerima sesuatu dalam bentuk uang
atau hadiah yang secara langsung maupun tidak langsung patut
diduga berkaitan dengan jabatannya.

Ketentuan larangan di atas kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam


Surat edaran yang mengatur tentang kewajiban untuk melaporkan
kepada Pimpinan Sekretariat KPPU bila ada Anggota Komisi dan

141
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

pegawai Sekretariat KPPU yang menerima hadiah dari pelaku usaha,


untuk kemudian segera dikembalikan kepada pengirimnya. Saksi
Kurnia Sya’ranie dan saksi Tadjuddin Noersaid pada persidangan
saya menceritakan ada beberapa kejadian pemberian hadiah kepada
Staf dan Komisioner KPPU yang kemudian dilaporkan kepada
Pimpinan Sekretariat KPPU.

Adanya aturan internal KPPU di ataslah yang melandasi saya,


mengapa setelah mendiamkan beberapa saat tas hitam yang
diletakkan oleh Billy Sindoro di lantai lift, untuk kemudian saya
ambil dan sandang ketika keluar dari lift. Namun sebelum niat saya
tersebut terwujud, petugas KPK telah menghampiri saya ketika saya
berada di lobby hotel Aryaduta tanggal 16 September 2008 malam.

Apabila Tas hitam yang berisi uang sejumlah Rp. 500.000.000,-


(Lima Ratus Juta Rupiah) yang diberikan oleh Billy Sindoro kepada
saya, dengan cara meletakkannya di Lantai Lift itu dikategorikan
sebagai gratifikasi, maka saya seharusnya diberi kesempatan untuk
melaporkannya ke KPK, sebagaimana penerima gratifikasi lainnya.
Oleh karenanya, bila ada penerima gratifikasi seperti Wakil Presiden
Jusuf Kalla yang juga pernah menerima gratifikasi, tetapi tidak
ditahan oleh KPK, maka hendaknya saya juga diperlakukan dengan
cara yang sama.

Majelis Hakim yang mulia,

Analisa fakta yang saya uraikan di atas, jelas memperlihatkan


kesimpulan yang berbeda dengan Analisa fakta yang dibuat oleh
Penuntut Umum. Analisa fakta yang saya lakukan didasarkan pada
fakta yang ada dipersidangan, dan dilakukan penelaahan terhadap
satu fakta dengan fakta yang lain. Sedangkan Penuntut Umum tidak
melakukan penelaahan antara satu fakta dengan fakta yang lain.
Kesimpulan yang dibuat oleh Penuntut Umum tidak didukung oleh
suatu analisa yang mendalam terhadap fakta-fakta yang ada.
Akibatnya, Kesimpulan yang diambil jadi mengada-ada dan keliru.

142
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Dampak dari kesimpulan yang keliru adalah Dakwaan yang lemah


pembuktiannya.

Majelis Hakim yang mulia,

Dalam Tanggapan dan Pembelaan saya ini, saya tidak akan


menanggapi Analisa Yuridis dari Surat Tuntutan Penuntut Umum.
Biarlah Tanggapan terhadap Analisa Yuridis ini nanti ditanggapi oleh
Penasehat Hukum saya. Saya akan langsung saja masuk pada
Kesimpulan.

Berdasarkan Uraian yang saya sampaikan di atas, baik berupa


tanggapan terhadap Surat Dakwaan, tanggapan terhadap fakta-fakta
persidangan dan tanggapan terhadap Analisa fakta yang dibuat oleh
Penuntut Umum, saya berkesimpulan bahwa tidak ada satupun
bukti yang kuat, yang menunjukkan bahwa saya telah melakukan
tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang didakwakan oleh Penuntut
Umum kepada saya.

Majelis Hakim yang mulia,

Dalam kesempatan ini, saya juga menyangkal pernyataan Penuntut


Umum yang mengatakan bahwa saya telah mencemarkan nama baik
institusi dan menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga KPPU, karena sejak kasus saya dimunculkan secara besar-
besaran di media massa cetak maupun elektronik, institusi KPPU
tetap berjalan seperti biasa. Masyarakat tetap mempercayai lembaga
KPPU. Saya fikir, hal yang sama juga terjadi pada KPK. Saya melihat
bahwa kasus Ketua KPK non-aktif Antasari Azhar tidak membuat
institusi KPK tercemar, dan tidak membuat masyarakat hilang
kepercayaannya kepada lembaga KPK.

Saya juga menyangkal pernyataan Penuntut Umum yang mengatakan


bahwa saya tidak kooperatif dan berbelit-belit dalam memberikan
keterangan sehingga mempersulit jalannya persidangan. Pernyataan

143
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Penuntut Umum ini bertentangan dengan fakta yang ada. Sejak saya
ditemui oleh Petugas KPK di lobby hotel Aryaduta Tugu Tani tanggal
16 Agustus 2008, sampai saat ini, saya selalu bersikap kooperatif dan
tidak menghambat jalannya penyidikan, penuntutan, dan
persidangan.

Keterangan saksi petugas KPK Rahmat Nur Hidayat dan Hendy F.


Kurniawan di dalam persidangan saya tanggal 23 April 2009, yang
menyatakan bahwa saya bersikap kooperatif, membuktikan bahwa
pernyataan Penuntut Umum di atas keliru dan salah. Adanya
kesaksian tertulis yang saya sampaikan pada waktu persidangan
Billy Sindoro tanggal 19 Januari 2009 adalah bukti nyata bahwa saya
malah membantu kelancaran jalannya persidangan.

Begitu pula saya menyangkal pernyataan Penuntut Umum yang


mengatakan saya tidak mengakui dan menyesali perbuatannya.
Jelas-jelas di dalam persidangan tanggal 25 Mei 2009, ketika Hakim
yang mulia menanyakan kepada saya: “Apakah dengan terjadinya
perkara yang menimpa saudara, apakah saudara menyesal?”. Saya
menjawab bahwa sebagai manusia biasa pasti saya merasa menyesal
atas terjadinya musibah yang menimpa saya ini. Tapi sebagai seorang
Muslim, saya harus sabar dan tawakal menghadapi musibah
tersebut. Agama saya tidak membolehkan saya menyesali, apalagi
meratapi, musibah yang menimpa kita. Semuanya saya serahkan
kepada Allah SWT.

Saya juga sempat menyesal, mengapa saya mau bertemu dengan Billy
Sindoro. Saya juga sempat menyesal, mengapa KPK tidak menangkap
Billy Sindoro pada tanggal 1 Juli 2008, padahal KPK sudah
mengeluarkan Surat Perintah Penangkapan No. Sprin.Kap-
09/01/VII/2008 tanggal 1 Juli 2008. Tapi untuk hal inipun, saya
tidak boleh larut dalam sesal yang mendalam, saya harus juga tetap
sabar dan tawakal. Itulah sikap yang saya ambil selama ini, yang
membuat hati saya menjadi tenteram.

144
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

Karena sikap seperti di ataslah, maka rasa penyesalan saya tidak


sekadar pemanis bibir belaka. Saya tunjukkan rasa penyesalan
dengan sikap pro-aktif, yaitu dengan mengajukan permohonan
pengunduran diri saya sebagai Anggota KPPU kepada Bapak
Presiden, dan siap mempertanggungjawabkan perbuatan yang saya
lakukan, baik dihadapan sidang pengadilan ini maupun
pertanggungjawaban saya kepada publik. Diatas semuanya, hanya
kepada Allah-lah saya memohon pertolongan.

145
II. Surat Tuntutan Penuntut Umum Yang Salah

146
III. Korban Skenario Jahat Terhadap KPPU

III. KORBAN SKENARIO JAHAT


TERHADAP KPPU

Majelis Hakim yang mulia,

Pada Bagian III, dari tanggapan saya terhadap Surat Dakwaan


Penuntut Umum, yang saya bacakan dalam persidangan tanggal 10
Februari 2009, saya menyampaikan, bahwa saya ini adalah korban
dari suatu ‘skenario jahat’ terhadap KPPU. Adanya dokumen yang
dibuat oleh saudara Erwin Darwis Purba (dokumen barang bukti No.
27 dan No. 29), dan kesaksian dari Penyidik KPK bernama Rani
Anindita Tranggani, yang menyatakan bahwa saksi Rani Anindita
Tranggani telah menerima Surat perintah Penyadapan No. Sprin.Dap
-70A/01/22/VI/2008, tanggal 20 Juni 2008, serta adanya Surat
Perintah Penangkapan terhadap Billy Sindoro No. Sprin.Kap-
09/01/VII 2008, tanggal 1 Juli 2008, menunjukkan bahwa jauh hari
sebenarnya saya sudah ditetapkan sebagai ‘Target Operasi’.

Pada tanggapan tanggal 10 Februari 2009 di atas, saya sudah


mempertanyakan: Kenapa harus seorang yang bernama Mohammad
Iqbal yang harus menjadi target operasi, bukan orang lain? Kenapa
saudara Billy Sindoro yang jelas-jelas sudah ada Surat Perintah
Penangkapannya pada tanggal 1 Juli 2008, tidak ditangkap oleh
KPK?

Lebih jauh saya menyatakan dalam tanggapan tersebut bahwa dari


pengalaman saya selama ini, bentuk konspirasi jahat seperti yang
saya alami ini terasa baunya, tetapi saya tidak bisa membuktikannya.

Konspirasi jahat semacam ini tidak hanya akan menimpa KPPU,


tetapi bisa pula menimpa lembaga pemutus lainnya, apakah itu
Kepolisian, Kejaksaan, Lembaga Peradilan, dan tidak tertutup
kemungkinan kepada KPK sendiri.

147
III. Korban Skenario Jahat Terhadap KPPU

Majelis Hakim yang mulia,

Tadinya saya berharap adanya konspirasi jahat ini dapat dibuka


dalam persidangan saya. Namun ternyata harapan tersebut tidak
dapat terpenuhi. Walaupun fakta-fakta yang menunjukkan adanya
persekongkolan jahat tersebut ada dalam berkas perkara, tapi
Penuntut Umum nampaknya ‘enggan’ untuk membukanya lebih jauh.
Hal ini menimbulkan pertanyaan: “Untuk apa fakta tentang skenario
untuk mempengaruhi KPPU yang dibuat oleh Erwin Darwis Purba dan
Erry Bundjamin, yang ada dalam dokumen barang bukti No. 27 dan
No. 29, dicantumkan dalam berkas perkara, tapi tidak diperiksa dalam
persidangan?”

Pertanyaan lain yang juga timbul adalah:


• “Kenapa Surat Perintah Penyelidikan No. Sprin.Lid-62/01/VI/2008
tanggal 20 Juni 2008 dan Surat Perintah Penyadapan No.
Sprin.Dap-70A/01/22/VI/2008 tanggal 20 Juni 2008 yang
digunakan sebagai dasar Penyelidikan perkara saya ini tidak boleh
diketahui oleh saya dan Penasehat Hukum Saya?”
• “Mengapa Billy Sindoro pada tanggal 1 Juli 2008 tidak ditangkap
oleh KPK, padahal KPK sudah mengeluarkan Surat Perintah
Penangkapan No. Sprin.Kap-09/01/VII/2008 tanggal 1 Juli 2008?”
• “Mengapa dalam persidangan saya maupun persidangan Billy
Sindoro, alat bukti berupa rekaman percakapan maupun SMS serta
rekaman CCTV yang diajukan oleh Penuntut Umum, hanya yang
mengenai saya saja, tidak ada yang mengenai Billy Sindoro?”

Untuk mengetahui kebenaran dari fakta-fakta diatas, seharusnya


Penuntut Umum menghadirkan saksi-saksi yang terkait dengan fakta
tersebut. Namun yang terjadi bukannya saksi yang berkompeten yang
dihadirkan, tetapi saksi yang tidak terkait langsung dengan perkara
ini yang diajukan oleh Penuntut Umum.

Guna mengetahui mengapa Penuntut Umum enggan untuk menggali


kebenaran dari fakta-fakta diatas, ada baiknya kita telaah satu
persatu fakta-fakta diatas yang banyak menimbulkan tanda tanya:

148
III. Korban Skenario Jahat Terhadap KPPU

1. Surat Perintah Penyadapan No. Sprin.Dap-


70A/01/22/VI/2008 tanggal 20 Juni 2008 yang
ditandatangani oleh Pimpinan KPK -Chandra M. Hamzah.

Berdasarkan keterangan saksi Rani Anindita Tranggani pada


persidangan tanggal 7 Mei 2009, saksi selaku petugas penyidik KPK
menerima Surat Perintah Penyadapan No. Sprin.Dap-
70A/01/22/VI/2008 yang ditandatangani oleh Pimpinan KPK
Chandra M. Hamzah. Disamping itu, pada tanggal yang sama, saksi
juga menerima Surat Perintah Penyelidikan No. Sprin.Lid-
62/01/VI/2008 tanggal 20 Juni 2008 yang juga ditandatangani oleh
Pimpinan KPK Chandra M. Hamzah.

Dalam Surat Perintah Penyadapan No. Sprin.Dap-


70A/01/22/VI/2008 tanggal 20 Juni 2008 yang diperlihatkan
dihadapan Majelis Hakim yang Mulia, saksi diperintahkan untuk
menyadap mencatat isi percakapan telepon dan SMS terhadap nomor
telepon (HP) saya dan nomor telepon (HP) Billy Sindoro.

Selain itu, dalam konsideran Surat Perintah Penyadapan tersebut,


tugas saksi terkait dengan adanya dugaan tindak pidana korupsi
yang berhubungan dengan penanganan perkara Liga Inggris di KPPU.

Dari Surat Perintah Penyadapan tersebut, terlihat beberapa


kejanggalan. Pertama, Surat Perintah Penyadapan tersebut
dikeluarkan 1 (satu) bulan sebelum saya berkenalan dengan Billy
Sindoro. Kedua, Surat Perintah Penyadapan tersebut dikeluarkan
pada saat penanganan perkara Liga Inggris di KPPU masih dalam
tahap pemeriksaan lanjutan. Oleh karenanya, Surat Perintah
Penyadapan diatas menjadi aneh bila dikaitkan dengan saya dan Billy
Sindoro. Bagaimana bisa, dua orang yang belum pernah berkenalan,
sudah ada perintah untuk menyadap no. telepon (HP) mereka?

Memang KPK berwenang untuk melakukan penyadapan dan


merekam pembicaraan dalam melaksanakan tugas penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
Namun, menurut pendapat ahli Rudi Satrio yang dihadirkan pada

149
III. Korban Skenario Jahat Terhadap KPPU

persidangan tanggal 23 April 2009, menyatakan bahwa tindakan


penyadapan dan merekam pembicaraan haruslah didasari adanya
dugaan keras melakukan tindak pidana korupsi. Hakim Konstitusi
Harjono juga menyatakan: “Penyadapan hanya boleh dilakukan jika
ada bukti permulaan.”

Hal yang sama juga ditegaskan oleh Pengamat Hukum Bambang


Widjojanto, bahwa untuk tindakan penyadapan harus ada batasan
yang jelas, agar tidak terjadi abuse of power (penyalahgunaan
kekuasaan). Tindakan penyadapan harus didasari pada adanya
indikasi awal tindak pidana.

Oleh karena itu, perlu dipertanyakan kepada KPK, apa indikasi dari
tindak pidana korupsi yang telah saya lakukan bersama Billy Sindoro
sebelum tanggal 20 Juni 2008? Padahal, pada saat itu, saya belum
kenal dengan Billy Sindoro. Apakah KPK mendapat petunjuk dari
paranormal atau memperoleh wangsit yang mengatakan bahwa nanti
akan terjadi perkenalan antara saya dengan Billy Sindoro dan dari
perkenalan tersebut akan terjadi tindak pidana korupsi?

Kalau yang demikian dibenarkan, maka sebaiknya bagian pasal 6


huruf c UU No. 30 tahun 2002 yang berisi kata-kata ‘terhadap tindak
pidana korupsi’ diganti saja menjadi ‘terhadap kemungkinan
terjadinya tindak pidana korupsi di masa depan dari orang-orang
yang sekarang belum berkenalan’.

Adanya Surat Perintah Penyadapan tanggal 20 Juni 2008 diatas juga


menjadi aneh, dan menimbulkan tanda tanya besar, karena pada
saat itu penanganan perkara Liga Inggris di KPPU masih dalam tahap
pemeriksaan lanjutan, dimana pada tahap ini Tim Pemeriksaan
Lanjutan KPPU baru sebatas melakukan pengumpulan bukti-bukti
dan informasi-informasi terkait penanganan perkara tersebut.
Artinya, pada saat itu, belum ada kesimpulan apapun terhadap hasil
Pemeriksaan Lanjutan terkait penanganan perkara Liga Inggris di
KPPU.

150
III. Korban Skenario Jahat Terhadap KPPU

Sebagai salah seorang Anggota dalam Tim Pemeriksaan Lanjutan


yang menangani perkara Liga Inggris di KPPU sampai dengan
berakhirnya masa pemeriksaan lanjutan yaitu pada tanggal 18 Juli
2008, dalam berkas-berkas penanganan perkara Liga Inggris di KPPU
tidak tercantum nama Billy Sindoro baik sebagai pihak terlapor
maupun sebagai pihak pelapor. Sehingga, indikasi yang digunakan
KPK bahwa ada dugaan tindak pidana korupsi terkait penanganan
perkara Liga Inggris di KPPU adalah tindakan yang mengada-ada
atau tidak berdasar. Atau dengan kata lain, dikeluarkannya Surat
Perintah Penyadapan tanggal 20 Juni 2008 tersebut merupakan
bentuk tindakan penyalahgunaan kekuasaan oleh KPK.

Bila dilihat dari sudut Billy Sindoro, juga timbul pertanyaan, indikasi
tindak pidana korupsi apa yang dilakukan oleh Billy Sindoro sebelum
tanggal 20 Juni 2008 terkait penanganan perkara Liga Inggris di
KPPU? Sebagaimana yang saya jelaskan sebelumnya, dari berkas-
berkas penanganan perkara Liga Inggris di KPPU, tidak tercantum
sama sekali nama Billy Sindoro, baik sebagai pihak terlapor maupun
sebagai pihak pelapor.

Lantas, dalam konteks apa KPK harus menyadap isi percakapan


telepon maupun SMS Billy Sindoro, jika nama Billy Sindoro sendiri
tidak tercantum dalam berkas dokumen hasil pemeriksaan Tim
Pemeriksaan Lanjutan KPPU dan Billy Sindoro belum berkenalan
dengan saya. Apakah ada Surat Perintah Penyadapan terhadap Billy
Sindoro tetapi terkait dengan perkara lain?

2. Surat Perintah Penangkapan Billy Sindoro No. Sprin.Kap-


09/01/VII/2008 tanggal 1 Juli 2008

Di dalam dokumen berkas-berkas perkara Billy Sindoro yang terkait


dengan perkara saya, terdapat sebuah fakta berupa adanya Surat
Perintah Penangkapan terhadap Billy Sindoro No. Sprin.Kap-
09/01/VII/2008 pada tanggal 1 Juli 2008.

151
III. Korban Skenario Jahat Terhadap KPPU

Dalam persidangan tanggal 7 Mei 2009, saksi Rani Anindita


Tranggani mengatakan bahwa saksi disamping memperoleh Surat
Perintah Penyadapan, juga memperoleh Surat Perintah Penyelidikan
No. Sprin.Lid-62/01/VI/2008 tanggal 20 Juni 2008. Adapun garis
besar tugas tim penyelidikan dalam Surat Perintah Penyelidikan
tersebut adalah untuk melakukan penyelidikan atas dugaan tindak
pidana korupsi yang berhubungan dengan pemberian sesuatu kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara dalam menangani perkara
monopoli atau persaingan usaha yang tidak sehat, yaitu perkara Liga
Inggris di KPPU.

Dari 2 (dua) fakta diatas, timbul pertanyaan: Apakah benar, Surat


Perintah Penangkapan terhadap Billy Sindoro pada tanggal 1 Juli 2008
tersebut terkait dengan penyelidikan KPK terhadap adanya dugaan
pelanggaran tindak pidana korupsi dalam penanganan perkara Liga
Inggris di KPPU?

Dalam persidangan saya pada tanggal 7 Mei 2008, saksi Rani


Anindita Tranggani mengatakan bahwa pencatatan isi percakapan
telepon (HP) dan SMS terhadap no. telepon (HP) saya maupun Billy
Sindoro, mulai dilakukan sejak tanggal 20 Juli 2008. Oleh
karenanya, dikeluarkannya Surat Perintah Penangkapan terhadap
saudara Billy Sindoro pada tanggal 1 Juli 2008, sudah pasti bukan
dalam konteks penyelidikan adanya dugaan pelanggaran tindak
pidana korupsi dalam penanganan perkara Liga Inggris di KPPU.

Lantas, bila Surat Perintah Penangkapan terhadap Billy Sindoro tidak


dalam konteks adanya dugaan pelanggaran tindak pidana korupsi
dalam penanganan perkara Liga Inggris di KPPU, dalam konteks apa
saudara Billy Sindoro harus ditangkap oleh KPK?

Memang pada sekitar bulan Juni 2008, media massa memuat berita
bahwa KPK sedang menangani perkara dugaan pelanggaran tindak
pidana korupsi dalam kasus ’mark-down’ pembayaran pajak PT. First
Media, dimana Billy Sindoro merupakan Presiden Direkturnya. Oleh
karenanya, apakah dasar dikeluarkannya Surat Perintah
Penangkapan terhadap Billy Sindoro pada tanggal 1 Juli 2008

152
III. Korban Skenario Jahat Terhadap KPPU

tersebut adalah mengenai adanya dugaan pelanggaran tindak pidana


korupsi dalam kasus ‘mark-down’ pembayaran pajak PT. First Media?

Seandainya dasar dikeluarkannya Surat Perintah Penangkapan


tersebut memang terkait dengan adanya dugaan pelanggaran tindak
pidana korupsi dalam kasus ‘mark-down’ pembayaran pajak PT. First
Media, mengapa Surat Perintah Penyadapan tersebut harus dikaitkan
dengan konteks penyelidikan terhadap adanya dugaan pelanggaran
tindak pidana korupsi dalam penanganan perkara Liga Inggris di
KPPU?

Bila Surat Perintah Penangkapan tanggal 1 Juli 2008 tersebut tidak


terkait dengan adanya dugaan pelanggaran tindak pidana korupsi
dalam kasus ‘mark-down’ pembayaran pajak PT. First Media,
mengapa KPK tidak melakukan penangkapan terhadap Billy Sindoro?
Ataukah ada skenario untuk menggandengkan kasus ‘mark-down’
pembayaran pajak PT. First Media dengan penyelidikan KPK terhadap
adanya dugaan pelanggaran tindak pidana korupsi dalam
penanganan perkara Liga Inggris di KPPU, sehingga penangkapan
Billy Sindoro ditunda sampai tanggal 16 September 2008?

Seharusnya apapun alasan KPK ‘menunda-nunda’ penangkapan Billy


Sindoro, baik terkait atau tidak terkait dengan kasus ‘mark-down’
pembayaran pajak PT. First Media maupun dengan dugaan
pelanggaran tindak pidana korupsi dalam penanganan perkara Liga
Inggris di KPPU, seharusnya dengan telah dikeluarkannya Surat
Perintah Penangkapan pada tanggal 1 Juli 2008, Billy Sindoro sudah
harus ditangkap pada tanggal 1 Juli 2008 tersebut. Bila hal ini
dilakukan oleh KPK, maka barangkali saya tidak akan pernah kenal
dengan Billy Sindoro dan penderitaan yang saya dan keluarga saya
alami saat ini, tidak akan pernah terjadi.

153
III. Korban Skenario Jahat Terhadap KPPU

3. Surat Perintah Penyelidikan No. Sprin.Lid-62/01/VI/2008


tanggal 20 Juni 2008 dan Surat Perintah Penyelidikan No.
Sprin.Lid-62A/01/IX/2008 tanggal 15 September 2008 yang
ditandatangani oleh Pimpinan KPK -Chandra M. Hamzah

Dalam persidangan tanggal 23 April 2009, saksi Rahmat Nur Hidayat


dan Hendy F. Kurniawan selaku petugas penyidik KPK mengatakan
bahwa mereka memperoleh Surat Perintah Penyelidikan No.
Sprin.Lid-62A/01/IX/2008 tanggal 15 September 2008 untuk
melakukan pengumpulan barang bukti atau keterangan-keterangan
lain berhubungan dengan dugaan tindak pidana korupsi berupa
penyerahan uang kepada penyelenggara negara atau pegawai negeri,
berkaitan dengan penanganan monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat.

Dalam persidangan tanggal 7 Mei 2009, saksi Rani Anindita


Tranggani memperlihatkan kedua Surat Perintah Penyelidikan diatas.
Ternyata, dalam konsideran kedua Surat Perintah Penyelidikan
tersebut, tugas tim penyelidikan adalah untuk melakukan
pengumpulan barang bukti atau keterangan-keterangan lain
berhubungan dengan dugaan tindak pidana korupsi terkait
penanganan perkara Liga Inggris di KPPU.

Selain itu, dalam persidangan tanggal 23 April 2009, saksi Rahmat


Nur Hidayat dan Hendy F. Kurniawan selaku petugas penyidik KPK
mengatakan bahwa memang nama saksi tercantum di dalam Surat
Perintah Penyelidikan No. Sprin.Lid-62/01/VI/2008, tetapi, saksi
tidak melakukan apa-apa. Saksi baru dipanggil untuk menjalankan
tugas Surat Perintah Penyelidikan No. Sprin.Lid-62A/01/IX/2008
tanggal 15 September 2008.

Sehubungan dengan keterangan dari saksi-saksi penyidik KPK diatas,


yang saling berbeda satu sama lain menimbulkan tanda tanya
terhadap keabsahan dari 2 (dua) Surat Perintah Penyelidikan
tersebut. Selain itu, adanya 2 (dua) Surat Perintah Penyelidikan
terhadap dugaan adanya pelanggaran tindak pidana korupsi dalam
penanganan perkara Liga Inggris di KPPU ini, juga menimbulkan

154
III. Korban Skenario Jahat Terhadap KPPU

tanda tanya terhadap profesionalitas KPK dalam menangani dugaan


adanya pelanggaran tindak pidana korupsi. Apakah memang ada dua
surat yang dikeluarkan dengan sengaja atau sebetulnya Surat
Perintah Penyelidikan tersebut merupakan perintah penyelidikan
terhadap perkara yang tidak berkaitan sama sekali, namun oleh KPK
perkara-perkara tersebut dicoba untuk dikaitkan satu sama lain?

4. Alat Bukti berupa Catatan Rekaman Percakapan dan SMS


serta Alat Bukti berupa Video Rekaman CCTV yang Digunakan
oleh Penuntut Umum

Selain kejanggalan-kejanggalan mengenai keabsahan Surat Perintah


Penyadapan tanggal 20 Juni 2008, catatan/transkrip percakapan
telepon maupun SMS yang digunakan selama persidangan saya
maupun persidangan Billy Sindoro juga menimbulkan tanda tanya.

Saksi Rani Anindita Tranggani pada persidangan tanggal 7 Mei 2009,


mengatakan bahwa saksi hanya diperintahkan untuk menyadap 2
(dua) nomor telepon dan diperintahkan oleh Ketua Tim untuk
melakukan transkrip per tanggal 20 Juli 2008 saja. Namun, dari alat
bukti berupa catatan/transkrip percakapan telepon maupun SMS
yang digunakan di persidangan saya maupun persidangan Billy
Sindoro, hanya catatan/transkrip percakapan telepon maupun SMS
dari dan ke no. HP saya saja yang dicatat dan ditampilkan,
sedangkan catatan/transkrip hasil penyadapan percakapan maupun
SMS dari dan ke telepon (HP) Billy Sindoro tidak ditampilkan
maupun digunakan sama sekali dalam persidangan.

Hal ini tentu menimbulkan tanda tanya besar: Mengapa alat bukti
berupa catatan/transkrip rekaman percakapan dan SMS tersebut
hanya menggunakan catatan/transkrip dari hasil penyadapan nomor
telepon (HP) saya saja?

Pertanyaan ini tentu memerlukan jawaban dan penjelasan dari KPK.


Apalagi kesaksian Rani Anindita Tranggani pada persidangan saya
tanggal 7 Mei 2009, menyebutkan bahwa ia selaku petugas penyidik

155
III. Korban Skenario Jahat Terhadap KPPU

KPK memang mendapat Surat Perintah Penyadapan untuk


melakukan penyadapan dan pencatatan percakapan telepon dan SMS
terhadap saya dan Billy Sindoro, namun atas perintah Ketua Tim
catatan/ transkrip yang ditampilkan hanya catatan/transkrip hasil
penyadapan telepon saya saja.

Pernyataan ini tentu menimbulkan tanda tanya yang lebih besar lagi:
Mengapa terjadi perbedaan perlakuan terhadap saya dengan Billy
Sindoro oleh KPK?

Majelis Hakim yang mulia,

Perbedaan perlakuan serupa juga terlihat pada alat bukti


persidangan berupa video rekaman CCTV Hotel Aryaduta yang
menampilkan kejadian pertemuan antara saya dan saudara Billy
Sindoro di Hotel Aryaduta tanggal 16 September 2008.

Sesuai dengan keterangan saksi Rahmat Nur Hidayat dan Hendy F.


Kurniawan, disebutkan bahwa mereka diperintahkan secara lisan
oleh atasannya untuk melakukan penangkapan terhadap saya,
sehubungan dengan adanya informasi bahwa akan ada penyerahan
uang dari Billy Sindoro kepada saya di Hotel Aryaduta Tugu Tani
pada tanggal 16 September 2008. Namun, dalam menjalankan tugas
atasannya tersebut, kedua saksi petugas KPK ini hanya mengamati
kedatangan saya saja, tidak mengamati kedatangan Billy Sindoro.

Hal itu dapat dibuktikan dari rekaman video CCTV yang digunakan
oleh Penuntut Umum dalam persidangan saya yang lebih banyak
menampilkan kedatangan saya, dan keberadaan saya ketika di dalam
lift. Itupun rekaman video CCTV yang sudah direkayasa. Tidak ada
sama sekali rekaman yang menunjukkan kedatangan Billy Sindoro
maupun keberadaan Billy Sindoro ketika di dalam lift.

Adanya alat bukti berupa rekaman video CCTV di atas menimbulkan


tanda tanya pula, mengapa terjadi perlakuan terhadap saya dengan
Billy Sindoro oleh KPK.

156
III. Korban Skenario Jahat Terhadap KPPU

Bila KPK sudah mempunyai informasi bahwa Billy Sindoro akan


memberikan uang kepada saya terkait penanganan perkara Liga
Inggris di KPPU, lantas mengapa kedatangan Billy Sindoro tidak
diketahui dan tidak direkam oleh KPK?

Berdasarkan keempat fakta di atas, terlihat adanya kejanggalan-


kejanggalan dalam penanganan perkara saya ini dan memunculkan
adanya perbedaan perlakuan oleh KPK dalam melakukan
penyelidikan perkara ini. Peristiwa ini menimbulkan kesan bahwa
KPK berupaya untuk melindungi Billy Sindoro, dan menjadikan saya
sebagai target operasi. Bila memang demikian, lantas siapa yang
sebetulnya memenuhi permintaan Billy Sindoro, saya atau KPK?

157
158
IV. Pertanggungjawaban Publik Sebagai Anggota KPPU

IV. PERTANGGUNGJAWABAN PUBLIK SEBAGAI


ANGGOTA KPPU

Majelis Hakim yang mulia,

Pada waktu menyampaikan tanggapan terhadap Surat Dakwaan


Penuntut Umum tanggal 10 Februari 2009, saya telah
memberitahukan kepada Majelis Hakim yang mulia, bahwa sejak
tanggal 5 Februari 2009, saya telah mengajukan Surat Pengunduran
diri saya sebagai Anggota KPPU periode 2006-2011 kepada Bapak
Presiden RI.

Adapun alasan dari pengunduran diri saya tersebut adalah, karena


saya telah ditetapkan sebagai terdakwa oleh KPK sejak tanggal 31
Januari 2009. Tadinya saya akan menyampaikan surat pengunduran
diri saya sebagai Anggota KPPU periode 2006-2011 pada tanggal 17
September 2008, yaitu sejak saya ditetapkan sebagai tersangka okeh
KPK. Namun atas saran teman-teman di KPPU, rencana pengunduran
diri tersebut baru saya ajukan kepada bapak Presiden setelah saya
ditetapkan sebagai terdakwa.

Pengajuan Surat pengunduran diri sebagai Anggota KPPU periode


2006-2011 kepada Presiden ini, saya lakukan sebagai bentuk
pertanggungjawaban Publik saya selaku Anggota KPPU periode 2006-
2011, yang tengah mendapat musibah, sehubungan dengan
Penyidikan yang dilakukan terhadap saya oleh KPK.

Disamping itu, sebagaimana yang saya sampaikan dimuka,


Pengajuan Surat pengunduran diri saya ini juga saya anggap sebagai
bentuk sikap pro aktif saya dalam menindaklanjuti penyesalan saya
terhadap musibah yang menimpa saya, sehubungan dengan
penyidikan yang dilakukan oleh KPK terhadap saya.

159
IV. Pertanggungjawaban Publik Sebagai Anggota KPPU

Sebagai salah seorang yang diamanahkan untuk melaksanakan UU


No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
usaha tidak sehat, maka saya berfungsi sebagai pejabat publik yang
juga dikategorikan sebagai penyelenggara negara.

Karena saya adalah seorang pejabat publik, maka dengan adanya


musibah ini, saya mempertanggungjawabkan perbuatan saya ini
dengan cara mengajukan surat permohonan pengunduran diri
sebagai Anggota KPPU periode 2006-2011 kepada Presiden.
Sedangkan sebagai seorang penyelenggara negara, musibah ini saya
pertanggungjawabkan dihadapan sidang pengadilan ini.

Sebagai seorang muslim, musibah ini saya pertanggungjawabkan


kwhadapan Allah SWT, dengan cara sabar dan tawakal
menghadapinya, serta siap untuk melakukan perubahan (hijrah) dari
kegiatan yang lama ke kegiatan yang baru, yang lebih baik.

Oleh karena itu, pertanggungjawaban publik saya dalam bentuk


pengajuan surat pengunduran diri sebagai Anggota KPPU periode
2006-2011, serta pertangungjawaban hukum saya di Pengadilan
Tipikor dalam bentuk penyampaian Pembelaan ini, saya pandang
juga merupakan bagian dari pertanggungjawaban kepada Allah SWT.
Mudah-mudahan pilihan sikap hidup yang saya lakukan ini
merupakan jalan yang terbaik buat saya, dan di-Ridhoi oleh Allah
SWT.

160
V. Penutup

V. PENUTUP

Majelis hakim yang mulia,

Akhirnya sampailah saya pada penutup dari tanggapan dan


Pembelaan saya.

Pada waktu saya menyampaikan tanggapan terhadap Surat Dakwaan


Penuntut Umum tanggal 10 Februari 2009, ada 2 (dua) harapan yang
saya sampaikan kepada Majelis hakim yang mulia. Pertama saya
berharap kepada KPK untuk dapat mencegah bentuk konspirasi jahat
yang menimpa saya. Namun sampai saat saya membacakan
Tanggapan dan Pembelaaan ini saya tidak melihat adanya upaya dari
KPK untuk memperhatikan permohonan saya tersebut.

Malah selama persidangan saya ini, saya melihat kejanggalan-


kejanggalan, yang membuat harapan saya yang tadinya sangat besar
terhadap KPK dalam penegakan hukum pemberantasan korupsi,
menjadi memudar. Saat ini pada diri saya timbul kekhawatiran atas
cara kerja dari institusi KPK ini.

Mengacu pada kasus yang saya alami, saya khawatir kewenangan


yang besar, yang diberikan oleh Undang-Undang kepada KPK dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi akan menjadi bumerang, jika
tidak adanya Sistim dan Prosedur dalam penanganan perkara di KPK,
dan tidak adanya kontrol terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan KPK. Kewenangan besar yang dipunyai berpotensi untuk
disalahgunakan, bila tidak ada sistem dan prosedur yang bagus, dan
tidak ada kontrol terhadap kinerja KPK. Kita sudah punya
pengalaman waktu zaman orde baru, bagaimana akibat yang
ditimbulkan dari adanya lembaga Kopkamtib, yang punya
kewenangan besar, tapi lemah dalam kontrol serta sistem dan
prosedur kerja.

161
V. Penutup

Kasus yang menimpa saya ini menunjukkan buruknya Sistem dan


Prosedur penanganan perkara di KPK, yang memunculkan banyak
pertanyaan. Bagaimana sistem dan prosedur penyadapan di KPK?
Apakah boleh menyadap nomor telepon 2 (dua) orang yang diduga
akan melakukan tindak pidana korupsi? Apa saja persyaratan yang
harus dipenuhi oleh KPK, sebelum melakukan penyadapan? Apakah
penyadapan oleh KPK perlu izin dari Pengadilan? Bagaimana tata cara
penanganan perkara di KPK? Mengapa dalam kasus saya ada 2 (dua)
Surat Perintah Penyelidikan? Mengapa dalam satu perkara yang sama,
ada Surat Perintah Penangkapan terhadap Billy Sindoro pada tanggal
1 Juli 2008, dimana pada saat itu saya belum pernah berkenalan
dengan Billy Sindoro? Mengapa ada perlakuan yang berbeda dalam
satu perkara yang sama?

Semua pertanyaan-pertanyaan di atas memperlihatkan bahwa tata


cara penanganan perkara di KPK sangat lemah. Nampaknya ‘due
process of law’ tidak berjalan di KPK. Kasus Ketua non-aktif KPK
Antasari Azhar, makin menguak kelemahan internal di KPK.
Pertanyaan berikutnya adalah, siapa yang bisa mengontrol kinerja
KPK? Untuk orang seperti saya ini, yang telah mengalami dampak
dari penanganan perkara yang salah, kepada siapa saya harus
mengadu? Siapa yang harus meluruskan kembali institusi KPK ini
agar dia dapat berjalan sesuai dengan maksud didirikannya institusi
ini?

Saya khawatir bila tidak ada upaya pembenahan internal serta tidak
adanya kontrol terhadap institusi ini, maka KPK akan menjadi alat
dari mereka yang punya kekuasaan, apakah itu mereka yang
mempunyai kekuasaan politik atau uang, untuk mendikte institusi
ini.

162
V. Penutup

Majelis Hakim yang mulia,

Kedua dalam tanggapan terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum


tanggal 10 Februari 2009, saya memohon kepada Majelis Hakim yang
mulia untuk dapat memutus perkara saya ini dengan benar dan adil.

Tuntutan pidana 8 (delapan) tahun penjara oleh Penuntut Umum


sangat berlebihan. Saya melihat bahwa di KPK tidak ada pedoman
dalam menuntut suatu perkara. Sebagai contoh, untuk perkara yang
dakwaan pasal-pasalnya sama, tuntutannya berbeda. Saya setuju
ada perbedaan tuntutannya, bila fakta-fakta persidangannya
berbeda.

Tetapi, bagaimana bila ada 2 (dua) perkara yang dakwaan pasalnya


sama, tapi yang satu tuntutan pidana penjaranya lebih kecil, padahal
fakta di persidangan menunjukkan adanya bukti yang cukup, sedang
untuk perkara yang satunya, tuntutannya pidana penjaranya lebih
tinggi, tapi dalam fakta persidangannya tidak ada bukti yang cukup?
Itulah yang terjadi pada diri saya sekarang ini.

Tetapi saya percaya bahwa Majelis Hakim yang mulia akan


memperhatikan betul fakta-fakta yang ada dalam persidangan saya
ini, serta uraian saya dalam Tanggapan dan pembelaan ini. Mudah-
mudahan Majelis Hakim yang mulia dapat memutus perkara saya ini
hati nurani seorang hakim secara adil dan benar.

Majelis Hakim yang mulia,

Sebelum mengakhiri pembacaan Tanggapan dan pembelaan ini,


izinkan saya untuk mengucapkan terima kasih kepada :
1. Isteri dan anak-anak saya yang selalu setia mendampingi saya
dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, serta selalu mengiringi

163
V. Penutup

saya dengan do’a siang dan malam dalam menghadapi musibah


dan cobaan ini.

2. Ibunda tercinta Rabiah Saleh Djamil, yang diusianya yang sudah


lebih dari 86 tahun selalu memberikan perhatian dan kasih
sayangnya kepada saya serta selalu mengiringi saya dengan do’a
siang dan malam,
3. Sanak keluarga yang tidak dapat satu persatu saya sebutkan
namanya, yang juga selalu memberikan perhatian, bantuan baik
moril maupun materil, serta do’anya kepada saya.
4. Para sahabat dan teman-teman yang tidak dapat satu persatu
saya sebutkan namanya, yang telah memberikan perhatian,
bantuan baik moril maupun materiil, serta do’anya kepada saya.
5. Para tetangga rumah tinggal saya, yang tidak dapat satu persatu
saya sebutkan namanya, yang telah memberikan perhatian dan
do’anya kepada saya.
6. Para tokoh masyarakat yang dengan tulus ikhlas telah
memberikan jaminan untuk permohonan tahanan kota saya,
yaitu:
a. Mas Amien Rais, Mantan Ketua MPR-RI, dan tokoh reformasi
b. Bang Buyung Nasution, tokoh masyarakat, mantan Pembela /
Penasehat Hukum saya dalam perkara ‘buku putih’ mahasiswa
ITB tahun 1978
c. Mas Adi Sasono, Mantan Menteri Koperasi RI
d. Bang Muslimin Nasution, Mantan Menteri Kehutanan, dan
tokoh ICMI
e. Ustad Syuhada Bahri, Ketua Dewan Da’wah Islamiyah
Indonesia
f. Komisioner KPPU Sukarmi dan M. Nawir Messi
g. Pengurus dan Anggota Kalam Salman ITB

164
V. Penutup

Terima kasih saya yang tak terhingga atas dukungan yang


diberikan kepada saya.

Tak lupa pula, saya ucapkan terima kasih kepada Tim Penasehat
Hukum saya Dr. Maqdir Ismail, SH, Llm. & Partners yang telah
mendampingi saya sejak proses penyelidikan sampai dengan
proses peradilan ini. Juga, semua pihak yang telah membantu
baik moril maupun materiil dalam menyiapkan pembelaan ini.

Secara khusus kepada bang Buyung, saya sangat terharu ketika


melihat SMS bang Buyung kepada isteri saya yang berbunyi :

“Lili ybk. Hendaklah diingat abang sekarang tidak lagi


berfungsi sebagai Advokat; sedangkan sebagai Wantimpres
tidak layak/etis membuat surat jaminan. Maka buat saja
nama abang sbg tokoh masyarakat.
Abang tidak mau lagi terjadi peristiwa spt kasus Pak jendral
Darsono, mantan Panglima Siliwangi, dimana teman2
seperjuangan kita yg punya kedudukan di DPR atau Lembaga
lainnya semuanya takut menandatangani permohonan
tahanan luar utk Pak Ton. Sungguh tragis. Abang.”

Majelis Hakim yang mulia,

Akhirnya Kepada Allah-lah saya berserah diri.

“Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya
aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.”
(Q.S. At-Taubah ayat 129).

165
V. Penutup

166
AKHIR KATA

Pada saat handphone Mohammad Iqbal dan Billy Sindoro mulai


disadap 20 Juni 2008, mereka belum saling mengenal. Keduanya
baru berkenalan tanggal 20 Juli 2008 atas desakan Tadjuddin
Noersaid kepada Mohammad Iqbal agar mau menemui Billy Sindoro
di Aryaduta. (Tadjuddin adalah Komisioner KPPU dan Petinggi Partai
Golkar yang sekaligus teman dekat Erry Bundjamin, SH, Penasehat
Hukum PT. Direct Vision. Dengan advance berdasarkan succsess fee,
Tadjuddin diminta oleh Erry Bundjamin untuk membuat manuver di
dalam KPPU***).

Penyadapan ini sangat janggal karena sebulan mendahului Surat


Keputusan KPPU (tertanggal 21 Juli 2008) yang berisi Penugasan
Mohammad Iqbal dan Benny Pasaribu sebagai anggota majelis yang
menangani kasus Liga Inggris pada Perkara No. 03/KPPU/L/2008,
dimana Anna Maria Tri Anggraini sebagai ketua.

Pertanyaan selanjutnya muncul ketika diketahui bahwa ternyata Billy


Sindoro ditangkap berdasarkan Surat perintah Penangkapan yang
dibuat tanggal 1 Juli 2008 (No. Sprin. Kap 09/01/VII/2008). Surat
perintah ini muncul diduga karena KPK telah menemukan bukti-
bukti tindak pidana Billy sebelumnya, yaitu terlibat pada
penggelapan pajak PT. First Media senilai 350 Milyar yang
sebelumnya ditangani oleh Polda Jabar, dan kemudian diambil alih
oleh KPK pada 30 Juni 2008 (TV One, Kerah Putih Desember 2008;
“Menyoal Penggelapan Pajak First Media” mengenai Mark Down Pajak
PT. First Media Tbk. senilai 350 Milyar).

Mengapa penangkapan tersebut baru dilakukan tanggal 16 September


2008 untuk dugaan kasus suap senilai 500 juta?

Melihat kronologis perkenalan Billy Sindoro - Mohammad Iqbal,


dokumen skenario oleh dua pengacara Lippo yang disita KPK dari
Erwin Darwis Purba, SH (Senior Vice President Legal PT. Direct
Vision), hingga cara-cara Billy Sindoro memaksa meletakkan tas

167
hitam berisi uang 500 juta di lantai lift (dimana petugas KPK dan
wartawan sudah ‘kadung’ ramai-ramai menunggu di lantai dasar
Aryaduta), menguatkan dugaan bahwa Billy Sindoro dilibatkan dalam
‘skenario penjebakan terhadap Mohammad Iqbal’ dan bisa jadi
sebagai imbalannya melepaskan Billy Sindoro dari tuntutan tindak
pidana yang mendasari dikeluarkannya Surat Perintah Penangkapan
tanggal 1 Juli tersebut.

Mengapa Mohammad Iqbal seolah-olah ‘dipasangkan’ dengan Billy


Sindoro?

Bukan hanya itu, kekecewaan terbesar akan dirasakan pembaca jika


menyadari bahwa ternyata ada bukti terpenting yang tidak
ditindaklanjuti di Persidangan Tipikor. Penuntut Umum pun tidak
serius menghadirkan dua saksi kunci yang kabarnya telah hengkang
ke Singapura, yaitu Erwin Darwis Purba dan Erry Bundjamin. Bukti
itu berupa dokumen hasil pembicaraan keduanya yang menjadi
skenario cikal bakal terjadinya konspirasi yang secara implisit
menjadikan Mohammad Iqbal sebagai target operasi.

Bukti tersebut kini tersimpan rapi di meja KPK dan menggantung di


persidangan Pengadilan Tipikor. Bukti yang akan menjadi simbol
keadilan jika terkuak kebenarannya, tetapi jika dibiarkan hilang akan
terus menjadi tanda tanya tentang ketidak mampuan sistem hukum
di negeri ini.

168
***) Kutipan dokumen barang bukti no 27, Berita Acara Penyitaan 18 September 2008
yang disita penyidik KPK dari Erwin Darwis Purba berupa catatan pembicaraan antara
Erwin Darwis Purba dan Erry Bundjamin tanggal 17 Oktober 2007.

No: I/D with Erry B


(Maksudnya Internal/discussion dengan Erry Bundjamin)
Date: 17/10/07
• ….....................................….
• Belum ada progress
• Resume Monday
• Majelis belum ada
• Mengenai yang perlu kita lobby
• Pak Tadjudin Nur Said-Anggota KPPU yang paling Senior
• ......................................
• .....................................
• Tadjudin – ada connection – member sangat berpengaruh
• EB (Erry Bundjamin) lebih prefer yang masih aktif
• Nama lain Benny Pasaribu (aktif baru periode baru)
• Tadjudin bisa memberikan pengaruh krn very senior
• Tadjudin – teman dekat EB, dapat banyak masukan untuk WTO, EB
diperlukan oleh Tadjudin
• .............................................
• .............................................
• Hubungan pribadi Ery dengan Tadjudin
• Mulai dari sini, EB akan memperkenalkan
• Bantu luar biasa
• Advance tidak harus memberi – based on success fee
• EB harus bicara dengan Tadjudin
• Manuver di dalam KPPU biar Tadjudin yang melakukan
• ............................................
• ............................................

..ooOoo..

169
Lampiran 1

LAMPIRAN 1
S.P.T. PENGAMBILAN DATA ELEKTRONIK
TIDAK TERDAPAT NAMA IMAN SANTOSO

Pada Berita Acara Pengambilan Data Elektronik, Penyitaan Data,


maupun Surat Perintah Tugas (S.P.T) Penyadapan, sama sekali tidak
terdapat nama Iman Santoso baik sebagai yang ditugaskan, sebagai
saksi pemindahan/ pengambilan data, maupun sebagai yang
menyerahkan data. Padahal, dalam kesaksian Iman Santoso pada
persidangan Mohammad Iqbal pada tanggal 30 April 2009, saksi
menyatakan bahwa ia yang memastikan untuk mengambil kejadian-
kejadian khusus pada jam-jam tertentu, namun hal ini tidak dapat
dibuktikan secara resmi melalui dokumen berkas perkara berupa
S.P.T.

Yang berikut ini adalah 2 halaman Bukti Dokumen berupa “Berita


Acara Pengambilan Data Elektronik” yang berasal dari Berita Acara
Pemeriksaan.

L 1-1
Lampiran 1

L 1-2
Lampiran 1

L 1-3
Lampiran 2

LAMPIRAN 2

KESALAHAN PENCATATAN TRANSKRIP SMS

Dalam transkrip catatan/ rekaman percakapan telepon yang


ditandatangani oleh Iman Santoso, tertulis bahwa nomor
628128064800 (Mohammad Iqbal) menelpon nomor 628161846382
(Benedict Sulaiman). Hal ini tidak benar, karena yang terjadi adalah
Benedict Sulaiman yang menelpon Mohammad Iqbal untuk
mengkonfirmasi kedatangan Mohammad Iqbal, keterangan ini juga
dibenarkan oleh saksi Rani Anindita Tranggani pada persidangan
Mohammad Iqbal pada tanggal 7 Mei 2009

L 2-1
Lampiran 3

LAMPIRAN 3

SURAT PERINTAH PENANGKAPAN BILLY SINDORO


TANGGAL 1 JULI 2008

Tanggal 1 Juli 2008 KPK mengeluarkan Surat Perintah Penangkapan


terhadap Billy Sindoro dengan No. Sprin.Kap-09/01/VII/2008.
Lantas mengapa Billy Sindoro tidak segera ditangkap? Jika telah
dilakukan penangkapan terhadap Billy Sindoro, perkenalan antara
Mohammad Iqbal dengan Billy Sindoro pada tanggal 20 Juli 2008
tidak akan pernah terjadi.

L 3-1
Lampiran 4

LAMPIRAN 4

PERBEDAAN ATRIBUT TANGGAL & WAKTU CCTV

Pada rekaman CCTV milik KPK yang diperlihatkan oleh Penuntut


Umum saat menghadirkan Saksi Iman Santoso pada persidangan
Billy Sindoro dan persidangan Mohammad Iqbal, terdapat perbedaan
peristiwa dan keterangan/label waktu pada gambar CCTV, yang jelas-
jelas terlihat secara kasat mata.

Saat persidangan Billy Sindoro, tanggal 15 Desember 2008, pada


barang bukti Video Rekaman CCTV di area yang ditunjukkan oleh
tanda panah, TIDAK ADA atribut tanggal dan waktu yang
menunjukkan kapan peristiwa yang terekam tersebut terjadi.

( Sumber : Video Transkrip Persidangan Billy Sindoro 15 Desember 2008 pada timer:
00:23:24 )

L 4-1
Lampiran 4

Tetapi saat persidangan Mohammad Iqbal, tanggal 30 April 2009,


pada barang bukti Video Rekaman CCTV di area yang ditunjukkan
oleh tanda panah, TERDAPAT label timer yang menunjukkan
waktu kapan peristiwa yang terekam tersebut terjadi.

( Sumber : Video Transkrip Persidangan Mohammad Iqbal 30 April 2009 pada


timer: 01:03:08 )

Dari dua bukti rekaman CCTV yang diajukan di persidangan, terlihat dengan
jelas bahwa kedua rekaman CCTV tersebut tidak sama. Artinya, kedua
rekaman CCTV tersebut telah mengalami proses EDITING/MANIPULASI.
Dengan demikian, rekaman CCTV tersebut tidak dapat dijadikan barang
bukti perkara, karena tidak dapat dibuktikan keabsahan datanya oleh
Penuntut Umum.

L 4-2
Lampiran 5

LAMPIRAN 5
KEJANGGALAN LABEL WAKTU

Pada rekaman CCTV milik KPK yang diputarkan oleh Penuntut


Umum pada persidangan Mohammad Iqbal tanggal 30 April 2009,
terlihat ada bar/label hitam pada bagian atas yang menutupi label
waktu asli dan tetap muncul walaupun sedang terjadi transisi video.

( Sumber : Video Transkrip Persidangan Mohammad Iqbal tanggal 30 April


2009 pada timer: 01:02:14 sampai dengan 01:02-15 )

L 5-1
Lampiran 5

L 5-2
Lampiran 6

LAMPIRAN 6
PERBEDAAN DIKTUM 5

Draft Keputusan yang dibuat Keputusan yang disepakati Keputusan yang dirubah redaksionalnya
Anna Maria Tri Anggraini tanggal 28-Agt-2008 malam: oleh Anna Maria Tri Anggraini dan / atau
tanggal 27-Agt-2008 Benny Pasaribu, saat Mohammad Iqbal
(yang menjadi rekomendasi sedang melaksanakan Sholat Jumat
Majelis Komisi) tanggal 29-Agt-2008,
(yang menjadi dasar Penuntut Umum
dalam perkara Mohammad Iqbal)

Butir 8.1.2 Diktum 5: Diktum 5:


Menjaga dan melindungi Memerintahkan Terlapor IV: All Memerintahkan Terlapor IV : All
kepentingan konsumen Asia Multimedia Networks, FZ-LLC Asia Multimedia Networks, FZ-LLC
TV berbayar di Indonesia untuk menjaga dan melindungi untuk menjaga dan melindungi
dengan tetap memper- kepentingan konsumen TV ber- kepentingan konsumen TV ber-
tahankan kelangsungan bayar di Indonesia dengan tetap bayar di Indonesia dengan tetap
hubungan usaha dengan mempertahankan hubungan usaha mempertahankan hubungan usaha
PT. Direct Vision sampai dengan PT. Direct Vision sampai dengan PT. Direct Vision dan tidak
ada kejelasan penyele- adanya kejelasan penyelesaian menghentikan seluruh pelayanan
saian kepentingan dan kepentingan dan pemenuhan hak- kepada pelanggan sampai adanya
pemenuhan hak-hak hak konsumen PT. Direct Vision. penyelesaian hukum mengenai
konsumen PT. Direct status kepemilikan PT. Direct
Vision. Vision.

L 6-1
Lampiran 7

LAMPIRAN 7
LIGA INGGRIS DARI KPPU KE KPK
• Kesepakatan putusan :
ada 5 Diktum
• Rapat Majelis
PROSES PENANGANAN PERKARA “LIGA INGGRIS” DI KPPU

Sidang Majelis III


• Pembuatan draft • Perbaikan redaksional
putusan oleh Diktum 5 oleh AMTA & BP
SK Sidang Telp dr Sidang Majelis II AMTA, Investigator • AMTA tidak jadi dissenting
Majelis & AMTA & Panitera
Penugasan ttg Siaran • Telp dari BP
Pemberitahuan • Penyampaian
Anggota Sidang Liga Inggris pembacaan putusan pokok-pokok materi • Telp dari AMTA
LHPL Majelis Majelis I di Aora TV kepada terlapor putusan utk draft • Pembacaan putusan

20/06 01/07 18/07 20/07 21/07 07/08 15/08 22/08 27/08 28/08 29/08 15/09 16/09

• Sprin Lid: 62/01/VI/2008 Sprin Kap: 09/01/VII/2008 • Mulai dibuatnya Sprin Lid: 62A/01/IX/2008 Penangkapan
tanggal 20 Juni 2008 tanggal 1 Juli 2008 transkrip penyadapan oleh KPK
tanggal 15 September 2008
terhadap BS • Perkenalan MI dan BS
• Sprin Dap: 70A/01/22/VI/2008
tanggal 20 Juni 2008

PROSES PENANGANAN PERKARA “LIGA INGGRIS” DI KPK

Keterangan :
• LHPL : Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan
• MI : Mohammad Iqbal
• BC : Billy Sindoro
• AMTA : Anna Matia Tri Angraeni
• BP : Benny Pasaribu
L 7-1
Lampiran 8

LAMPIRAN 8
SURAT PERMOHONAN BARANG BUKTI

Selama proses persidangan, ada 4 buah Surat Perintah berkenaan


dengan perkara Mohammad Iqbal yang diterbitkan oleh KPK, yakni :
1. Surat Perintah Penyelidikan No. Sprin.Lid-62/01/VI/2008 tanggal
20 Juni 2008
2. Surat Perintah Penyadapan No. Sprin.Dap-70A/01/22/VI/2008
tanggal 20 Juni 2008
3. Surat Perintah Penangkapan No. Sprin.Kap-09/01/VII/2008
tanggal 1 Juli 2008 terhadap Billy Sindoro
4. Surat Perintah Penyelidikan No. Sprin.Lid-62A/01/IX/2008
tanggal 15 September 2008

Keempat dokumen tersebut telah diminta oleh pihak Penasehat


Hukum melalui 2 buah Surat Permohonan:
1. No. 064/MIP/MI-DN/V/09, tanggal 6 Mei 2009
2. No. 076/MIP/MI-DN/V/09, tanggal 22 Mei 2009
(Tindasan kedua surat di atas dapat dilihat di halaman berikut)

Namun, sampai saat sidang pembacaan Pleidooi / Pembelaan oleh


Mohammad Iqbal dan tim Penasehat Hukum tanggal 8 Juni 2009,
keempat dokumen tersebut TIDAK DIBERIKAN oleh Penuntut Umum
kepada pihak Mohammad Iqbal, maupun Penasehat Hukum mereka.

Keempat dokumen tersebut dapat menguak banyak hal mengenai


berbagai keanehan dan keganjilan perkara Mohammad Iqbal ini.
Tidak ada yang mengetahui mengapa keempat dokumen yang sangat
vital tersebut TIDAK DIBERIKAN oleh Penuntut Umum.

L 8-1
Lampiran 8

L 8-2
Lampiran 8

L 8-3
Lampiran 9

LAMPIRAN 9
MAJELIS HAKIM DAN PENUNTUT UMUM
PERKARA NOMOR: 04/PID.B/TPK/2009/PN. JKT PST

Majelis Hakim:

1. Hakim Ketua : Edward Pattinasarani, S.H.


2. Hakim I : Moefri, S.H.,M.H.
3. Hakim II : I Made Hendra Kusuma, S.H.
4. Hakim III : Anwar, S.H., M.H.
5. Hakim IV : Sofialdi, S.H.

Penuntut Umum:

1. Penuntut Umum I : Sarjono Turin, S.H., M.H.


2. Penuntut Umum II : Malino Pranduk, S.H.
3. Penuntut Umum III: Dwi Aries Sudarto, S.H.

L 9-1

You might also like