You are on page 1of 8

KEKUASAAN

A. Filsafat kekuasaan

Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk


menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri ,dengan sekaligus
menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau
golongan-golongan tertentu.

Jadi kekuasaan dapat didefenisikan sebagai hasil pengaruh yang dinginkan


seseorang atau sekelompok orang.sehingga dengan demikian dapat merupakan suatu
konsep kuantitatif, karena dapat dihitung hasilnya. Dari uraian tersebut, berarti secara
filsafat kekuasaan dapat meliputi ruang, waktu, barang dan manusia. Tetapi pada
gaibnya kekuasaan itu ditujukan pada diri manusia, terutama kekuasaan pemerintahan
Negara.

Akan halnya kekuasaan negara dalam menguasai masyarakatnya, memiliki


otoritas dan kewenangan seluruhnya ini bermula dari keinginan sekelompok orang
untuk mencapai organisasi kemasyarakatan, lalau mereka bersedia bila ada seseorang
atau sekelompok orang yang akan melaksanakan kewibawaan memelihara mereka,
disebut pemimpin pemerintahan. Wewenang yang dimiliki suatu pemerintahan negara,
dapat saja dipertanyakan apakah memiliki keabsahan atau tidak.mempertanyakan
keabsahan kewenangan dari seseorang atau sekelompok orang, berarti membicarakan
pula norma ,nilai dan budaya.

B. Sumber Kekuasaan

Ada beberapa cara yang perlu diketahui, mengapa seseorang atau sekelompok orang
memiliki kekuasaan yaitu seperti berikut :

1. Legitimate Power, merupakan penangkatan, jadi legitimate power adalah


peroleh kekuasaan melalui penagakatan. Sebagai contoh menurut undang-undang
nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah, kepala wilayah
tidak dipilih tetapi diangkat, kecuali kepala wilayah dalam jabatan bupati dan
gubernur yang masing-masing merangkap sebagai kepala daerah tingkat II dan I,
dan masing-masing dipilih DPRD tingkat II dan I. Contoh lain, kekuasaan yang
langsung diperoleh melalui pengangkatan, adalah penobatan sesorang putra
mahkota (pangeran) menjadi raja atau kaisar, pada negara kerajaan.

2. Coersive Power, merupakan perolehan melalui cara kekerasan, bahkan mungkin


bersifat perebutan atau perampasan bersenjata, yang diluar jalur konstitusi (kudeta).
Karena cara ini inkonstitusinal maka banyak kemungkinan setelah perebutan
kekuasaan, sebagian besar peraturan perundang-undangan negara akan berubah dan
karena perubahan yang dilakukan mendadak maka disebut dengan istilah revolusi.

3. Expert Power, merupakan perolehan kekuasaan melalui keahlian seseorang,


maksudnya mengambil kekuasaan memang memiliki kekuasaan seperti ini berlaku
di negara demokrasi.

4. Reward Power, merupakan perolehan kekuasaan melalui suatu pemberian atau


karena berbagai pemberian.

5. Reverent Power, merupakan perolehan kekuasaan melalui daya tarik seseorang.


Daya tarik tidak menjadi faktor utama mengapa seseorang ditentukan menjadi
kepala, daya tarik seperti postur tubuh, wajah yang rupawan dan sebagainya.

C. Pembagian Kekuasaan

Para ahli pemerintahan mencoba mengusulkan paendapat untuk membagi


ataupun memisahkan kekuasaan, pendapat tersebut yaitu :

1. Menurut Montesquieu (1689 - 1755)

a. Kekuasaan Legislatif (pembuat undang-undang)

b. Kekuasaan Eksekutif (pelaksana undang-undang)

c. Kekuasaan Yudikatif (badan peradilan)


2. Menurut Jhon Locke (1632 – 1704)

a. Kekuasaan Legislatif

b. kekuasaan Eksekutif

c. Kekuasaan Federatif (untuk memimpin perserikatan)

3. Menurut Lemaire

a. Wetgeving (kewenagan membuat undang-undang)

b. Bestuur (kewenangan pemerintahan)

c. Politie (kewenangan penerbitan)

d. Rechtsspraak (kewenangan peradilan)

e. Bestuur Zorg (kewenangan mensejahterakan masyarakat)

4. Menurut Van Vollen

a. Regeling (kekuasaan membuat undang-undang)

b. Bestuur (kekuasaan pemerintahan)

c. Politie (kekuasaan kepolisian)

d. Rechtsspraak (kekuasaan mengadili)

5. Menurut UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 :

a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (memegang kekuasaan konstitutif)

b. Presiden (memegang kekuasaan eksekutif)

c. Dewan Perwakilan Rakyat (Legislatif)

d. Mahkamah Agung (memegang kekuasaan yudikatif)


e. Dewan Pertimbangan Agung (memegang kekuasaan konsultatif)

f. Dewan Pemeriksa Keuangan (memegang kekuasaan inspektif)

D. Legitimasi Kekuasaan

Legitimasi adalah kesesuaian suatu tindakan perbuatan dengan hukum yang


berlaku atau perturan yang ada, baik peraturan hukum formal, etis, adat istiadat,
maupun hukum kemasyarakatan yang sudah lama tercipta secara syah. Bila seseorang
pemimpin menduduki kedudukan dan memiliki kekuasaan secara legitimasi adalah bila
seseorang yang bersangkutan mengalami pengangkatan, sehingga dengan demikian
yang bersangkutan dianggap absah memangku jabatannya dan menjalankan
kekuasaannya.

Legitimasi identik dengan munculnya kata-kata seperti legalitas, legal, legitim.


Sesuatu yang legal dianggap diluar peraturan yang sah, kendati peraturan itu sendiri
bisa diciptakan pembuatnya.

E. Lembaga-lembaga Kekuasaan

Lembaga legislatif adalah lembaga yang ditetapkan membuat peraturan


perundang-undangan tetaoi sudah barang tentu berbeda bentuknya pada masing-
masing negara. Di Indonesia disebut DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia) ditingkat pusat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten di Iingkat Pemerintahan Daerah.

Hak-hak DPR antara lain sebagai berikut :

1. Hak mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota (hak petisi)

2. Hak untuk menyetujui/ menetapkan anggaran pendapatan dan belanja


Negara/ Daerah (hak budget)
3. Hak untuk memintai keterangan, terutama kepada pihak eksekutif (hak
interpetasi)

4. Hak untuk mengadakan perubahan (hak amandemen)

5. Hak mengajukan pertanyaan pendapat

6. Hak prakasa

Kewajiban-kewajiban DPR sebagai berikut :

1. Mempertahankan, megamalkan dan mengamankan pancasila dan


Undang Undang Dasar 1945

2. Menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsekuen GBHN

3. Bersama-sama pihak eksekutif menyusun Anggaran Pendapatan dan


Belanja

4. memperhatikan Aspirasi dan memajukan tingkat kehidupan rakyat

2. Lembaga Eksekutif

Lembaga Eksekutif merupakan lembaga yang ditetapkan menjadi pelaksana dari


peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh pihak legislatif. Eksekutif berasl
dari kata eksekusi (execution) yang berarti pelaksana. Eksekutif adalah pemerintahan
dalam arti sempit yang melaksanakan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan berdasarkan perundang-undangan dan haluan negara, untuk mencapai
tujuan negara yang telah ditetapkan sebelumnya. Di Indonesia, presiden memegang
kekuasaan pemerintahan (eksekutif) seperti :

a. Panglima tertinggi atas angkatan laut, udara dan darat serta kepolisian

b. Menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian dengan


negara lain
c. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya

d. Mengangkat dan menerima duta konsul

e. Memberi gelar, tanda jasa dan kehormatan lain.

Selain dari pada itu presiden juga memiliki kekuasaan kehakiman (yudikatif), seperti :

a. Hak pemberian grasi, yaitu hak untuk memberikan pengurangan hukuman atau
pengampunan pembebasan hukuman sama sekali.

b. Hak pemberian abolisi, yaitu hak untuk memberikan pernyaataan bahwa


hukuman tuntutan pidana harus digugurkan atau suatu tuntutan pidana yang
telah dimulai harus dihentikan.

c. Hak pemberian amnesti, yaitu memberikan pernyataan bahwa hukuman


tuntutan pidana yang telah dijatuhkan harus dibatalkan.

d. Hak pemberian rehabilitas, yaitu hak untuk memberikan pernytaan


pengembalian nama baik seseorang.

Presiden juga memiliki kekuasaan legislatif seperti :

a. Memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan DPR.

b. Menetapakn peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang


sebagaimana mestinya.

c. Mensyahkan rencana undang-undang yang telah disetujui DPR atau


menolaknya.

d. Menetapkan peraturan pemerintah untuk pengganti undang-undang bila


keadaan memaksa.
3. Lembaga Yudikatif

Lembaga Yudikatif adalah lembaga peradilan yang memiliki kekuasaan


kehakiman. Di indonesia kekuasaan ini dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar
1945, sebagai berikut :

Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung (MA) dan


lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang (UUD 1945 pasal 24 ayat 1).
Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang.
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan
undang-undang.

Menurut Undang-Undang NO. 4 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Kekuasaan Kehakiman disebutkan bahwa segala campur tangan dalam urusan
peradilan oleh pihak-pihak lain di luar kekuasaan kehakiman, dilarang kecuali dalam
hal-hal yang tersebut dalam Undang-Undang Dasar.

Jadi lembaga yudikatif harus merdeka, terutama dalam pengaruh pihak


lembaga-lembaga tinggi lainnya, seperti eksekutif yang selalu paling menonjol.
Merdeka berarti lepas dari segala campur tangan atau pengaruh lain. Ini adalah esensi
peradilan kita dewasa ini dalam usaha mewujudkan tekad untuk menyelenggarakan
“The Rule Of Law”.

4. Lembaga Konsultatif

Lembaga ini merupakaan lembaga pertimbangan yang memberikan usulan dan


tanggapan kepada Kepala Negara serta menjawab pertanyaan yang disampaikan kepala
negara. Jadi sebagai konsekuensi dari berat dan luasnya kekuasaan Kepala Negara,
diperlukan suatu lembaga yang dapat dan mampu memberikan petunjuk dan
pertimbangan kepada kepala negara. Di Indonesia lembaga ini diberi nama Dewan
Pertimbangan Agung.
5. Lembaga Inspektif

Merupakan lembaga pengawasan yang mengontrol dan memeriksa penggunaan


serta pertanggung jawaban keuangan negara. Lembaga inspektif ini harus terlepas dari
pengaruh kekuasaan eksekutif, tetapi sebaliknya juga bukanlah berarti lembaga berdiri
atas lembaga eksekutif.

6. Lembaga Federatif

Merupakan lembaga yang memiliki kewengan dalam politik luar negri suatu
negara. Lembaga ini berhak menyatakan perang bila negara dalam bahaya. Lembaga
ini berhak mengangkat duta dan konsul atau menerima duta dan konsul dari negara
lain.

7. Lembaga Konstitutif

Lembaga ini dibentuk berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 pasal 1,2 dan 3.
yang membedakan lembaga ini dengan lembaga legislatif hanyalah selain anggotanya
terdiri dari anggota-anggota DPR RI di tambah dengan utusan-utusan daerah. Lembaga
ini disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang memiliki kekuasaan
memilih, mengangkat, melantik dan memberhentikan presiden serta wakil presiden.
Disamping berhak pula menetapkan dan mengubah Undang-Undang Dasar dan garis-
garis Besar Haluan Negara.

You might also like