You are on page 1of 6

6

I. Pengertian Penyelidikan

Istilah penyelidikan telah dikenal dalam Undang-undang No


11/PNPS/1963 tentang Pemberantasan Kegiatan Subversi, namun tidak
dijelaskan artinya. Definisi mengenai penyelidikan dijelaskan oleh Undang-
undang No. 8 Tahun 1981 tentang Undang-undang Hukum Acara Pidana,
Pasal (5) KUHAP : Yang dimaksud dengan penyelidikan adalah serangkaian
tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang
diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.1

Penyelidikan dilakukan sebelum penyidikan, penyelidikan berfungsi


untuk mengetahui dan menentukan peristiwa apa yang sesungguhnya
telah terjadi dan bertugas membuat berita acara serta laporannya yang
nantinya merupakan dasar permulaan penyidikan. Istilah penyidikan
dipakai sebagai istilah yuridis atau hukum pada tahun 1961 yaitu sejak
dimuat dalam Undang-undang No. 13 Tahun 1961 tentang ketentuan-
ketentuan Pokok Kepolisian Negara.2

II. Yang Berwenag Sebagai Penyelidik

Menurut pasal 1 butir 4 KUHAP, Penyelidik adalah pejabat polisi


Negara Republik Indonesiayang diberi wewenang oleh undang-undang ini,
sesuai yang dirumuskan pada pasal 4, yang berwenag melaksanak tugas
sebagai penyelidik adalah “Setiap pejapat polisi Negara” Republik
Indonesia. Tegasnya, penyelidik adalah setiap pejabat Polri. Jaksa atau
pejabat yang lain tidak berwenag untuk melakukan penyelidikan.
Penyelidikan meurpakan monopoli tunggal bagi Polri.3

III. Tugas dan Wewenang Penyelidik

Tugas adan wewenang penyelidik meliputi ketentuan yang diperinci


pada pasal 5 KUHAP, yang dapat dipisahkan dari sudut:

1. Berdasarkan Ketentuan Hukum4

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya


tindak pidana,5

Berdasarkan ini, apabila penyelidik menerima suatu pemberitahuan


atau laporanyang disampaikan oleh seseorang, penyelidik mempunyai hak

1
Anshorie Hasibuan S.H., Hukum Acara Pidana, Bandung: Angkasa, 1990, h. 76.
2
Ibid, h. 77.
3
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
Jakarta:Pustaka Kartini, 1988, h. 101.
4
Ibid,.
5
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta:Sinar Grafika,2008, h.42.
6

atau kewajiban untuk itu berdasarkan undang-undang. Tantang telah atau


sedang maupun diduga akan terjadinya suatu peristiwa pidana, penyelidik
wajib dan berwenang menerima pemberitahuan laporan (lihat pasal 1
butir 24).6

Adapun mengenai laporan atau pengaduan:7

• Jika laporan pengaduan diajukan secara tertulis, harus


ditandatangani oleh pelapor atau pengadu,

• Jika pelaporan atau pengaduan diajukan secra lisan haru


dicatat oleh penyelidik dan ditandatangani oleh
pelapor/pengadu dan penyelidik,

• Jika pelapor atau pengadu tidak dapat menulis, hal itu harus
dicatat dalam laporan pengaduan (pasal 103).

b. Mencari keterangan dan barang bukti8

Sebagaimana fungsi penyelidikan adalah sebaga langkah pertama


atau sebagai bangian yang tidak terpisahkan dari fungsi penyidikan, guna
mempersiapkan semaksimal mungkin fakta, keterangan dan bahan bukti
sebagai landasann hukum untuk memulai pennyidikan.9
10
c. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai

Kewajiban menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan


menanyakan serta memeriksa pengenal diri atas seseorang itu adalah
wajar. Sebab bagaimana mungkin dapat memenuhi kewajiban sebagai
seorang penyelidik apabila tidak di beri wewenang untuk menyapa dan
menanyakan identitas seseorang.11

d. Tindakan lain menurut hukum12

kewajiban dan wewenang selanjutnya adalah mengadakan tindakan


lain menurut hukum yang bertnaggung jawab. Yang dimaksud dengan
tindakan lain menurut hukum adalah tindakan penyelidik untuk
kepentingan penyelidikan dengan syarat:13

• Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum,

• Selaras dengan kewajiban hukum yang mnegharuskan


dilakukannya tindakan jabatan,

6
Yahya Harahap, Op.Cit., h. 102.
7
Ibid,.
8
Bambang Waluyo, Op.Cit., h. 42.
9
Yahya Harahap, Op.Cit., h. 103.
10
Bambang Waluyo, Op.Cit.
11
Yahya Harahap, Op.Cit., h. 103.
12
Bambang Waluyo, Op.Cit.
13
Anshorie Hasibuan S.H., Op.Cit., h. 78.
6

• Atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan


memaksa,

• Menghormati hak asasi manusia.

2. Kewajiban atas perintah penyidik14

Kewajiban yang dimaksud disini adalah kewajiban yang timbul


akibat dari perintah penyidik yang dilimpahkan kepada penyelidik. Jadi
tindakan yang dilakukan penyelidik dalam hal ini, labih tetpat merupakan
tindakan melaksanakan perintah penyidik yang berupa tindakan sebagi
berikut:15

• Penangkapan, larangan meninggalkan tempat,


penggeledahan dan penyitaan,

• Pemeriksaan dan penyitaan surat,

• Mengambil sidik jari dan memotret seseorang,

• Membawa dan menghadapkan seseorang pada


penyidik.

I. Pengertian Peyidikan

Penyidikan berasal dari kata "sidik" yang artinya terang. Jadi


panyidikan artinya membuat terang atau jelas. Walaupun kedua istilah
"penyidikan" dan "penyelidikan" berasal dari kata yang sama KUHAP
membedakan keduanya dalam fungsi yang berbeda, Penyidikan artinya
membuat terang Kejahatan [Belanda = "Opsporing"] [Inggris
"Investigation"].16Namun istilah dan pengertian penyidikan pada dasarnya
terbagi menjadi dua yaitu :

Istilah dan pengertian secara gramatikal. Dalam kamus besar


Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka cetakan kedua tahun 1989
halaman 837 dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan penyidikan
adalah serangkaian tindakan penyidik yang diatur oleh undang-undang
untuk mencari dan mengumpulkan bukti pelaku tindak pidana. Asal kata
penyidikan adalah sidik yang berarti periksa, menyidik, menyelidik atau
Mengamat-amati

Istilah dan pengertian secara yuridis. Dalam Pasal 1 butir (2) KUHAP
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-

14
Yahya Harahap, Op.Cit., h. 103.
15
Bambang Waluyo, Op.Cit.
16
Prof.Dr.Jur.Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta:Sinar Grafika,
2008, h. 120.
6

undang ini untuk mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.17

II. Petugas yang Berwenang

Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 6 KUHAP tentang siapa-siapa


yang berhak untuk menjabat sebagai penyidik baik ditinjau dari segi
instansi dan kepangkatan seorang pejabat penyidik. Dan orang-orang
yang berhak menjabat sebagai pejabat penyidik adalah:

a . Pejabat penyidik polisi18

Menurut ketentuan pasal 6 ayat 1 huruf salal satu instansi yang


diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan adalah pejabat polisi
Negara. Pejabat polisi yang bersangkutan harus memenuhi syarat
kepangkatan sebgaaimana yang dijelaskan oleh pasal 6 ayat 2 KUHAP.

Sedangkan peraturan kepangkatan pejabat penyidik kepolisian


ditetapkan dalam PP No. 27 tahun 1983. Yang di atur dalam bab II
mengenai ketentuan kepangkatan tentang syarat kepangkatan dan
pengangkatan pejabat penyidik kepolisian dapat diperinci sebagai
berikut19:

• Pejabat penyidik penuh, pejabat polisi yang dapat diangkat


sebagai pejabat penyidi penuh harus memenuhi syarat
kepangkatan dan pengangkatan;

- Sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua


Polisi,

- Berpangkat Bintara di bawah Pembantu Letnan Dua


apabila dalam suatu sector kepolisian tidak ada pejabat
penyidik yang berpangkat Pembantu Letnan Dua,

- Ditunjuk dan diangkat oleh Kepala Kepolisian R.I.

• Penyidi pembantu, syarat kepangkatan sebagai penyidik


pembantu;

- Sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi,

- Pegawai negeri sipil dalam lingkungan Kepolisian Negara


dengan syarat sekurang-kurnganya berpangkat Pengatur
Muda (golongan II/a),

- Diangkat oleh kepala kepolisian RI atas usul komandan


atau pimpinan kesatuan masing-masing.

17
Anshorie Hasibuan S.H., Op.Cit., h. 77.
18
Yahya Harahap, Op.Cit., h. 110.
19
Yahya Harahap, Op.Cit., h. 111.
6

b. Penyidik pegawai negeri sipil20

Penyidik pegawai negeri sipil (PPNS), diatur dalam pasal 6 ayat 1


huruf b. yaitu pegawai negeri sipil yang mempunyai fungsi dan wewenang
sebagai penyidik. Pada dasarnya wewenang yang mereka miliki tersumber
pada ketentuan undang-undang pidana khusus, yang telah menetapkan
sendiri antara lain UU Daruarat No. 8 Tahun 1958 pasal 7 dan UU Darurat
No. 7 Tahun 1955. Sedangkan perincian kedudukan dan wewenang
penyidik pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugasnya adalah:

• Penyidik pegawai negeri sipil kedudukannya dibawah:

- Koordinasi penyidik Polri, dan

- Dibawah pengawasan penyidik Polri

III. Tugas dan Wewenang Penyidik

Wewenang pejabat penyidik dan penyidik pembantu, dapat kita


ketahui dalam ketentuan yang diatur dalam pasal 7 ayat 1. Semua
wewenag penyidik pembantu meliputi seluruh wewenag yang dimiliki oleh
pejabat penyidik, kecuali mengenai penahanan. Penyidik pembantu dalam
melakukan tindakan penahanan harus terlebih dahulu mendapat
pelimpahan wewenang dari penyidik seperti yang di kemukakan dalam
pasal 11 ayat 1, yang berbunyi: “penyidik pembantu mempunyai
wewenang seperti tersebut dalam pasal 7 ayat 1, kecuali mengenai
penahanan yang wajib diberikan dengan pelimpahan wewenang dari
penyidik.”21

Adapun perincian wewenang yang dimiliki oleh penyidik tersebut


adalah sebagi berikut:22

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya


tindak pidana

b. Melakukan tidakan pertama pada saat di tempat kejadian.

c. Menyuruh berhenti tersangka dan memeriksa identitas diri tersangka.

d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

f. Mengambil sidik jari dan memotret.

g. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau


tersangka.
20
Op.Cit., h. 112.
21
Op.Cit., h. 121.
22
Anshorie Hasibuan S.H., Op.Cit., h. 80.
6

h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan


pemeriksaan perkara.

i. Mengadakn penghentian penyidikan,

j. Mengadakan tindakan lain yang menurut hukum yang bertanggung


jawab.

Daftar Pustaka
Anshorie Hasibuan S.H., Hukum Acara Pidana, Bandung: Angkasa, 1990.

Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,


Jakarta:Pustaka Kartini, 1988.

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta:Sinar Grafika,2008.

Prof. Dr.Jur.Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta:Sinar


Grafika, 2008.

You might also like