You are on page 1of 4

SEJARAH PERADABAN MANUSIA

Kalangan akademisi modern telah menemukan dalam perjalanan sejarah geologi pernah
terjadi beberapa kali kepunahan, dan nyaris memusnahkan segala makhluk hidup. Banyak
sekali pembuktian secara langsung tentang perubahan bencana bumi yang berkala.
Dilihat dari bukti yang telah ditemukan, bahwa peradaban manusia prasejarah pernah
mengalami kepunahan karena berbagai macam perubahan alam dan bencana, seperti
gempa bumi, banjir, gunung berapi, tabrakan benda angkasa (termasuk meteorit dan
komet), pergerakan naik turun lempeng daratan, perubahan cuaca yang tiba-tiba, dsb.

Sebagai contoh kasus, Atlantis pernah menjadi sebuah daratan yang memiliki peradaban
tinggi manusia, namun tenggelam ke dasar lautan dalam sebuah bencana gempa bumi
yang dahsyat pada 11.600 tahun silam. Hal itu membentuk sebuah zona di laut China
selatan sekarang, laut di daerah ini sangat dangkal, kedalamannya rata-rata hanya 60
meter lebih. Hanya puncak gunung tertinggi di daratan waktu itu yang tersisa di atas
permukaan laut, yaitu yang sekarang terletak di negeri kita, Indonesia.

Begitu pula di kedalaman 200 meter bawah laut pesisir pantai Peru, ilmuwan menemukan
pilar batu yang dipahat dan bangunan yang mahabesar. Di dasar lautan Atlantik yang
berada di sisi luar berhasil diambil 8 gambar dasar laut. Melalui gambar-gambar ini
secara jelas tampak sebuah tembok benteng zaman purbakala dan undakan batu.
Diperkirakan tenggelam pada 10.000 tahun silam. Di belahan barat perairan segitiga
Bermuda juga ditemukan sebuah piramida raksasa yang diperkirakan berumur puluhan
ribu tahun.

Dengan demikian, zaman Nabi Nuh juga tidaklah seprimitif yang selama ini kita
bayangkan. Hakikatnya pada zaman itu semuanya sudah maju. Ilmu pengetahuan mereka
sudah maju pada masa itu. Di kaki gunung Ararat itu saja, para peneliti dan ilmuwan
Rusia telah menemukan lebih kurang 500 kesan artefak baterai elektrik purba yang
digunakan untuk menyadurkan logam.

Jelas sekali, bahwa bekas peninggalan kota-kota yang pernah mewakili peradaban
manusia prasejarah dan memiliki kecemerlangan ini tenggelam ke dasar lautan karena
tenggelamnya daratan.

Banjir Dahsyat

Kurang lebih 12.000 tahun silam, peradaban manusia sebelum peradaban kita sekarang
pernah mengalami suatu serangan banjir yang sangat dahsyat, dan banjir waktu itu juga
mengakibatkan tenggelamnya daratan. Secara berturut-turut arkeolog menemukan
sejumlah besar bukti yang secara langsung atau pun tidak mengenai banjir dahsyat yang
terjadi waktu itu. Para antropolog juga menemukan bukti melalui penelitian pada suku
bangsa yang berbeda di berbagai tempat di dunia tentang legenda asal-usul peradaban
bangsa ini.
Legenda kuno dari bangsa yang berbeda di berbagai tempat di dunia secara fundamental
melukiskan bahwa manusia pernah berkali-kali mengala
mi bencana dahsyat yang mematikan, bahkan begitu seragamnya menguraikan bahwa
pada suatu periode prasejarah sebelum munculnya peradaban manusia sekarang ini, di
atas bumi pernah terjadi suatu banjir dahsyat yang mengakibatkan punahnya seluruh
peradaban manusia, dan hanya sebagian kecil manusia yang dapat mempertahankan
hidupnya.

Legenda mengenai banjir dahsyat yang sudah diketahui di dunia tercatat ada 6.000 lebih.
Seperti misalnya, dalam legenda China dan Jepang, Malaysia, Laos, Thailand, India,
Australia, Yunani, Mesir dan Afrika Selatan, Afrika Utara, penduduk asli Amerika Utara,
setiap negara serta rumpun bangsa yang berbeda pasti menyimpan sebuah memori
tentang peristiwa banjir dahsyat itu. Meskipun legenda-legenda ini terjadi pada setiap
bangsa dan budaya yang berbeda, namun semuanya memiliki alur cerita dan tokoh tipikal
yang sangat mirip.

Semua bukti dan gejala ini sama sekali tidak dapat diasumsikan sebagai suatu
ketidaksengajaan atau pun suatu kebetulan. Proses yang berhubungan dengan banjir
dahsyat ketika itu juga diuraikan dalam kitab suci. Meskipun kitab suci merupakan
sebuah kitab agama, namun sejumlah besar ahli berpendapat, bahwa yang dilukiskan
dalam kitab suci (Alkitab dan Al-Qur’an) adalah sejarah manusia yang sebenarnya.

Ikhtisar dalam Alkitab yang berhubungan dengan banjir dahsyat yang terjadi waktu itu
menyebutkan, “Banjir meluap dan menggenang selama 40 malam, air pasang menuju
atas, perahu mengambang dari atas permukaan bumi”: “Arus air meluap dahsyat di atas
permukaan bumi, seluruh pegunungan tergenang oleh air pasang”: “5 bulan kemudian,
perahu berhenti di atas gunung Ararat; dan setelah 4 bulan berlalu, ketika daratan sudah
kering, Nabi Nuh meninggalkan perahunya.”

Waktu itu banjir dahsyat sekaligus disertai dengan perubahan daratan dan secara total
menghancurkan seluruh peradaban manusia di bumi, hanya sebagian kecil manusia yang
dapat mempertahankan hidupnya. Sejumlah besar bekas peninggalan prasejarah yang
belakangan ini ditemukan arkeolog, seperti misalnya, daratan Atlantis, budaya Yunani,
bangunan di dasar laut dan lain sebagainya kemungkinan besar tenggelam karena banjir
dahsyat waktu itu. Ada yang memperkirakan banjir dahsyat itu terjadi 5.000 tahun yang
lalu, mengikuti perkiraan ahli anstronomi, perahu Nabi Nuh mulai dibuat pada 2465 SM
dan hujan mulai turun pada 2345 SM.

Setelah perahu Nabi Nuh mendarat di gunung Ararat, dimulailah kehidupan baru
manusia. Mereka yang selamat mulai menyebar. Begitu pula binatang-binatang. Biji-biji
tanaman kembali disemaikan. Karena dianggap melahirkan generasi baru manusia setelah
Nabi Adam, Nabi Nuh mendapat gelar The Second Father of Human Being --Bapak
Manusia Kedua. Oleh generasi inilah, kebudayaan dan peradaban manusia
dikembangkan. Selain di kawasan Ararat, juga di Mesopotamia yang ribuan tahun
kemudian menjadi pusat kejayaan Babilonia.
(Sumber: www.renminbao.com)
Akibat Gletser yang Mencair

Sekelompok peneliti underwater surveyors yang diketuai oleh Dr. Robert Ballard, yang
juga telah menemukan Titanic, telah menemukan sebuah bangunan lama berusia kira-kira
7.500 tahun di dasar Laut Hitam, dekat pantai Turki. Mereka telah menemukan struktur
bangunan dari batu dan kayu di kedalaman beberapa ratus kaki. Penemuan mereka
menjadi bukti dari kejadian banjir besar di zaman Nabi Nuh seperti diceritakan di dalam
Alkitab dan Al-Qur'an.

Para ilmuwan mempercayai bahwa penemuan tersebut membuktikan keberadaan sebuah


kawasan yang telah tenggelam yang disebabkan oleh banjir besar yang melanda sekitar
5000 SM. Menurut teori mereka, banjir besar tersebut disebabkan oleh adanya pencairan
gletser dari tanah tinggi di Eropa. “Ini merupakan penemuan yang sangat menakjubkan,”
kata Dr. Ballard di dalam rancangan National Geographic Society bertajuk “Research
Ship Northern Horizon”.

Ballard menerangkan bagaimana sebuah robot bawah air meninjau 300 kaki di bawah
permukaan air, telah menemukan kawasan segi-empat berukuran 12 x 45 kaki persegi, di
mana terdapat sebuah struktur dari kayu dan tanah liat yang telah runtuh. “Beberapa
artefak yang ditemukan di sana tersimpan rapi yang terdiri dari kayu berukir, beberapa
cabang kayu dan peralatan dari batu yang telah runtuh dan diselimuti lumpur,” imbuh
Ballard.

Dr. Ballard dan timnya mengawali penelitian di kawasan tersebut setelah dua kapal selam
pakar geologi dari Universitas Colombia di New York menyatakan bahwa keadaan
tersebut disebabkan oleh banjir besar ribuan tahun sebelumnya. Mereka meramalkan
apabila zaman es berakhir 12.000 tahun yang lalu, maka gletser mulai mencair. Kawasan
timur Mediterania yang terputus dari Laut Hitam telah menyebabkan Laut Hitam tidak
tenggelam oleh air walaupun permukaan air laut yang lain telah naik. Hal ini
menyebabkan pada sekitar 7.000 tahun yang lalu, genangan awal di Bosphorus telah
pecah menyebabkan air di Laut Mediterania melimpah ke timur menjadi Laut Hitam yang
memang terputus dari laut-laut yang lain. Kekuatan limpahan air tersebut diperkirakan
10.000 kali daripada air terjun Niagara.

Mereka menyatakan bukti ilmu pengetahuan, menunjukkan bahwa kulit kerang dari
kawasan tersebut berusia lebih 7.000 tahun, manakala kulit kerang dari laut lain berusia
sekitar 6.500 tahun. Ballard menerangkan, “Banyak kasus yang terjadi apabila air tawar
dari sebuah telaga berubah menjadi air asin dan dampak banjir besar tersebut
menyebabkan kawasan daratan yang sangat luas berubah menjadi dasar laut".

Peradaban adalah memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakat manusia.
Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang "kompleks":
dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya dan pemukiman, berbanding dengan
budaya lain, anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun dalam beragam pembagian
kerja yang rumit dalam struktur hirarki sosial.

Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah
"budaya" yang populer dalam kalangan akademis. [1] Dimana setiap manusia dapat
berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai "seni, adat istiadat,
kebiasaan ... kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang
merupakan sebuah cara hidup masyarakat". [2] Namun, dalam definisi yang paling banyak
digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian
dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan
organisasi sosial dan beragam kegiatan ekonomi dan budaya.

Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adlah istilah
"peradaban" dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam konteks sosial di
mana rumit dan budaya kota yang dianggap unggul lain "ganas" atau "biadab" budaya,
konsep dari "peradaban" digunakan sebagai sinonim untuk "budaya (dan sering moral)
Keunggulan dari kelompok tertentu." Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti
"perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa". [3] masyarakat yang mempraktikkan
pertanian secara intensif; memiliki pembagian kerja; dan kepadatan penduduk yang
mencukupi untuk membentuk kota-kota. "Peradaban" dapat juga digunakan dalam
konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan
penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global). Istilah peradaban sendiri
sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya
dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga
faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah
sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK.

You might also like