You are on page 1of 48

 

“ APLIKASI REMOTE SENSING PADA


BIDANG LUAR ANGKASA “

“ Single Pixel Remote Sensing “


 
Oleh :
Tika Tifanny
Mery Diana
Diah Diniati
  
Dosen :
Dr.Eng. Rahmadi Kurnia
Latar Belakang

Perintisan pertama pengindraan jauh


(disingkat dengan indraja) dari antariksa
adalah pengindraan dengan menggunakan
roket. Suatu hak paten telah dianugerahkan
kepada Ludwing Rahrmann dari Jerman atas
karyanya penemuan dan pengembangan
perangkat untuk memperoleh pandangan
fotografik mata burung pada awal tahun 1891
Indraja dari antariksa diawali sebagi modelnya
pada periode waktu 1948 hingga 1950 dengan
peluncuran roket V-2 yang diperlengkapi
dengan kamera, dan peluncurannya dilakukan
dari Landasan Percobaan White Sand, di New
Meksiko
Tujuan

Tujuan dengan adanya pembuatan makalah ini


lebih kurang dapat memberikan pengetahuan
tentang penerbangan angkasa luar yang
dipelopori oleh Rusia berlanjut dengan
penerbangan ke luar angkasa yang dilakukan
oleh Amerika Serikat
DASAR TEORI

Terdapat dua macam metode pengindraan jauh


di luar angkasa yaitu :
• Dengan mengirimkan satellite mendekati
matahari, bulan, dan planet- planet lainnya.
• Dengan memasang teleskop pada satellite
untuk mengambil gambar galaxy yang jauh
dari bumi.
DASAR TEORI

Istilah teknik “remote sensing” pertama kali


digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1960-an,
mencakup fotogrametri, interpretasi foto, foto-
geologi, dan lain-lain. Setelah Landsat-1, yaitu
satelit pengamat bumi pertama, diluncurkan
tahun 1972 oleh Amerika Serikat, remote sensing
semakin digunakan secara luas. Di indonesia
istilah remote sensing ini diterjemahkan menjadi
penginderaan jauh, atau disingkat inderaja.
DASAR TEORI

Data inderaja dapat berbentuk data citra


(image), grafik, atau data numerik. Untuk menjadi
informasi, data tersebut harus dianalisis. Proses
menganalisis data menjadi informasi seringkali
disebut interpretasi data. Bila proses tersebut
dilakukan secara digital menggunakan komputer
disebut pemrosesan atau interpretasi digital.
Komponen Utama Sistem Inderaja
Satelit pasif (Landsat, SPOT, NOAA, ...)
Sumber Energi
Matahari

Satelit aktif (ERS, Radarsat, .....)

pancaran gelombang mikro


pantulan

pancaran infra merah


panas

Pengolahan Data efek lingkungan

Gambar Komponen Utama Sistem Inderaja


Energi elektromagnetik dalam jendela
atmosfer sebenarnya tidak secara utuh
mencapai permukaan bumi, karena sebagian
mengalami hambatan atmosfer (hamburan,
serapan, dan pantulan)

Serapan merupakan kendala utama bagi


sebagian spektrum energi elektromagnetik,
misalnya sebagian infra merah. Penyebabnya
adalah uap air, karbon dioksida, dan ozon.
Hamburan adalah pantulan energi ke berbagai arah
disebabkan benda yang permukaannya kasar dan bentuknya
tidak beraturan, atau oleh benda.
Ada tiga macam hamburan dalam atmosfer
1. Hamburan Rayleigh, terjadi bila radiasi energi berinteraksi
dengan molekul dan partikel kecil di atmosfer yang
diameternya jauh lebih kecil dari panjang gelombang
radiasi yang berinteraksi.
2. Hamburan Mie, terjadi bila diameter partikel atmosfer
sama atau sedikit lebih besar dari panjang gelombang
yang diindera.
3. Hamburan Non-selektif, terjadi bila diameter partikel
atmosfer lebih besar dari panjang gelombang yang
diindera. Misalnya, air hujan.
Interaksi antar Energi dan Obyek

Sebagian energi elektromagnetik yang mencapai bumi


diserap oleh obyek di permukaan bumi, sebagian lagi
dipantulkan sehingga mencapai sensor inderaja. Tiap
benda mempunyai karakteristik tersendiri dalam
menyerap dan memantulkan energi yang diterimanya.
Karakteristik ini disebut karakteristik spektral atau tanda-
tangan spektral. Obyek yang banyak memantulkan energi
elektromagnetik tampak cerah, sedangkan yang banyak
menyerap tampak gelap. Pengenalan obyek pada citra
umumnya berdasarkan tingkat kecerahannya atau disebut
rona.
• Reflektan adalah perbandingan fluks sinar datang pada permukaan
dengan fluks sinar pantulannya. Asumsi dasar dalam inderaja
adalah bahwa reflektan spektral bersifat unik dan berbeda dari
satu obyek dengan obyek lain.
Persentase 80

Reflektan 70

Keterangan:
60

A = tanah lempung
50
berlumpur
40
B = tanah musk
30
C = vegetasi
20
D = air sungai keruh
10
E = air sungai jernih
0

0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 2.4

Panjang Gelombang

Gambar 1.5 Reflektan Spektral untuk tanah, vegetasi, dan air


Sensor Inderaja

Sensor adalah alat perekam energi


elektromagnetik yang datang dari obyek.
Namun, setiap sensor mempunyai
keterbatasan, sebab tidak ada sensor yang
mampu merekam seluruh energi tersebut.
Parameter yang menjadi ukuran kemampuan
suatu sensor adalah resolusi, yaitu batas
kemampuan memisahkan/ mengidentifikasi
obyek.
Ada 5 (lima) jenis resolusi yang dikenal dalam inderaja

• Resolusi spasial, yaitu ukuran terkecil obyek yang masih dapat


dibedakan. Semakin kecil ukuran obyek yang dapat direkam, semakin
baik kualitasnya.
• Resolusi spektral, yaitu ukuran kepekaan sensor membedakan obyek
berdasarkan besar spektrum elektromagnetik dalam perekaman data.
• Resolusi radiometrik, yaitu ukuran kepekaan sensor membedakan
kekuatan sinyal obyek yang diterimanya
• Resolusi temporal, yaitu ukuran kemampuan sensor mengidentifikasi
perbedaan kenampakan obyek yang direkam pada waktu berbeda
• Resolusi termal (panas), yaitu kemampuan sensor mengidentifikasi
perbedaan temperatur obyek
Berdasarkan proses perekamannya, sensor
dibedakan atas
• Sensor Fotografik, proses perekamannya
secara kimiawi pada film dan menghasilkan
foto.
• Sensor Penyiam (Scanner), sensor ini merekam
energi pantulan elektromagnetik dalam media
magnetik berupa disket, harddisk, compact
disk, ataupun CCT (computer compatible
tape). Hasilnya disebut citra inderaja
Wahana
• Wahana (inggris: Platform) adalah kendaraan
pembawa sensor. Ada banyak wahana yang
digunakan untuk inderaja, antara lain, satelit,
pesawat udara, pesawat ultralight, pesawat
aeromodelling, balon udara, atau bahkan layang-
layang
• Satelit adalah suatu obyek yang mengorbit pada
obyek lainnya. Satelit dapat berupa buatan manusia
atau terjadi secara alami seperti bulan, komet,
asteroid, planet, bintang dan bahkan galaksi.
Berdasarkan cara mengorbitnya, satelit inderaja dapat
dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu: [Danoedoro,
1996]
1. Satelit geostasioner, satelit ini mengorbit pada ketinggian
sekitar 36.000 km dari bumi pada posisi tetap di atas suatu
wilayah tertentu (gambar 1.9). Orbit ini disebut juga sinkron
bumi (geosynchronous)
Meteosat (ESRO) GOES (USA) 70oW 1974

0o 1975

BUMI
35900 km

Ekuator

(USSR) 70oE 1976 SMS (USA)

GMS (Jepang) 140oE 1976 140oW 1974

Gambar 1.9 Satelit Geostasioner


2. Satelit sinkron matahari yang mengorbit bumi dengan
melintas dekat kutub dan memotong arah rotasi bumi
(gambar 1.10). Orbit sinkron matahari adalah orbit
yang mengkombinasikan ketinggian dan inklinasi
(kemiringan) sedemikian rupa sehingga satelit tersebut
melintas di atas titik tertentu dari permukaanbumi
pada waktu matahari lokal (local solar time) sama.

Altitude = 705 km

Inklinasi =
Ground Track
98,2 o

Ekuator

Orbit Satelit

Gambar 1.10 Satelit Sinkron Matahari


Berbagai aplikasi inderaja telah meluas keberbagai
bidang kajian, antara lain:
• Pemetaan: Pengolahan data inderaja untuk pemetaan sudah
banyak dilakukan. Skala peta yang dihasilkan tergantung pada
resolusi spasial citra. Misalnya, citra Landsat TM dapat dibuat
menjadi peta berskala 1:50.000
• Pertanahan: Dalam pembuatan sertifikat tanah diperlukan
peta kadaster yang mencakup batas-batas dan posisi
kepemilikan tanah.
• Geologi: Teknologi inderaja kini banyak digunakan dalam
bidang geologi, antara lain, untuk mengamati bentuk patahan,
geomorfologi, gunung berapi, dan gejala alam yang berkaitan
dengan bidang geologi.
• Kehutanan: Pengamatan terjadinya kerusakan hutan,
identifikasi jenis tanaman hutan, manajemen hutan, dan
bahkan penanggulangan bahaya kebakaran hutan,
• Pertanian: Pemanfaatan teknologi inderaja untuk pertanian
dan perkebunan telah banyak dilakukan, antara lain, untuk
mengidentifikasi penyakit tanaman, pengelolaan
pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen
• Keteknikan: Teknologi indera untuk keteknikan pada
umumnya digunakan dalam bidang teknik sipil, a.l., untuk
analisis pengembangan wilayah, perencanaan proyek,
pemeliharaan bangunan sipil, pengelolaan perkotaan
• Kelautan: Pemanfaatan inderaja yang paling populer dalam
bidang kelautan adalah untuk penangkapan ikan.
• Hankam/Militer: Pada awalnya, sebenarnya teknologi inderaja
memang diperuntukkan bagi bidang militer
• Kajian bencana alam: Pada umumnya digunakan untuk
mengidentifikasi wilayah yang mengalami bencana
• Pertambangan: kini telah dikembangkan teknologi terpadu
antara inderaja, SIG, geologi, pertambangan, dan sistem
jaringan syaraf tiruan
PENDAHULUAN

Remote sensing oleh satelit dan penelitian di


luar angkasa merupakan hal yang penting
untuk dapat mengeksplorasi ruang angkasa.
Proses ini dibagi atas dua tahap dasar yaitu
pencitraan dengan kamera digital dan
pengiriman data kembali ke bumi.
Berdasarkan prinsip pencitraan yang
konvensional, jutaan pixel harus disimpan ketika
kita mengambil gambar menggunakan sebuah
kamera megapiksel sehingga membutuhkan
memori yang besar dalam penyimpanan. Oleh
karena itu, untuk dapat mengurangi kapasitas
memori, sebuah kompresi data ditempatkan pada
kamera dengan menggunakan mikroprosesor kecil
yang melakukan Discrete Cosine Transform (DCT)
untuk format JPEG atau Discrete Wavelet
Transform (DWT) untuk format JPEG 2000.
Misalnya, kamera digital 6.1 megapixel yang mengenali
6,1 × 106 sampel untuk membangun sebuah citra dapat
dikompresi menjadi ukuran rata-rata lebih kecil dari 1
MB disimpan dalam memori. Kompresi dengan kamera
yang terpisah ini masih menyimpan memori dengan
jumlah terbatas sehingga masih sangat boros untuk
akuisisi data yang besar, khususnya untuk pengindraan
jauh dengan skala besar diluar angkasa. Disisi lain,
untuk dapat mengirim data yang dikumpulkan oleh
satelit kembali ke bumi, kita harus mencapai rasio
kompresi yang besar (CRs) yang mana distorsi yang
dihasilkan juga sangat besar.
Permasalahan kompresi ini dapat dipecahkan
dengan menggunakan suatu teknik yang
disebut Compressed Sensing (CS). Dengan
menggunakan CS ini, kita dapat merekam
langsung gambar dengan kapasitas sangat
terbatas (tanpa menggunakan langkah
kompresi tambahan) untuk meningkatkan
masalah penyimpanan, konsumsi daya, dan
transmisi tanpa merendahkan resolusi spasial
dan kualitasnya.
Compressed Sensing (CS)
• Teknik yang disebut Compressed Sensing
(CS)pertama kali diperkenalkan oleh Candes et
al dan Donoho untuk mengatasi kompresi
yang digunakan pada kamera konvensial.
• CS merupakan sebuah bidang penelitian baru
yang menawarkan teorema sampling baru
untuk akuisisi data yang berhubungan dengan
kombinasi sensing dan kompresi.
• Dengan Compressed Sensing (CS), sebuah sinyal
asing yang telah dikompres dapat direcovery dari
banyaknya bagian-bagian yang tidak diukur ketika
dilakukan pengukuran secara linier dengan
menggunakan sebuah algoritma recovery yang
didesain khusus.
• Jumlah pengukuran lebih kecil sehingga lebih
hemat biaya.
• Terdapat 2 jenis proses CS yaitu : Onboard
encoding imaging dan offline decoding imaging
Onboard Encoding : Compressed Imaging
Secara matematis, rumus onboard encoding :
y = Φx + ε
Dimana :
x = sinyal yang hilang saat pengukuran
y = nilai pengukuran
Φ = matrik pengukuran CS (matrik K x N, dimana K =

jumlah pengukuran dan N = dimensi sinyal x)


ε = noise / error yang terjadi
Nilai x sering dikompres dengan menggunakan
sparce transform Ψ sehingga persamaan
berubah bentuk menjadi :
y = ΦΨϑ + ε
Dimana : Ψ = sparce transform
ϑ = koefisien transform
Beberapa aturan penggunaan matriks
pengukuran
• Universalitas: Φ harus tidak berkorelasi dengan berbagai
transformasi basis sparse Ψ
• Kinerja optimal: Untuk Φ yang baik, jumlah minimal dari
pengukuran penting untuk hasil yang bagus karena harus
mendekati batas teori O (S logN) dimana sinyal N-
dimensi S-sparse, semakin besar ketidak koherenan
antara Φ dan Ψ maka jumlah pengukuran semakin besar.
• Perhitungan Cepat: Algoritma pada offline recovery
meliputi aplikasi ulang ΦΨ
• Realisasi fisik: Φ harus mudah diimplementasikan dengan
hardware seperti sistem optik atau analog
Kamera digital single pixel
• Kamera digital single pixel merupakan salah satu alat
yang menggunakan aplikasi Compressed Sensing (CS).
• Kamera single pixel yang dibuat Baranuik dapat
memiliki fungsi bukan hanya bisa merekam pixel dari
gambar tampak tapi juga berfungsi sebagai kamera
CS yang bisa secara langsung mendeteksi informasi
geometri dan struktural dengan mengumpulkan
banyak proyeksi acak menggunakan sebuah digital
mikromirror array yang mana hanya membutuhkan 1
sensor cahaya yang sensitif.
• Kamera ini adalah hasil kompresi dari banyak informasi
yang dikompres dalam satu proyeksi. Hal ini berarti bagian
kompres dilakukan oleh bagian pencitraan optik yang
melakukan kompresi langsung yang berguna untuk
mengurangi daya akuisisi data dan memori penyimpanan.
• Selanjutnya detektor cahaya dibutuhkan dalam kamera CS
yang mana dapat menghemat biaya daripada menggunakan
detektor yang mahal.
• Kamera bisa bekerja dengan mudah pada cahaya rendah
dan diluar cahaya tampak sehingga potensial digunakan
untuk digunakan dalam pencitraan night vision dan infra
red
• Kamera single pixel pada dasarnya adalah sebuah komputer
optik yang terdiri dari 2 lensa, sebuah detektor photon
tunggal, konverter analog ke digital, dan sebuah
mikromirror device (DMD).
Kamera SPMT (Single Pixel Multi Time)
• Kamera Digital Single Pixel disebut juga Kamera SPMT
(Single Pixel Multi Time) yang dapat menampilkan
gambar secara berurutan dimana pencitraannya lebih
lambat dari pencitraan paralel klasik yang ditambah
perangkat kamera (CCD). Namun, SPMT tidak perlu
tambahan langkah kompresi yang dibutuhkan dengan
pencitraan klasik.
• Transformasi noiselet 2-D digunakan sebagai ukuran
matriks untuk kamera single pixel sehingga dapat
menyediakan O (N) kompleksitas komputasi, dimana
dapat memberikan biaya komputasi rendah, tetapi
memberikan near optimal pengukuran data astronomi
yang diperlukan untuk high-quality recovery
• Selain dapat mengukur data astronomi, kamera juga
bisa digunakan untuk aplikasi yang berbeda dengan
mempertimbangkan pengukuran acak fourier Φ,
misalnya : pencitraan resonansi magnetik di
rekayasa medis, spektrometer pencitraan
transformasi fourier yang dimodulasi secara spasial.

• Bentuk prototype kamera MPST dapat


diimplementasikan dengan mudah oleh sistem optik ,
dimana proyeksi acak dapat diimplementasikan
dalam satu eksposur dengan menggunakan random
phase mask yang ditempatkan pada lensa
Selain SPMT, terdapat kamera lain yang dapat digunakan untuk
compressed sensing (CS) yaitu : MPST

• SPMT (Single Pixel Multi Time)


- menggunakan sensor tunggal dengan sebuah pencitraan
berdomain ruang yang sekuensial,
- waktu pencitraan lebih lama
- decoding SPMT membutuhkan lebih banyak biaya komputasi
dan memori daripada MPST
• MPST (Multi Pixel Single Time)
- menggunakan beberapa sensor (tetapi jumlah sensor masih
sangat sedikit daripada yang digunakan dalam kamera CCD
tradisional) dengan pencitraan berdomain Fourier yang
paralel
- menghemat waktu pencitraan.
Offline Decoding : Iterative Curvelet
Thresholding
• Untuk decoding CS (Comprresed Sensing) akan
diterapkan Iterative Curvelet Threshoding sebagai
algoritma recovery.
• Transformasi curvelet adalah sebuah transformasi
geometris multiskala yang baru. Hal ini dapat diartikan
sebagai transformasi wavelet geometris anisotropik,
yang memungkinkan pengoptimalan sebuah
representasi benda dengan singularitas kurva halus.
• Curvelet didefinisikan oleh :
• Cara menentukan thresholding sebuah fungsi
transformasi :

• Dimana τ dapat diartikan sebagai fungsi thresholding


yang didefinisikan sebagai sebuah threshold

• Kita memiliki curvelet thresholding yang berulang :

Dimana p menggambarkan indeks iterasi.


• Dalam hal decoding, kamera MPST lebih cepat
dibandingkan kamera SPMT karena matriks pengukuran
Φ di MPST memiliki dimensi yang jauh lebih kecil dari
yang di SPMT.
• Secara matematis, komputasi kompleks dari MPST
adalah :

untuk matriks NxN, ketika nilai pada SPMT

dimana log N ≤ K ≤ N2 dan P menggambarkan jumlah


keseluruhan dari iterasi.
Hasil Percobaan Numerik
Chang'e-1 lunar probe, satelit circumlunar
pertama China, meluncur pada 24 Oktober
2007. Salah satu tujuan ilmiah dari Chang'e-1
adalah untuk menangkap survei 3-D dari
permukaan bulan. Terlepas dari desain stereo,
saat ini menggunakan kamera CCD di Chang'e-
1 termasuk lensa wide-angle dan 1024 × 1024
array sensor
Gambar 2 diatas menunjukkan (a) SNR vs jumlah
iterasi. (b) Recovery error vs jumlah iterasi. Koordinat
horizontal menunjukkan jumlah iterasi.
Gambar 3 menunjukkan :
MPST untuk pencitraan
system awan. (a) and (b)
Wavelet decoding dan
errornya. (c) and (d) Curvelet
decoding and errornya. (e)
and (f) SNR and recovery
error vs jumlah dari
pengukuran dengan curvelet
decoding. Koordinat
horizontal menunjukkan
jumlah total untuk RMN .
Garis putus-putus
menunjukkan curvelet
thresholding iteratif, dan
garis solid menunjukkan
wavelet iteratif thresholding.
• Dari gambar 3 e dapat dilihat hasil decoding
perubahan SNR (Signal To Noise Ratio) dari dua
metoda iteratif yang berbeda yaitu metoda
wavelet dan curvelet yang mana hasil
pengukuran meningkat dari 10% menjadi 55%,
dan pengukuran 15% memberikan hasil yang
lebih baik.
• Dari gambar dapat dilihat bahwa metoda curvelet
memiliki hasil decoding berkualitas tinggi dalam
mempertahankan tepi strukturalnya.
SPMT digunakan untuk pencitraan permukaan bulan .
(a) permukaan asli bulan (b) pengukuran acak dengan
encoding and curvelet decoding. (c) pengukuran noiselet
dengan encoding and curvelet decoding.
• Gambar 4 a menunjukan permukaan bulan
dengan ukuran 64 x 64 dengan menggunakan
matrik biner acak untuk proses encoding
• Gambar 4 b menunjukan hasil ketika pengukuran
matriks acak dan recovery thresholding curvelet
iteratif dengan pengukuran 50% dan iterasi
sebanyak 60
• Gambar 4 c menunjukan hasil ketika
menggunakan transformasi noiselet pada proses
encoding
Gambar. 5 (a) - (d). :
perubahan kesalahan SNR
dan recovery sebagai
peningkatan jumlah iterasi.
Gambar. 5 (e) dan (F)
menunjukkan perubahan SNR
karena meningkatnya jumlah
pengukuran. Secara umum,
pengukuran 25% cukup untuk
memberikan hasil resolusi
tinggi untuk kebutuhan
rekayasa
• Dari hasil percobaan, pengukuran berdasarkan noiselet
lebih baik daripada pengukuran matrik acak sampai batas
tertentu. Namun, untuk pengukuran lebih kecil dari 20%
maka matriks noiselet hampir tidak ada sedangkan
matriks acak masih mempunyai nilai.
• Rasio angka pengukuran (RMN) berbeda dari CR (Rasio
kompresi) yang digunakan dalam kompresi data.
Umumnya, CR tersebut dapat dihasilkan dengan tiga
langkah: sparse transform, koefisien kuantifikasi, dan
coding entropi untuk lossy kompresi. Sedangkan RMN
berarti angka yang diperlukan untuk memastikan dengan
tepat (noiseless cases) atau memastikan keakuratan
(noise cases) rekonstruksi sinyal asli yang tidak diketahui.
Kesimpulan
• Teori CS (Compressed Sensing) untuk
penginderaan jarak jauh pada aerospace dapat
mengurangi biaya akuisisi data.
• CS menyediakan mekanisme penginderaan baru
di mana kualitas resolusi tinggi yang tidak
berhubungan langsung dengan jumlah piksel
tetapi berhubungan dengan sparsity atau
kompresibilitas sinyal. Kompresi tersebut
diterapkan oleh pencitraan optik sendiri tanpa
menggunakan algoritma kompresi tambahan
terimakasih

You might also like