You are on page 1of 15

AKUNTANSI PAJAK

MATERI KULIAH

PENYUSUTAN FISKAL

Penyusun Oleh:

AFLY YESSIE, SE, Msi

PROGRAM S1 JURUSAN AKUNTANSI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
Ta. 2008/2009
PENYUSUTAN FISKAL

Pendahuluan
Penyusutan ialah proses alokasi sebagian harga peroIehan aktiva menjadi biaya (cost
allocation), sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha. Biaya penyusutan adalah
biaya) yang bukan merupakan biaya yang dikeluarkan dari kas. Penyusutan dilakukan
sebab masa manfaat dan potensi aktiva yang dimiliki senndiri semakin berkurang.
Pengurangan nilai aktiva tersebut dibebankan sebagai biaya secara berangsur-angsur
atau proporsional.
Alokasi biaya aktiva tetap dilakukan dengan membukukannya ke rekening biaya
(debet) dan ke rekening akumulasi penyusutan (kredit). Rekening biaya akan tampak
dalam perhitungan rugi laba sedang akumulasi penyusutan terlihat dalam neraca.
Rekening akumulasi penyusutan merupakan rekening lawan dari rekening aktiva yang
bersangkutan. Karena itu, nilai buku aktiva dapat diketahui dengan menyandingkan nilai
perolehan dengan akumulasi penyusutan.
Menurut akuntansi ada empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam penghitungan
besarnya biaya penyusutan suatu aktiva, yaitu : (1) nilai perolehan aktiva, (2) nilai
residu, (3) dasar penyusutan, dan (4) umur aktiva.
1. Nilai Perolehan Aktiva
Nilai perolehan, yaitu pengluaran-pengeluaran yang dilakukan sampai aktiva yang
bersangkutan siap dipakai.
2. Nilai Residu
Nilai residu ialah nilai sisa suatu aktiva yang ditaksir pada akhir masa pemakaian aktiva
di perusahaan. Nilai sisa suatu aktiva kerapkali tidak signifikan dan dapat diabaikan
dalam penghitungan jumlah yang dapat disusutkan. Jika nilai sisa signifikan, nilai
tersebut diestimasi pada tanggal perolehan atau pada tanggal dilakukannya revaluasi
aktiva (dalam hal ada ketentuan Pemerintah).
3. Sifat Aktiva
Sifat dan cara penggunaan aktiva dalam kegiatan usaha sangat berpengaruh pada
penentuan besarnya biaya penyusutan. Misalnya, mesin ataa kendaraan bermotor
adalah aktiva yang sifatnya bergerak. Oleh karena itu, cara penyusutannya berbeda
dengan penyusutan atas gedung yang bersifat statis.
4. Umur Aktiva

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
Umur aktiva ialah masa pemakaian aktiva dalam usaha. Umur aktiva dapat dilihat
dari umur teknis dan umur ekonomis. Umur teknis ialah umur aktiva sesuai dengan
kriteria teknis aktiva. Umur ekonomis ialah jangka waktu pemanfaatannya secara
ekonomis. Umur ekonomis bisa lebih pendek dan umur teknis, misalnya mesin teknis
diperkirakan dapat berumur 7 tahun. Jika pada tahun ketiga mesin tersebut tidak
dapat digunakan lagi karena ketinggalan zaman maka umur ekonomisnya menjadi
lebih pendek daripada umur teknis.

Metode Penyusutan
Metode penyusutan dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa kriteria berikut:
(1) Berdasarkan Waktu
a. Metode penyusutan garis lurus (straight line merthod)
b. Metode pembebanan yang menurun (penyusutan yang dipercepat):
1. metode jumlah-angka-tahun (sum of the year’s digits method)
2. metode saldo-menurun/saldo-menurun-ganda ( declining/ double declining
method)
(2) Berdasarkan Penggunaan
a. Metode jam-jasa (service hours method)
b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)
(3) Berdasarkan Kriteria Lainnya
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method)
b. Metode anuitas (annuity method)
c. Sistem persediaan (inventory systems)

Metode Penyusutan Garis Lurus


Penyusutan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat harta. Biaya
penyusutan aktiva dialokasikan ke tiap-tiap tahun dengan jumlah yang sama. Rumus
penyusutan dalam metode ini adalah:
Nilai perolehan – Nilai Residu
Penyusutan tiap tahun =
Umur pemakaian

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
Contoh :
Usaha Dairi membeli satu mesin dengan harga Rp 6.000,00. Umur pemakaiannya
adalah 4 tahun, sedangkan nilai residunya ditaksir Rp1.000,00. Dengan demikian, dasar
penyusutan adalah Rp 5.000,00. Karena umurnya 4 tahun maka tarif penyusutannya
adalah 25% per tahun.
Rp 6.000,00 – Rp 1.000,00
Penyusutan tiap tahun = = Rp 1.250,00
4

Metode penyusutan garis lurus adalah salah satu metode penyusutan yang dipakai
dalam perpajakan. Hanya, metode ini digunakan terhadap aktiva golongan bangunan.
Tarif penyusutan yang berlaku terhadap golongan bangunan adalah 5%, atau umur
pemakaiannya 20 tahun. Dasar penyusutan golongan bangunan dalam perpajakan
adalah harga perolehannya, taksiran nilai residu tidak dipertimbangkan.

Sum of the Year’s Digits Method


Metode ini adalah salah satu metode penyusutan yang dipercepat. Dasar penyusutan
dalam metode ini sama dengan metode garis lurus yaitu taksiran nilai buku aktiva (Nilai
perolehan-taksiran residu), Tarif penyusutan ditentukan dalam bentuk pecahan yang
dihitung dengan cara sebagai berikut. Apabila umur aktiva sama dengan 4 tahun maka
penyebut angka pecahannya adalah jumlah angka tahun yaitu 1 + 2 + 3 + 4 = 10. Angka
pembilang pada tahun pertama sampai dengan keempat masing-masing adalah 4,3,2,
dan 1. Tarif penyusutan tahun pertama adalah 4/10, 3/10, 2/10 dan 1/10.
Contoh :
Harga perolehan Rp6.000.00 dengan taksiran nilal residu risidu Rp 1.000,00. Dasar
penyusutan adalah Rp5.000,00 dengan umur pemakaiain ekonomis 4 tahun.
Tahun Tarif Dasar penyusutan Penyusutan
1 4/10 Rp 5.000,00 Rp 2.000,00
2 3/10 Rp 5.000,00 Rp 1.500,00
3 2/10 Rp 5.000,00 Rp 1.000,00
4 1/10 Rp 5.000,00 Rp 5.00,00
Jumlah Rp 5.000,00

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
Declining Balance Method
Metode ini termasuk metode penyusutan yang dipercepat dan dapat dipakai dalam
perpajakan. Tarif pajak dalam metode ini ditentukan terlebih dahulu dan besarnya sama
untuk setiap tahun.
Penyutan dihitung dengan mengalikan tarif dengan nilai buku yang semakin kecil. Dasar
penyusutan pada tahun pertama sama dengan nilai perolehan, sehingga taksiran nilai
residu tidak dipertimbangkan dalam metode ini. Dalam perpajakan metode ini disebut
metode saldo menurun.
Contoh :
Harga perolehan Rp6.000.00 dengan taksiran nilal residu risidu Rp 1.000,00. Dasar
penyusutan adalah Rp5.000,00 dengan umur pemakaiain ekonomis 4 tahun.Ditentukan
bahwa tarif pajak adalah 50% per tahun. Dengan demikian penyusutan tiap tahun
adalah sebagai berikut :
Tahun Nilai buku Tarif Penyusutan
1 Rp 6.000,00 50% Rp 3.000,00
2 Rp 3.000,00 50% Rp 1.500,00
3 Rp 1.500,00 50% Rp 750,00
4 Rp 750,00 50% Rp 375,00
Selama aktiva digunakan dalam produksi, nilai buku aktiva selalu diatas nol. Karena itu,
rekening aktiva yang tidak ditarik dari pemakaiannya selalu terbuka. Declining balance
method dengan rekening terbuka (open ended) dipakai dalam penyusutan perpajakan
sebelum revisi perpajakan tahun 1994. Sistem rekening terbuka ini ternyata banyak
menimbulkan masalah sehingga setelah tahun 1994 diubah menjadi sistem rekening
tertutup.

Metode Satuan Produksi

Penyusutan terhadap beberapa jenis aktiva seperti mesin, kendaraan (truk), lebih sesuai
apabila metode satuan produksi yang digunakan. Penyusutan dengan metode min
dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
Nilai perolehan – Nilai Residu
Penyusutan per unit =
Taksiran jumlah produksi

Penyusutan setahun = Jumlah produksi setahun X Penyusutan per unit

Kebaikan metode ini adalah biaya penyusutan langsung dihubungkan dengan


pendapatan. Semakin besar produksi, semakin besar pendapatan dan semakin banyak
biaya penyusutan.
Contoh :
Aktiva Usaha Dairi berupa truk yang diharapkan dapat dipakai menempuh jarak sejauh
100.000km. Apabila nilai perolehan truk adalah Rp6.000,00 dan niIai residu Rp 1000,00
maka biaya penyusutan per km dihitung sebagai berikut:
Rp 6.000,00 - Rp1.000,00 = Rp 0,05 per km
100.000 km
Jika pada tahun pertama dan kedua truk menempuh jarak 40.000 km dan 20.000 km.
maka penyusutannya masing-masing adalah Rp2.000,00 dan Rp 1.000,00.
Metode satuan produksi dapat dipakai dalam perpajakan hanya diperbolehkan
terhadap usaha penambangan dan penebangan hutan.

Penyusutan Grup dan Gabungan


Untuk menghindari pekerjaan administrasi yang kecil-kecil, biasanya perusahaan
memilih penyusutan dengan mengelompokkan aktiva ke dalam beberapa kelompok
(grup). Dalam perpajakan kelompok ini disebut golongan harta, Penyusutan dihitung
dengan mengalikan tarif ke nilai seluruh aktiva yang sejenis. Tarif penyusutan dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
1
Tarif penyusutan grup =
Taksiran rata-rata umur grup aktiva
Tarif ini diterapkan pada nilai perolehan seluruh grup aktiva. Apabila kelompok aktiva
tidak sejenis maka penyusutan dihitung dengan nama composite depreciation atau
penyusutan gabungan. Penyusutan tiap tahun adalah penyusutan tiap jenis aktiva yang
dihitung dengan metode garis.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
Contoh :
Usaha Dairi mempunyai tiga truk dengan nilai perolehan Rp3.000,00, Rp5.000,00, dan
Rp7.000,00. Nilai residu masing-masing truk Rp 250,00, Rp500,00, dan Rp750,00.
Umur pemakaian semua truk 5 tahun

Daftar Penyusutan Truk


dengan Dasar Penyusutan Grup
Umur Pemakaian 5 Tahun
No Truk Nilai Perolehan Nilai Residu Penyusutan

1 Rp 3.000,00 Rp 250,00 Rp 2.750,00


2 Rp 5.000,00 Rp 500,00 Rp 4.500,00
3 Rp 7.000,00 Rp 750,00 Rp 6.250,00
Rp 15.000,00 Rp 1.500,00 Rp 13.500,00
Tarif penyusutangrup = 1:5=20%
penyusutan tiap tahun = 20% X Rp 15.000,00 = Rp 3.000,00

Deplesi
Deplesi ialah istilah yang digunakan dalam akuntansi untuk menyatakan penyusutan
dalam usaha pertambangan dan pengusahaan hutan. Perpajakan mengunakan istilah
lain untuk deplesi yaitu amortisasi. Sumber pertambangan dan pengusahaan hutan
(wasting assets) adalah harta yang berkurang secara berangsur-angsur karena
penambangan atau penebangan pohon.
Besarnya nilai yang terkena deplesi ditentukan oleh jumlah nilai sumber, yaitu
besarnya kandungan tambang dan potensi pohon.
Rumus yang dipakai untuk menghitung deplesi ialah :
Nilai perolehan – Nilai residu
Deplesi =
Jumlah potansi
Contoh :
Suatu perusahaan membeli tanah pertambangan dengan harga Rp 250.000,00.
Diperkirakan dari tempat itu akan dapat ditambang sebanyak 100.000 unit batu bara.
Nilai residu tanah pertambangan diperkirakan sebesar Rp50.000.00. selama tahun

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
pertama batu bara yang telah ditambang sebesar 15.000 unit. Penghitungan biaya
deplesi per unit adalah sebagai berikut:
Rp 250.000,00 – 50.000
Deplesi = = Rp 2,00 per unit
100.000

Jumlah deplesi tahun ini = 15.000 unit x Rp 2,00


= Rp 30.000,00
Menurut ketentuan perpajakan, hak penambangan dan hak pengunanhutan termasuk
harta tidak berwujud. Karena itu, harga perolehannya dapat diamortisasikan
berdasarkan metode satuan produksi dengan pembatasan sebagai berikut:
1. Biaya untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi serta
pengusahaan hutan dapat diamortisasikan dengan presentase yang tidak lebih dari
20% setahun. Ketentuan ini dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut.
Jumlah penambangan/penebangan
Amortisasi per tahun = = X 20%
Taksiran total produksi/deposit

2. Biaya untuk memperoleh hak dan/atau biaya-biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi tanpa
pembatasan persentase tertentu. Ketentuan ini dapat dinyatakan dengan rumus:

Jumlah penambangan
Amortisasi per tahun = Tanpa batasan
Tanpa total produksi

Jumlah penambangan/peflebangan yang


dihasilkan setahun produksi
Metode satuan = X 100%
Taksiran jumlah seluruh produksi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
Contoh :
Suatu konsensi pertambangan ditaksir jumlah depositnya 100.000,00. Hasil produksi
satu tahun 10.000 ton. Persentase hasil produksi satu tahun adalah:
10.000
X 100% = 10%
100.000
Jadi, hak penambangan tersebut dalam setahun dalam setahun diamortisasi sebesar
10%.

Penyusutan dan Amortisasi Fiskal Menurut .U No.10 Tahun 1994


Metode penyusutan yang dibolehkan dalam ketentuan adalah:
a. Metode garis lurus atau straight line method.
Dalam ketentuan fiskal metode ini disebut penyusutan dalam bagian-bagian yang
sama besar selama masa manfaaat yang ditetapkan bagi harta tersebut. Contoh
penggunaan metode ini adalah sebagai berikut, misalnya biaya peran suatu gedung
sebesar Rp40.000.000,00 dan masa manfaatnya 20 tahun, penyusutannya setiap
tahun adalah sebesar Rp2.000.000,00 (Rp40.000.000,00: 20).
b. Metode saldo menurun atau declining balance method
Penyusutan atas harta berwujud dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun
selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas
nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan, dengan
syarat dilakukan secara taat asas. Sebelum revisi perpajakan tahun 1994,
penyusutan nilai sisa buku tidak diperkenankan. Hal ini banyak menimbulkan
persoalan.
Contoh :
Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada bulan Juni 1995 dengan harga
perolehan Rp150.000.000,00. Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 tahun.
Jika tariff penyusutan ditetapkan 50% maka penghitungan penyusutan adalah
sebagai berikut:
Tahun Tarif Penyusutan Nilai sisa buku
0 150.000.000,00
1 50% 75.000.000,00 75.000.000,00

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
2 50% 37.000.000,00 37.500.000,00
3 50% 18.750.000,00 18.000.000,00
4 disusutkan sekaligus 18.750.000,00 0

Saat Dimulainya Penyusutan


Pada umumnya penyusutan fiskal dimulai pada tahun pengeluaran. Untuk harta yang
masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun selesainya
pengerjaan harta tersebut.
Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud
ditetapkan sebagi berikut:
Kelompok harta berwujud Masa manfaat Tarif penyusutan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Ayat (2)
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 l6tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tidak permanen 10 tahun 10%
Garis lurus Saldo menurun

Dasar Penyusutan
Dasar penyusutan awal adalah semua pengeluaran untuk pembelian, pendirian,
penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud.

Penarikan Harta dari Pemakaian


Penarikan harta dari pemakaian dapat terjadi karena dialihkan kepada pihak lain, dijual,
atau terjadi musibah terhadap harta tersebut.
Pengalihan atau penarikan harta menurut UU No. 10 Tahun 1994 Pasal 4 Ayat (1)
hurufd adalah karena:
a) penjualan;

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
b) pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal
c) pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota;
d) pengalihan harta karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
d) pengalihan harta karena hibah, bantuan atau sumbangan.

Penarikan Harta Karena Dijual Menurut Fiskal

Sebuah mesin dengan nilai perolehan Rp40.000.000,00 dengan akumulasi penyusutan


Rp30.000.000,00 dijual dengan harga Rp 17.000.000,00. Biaya yang dikeluarkan
berkenaan dengan penjualan sebesar Rp2.000.000,00.
Kalkulasi.
Harga jual Rp 17.000.000,00
Biaya penjualan Rp 2.000.000,00
Penerimaan neto Rp 15.000.000,00
Nilai perolehan Rp 40.000.000,00
Akumulasi penyusutan Rp 30.000.000,00
Nilai sisa buku Rp 10.000.000,00
Keuntungan Rp 5.000.000,00
Nilai sisa buku sebesar Rp 0.000.000,00 dibebankan sebagai kerigian dalam tahun
pajak yang bersangkutan. Keuntungan sebesar Rp 5.000.000,00 merupakan
penghasilan yang menjadi objek pajak PPh. Apabila transaksi ini dicatat maka ayat
jurnal akuntansi adalah sebagai berikut:
Penerimaan kas Rp 17.000.000,00
Akumutasi penyusutan Rp 30.000.000,00
Mesin Rp 40.000.000,00
Biaya Rp 2.000.000,00
Laba Rp 5.000.000,00

Dalam prinsip akuntansi komersial ada tiga langkah yang dapat ditempuh sehubungan
dengan penarikan harta yaitu:
1. menghitung besarnya akumulasi penyusutan sampai saat penarikannya;
2.menghapus rekening aktiva dan akumulasi penyusutan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
3. menghitung rugi-laba penjualan.

Penarikan Harta Karena Terbakar


Suatumesin terbakar pada pertengahan tahun 1995 dengan keterangan sebagai berikut:
Nilai perolehan Rp 50.000.000,00
Akumulasi penyusutan Rp 30.000.000,00
Nilai sisa buku: Rp 20.000.000,00
a. Jumlah penggantian asuransi diterima pada tahun 1995 sebesar Rp19.000.000,00.
b. Jumlah penggantian belum dapat diketahui dan penundaan pembebanan kerugian
tidak diajukan kepada Dirjen Pajak.
c. jumlah penggantian asuransi belum dapat diketahui, karena itu penundaan kerugian
diajukan untuk ditunda kepada Dirjen Pajak.
Sesuai ketentuan fiskal maka penarikan harta karena terbakar dicatat:
a. Nilai sisa buku mesin Rp20.000.000,00 dicatat sebagai kerugian, sedang
penerimaan penggantian asuransi Rp19.000.000,00 diatat sebagai penghasilan
dalam tahun yang bersangkutan. Karena nilai sisa buku lebih besar daripada
penggantian asuransi maka Wajib Pajak menderita rugi Rp 1.000.000,00
(Rp20.000.000,00 - Rp19.000.000,00).

Akuntansi mencatat transaksi dengan ayat jurnal:


Kas Rp 19.000.000,00
Ak.penyusutan Rp 30.000.000,00
Kerugian Rp 1 .000.000,00
Mesin Rp 50.0000.000,00
b. Jumlah penggantian belum dapat diketahui, karena itu kerugian sebesar nilai sisa
buku Rp20.000.000,00 harus segera dibebankan sebagai kerugian pada tahun yang
bersangkutan. Kejadian ini dapat dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Ak.penyusutan Rp 30.000.000,00
Kerugian Rp 20.000.000,00
Mesin Rp 50.000.000,00
c. Wajib Pajak tidak perlu mencatat kerugian dalam tahun terjadinya kebakaran.
Namun penyusutan mesin harus dihentikan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
Penyusutan Menurut Undang-Undang No 7 Tahun 1983

Adapun golongan harta dan tarif penyusutannya sebagai berikut:


Golongan harta Tarif penyusutan
Golongan 1 50% tiap tahun
Hrta yang dapat disusutkan dan
tidak termasuk Golongan Bangunan, yang
mempunyai masa manfaat lebih dari empat tahun

Golonga 2 25% tiap tahun


Harta yang dapat disustkan dan tidak termasuk
Golongan Bangunan yang mempunya
Masa manfaat lebih dari empat tahun
Dan tidak lebih dari 8 tahun
Golongan 3 10%
Harta yang dapat disusutkan dan yang tidak
Termasuk golongan bangunan, yang mempunyai
Masa manfaat lebih dari 8 tahun
Golongan bangunan 5%
Banguna dan harta tak bergerak lainnya,
termasuk tambahan, perbaikan, atau
perubahan yang dilakukan

Dasar Penyusutan Harta


Dasar penyusutan harta berwujud adalah jumlah awal tahun pajak dengan tambahan-
tambahan dan dikurangi dengan pengurang-pengurangan. Tambahan dapat berupa
harta baru (pembelian), peningkatan kapasitas harta lama, perbaikan, atau tambahan, ~
baik karena sebab biasa (dijual) maupun karena sebab luar biasa (force mayeuer).

Penyusutan Golongan harta 1, 2 , 3


Penyusutan golongan harta 1, 2, dan 3 untuk suatu tahun pajak sama dengan jumlah
awal pada tahun pajak untuk golongan harta itu ditambah dengan tambahan, perbaikan,
atau perubahan dan dikurangkan dengan pengurangan. Jumlah awal untuk golongan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
Bukan bagunan ini ialah harga sisa buku tahun sebelumnya yang tatap terbuka untuk
penambahan harta baru dan pengurangan dengan penerimaan neto harta yang dijual,
lalu diterapkan tarif penyusutan.

Penyusutan Golongan Bangunan


Tarif penyusutan golongan bangunan adalah 5% dihitung dari harga perolehan.

rusutan dan Penarikan Harta Sebab Luar Biasa

Penyusutan dan Amortisasi di Bidang Usaha dan Daerah Tertentu


Bidang-bidang usaha tertentu adalah bidang usaha di sektor-sektor kegiatan ekonomi
yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional khususnya dalam rangka
peningkatan ekspor termasuk bidang usaha perkebunan tanaman keras dan
pertambangan.
Daerah-daerah tertentu adalah daerah terpencil yaitu daerah yang secara ekonomis
mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada
umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transpor umum.
Fasilitas perpajakan yang diberikan kepada Wajib Pajak yang bergerak di
bidang-bidang usaha tertentu dan di daerah tertentu adalah:
Kelompok Harta Masa Manfaat Menjadi Tarif Penyusutan dan
Garis Amortisasi Berdasarkan
Metode
Lurus Menurun Saldo
I. Bukan bangunan Harta
tidak berwujud:
Kelompok 1 2 tahun 50% 100%
Kelompok 2 4 tahun 25% 50%
Kelompok3 8 tahun 12,5% 50%
Kelompok4 10 tahun 10% 20%
II. Bangunan
Permanen 10 tahun 10%
Tidak Permanon 5 tahun 20%

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK
Dalam ketentuan lama para penanam modal di daerah terpencil diberikan pilihan dalam
menerapkan metode penyusutan yaitu :
1. Metode garis lurus (straight line method) yang masa penyusutannya dapat
kurang dari 20 tahuñ, atau
2. Metode menurun secara berimbang (declining balance method).
Ketentuan penyusutan ini dapat digunakan dengan tiga syarat :
a. Dalam hal metode penyusutan yang digunakan dalam metode garis lurus
meskipun dapat kurang dari 20 tahun tetapi tidak boleh lebib pendek dari masa
manfaat harta yang disusutkan.
b. Dalam hal metode penyusutan yang digunakan adalah metode menurun secara
berimbang maka penyusutan harus dilakukan berdasarkan tarif penyusutan
berdasarkan golongan harta yang diatur dalam Ayat (9) yaitu 50%; 25%; 10% untuk
masing-masing golongan harta 1, 2, dan 3.
c. metode penyusutan harus diterapkan secara taat asas.

Penarikan Harta Karena Hibah


Apabila terjadi penarikan harta berwujud dari pemakaian karena dihibahkan,
disumbangkan, atau diwariskan kepada pihak lain maka nilai sisa buku harta tersebut
tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan (UU No.10 tahun
1994 Pasal 11 Ayat (8). Jumlah sebesar sisa buku dari harta yang dihibahkan,
disumbangkan, atau diwariskan tersebut dikurangkan dari jumlah awal dari masing-
masing golongan harta yang bersangkutan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi


AKUNTANSI PAJAK

You might also like