You are on page 1of 45

Zat Pengatur Tumbuh

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


1
Universitas Lampung
• Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan
tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang
secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau
fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri
menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan,
sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan
dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel.
• Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena
fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon
endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat
tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan
(hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu).
Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur
tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
2
Universitas Lampung
• Hormon tumbuhan (phytohormones) secara fisiologi
adalah penyampai pesan antar sel yang dibutuhkan
untuk mengontrol seluruh daur hidup tumbuhan,
diantaranya perkecambahan, perakaran,
pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan.
• Sebagai tambahan, hormon tumbuhan dihasilkan
sebagai respon terhadap berbagai faktor lingkungan
kelebihan nutrisi, kondisi kekeringan, cahaya, suhu
dan stress baik secara kimia maupun fisik. Oleh
karena itu ketersediaan hormon sangat dipengaruhi
oleh musim dan lingkungan.
• Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini
telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan
ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang
memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon
alami. Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
Universitas Lampung
3
•Hormon tumbuhan merupakan bagian dari
proses regulasi genetik dan berfungsi
sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan
memicu terbentuknya hormon tumbuhan.
•Bila konsentrasi hormon telah mencapai
tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula
tidak aktif akan mulai berekspresi.

Keterangan:
Prekursor merupakan bahan awal untuk membentuk bahan
definitif.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
4
Universitas Lampung
• Pada umumnya dikenal lima kelompok
hormon tumbuhan: auksin, sitokinin,
giberelin, etilen, dan inhibitor. Namun
demikian menurut perkembangan riset
terbaru ditemukan molekul aktif yang
termasuk zat pengatur tumbuh dari
golongan polyamines seperti putrescine,
spermine dan spermidine.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


5
Universitas Lampung
1. Auksin
• Auksin adalah zat aktif dalam sistem
perakaran. Senyawa ini membantu proses
pembiakan vegetatif. Pada satu sel
auksin dapat mempengaruhi pemanjangan
sel, pembelahan sel dan pembentukan
akar.
• Beberapa tipe auksin aktif dalam
konsentrasi yang sangat rendah antara
0.01 to 10 mg/L.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
6
Universitas Lampung
• Fungsi auksin: untuk merangsang
pembesaran sel, sintesis DNA kromosom,
serta pertumbuhan aksis longitudinal
tanaman, gunanya untuk merangsang
pertumbuhan akar pada stekan atau
cangkokan. Auksin sering digunakan untuk
merangsang pertumbuhan akar dan sebagai
bahan aktif sering yang digunakan dalam
persiapan hortikultura komersial terutama
untuk akar batang. Mereka juga dapat
digunakan untuk merangsang pembungaan
secara seragam, untuk mengatur
pembuahan, dan untuk mencegah gugur
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
buah. Universitas Lampung
7
Peran auksin bagi tanaman
• auksin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi
tanaman mempunyai peranan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini
berpengaruh terhadap :
a. Pengembangan sel
b. Phototropisme
c. Geotropisme
d. Apical dominasi
e. Pertumbuhan akar (root initiation)
f. Parthenocarpy
g. Abisission
h. Pembentukan callus (callus formation) dan
i. Respirasi
j. Senescence
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
8
Universitas Lampung
a. Pengembangan sel
• Dari hasil studi tentang pengaruh auksin terhadap
perkembangan sel, menunjukan bahwa terdapat
indikasi yaitu auksin dapat menaikan tekanan
osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap
air, menyebabkan pengurangan tekanan pada
dinding sel, meningkatkan sintesis protein,
meningkatkan plastisitas dan pengembangan
dinding sel.
Dalam hubungannya dengan permeabilitas sel,
kehadiran auksin meningkatkan difusi masuknya
air ke dalam sel. Hal ini ditunjang oleh pendapat
Cleland dan Brustrom (1961) bahwa auksin
mendukung peningkatan permeabilitas masuknya
air ke dalam sel.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
9
Universitas Lampung
b. Phototropisme
• Suatu tanaman apabila disinari suatu cahaya, maka
tanaman tersebut akan membengkok ke arah
datangnya sinar. Membengkoknya tanaman tersebut
adalah karena terjadinya pemanjangan sel pada
bagian sel yang tidak tersinari lebih besar dibanding
dengan sel yang ada pada bagian tanaman yang
tersinari. Perbedaan rangsangan (respond) tanaman
terhadap penyinaran dinamakan phototropisme.
Terjadinya phototropisme ini disebabkan karena tidak
samanya penyebaran auksin di bagian tanaman yang
tidak tersinari dengan bagian tanaman yang tersinari.
Pada bagian tanaman yang tidak tersinari konsentrasi
auksinnya lebih tinggi dibanding dengan bagian
tanaman yang tersinari.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


10
Universitas Lampung
c. Geotropisme
Geotropisme adalah pengaruh gravitasi bumi terhadap pertumbuhan
organ tanaman. Bila organ tanaman yang tumbuh berlawanan dengan
gravitasi bumi, maka keadaan tersebut dinamakan geotropisme negatif.
Contohnya seperti pertumbuhan batang sebagai organ tanaman,
tumbuhnya kearah atas. Sedangkan geotropisme positif adalah organ-
organ tanaman yang tumbuh kearah bawah sesuai dengan gravitasi
bumi. Contohnya tumbuhnya akar sebagai organ tanaman ke arah
bawah.
Keadaan auksin dalam proses geotropisme ini, apabila suatu tanaman
(celeoptile) diletakan secara horizontal, maka akumulasi auksin akan
berada di bagian bawah. Hal ini menunjukan adanya transportasi
auksin ke arah bawah sebagai akibat dari pengaruh geotropisme.
Untuk membuktikan pengaruh geotropisme terhadap akumulasi auksin,
telah dibuktikan oleh Dolk pd tahun 1936 (dalam Wareing dan Phillips
1970). Dari hasil eksperimennya diperoleh petunjuk bahwa auksin yang
terkumpul di bagian bawah memperlihatkan lebih banyak dibanding
dengan bagian atas.
Sel-sel tanaman terdiri dari berbagai komponen bahan cair dan bahan
padat. Dengan adanya gravitasi maka letak bahan yang bersifat cair
akan berada di atas. Sedangkan bahan yang bersifat padat berada di
bagian bawah. Bahan-bahan yang dipengaruhi gravitasi dinamakan
statolith (misalnya pati) dan sel yang terpengaruh oleh gravitasi
dinamakan statocyste (termasuk statolith).
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
11
Universitas Lampung
d. Dominasi Apikal
• Di dalam pola pertumbuhan tanaman, pertumbuhan ujung batang
yang dilengkapi dengan daun muda apabila mengalami hambatan,
maka pertumbuhan tunas akan tumbuh ke arah samping yang
dikenal dengan "tunas lateral" misalnya saja terjadi pemotongan
pada ujung batang (pucuk), maka akan tumbuh tunas pada ketiak
daun. Fenomena ini kita namakan "apical dominance“.
Hubungan antara auksin dengan apical dominance pada suatu
tanaman telah dibuktikan oleh Skoog dan Thimann (1975). Dalam
eksperimennya, pucuk tanaman kacang (apical bud) dibuang,
sebagai akibat treatment tersebut menyebabkan tumbuhnya tunas
di ketiak daun. Dari ujung tanaman yang terpotong itu diletakan blok
agar yang mengandung auksin. Dari perlakuan tersebut ternyata
bahwa tidak terjadi pertumbuhan tunas pada ketiak daun. Hal ini
membuktikan bahwa auksin yang ada di apical bud menghambat
tumbuhnya tunas lateral.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
12
Universitas Lampung
e. perpanjangan akar (root
initiation)
• dalam hubungannya dengan pertumbuhan akar,
Luckwil (1956) telah melakukan suatu eksperimen
dengan menggunakan zat kimia NAA
(Naphthalene acetic acid), IAA (Indole acetid acid)
dan IAN (Indole-3-acetonitrile) yang ditreatment
pada kecambah kacang. Dari hasil eksperimennya
diperoleh petunjuk bahwa ketiga jenis auksin ini
mendorong pertumbuhan primordia akar. Perlu
dikemukakan pula di sini, bahwa menurut Delvin
(1975), pemberian konsentrasi IAA yang relatif
tinggi pada akar, akan menyebabkan
terhambatnya perpanjangan akar tetapi
meningkatkan jumlah akar.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
13
Universitas Lampung
f. Pertumbuhan batang (stem
growth)
• Di dalam alam, hubungan antara auksin
dengan pertumbuhan batang nyata erat
sekali. Apabila ujung coleoptile dipotong,
kemungkinan tanaman tersebut akan
terhenti pertumbuhannya.
Di dalam tanaman, jaringan-jaringan muda
terdapat pada apical meristem.
Hubungannya dengan pertumbuhan
tanaman peranan auksin sangat erat
sekali. Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
14
Universitas Lampung
g. Parthenocarpy
• Di dalam alam sering kita menjumpai buah yang tidak berbiji.
Seperti ; Anggur, Strawberry dan tanaman famili mentimun.
Keadaan seperti ini disebabkan tidak dialaminya pembuahan pada
perkembangan buah. Di dalam fisiologi, keadaan seperti ini
dinamakan Parthenocarpy.
Di dalam proses Parthenocarpy, hormon auksin bertalian erat.
Seperti dikemukakan massart (1902) hasil eksperimennya
menunjukan bahwa pembengkakan dinding ovary bunga anggrek
dapat distimulasi oleh tepung sari yang telah mati.
Pada tahun 1934 Yasuda berhasil menemukan penyebab
Parthenocarpy dengan menggunakan ekstrak tepung sari pada
bunga mentimun. Hasil analisisnya menunjukan bahwa ekstrak
tersebut mengandung auksin. Selanjutnya pada tahun1936,
Gustafon telah menemukan terjadinya Parthenocarpy dengan
menggunakan IAA yang dicampur dengan lanolin pada stigma.
Hasil penelitian Muir (1942) menunjukan pula bahwa kandungan
auksin pada ovary yang mengalami pembuahan (pollination)
meningkat bila dibandingkan dengan ovary yang tidak mengalami
pembuahan.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


15
Universitas Lampung
h. Pertumbuhan buah (fruit growth)
• Peningkatan volume buah ada hubungannya dengan
pertumbuhan buah. Keadaan ini akibat hasil pembelahan sel
dan/atau pengembangan sel. Menurut Weaver (1972), fase
pembelahan sel biasanya overlap dengan pengembangan sel
(cell enlargementh). Keadaan perkembangan ini selalu diikuti
oleh peningkatan ukuran buah.
Mengenai hubungannya dengan auksin, diterangkan oleh
Muller-Thurgau dalam tahun 1898 bahwa endosperma dan
embrio di dalam biji menghasilkan auksin yang menstimulasi
pertumbuhan endosperma. Suatu anggapan mengenai
peranan auksin dalam pertumbuhan buah, telah dibuktikan
oleh Crane dalam tahun 1949 dengan menggunakan 2,4, 5-T
sebagai exogenous auksin yang diaplikasikan pada blak
berry, anggur, strawberry dan jeruk. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa pertumbuhan buah lebih cepat 60 hari
dari fase normal rata-rata 120 hari.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


16
Universitas Lampung
i. Absisi
Absisi adalah suatu proses secara alami terjadinya pemisahan bagian/organ
tanaman dari tanaman, seperti ; daun, bunga, buah atau batang.
Menurut Addicot (1964) maka dalam proses abscission ini faktor alami seperti ;
dingin, panas, kekeringan, akan berpengaruh terhadap abscission. Dalam
hubungannya dengan hormon tumbuh, maka mungkin hormon ini akan
mendukung atau menghambat proses tersebut.
Di dalam proses absisi, akan terjadi perubahan-perubahan metabolisme dalam
dinding sel dan perubahan secara kimia dari pectin dalam midle lamella.
Pembentukan lapisan absisi (abscission layer), kadang-kadang diikuti oleh
susunan cell division proximal. Disini sel-sel baru akan berdiferensiasi ke dalam
periderm dan membentuk suatu lapisan pelindung (Weaver, 1972).
Mengenai hubungan antara absisi dengan zat tumbuh auksin, Addicot et al (1955)
mengemukakan sbb: Absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang ada di daerah
proksimal (proximal region) sama atau lebih dari jumlah auksin yang terdapat di
daerah distal (distal region). Tetapi apabila jumlah auksin yang berada di daerah
distal lebih besar dari daerah proximal, maka tidak akan terjadi absisi. Dengan kata
lain proses absisi ini akan terlambat.
Teori lain (Biggs dan Leopold 1957, 1958) menerangkan bahwa pengaruh auksin
terhadap absisi ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi auksin
yang tinggi akan menghambat terjadinya absisi, sedangkan auksin dengan
konsentrasi rendah akan mempercepat terjadinya absisi.
Teori terakhir dikemukakan oleh Robinstein dan Leopold (1964) yang menerangkan
bahwa respon absisi pada daun terhadap auksin dapat dibagi kedalam dua fase
jika perlakuan auksin diberikan setelah daun terlepas. Fase pertama, auksin akan
menghambat absisi, dan fase kedua auksin dengan konsentrasi yang sama akan
mendukung terjadinya absisi.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


17
Universitas Lampung
j. Senescence
Menurut Alex Comport (1956) dalam Leopold (1961) "senescence"
adalah suatu penurunan kemampuan tumbuh (viability) disertai dengan
kenaikan vulnerability suatu organisme. Namun di dalam tanaman,
istilah ini diartikan; menurunnya fase pertumbuhan (growth rate) dan
kemampuan tumbuh (vigor) serta diikuti dengan kepekaan
(susceptibility) terhadap tantangan lingkungan, penyakit atau
perubahan fisik lainnya. Ciri dari fenomena ini selalu diikuti dengan
kematian.
Di dalam alam, senescence terjadi pada daun, batang dan buah.
Menurut Leopold (1961) ada empat bentuk senescence yang terjadi
pada tanaman yaitu :
1. Semua organ tumbuh mengalami senescence (over-all senescence)
2. Senescence yang terjadi pada bagian atas (top senescence)
3. Senescence yang terjadi seluruh bagian daun dan buah (decideus
senescence)
4. Senescence berkembang dari daun paling bawah menuju kearah
atas (progresive senescence)
Ciri-ciri terjadinya senescence dapat ditemukan pada morfologi dan
perubahan di dalam organ atau seluruh tubuh tanaman. Keadaan
seperti ini diikuti oleh meningkatnya abscission serta daun dan buah
berguguran dari batang pokok. Begitu pula pertumbuhan dan
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
pigmentasi warna hijau berubah menjadi
Universitas Lampungwarna kuning, yang akhirnya 18
buah dan daun terlepas dari batang pokok
Golongan auksin
• yang termasuk auksin alami : indole-3-
asam asetat (IAA), 4-chloro-asam
indoleasetis, asam fenilasetis (PAA), dan
indole-3-asam butirik (IBA).
• auksin buatan antara lain 1-asam
nafthaleneasetis (NAA), 2,4-asam
dichlorophenoxyasetis (2,4-D), dan lain-
lain.

IAA Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


19
Universitas Lampung
• Yang paling penting dari keluarga auksin
adalah indole-3-asam asetat (IAA). Ini
menghasilkan efek auksin pada tanaman
secara menyeluruh, dan yang paling ampuh
dari auksin alami, namun molekul kimiawi
IAA adalah yang paling labil di larutan air,
sehingga IAA tidak digunakan secara
komersial sebagai regulator pertumbuhan
tanaman.
• Beberapa auksin sintetis seperti 2,4-D dan
2,4,5-asam trichlorophenoxyacetic (2,4,5-T)
telah digunakan sebagai herbisida.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
20
Universitas Lampung
• Menurut Koeffli, Thimann dan went (1966), aktivitas
auxsin ditentukan oleh :
a. adanya struktur cincin yang tidak jenuh,
b. adanya rantai keasaman (acid chain)
c. pemisahan karboksil grup (-COOH) dari struktur
cincin.
d. Adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin
dengan rantai keasaman.
Tentang sifat dari rantai keasaman, Koeffli (1966)
menerangkan bahwa posisi dan panjang rantai
keasaman, berpengaruh terhadap aktivitas auksin.
Rantai yang mempunyai karboksil grup dipisahkan
oleh karbon atau karbon dan oksigen akan
memberikan aktivitas yang normal.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
21
Universitas Lampung
2. Giberelin
• Gibberellin adalah turunan dari asam gibberelat.
Merupakan hormon tumbuhan alami yang
merangsang pembungaan, pemanjangan batang
dan membuka benih yang masih dorman. Ada
sekitar 100 jenis gibberellin, namun Gibberellic acid
(GA3)-lah yang paling umum digunakan.
• Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan
kedalam terpinoid. Semua kelompok terpinoid
terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom
karbon.

GA3

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


22
Universitas Lampung
• Unit-unit isoprene ini dapat bergabung sehingga
menghasilkan monoterpene (C-10), Sesqueterpene
(C-15), diterpene (C-20) dan triterpene (C-30).
Biosintesis giberelin yang terdapat dalam jamur
Gibberella Fujikuroi berproses dari Mevalonic acid
sampai menjadi gibberellin. Di dalam proses
biosintesis telah diketemukan zat penghambat
(growth retardant) di dalam aktivitas ini. Beberapa
contoh growth retardant yang menghambat
biosintesis giberelin pada tanaman antara lain Amo-
1618 (2-isopropil-4-dimetil-kamine-5 metil phenil-
4pipendine karboksilatmetil klorida) menghambat
biosintesis giberelin pada tanaman mentimun liar
(Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618 menghambat
dalam proses perubahan dari Geranylgeranyl
pyrophosphat ke Kaurene. Begitu pula growth
retardant CCC (2-chloroethyl) trimethyl (-amonium
chloride) memperlihatkan aktivitas yang sama
dengan Amo-1618. Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
23
Universitas Lampung
Struktur molekul dan aktivitas
giberelin
• giberelin merupakan suatu compound (senyawa) yang mengandung
"gibban skeleton".
Menurut Weaver (1972), perbedaan utama pada giberelin adalah:
a. beberapa giberelin mempunyai 19 buah atom karbon dan yang
lainnya mempunyai 20 buah atom karbon.
b. Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellene
numbering system)
Semua giberelin dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic
acid yang mengandung COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai
sebuah lactonering.
Di dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak
dari tanaman. Senyawa tersebut tidak mengandung giberelin atau
gibberellane structure tetapi termasuk ke dalam giberelin. Dari hasil
penelitian Tamura dkk, ia menemukan suatu substansi dalam jamur
Helminthosporium sativum yang dinamakan "helminthosporol" yang
aktif dalam perpanjangan daun pada kecambah padi dan barley.
Senyawa lain yang ditemukan tanpa gibban skeleton yaitu "Steviol",
namun aktivitasnya seperti giberelin.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
24
Universitas Lampung
Peranan giberelin bagi tanaman
• Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada
tanaman sangat berpengaruh pada sifat
genetik (genetic dwarfism), pembuangan,
penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi
karbohidrat selama perkecambahan
(germination) dan aspek fisiologi kainnya.
giberelin mempunyai peranan dalam
mendukung perpanjangan sel (cell
elongation), aktivitas kambium dan
mendukung pembentukan RNA baru serta
sintesa protein.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
25
Universitas Lampung
Peranan giberelin bagi tanaman
a. Genetic dwarfism
b. Pembungaan (flowering)
c. Parthenocarpy dan fruit set
d. pematangan buah (fruit ripening)
e. Mobilisasi bahan makanan selama fase
perkecambahan (germination)
f. Stimulasi aktivitas cambium dan
perkembangn xylem
g. Dormansi
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
26
Universitas Lampung
a. Genetic dwarfism
Genetic dwarfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh
adanya mutasi. Gejala ini terlihat dari memendeknya internode.
Terhadap Genetic dwarfism ini, giberelin mampu merubah tanaman
yang kerdil menjadi tinggi. Hal ini telah dibuktikan oleh Brian dan
Hemming (1955). Dalam eksperimennya mereka telah memberi
perlakuan penyemprotan gibberellic acid pada berbagai varietas
kacang. Hasil dari eksperimen ini menunjukan bahwa gibberellic acid
berpengaruh terhadap tanaman kacang yang kerdil dan menjadi tinggi.
Mengenai hubungannya dengan cell elengation, dikemukakan bahwa
gibbberelline mendukung pengembangan dinding sel.
Menurut van Oberbeek (1966) penggunaan giberelin akan mendukung
pembentukan enzym protolictic yang akan membebaskan tryptophan
sebagai asal bentuk dari auksin. Hal ini berarti bahwa kehadiran
giberelin tersebut akan meningkatkan kandungan auksin.
Mekanisme lain menerangkan bahwa giberelin akan menstimulasi cell
elengation, karena adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari giberelin,
akan mendukung terbentuknya a amilase. Sebagai akibat dari proses
tersebut, maka konsentrasi gula meningkat yang mengakibatkan
tekanan osmotik di dalam sel menjadi naik, sehingga ada
kecenderungan sel tersebut berkembang.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


27
Universitas Lampung
b. Pembungaan (flowering)
Gibbereline sebagai salah satu hormon
tumbuh pada tanaman, mempunyai peranan
dalam pembungaan. Penelitian yang
dilakukan Henny (1981) pada bungan
spothiphyllum Mauna loa. Dari
penelitiannya, aktivitas pembungaan
meningkat dengan meningkatnya dosis
pemberian giberelin.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


28
Universitas Lampung
c. Parthenocarpy dan fruit set
Seperti auksin, giberelin pun berpengaruh
terhadap Parthenocarpy. Hasil penelitian
menunjukan bahwa gibberellic acid (GA3)
lebih efektif dalam terjadinya
Parthenocarpy dibanding dengan auksin
yang dilakukan pada blueberry. Hasil
eksperimen lain menunjukan pula bahwa
GA3 dapat meningkatkan tandan buah
(fruit set) dan hasil.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
29
Universitas Lampung
d. Peranan Gibberellin dalam
pematangan buah (fruit ripening)
• Pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis,
yaitu terjadinya perubahan dari kondisi yang tidak
menguntungkan ke suatu kondisi yang menguntungkan,
ditandai dengan perubahan tekstur, warna, rasa dan
aroma.
Dalam proses pematangan ini, giberelin mempunyai
peran penting yaitu mampu mengundurkan pematangan
(repening) dan pemasakan (maturing) suatu jenis buah.
• Dari hasil penelitian menunjukan aplikasi Giberelin pada
buah tomat dapat memperlambat pematangan buah,
sedangkan gibberellic acid yang diterapkan pada buah
pisang matang, ternyata pemasakannya dapat ditunda.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
30
Universitas Lampung
e. Mobilisasi bahan makanan
selama fase perkecambahan
(germination)
• Biji cerealia terdiri dari embrio dan endosperm. Didalam endosperm
terdapat masa pati (starch) yang dikelilingi oleh suatu lapisan
"aleuron".. sedangkan embrio itu sendiri merupakan suatu bagian
hidup yang suatu saat akan menjadi dewasa. Pertumbuhan embrio
selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan
makanan yang berada di dalam endosperm. Untuk keperluan
kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian secara
enzimatik yaitu terjadi perubahanpati menjadi gula yang selanjutnya
ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi untuk
pertumbuhannya.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Giberelin berperan penting
dalam proses aktivitas amilase. Hal ini telah dibuktikan dengan
menggunakan GA yang mengakibatkan aktivitas amilase miningkat.
Aktivitas enzym a amilase dan protease di dalam endosperm juga
didukung oleh GA melalui de novo synthesis. Hal ini ada
hubungannya dengan terbentuknya DNA baru yang kemudian
menghasilkan RNA.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


31
Universitas Lampung
f. Stimulasi aktivitas cambium dan
perkembangn xylem
• Giberelin mempunyai peranan dalam
aktivitas kambium dan perkembangn xylem.
Aplikasi GA3 dengan konsentrasi 100, 250,
dan 500 ppm mendukung terjadinya
diferensiasi xylem pada pucuk olive. Begitu
pula dengan mengadakan aplikasi GA3 + IAA
dengan konsentrasi masing-masing 250 dan
500 ppm, maka terjadi pengaruh sinergis
pada xylem. Sedangkan aplikasi auksin saja
tidak memberi pengaruh pada tanaman.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


32
Universitas Lampung
g. Dormansi
Dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji. Menurut
Copeland (1976), dormansi adalah kemampuan biji untuk mengundurkan fase
perkecambahannya hingga saat dan tempat itu menguntungkan untuk tumbuh.
Secara umum terjadinya dormansi adalah disebabkan oleh faktor luar dan faktor
dalam. Faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah sbb:
1. tidak sempurnanya embrio (rudimentery embriyo)
2. embrio yang belum matang secara fisikologis (physiological immature embriyo)
3. kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis)
4. kulit biji impermeable ( impermeable seed coat)
5. adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (presence of
germination inhibitors).
Fase yang terjadi dalam dorminasi biji, menurut Amen (1968) ada empat fase yang
harus dilalui :
1. fase induksi, ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon (hormon
level)
2. fase tertundanya metabolisme (a period of partial metabolic arrest)
3. fase bertahannya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan yang
tidak menguntungkan.
4. Perkecambahan (germination), ditandai dengan meningkatnya hormon dan
aktivitas enzym.
Peranan hormon tumbuh di dalam biji yang mengalami dorminasi telah dibahas
oleh warner (1967) yang mengatakan bahwa GA3 dapat menstimulasi sintesis
ribonuklease, amilase dan protoase di dalam endospem biji barley.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
33
Universitas Lampung
3. Sitokinin
Hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk
merangsang pembelahan sel dan diferensiasi
mitosis, disintesis pada ujung akar dan
ditranslokasi melalui pembuluh xylem. Aplikasinya
untuk merangsang tumbuhnya tunas pada kultur
jaringan atau pada tanaman induk, namun sering
tidak optimal untuk tanaman dewasa.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


34
Universitas Lampung
• sitokinin pertama kali ditemukan dalam kultur jaringan
di Laboratories of Skoog and Strong University of
Wisconsin. Material yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah batang tembakau yang
ditumbuhkan pada medium sintesis. Menurut Miller et
al (1955, 1956), senyawa yang aktif adalah kinetin (6-
furfuryl amino purine). Hasil penelitian menunjukan
bahwa purine adenin sangat efektif.
• Bentuk dasar dari sitokinin adalah adenin (6-amino
purine). Adenin merupakan bentuk dasar yang
menentukan terhadap aktifitas sitokinin. Di dalam
senyawa sitokinin, panjang rantai dan hadirnya suatu
double bond dalam rantai tersebut akan meningkatkan
aktifitas zat pengatur tumbuh ini.

Zeatin
BM 219,2 g/mol

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


35
Universitas Lampung
Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan
sitokinin dan auksin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh
Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan
sitokinin lebih besar dari auksin, maka hal ini akan memperlihatkan
stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila sitokinin
lebih rendah dari auksin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada
pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan sitokinin dan
auksin berimbang, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan
berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi sitokinin itu sedang dan
konsentrasi auksin rendah, maka keadaan pertumbuhan tobacco pith
culture tersebut akan berbentuk callus.
Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan
kinetin, apabila digunakan secara tersendiri akan menstimulasi sintesis
DNA dalam tobacco pith culture. Dan menurut ahli tsb, kehadiran IAA
dan kinetin ini diperlukan dalam proses mitosis walaupun IAA lebih
dominan pada fase tersebut.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


36
Universitas Lampung
Peran sitokinin bagi tanaman
Sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel dan
pembentukan organ, menunda penuaan,
meningkatkan aktivitas wadah penampung hara,
memacu perkembangan kuncup samping
tumbuhan dikotil, dan memacu perkembangan
kloroplas dan sintesis klorofil.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


37
Universitas Lampung
4. Etilen
• Etilen, hormon yang berupa gas yang dalam
kehidupan tanaman aktif dalam proses pematangan
buah Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja
sintetis ethylen berjalan optimal sehingga tujuan agar
buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya: Etephon,
Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon
480SL.
• Struktur kimia etilen sangat sederhana yaitu terdiri dari
2 atom karbon dan 4 atom hidrogen (H2C=CH2 ).
• Auksin dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen.
Kelebihan Etilen malah dapat menghalangi
pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun
amputasi), dan bahkan membunuh tanaman.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


38
Universitas Lampung
Peranan etilen bagi tanaman
Di dalam proses fisiologis, etilen mempunyai peranan penting.
Wereing dan Phillips (1970) telah mengelompokan pengaruh etilen
dalam fisiologi tanaman sbb:
a. mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah
b. mendukung epinasti
c. menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar
pada beberapa species tanaman walaupun etilen ini dapat
menstimulasi perpanjangan batang, coleoptyle dan mesocotyle pada
tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi.
d. Menstimulasi perkecambahan
e. Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal
f. Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar
g. Mendukung terjadinya abscission pada daun
h. Mendukung proses pembungaan pada nanas
i. Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek
j. Menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral
k. Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auksin yaitu
konsentrasi auksin yang tinggi menyebabkan terbentuknya etilen.
Tetapi kehadiran etilen menyebabkan rendahnya konsentrasi auksin
di dalam jaringan.
Hubungannya dengan konsentrasi auksin, hormon tumbuh ini
menentukan pembentukan protein yang diperlukan dalam aktifitas
pertumbuhan, sedangkan rendahnya konsentrasi auksin, akan
mendukung protein yang Wawan
akanA mengkatalisasi
Setiawan, Biologi FMIPA
sintesis etilen dan
prekursor. Universitas Lampung
39
Interaksi etilen dengan auksin.
Dari hasil penelitian terhadap tanaman kacang
(pea), menunjukan bahwa pembentukan etilen
lebih tampak pada jaringan meristem tempat
auksin dihasilkan. Disini IAA mengontrol
pembentukan etilen dalam perpanjangan batang
pea.
Hasil penelitian lain menunjukan bahwa adanya
penghambatan transportasi auksin oleh
endogenous etilen yang menyebabkan terjadinya
abscission pada daun.

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


40
Universitas Lampung
5. Inhibitor
Yang dimaksud dengan istilah inhibitor adalah zat yang
menghambat pertumbuhan pada tanaman, sering didapat pada
proses perkecambahan, pertumbuhan pucuk atau dalam
dormansi.
Di dalam tanaman, inhibitor menyebar disetiap organ tubuh
tanaman tergantung dari jenis inhibitor itu sendiri. Menurut
weaver (1972), beberapa jenis inhibitor adalah merupakan bentuk
phenyl compound termasuk phenol, benzoic acid, cinamic acid
dan coffeic acid. Gallic acid dan shikimic acid merupakan turunan
dari benzoic acid. Selanjutnya ia mengemukakan pula bahwa
gallic acid dapat diketemukan pada buah yang matang, sedangkan
ferulic acid dan p-coumaric acid merupakan ko faktor untuk IAA
oksida.
Di dalam alam, abscisic acid dapat dijumpai pada daun, batang,
rizoma, ubi (tuber), tunas (bud), tepung sari, buah, embrio,
endosperm, ataupun kulit biji (seed coat) misalnya pada tanaman
kentang, kacang, apel, adpokat rose dan kelapa.
Plant growth retardant adalah inhibitor yang berperan dalam
menghambat aktivitas apical meristematic. Zat kimia yang
dikelompokan dalam growth retardant adalah : Amo-1618,
Phosfon-D, CCC (cycocel), SADH (succinic acid-2,2-dimethyl
hyrdazide) dan Morphactins (methyl-2-chloro-9-hydroxy fluorene-
9-carboxylate/IT 3456 dan n-butyl-9-hydroxyfluerene-9-
carboxylate/IT 3233). Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA 41
Universitas Lampung
a.
Peranan
Asam absisat
inhibitor di dalam tanaman
Di dalam tanaman, Asam absisat (ABA) menyebar di dalam jaringan. Inhibitor
ini mempunyai fungsi atau peranan yang berlawanan dengan zat pengatur
tumbuh: auksin, gibberellin, dan sitokinin.
b. Plant growth retardant
Plant growth retardant adalah inhibitor yang berlawanan dengan kegiatan
gibbberellin pada perpanjangan batang. Hal ini terbukti dari hasil penelitian
Lang dkk dengan menggunakan CCC dan Amo-1618 pada jamur fusarium
moniliforme dan tanaman derajat tinggi. Ternyata bahwa sintesis gibberellin
diblokir sehingga gibberellin tersebut tidak berpengaruh. Sedangkan SADH
menghambat diamin oksida (yang berperan dalam perubahan tryptamine
menjadi IAA).
Secara garis besar ternyata inhibitor ini menghambat aktivitas auksin, giberelin
dan sitokinin. ABA sebagai salah satu jenis inhibitor mendukung dormansi,
abscission dan senscence. Sedangkan SADH, CCC, Phosfon-D dan Amo-1618
menghambat perpanjangan batang (cell elongation). Growth retardant ini
aktifasinya berlawanan dengan gibberellin.
MH (Maleic Hydrazide) sering digunakan sebagai herbisida dalam konsentrasi
yang tinggi. Aktifitas MH ini menghambat aktifitas meristematic, sehingga
menghambat perpanjangan batang.
Begitu pula morphactin dan turunannya, dengan menggunakan konsentrasi
yang tinggi, dapat dipergunakan sebagai pembunuh rumput - rumputan.
Peranan bahan kimia ini adalah menghambat perpanjangan batang dan
berfungsi pula untuk memecahkan tunas.
Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
42
Universitas Lampung
Asam Absisat

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


43
Universitas Lampung
6. Poliamina
• Polyamines mempunyai peranan besar dalam proses genetis yang paling
mendasar seperti sintesis DNA dan ekspresi genetika. Spermine dan
spermidine berikatan dengan rantai phosphate dari asam nukleat. Interaksi
ini kebanyakkan didasarkan pada interaksi ion elektrostatik antara muatan
positif kelompok ammonium dari polyamine dan muatan negatif dari
phosphat.
• Polyamine adalah kunci dari migrasi sel, perkembangbiakan dan
diferensiasi pada tanaman dan hewan. Level metabolis dari polyamine dan
prekursor asam amino adalah sangat penting untuk dijaga, oleh karena itu
biosynthesis dan degradasinya harus diatur secara ketat.
• Polyamine mewakili kelompok hormon pertumbuhan tanaman, namun
merekan juga memberikan efek pada kulit, pertumbuhan rambut,
kesuburan, depot lemak, integritas pankreatis dan pertumbuhan regenerasi
dalam mamalia.
• Sebagai tambahan, spermine merupakan senyawa penting yang banyak
digunakan untuk mengendapkan DNA dalam biologi molekuler.
• Spermidine menstimulasi aktivitas dari T4 polynucleotida kinase and T7
RNA polymerase dan ini kemudian digunakan sebagai protokol dalam
pemanfaatan enzim. Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA
44
Universitas Lampung
Beberapa poliamina yang sering
ditemukan pada tumbuhan:

Wawan A Setiawan, Biologi FMIPA


45
Universitas Lampung

You might also like