You are on page 1of 8

Mata Kuliah: Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu : Miftahul Huda, M.Ag

PENDEKATAN NORMATIF
DALAM KAJIAN ISLAM :
TEORI DAN PRAKTIK

Disusun :
Fitriana Mushofa
2021110189
Dyah Titis Pratita
2021110221
Ifa Ma’rifa
2021110226
Umi Nadhifah
2021110223
Abdul Syukur
PENDAHULUAN

• Al Qur’an dan Hadits dijadikan sebagai objek kajian sehingga


muncul penafsiran, pemahaman dan pemikiran. Demikian juga
lahirlah berbagai jenis hukum Islam yang disebut “Dirosah
Islamiyah” atau “Islamic Studies”. Jilid Al Qur’an dan Hadits
dipahami dalam bentuk pengetahuan Islam, maka
kebenarannya berubah menjadi relatif dan tidak lagi mutlak.
Karena pemahaman, pemikiran dan penafsiran mirip hasil
upaya manusia dalam mendekati kebenaran yang dinyatakan
dalam wahyu Allah dan Sunnah Rasulullah.
• Untuk memahami Al Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran
Islam, maka diperlukan berbagai pendekatan metodologi
pemahaman Islam yang tepat, akurat dan responsible,
sehingga diharapkan Islam sebagao sebuah sistem ajaran yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits dapat dipahami secara
komprehensif. Dan diantara pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan teologis normatif.
PEMBAHASAN
Pendekatan Teologis Normatif

• Dalam kerangka studi agama, normativitas ajaran wahyu dibangun,


dikemas dan dilakukan melalui pendekatan doutrinal-teologis.
Pendekatan normatif ini berawal dari teks yang sudah tertulis dalam
kitab suci masing-masing agama. Oleh karena itu pandangan ini
dianggap sebagai bercorak literalis dan tekstualis.
• Pendekatan teologis normatif dalam kajian Islam secara harfiah
diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan
kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa
wujud empiric dan suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling
besar dibandingkan dengan yang lainnya
• Pendekatan teologis ini erat kaitannya dengan pendekatan normatif
yang suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya
yang pokok dan asli dari Tuhan yang didalamnya belum terdapat
penalaran pemikiran manusia. Dalam pendekatan ini, agama dilihat
sesuatu kebenaran mutlak dari Tuhan. Pendekatan normatif dapat juga
dikatakan pendekatan yang bersifat domain keimanan tanpa
melakukan kritis kesejarahan yang berkembang, serta tidak
memperhatikan konteks kesejarahan Al Qur’an. Pendekatan ini
mengasumsikan seluruh ajaran Islam baik yang terdapat dalam Al
Qur’an, Hadits maupun ijtihad sebagai suatu kebenaran yang harus
diterima dan tidak boleh digugat lagi.
• Menurut Abu Dinata, sikap ekslusivisme teologis dalam memandang
perbedaan dan pluraritas agama sebagaimana di atas tidak saja
merugikan bagi agama lain, tetapi juga merugikan diri sendiri karma
sikap semacam itu sesungguhnya mempersempit bagi masuknya
kebenaran-kebenaran baru yang bisa membuat hidup ini lebih lapang
dan lebih kaya dengan nuansa.Keterlibatan institusi dan pranata
sosial kemasyarakatan dalam wilayah keberagamaan manusia menjadi
bahan peneliti agama sehingga muncul terobosan baru untuk melihat
pemikiran teologi yang termanifetasikan dalam “budaya’ secara lebih
objektif lewat pengamatan factual. Salah satu ciri dari teologi masa
kini adalah sifat kritisnya.
• Teologi kritis juga terdapat lingkungan. Hal ini hanya dapat terjadi bila
agama terbuka juga terhadap ilmu-ilmu sosial dan memanfaatkan ilmu
tersebut bagi pengembangan teologinya.
• Jika dipahami, maka akan tampak bahwa pendekatan teologis dalam
memahami agama cenderung bersikap tertutup, tidak ada dialog
saling menyalahkan, yang pada akhirnya terjadi pengkotak-kotakan
umat, tidak ada kerja sama dan tidak terlihat adanya kepedulian sosial.
Akhirnya agama cenderung hanya mirip keyakinan dan pembentukan
sikap keras dan dampak sosial yang kurang baik..
• Dari uraian di atas bukan berarti kita memerlukan pendekatan teologis
dalam memahami agama, karena tanpa adanya pendekatan teologis
keagamaan seseorang akan mudah cair. Proses pelembagaan perilaku
keagamaan melalui mazhab-mazhab sebagaimana halnya yang
terdapat dalam teologi juga jelas diperlukan.
Aplikasi Pendekatan Teologis

• Dalam aplikasinya, pendekatan teologis normatif barangkali tidak


memenuhi kendala yang cukup berarti tetapi akan semakin rumit
ketika pendekatan ini dihadapkan pada realita dalam Al Qur’an
maupun Hadits yang tidak tertulis secara tertentu secara luas.
contoh yang paling konkrit adalah adanya ritual tertentu dalam
komunitas muslim yang sudah mentradisi secara turun temurun,
seperti slametan (tahlilan/kenduren).
• Dari uraian tersebut terlihat bahwa pendekatan ini dalam memahami
agama menggunakan cara berfikir deduktif, yaitu cara berfikir yang
berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak adanya
sehingga tidak perlu dipertanyakan lebih dulu, melainkan dimulai
dari keyakinan yang selanjutnya diperkuat dengan dalil-dalil dan
argumentasi.
• Seiring perkembangan zaman yang selalu berubah dan disertai
dengan munculnya berbagai persoalan baru dalam kehidupan
manusia, maka menjadi sebuah keniscayaan untuk memahami
agama sesuai dengan zamannya.
• Dalam kaitan ini agama tampil prima dengan seperangkat ciri
khasnya. Agama Islam secara normatif pasti benar dan
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur. Untuk bidang sosial agama
tampil menawarkan nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan,
kesetiakawanan, tolong menolong, tenggang rasa, persamaan
derajat, dan sebagainya.. untuk bidang ekonomi agama tampil
menawarkan keadilan, kebersamaan, kejujuran, dan saling
menguntungkan. Untuk bidang ilmu pengetahuan agama tampil
mendorong pemeluknya agar memiliki pengetahuan dan
teknologi yang setinggi-tingginya, menguasai ketrampilan,
keahlian dan sebagainya. Demikian pula untuk bidang
kesehatan, lingkungan hidup, kebudayaan, politik, dan
sebagainya
KESIMPULAN

• Pendekatan teologis normatif adalah upaya memahami agama


dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak
dari suatu keyakinan bahwa wujud empiric dan suatu keagamaan
dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang
lain.
• Perkembangan zaman yang selalu berubah dan disertai
munculnya berbagai persoalan baru dalam kehidupan manusia,
menjadi sebuah tuntutan untuk memahami agama sesuai
zamannya.
• Tuntunan terhadap agma yang demikian itu dapat dijawab
manakala pemahaman agama banyak menggunakan pendekatan
teologis normatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang
menggunakan pendekatan lain secara operasional konseptual
dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.
TERIMA KASIH

You might also like