Professional Documents
Culture Documents
ILUSTRASI KASUS
1.1 IDENTITAS
Nama : Tn. S
No. RM : 812334
Usia : 46 th
Agama : Islam
Alamat : jl.Sarbini I no 19
1.2. ANAMNESIS
1
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Hipertensi :-
Riwayat Stroke :-
Riwayat batu ginjal :+
Riwayat Kencing manis :-
Riwayat Jantung :-
Riwayat minum alkohol :-
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat Stroke : disangkal
Riwayat Kencing manis : disangkal
Riwayat Jantung : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
STATUS GENERALIS
- Kulit : warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor
cukup, hiperpigmentasi (-), kulit kendur (-).
- Kepala : simetris, normochepal, distribusi rambut merata, warna hitam
- Muka : simetris, tidak ada jejas dan bekas luka.
2
- Mulut : : Bibir tidak cyanosis, tidak kering, mukosa mulut & palatum
tidak hiperemis, lidah tidak tremor, deviasi lidah (-), faring
tidak hiperemis, uvula tepat ditengah, tonsil T1T1 tenang
- Gigi : gigi lengkap, caries (-)
- Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri
tarik (-), serumen (-), membran tympani intak.
- Hidung :Deviasi septum (-), nafas cuping hidung (-), cavum nasi lapang,
mukosa tidak hiperemis, concha tidak oedem, sekret (-)
- Pemeriksaan Leher :
Inspeksi : Trachea di tengah
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
- Pemeriksaan Thorax
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V LMC sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS III LPS sinistra
Batas kanan : ICS IV LPS dextra
Batas kiri : ICS V LMC sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II Reguler Normal, Gallop (-),
Murmur(-).
Paru :
Inspeksi : dinding dada asimetris pada saat statis , bentuk dada
dewasa normal, Retraksi tidak ada, ketinggalan gerak
tidak ada.
Palpasi : asimetris, vokal fremitus kanan = kiri
ketinggalan gerak tidak ada, jarak intercosta normal.
Perkusi : Sonor kedua lapang paru, batas paru hepar pada SIC VI
dextra
Auskultasi : suara dasar : vesikuler normal, suara tambahan : tidak ada
3
- Pemeriksaan Extremitas :
Superior : kanan : udem (-), tremor (-), kekuatan motorik 5
kiri : udem (-),tremor (-), kekuatan motorik 5
Inferior : kanan : udem (-),tremor (-), kekuatan motorik 5
kiri : udem (-),tremor (-), kekuatan motorik 5
STATUS LOKALIS
Abdomen
Inspeksi : Perut kanan membuncit, darm countor tidak ada, darm steifung
tidak ada, venektasi tidak ada, sikatrik tidak ada
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : teraba massa sebesar telur bebek angsa berbatas tegas dengan
ukuran diameter sekitar 10-15 cm dengan konsistensi keras,
mobile, permukaan rata tidak berbenjol-benjol, NT (-)
Perkusi : redup di daerah massa
RT : TSA baik, ampula tidak kolaps, NT (-) jam 9-11 mukosa licin,
massa (-), kelenjar prostat tidak membesar.
ST : Feses (-), darah (-), lendir (-)
4
1.4 . PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Rutin (24 Mei 2011, RS Persahabatan)
2. CT Scan Abdomen
Kesan :
Massa dikanan abdomen bawah ,proyeksi ileosaekal berukuran 11,34 x
3,28 cm
Yang menyangat hetrogen pasca pemberian kontras disertai fistel dengan
buli
Nefrolithiasis kiri multiple dan uretrolithiasis proksimal kiri Kalsifikasi
hepar
1.5. RESUME
Anamnesis:
pasien laki-laki 46 tahun
nyeri pada saat Bak yang disertai keluarnya sisa makanan melalui lubang
kemaluan sejak 1 minggu SMRS
ada benjolan di perut kanan bawah sebesar telur bebek angsa yang baru
diketahui sejak 3 minggu SMRS.
Keluhan lain yang dirasakan oleh pasien adalah berat badan turun drastis.
Riwayat operasi batu ginjal
Pemeriksaan fisik:
Keadaan Umum : Sedang, tampak sedikit kesakitan, Kooperatif
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : Dalam batas normal
5
Status Generalis : Dalam batas normal
Status Lokalis :
Abdomen
Inspeksi : Perut kanan membuncit, darm countor tidak ada, darm steifung
tidak ada, venektasi tidak ada, sikatrik tidak ada
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : teraba massa sebesar telur bebek angsa berbatas tegas dengan
ukuran diameter sekitar 10-15 cm dengan konsistensi keras,
mobile, permukaan rata tidak berbenjol-benjol, NT (-)
Perkusi : redup di daerah massa
RT : TSA baik, ampula tidak kolaps, NT (-) jam 9-11 mukosa licin,
massa (-), kelenjar prostat tidak membesar.
ST : Feses (-), darah (-), lendir (-)
CT Scan Kesan :
Massa dikanan abdomen bawah ,proyeksi ileosaekal berukuran 11,34 x 3,28
cm
Yang menyangat hetrogen pasca pemberian kontras disertai fistel dengan buli
Nefrolithiasis kiri multiple dan uretrolithiasis proksimal kiri Kalsifikasi hepar
1.9. PENATALAKSANAAN
Pro Pembedahan
• Operasi : Laparotomi explorasi dengan debulking massa tumor dan pro
Hemikolektomi kanan dengan partial cystotomi
6
– Puasa
– Sedia FFP dan PRC 500cc
– Infus RL 20 tetes permenit
– Injeksi Ceftriaxon 1 x 2 g
– Vit K 2 x1 amp
– Vit C 1x 5 amp
– Transamin 3x 500 mg
– SIO
– Konsul Anestesi
Laporan operasi
Pasien telentang dlm anestesi Umum
A dan antisepsis daerah operasi dan sekitar
Dilakukan insisi mediana menembus kutis, subkutis dan fascia
Peritoneum dibuka dilakukan explorasi
Massa di temukan di saekum berdiameter 15 cm, massa menempel ke vesica,
dinding posterior abdomen dan sigmoid
Dilakukan debulking massa tumor lalu dilakukan hemikolektomi dextra.
Explorasi hepar licin rongga abdomen di cuci hingga bersih
Luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan meninggalkan drain ke pelvis
deextra dan vesika .
Setelah bedah digestiv selesai operasi dilanjutkan bedah urologi
Dinding fistel pada buli di eksisi kemudian dilakukan repair dinding fistel
dijahit dengan vicryl test tidak bocor.
Luka operasi ditutup lapis demi lapis.
Operasi selesai
7
Instruksi post operasi
• Rawat ICU
• Awasi kesadaranTekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
• Puasa ,alirkan NGT
• IVFD Kabiven 1000cc /24 jam
• Transfusi PRC 500 cc
• FFP 300cc/hari selama 3 hari
• Albumin 20% 100 cc
• Ceftriaxon 1x 2 gr iv
• Metronidazol 3 x 500 mg
• Rantin 2 x 1 amp iv
• Vit K 2x1 amp
• Vit C 1x 5 amp
• Transamin 3 x 500 mg
• Kirim jaringan ke PA
• Cek DPL.Elek,U/C SGOT/PT
Follow Up
8
Tanggal 26/05/2011 (13:00) 27/05/2011
S Mual (+),muntah(-) flatus(-) Demam (-) Nyeri pada luka post op (-),
nyeri tempat operasi (+) Demam(-),mengigil (+) kembung
(+)
O KU : CM KU : CM
VS : TD: 100/70, N:94x/m, RR : VS : TD: 100/60, N:100x/m,
20/mnt, suhu : 36 C RR : 25/mnt, suhu : 37,4
Kepala : Normocephal Kepala : Normocephal
Mata : CA -/-, SI-/- Mata : CA -/-, SI-/-
THT : TAK THT : TAK
Thorax : gerak napas simetris saat statis Thorax : gerak napas simetris
& dinamis saat statis & dinamis
Paru : vesiculer +/+, Ronkhi (-/-), Paru : vesiculer +/+, Ronkhi
Wheezing (-/-) (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : BJ I&II reguler, Gallop(-), Jantung : BJ I&II reguler,
Murmur(-) Gallop(-), Murmur(-)
Abdomen : datar,BU(-) Defans (-) luka Abdomen : datar, lemas,BU (+)
postop rembes (- ) lemah,NT(-)
1.10 PROGNOSIS
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
PENDAHULUAN
Kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga jenis kanker yang paling sering
terjadi di dunia. Di seluruh dunia 9,5 persen pria penderita kanker terkena kanker
kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3 persen dari total jumlah
penderita kanker.1
Eropa sebagai salah satu negara maju dengan angka insiden kanker kolorektal
yang tinggi. Pada tahun 2004 terdapat 2.886.800 insiden dan 1.711.000 kematian karena
kanker, kanker kolorektal menduduki peringkat kedua pada angka insiden dan
mortalitas.2
Insidens kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka
kematiannya.3 Pada tahun 2002 kanker kolorektal menduduki peringkat kedua pada
kasus kanker yang terdapat pada pria, sedangkan pada wanita kanker kolorektal
menduduki peringkat ketiga dari semua kasus kanker.4 Meskipun belum ada data yang
pasti, tetapi dari berbagai laporan di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus, data dari
Depkes didapati angka 1,8 per 100.000 penduduk.5
Pada kebanyakan kasus kanker, terdapat variasi geografik pada insiden yang
ditemukan, yang mencerminkan perbedaan sosial ekonomi dan kepadatan penduduk,
terutama antara negara maju dan berkembang.6 Demikian pula antara Negara Barat dan
Indonesia, terdapat perbedaan pada frekuensi kanker kolorektal yang ditemukan. Di
Indonesia frekuensi kanker kolorektal yang ditemukan sebanding antara pria dan
wanita; banyak terdapat pada seseorang yang berusia muda; dan sekitar 75% dari kanker
ditemukan pada kolon rektosigmoid, sedangkan di Negara Barat frekuensi kanker
kolorektal yang ditemukan pada pria lebih besar daripada wanita; banyak terdapat pada
seseorang yang berusia lanjut; dan dari kanker yang ditemukan hanya sekitar 50% yang
berada pada kolon rektosigmoid.3
Letak kanker kolorektal paling sering terdapat pada kolon rektosigmoid.3
Keluhan pasien karena kanker kolorektal tergantung pada besar dan lokasi dari tumor.
Keluhan dari lesi yang berada pada kolon kanan dapat berupa perasaan penuh di
abdominal, symptomatic anemia dan perdarahan, sedangkan keluhan yang berasal dari
11
lesi pada kolon kiri dapat berupa perubahan pada pola defekasi, perdarahan, konstipasi
sampai obstruksi.2
BAB II
12
ISI
ANATOMI
Usus besar merupakan bidang perluasan dari ileocecal ke anus. Usus besar
terdiri dari cecum, colon, rectum, dan lubang anus. Selama dalam colon, chyme diubah
menjadi feces. Penyerapan air dan garam, pengsekresian mucus dan aktivitas dari
mikroorganisme yang termasuk dalam pembentukan feces, dimana colon menyimpan
sampai feces dikeluarkan melalui proses defekasi. Kira-kira 1500 ml dari chyme masuk
ke cecum setiap hari, tapi lebih dari 90% dari volume direabsorbsi dan hanya tertinggal
80-150 ml dari feces yang dikeluarkan secara normal melalui defakasi.
Cecum merupakan tempat bertemunya usus halus dan usus besar pada ileocecal.
Cecum panjangnya kira-kira 6 cm mulai dari ileocecal membentuk kantung
tersembunyi. Berdekatan dengan cecum adalah saluran tersembunyi yang kecil kira-kira
panjangnya 9 cm disebut appendix (umbai cacing). Dinding dari appendix terdiri
beberapa nodul limpatik.
13
Colon kira-kira panjangnya 1,5-1,8 m dan terdiri dari 4 bagian, yaitu colon
ascending, colon transversal, colon descending dan colon sigmoid. Colon ascending
membujur dari cecum dan berakhir pada fleksur kolik kanan (fleksur hepatik) dekat
pinggir bawah kanan dari hati. Colon transversal membentang dari fleksur kolik kanan
ke fleksur kolik kiri (fleksur limpa), dan colon descending membentang dari fleksur
kolik kiri ke pembukaan atas dari pelvis yang sebenarnya, dimana tempat tersebut
menjadi colon sigmoid. Colon sigmoid membentuk saluran S yang membentang sampai
pelvis dan berakhir di rectum.
Lapisan otot cirkular dari colon lengkap, tapi lapisan otot longitudinal tidak
lengkap. Lapisan longitudinal tidak membungkus seluruh dinding usus tapi membentuk
tiga berkas otot, yaitu taniae coli, yang terdapat di sepanjang colon. Kontraksi dari tanie
coli menyebabkan suatu kantung yang disebut haustra yang terbentuk di sepanjang
colon terlihat seperti sebuah lukukan. Jaringan ikat yang berrukuran kecil dan berisi
lemak disebut epiploik appendage yang melekat di sepanjang permukaan kolon bagian
luar. seperti terlihat pada gambar. Barisan mukosal dari usus besar terdiri dari epitel
lajur sederhana. Epitel ini tidak membentuk suatu lipatan-lipatan atau vili seperti pada
usus halus tapi memiliki sejumlah kelenjar tubuler yang disebut crypts. Crypts mirip
dengan kelenjar usus yang ada di usus halus, dengan tiga jenis sel yang termasuk sel
absropsi, sel goblet dan sel granular. Perbedaan utama adalah pada sel goblet usus besar
menonjol dan dua jenis sel lain jumlahnya berkurang banyak.
Rektum itu lurus, pipa berotot yang berawal dari pangkal sigmoid kolon dan
berakhir pada lubang anus. Deretan membran selaput lendir adalah epitelium lajur yang
sederhana, dan berlapis otot yang relatif tebal dibandingkan waktu alat
14
pencernaan.beristirahat Bagian terakhir dari alat pencernaan yang panjangnya 2-3 cm
adalah lubang anus.
Lubang anus berawal dari pangkal rektum dan berakhir pada anus. Lapisan otot
halus dari lubang anus lebih tebal daripada rektum dan berbentuk internal anal spincter
bagian ujung atas dari lubang anus. Otot rangka membentuk external anal spincter pada
bagian ujung bawah dari lubang anus. Jaringan Epitel pada bagian atas dari lubang anus
adalah lajur yang sederhana dan yang di bagian bawah tersusun squamous. 11
VASKULARISASI
Pendarahan dari colon diatur oleh :
Arteri Mesenterika Superior
–> yang mempendarahi colon ascenden, sebagian colon transversum, dan caecum.
15
Arteri Mesenterika Inferior
–> yang mempendarahi colon descenden, sigmoid, dan proksimal rectum.
Antara ke-2 sistem pendarahan colon tersebut dihubungkan dengan Arteri Marginalis.
Aliran vena dan limfe colon mengikuti aliran darah arteri yang disalurkan ke dalam
V.Mesenterika Superior dan V. Mesenterika Inferior. 12
HISTOLOGI
Mukosa usus besar terdiri dari epitel selapis silindris dengan sel goblet dan
kelenjar dengan banyak sel goblet, pada lapisan submukosa tidak mempunyai kelenjar.
Otot bagian sebelah dalam sirkuler dan sebelah luar longitudinal yang terkumpul pada
tiga tempat membentuk taenia koli. Lapisan serosa membentuk tonjolan tonjolan kecil
yang sering terisi lemak yang disebut appendices epiploicae. Didalam mukosa dan
16
submukosa banyak terdapat kelenjar limfa, terdapat lipatan-lipatan yaitu plica
semilunaris dimana kecuali lapisan mukosa dan lapisan submukosa ikut pula lapisan
otot sirkuler. Diantara dua plica semilunares terdapat saku yang disebut haustra coli,
yang mungkin disebabkan oleh adanya taenia coli atau kontraksi otot sirkuler. Letak
haustra in vivo dapat berpindah pindah atau menghilang. 16
17
FISIOLOGI
Fungsi utama kolon adalah (1) absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan (2) penimbunan bahan feses sampai dapat
dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan
setengah distal kolon berhubungan dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi
tersebut gerakan kolon sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus halus yang
dibagi menjadi gerakan mencampur dan mendorong.
18
menghilang 60 detik berikutnya, kadang juga lambat terutama sekum dan kolon
asendens sehingga sedikit isi hasil dari dorongan ke depan. Oleh karena itu bahan feses
dalam usus besar secara lambat diaduk dan dicampur sehingga bahan feses secara
bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan serta zat
terlarut secara progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang dikeluarkan
tiap hari.
19
Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan Air.
Mukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi
aktif natrium yang tinggi dan klorida juga ikut terabsorpsi. Ditambah taut epitel di usus
besar lebih erat dibanding usus halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut,
apalagi ketika aldosteron teraktivasi. Absorbsi ion natrium dan ion klorida menciptakan
gradien osmotic di sepanjang mukosa usus besar yang kemudian menyebabkan absorbsi
air
Dalam waktu bersamaan usus besar juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti
penjelasan diatas) membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri didalam
usus besar.
Komposisi feses.
Normalnya terdiri dari ³⁄₄ air dan ¹⁄₄ padatan (30% bakteri, 10-20% lemak, 10-20%
anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak tercerna dan unsur kering dari
pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas). Warna coklat dari feses disebabkan
oleh sterkobilin dan urobilin yang berasal dari bilirubin yang merupakan hasil kerja
bakteri. Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih (tinja
akolik). Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri merupakan
penyebab tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0). Bau feses disebabkan produk kerja bakteri
(indol, merkaptan, skatol, hydrogen sulfide). Komposisi tinja relatif tidak terpengaruh
20
oleh variasi dalam makanan karena sebagian besar fraksi massa feses bukan berasal dari
makanan. Hal ini merupakan penyebab mengapa selama kelaparan jangka panjang tetap
dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.
Defekasi
Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter yang
lemah ±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan rectum serta sudut
tajam yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke
rectum, kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi.
Pendorongan massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1)
sfingter ani interni; 2) sfingter ani eksternus
Refleks Defekasi.
Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum mencapai 18
mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan eksternus
melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah refleks
intrinsic (diperantarai sistem saraf enteric dalam dinding rectum).
Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen
menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic dalam
kolon descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang
peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari
pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi secara
volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rectum teregang
Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi volunter
dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan
mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi merupakan
suatu reflex spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter
eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot
abdomen.
Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks defekasi,
sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen sacral
medulla spinalis). Bila ujung saraf dalam rectum terangsang, sinyal akan dihantarkan ke
21
medulla spinalis, kemudian secara refleks kembali ke kolon descendens, sigmoid,
rectum, dan anus melalui serabut parasimpatis n. pelvikus. Sinyal parasimpatis ini
sangat memperkuat gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter ani internus.
Sehingga mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi proses defekasi yang kuat
Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil
napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses
dari kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan
menarik keluar cincin anus mengeluarkan feses. 13
DEFINISI
Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar adalah suatu
bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu). 14
EPIDEMIOLOGI
Insidens kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka
kematiannya.3 Pada tahun 2002 kanker kolorektal menduduki peringkat kedua pada
kasus kanker yang terdapat pada pria, sedangkan pada wanita kanker kolorektal
menduduki peringkat ketiga dari semua kasus kanker.4 Meskipun belum ada data yang
pasti, tetapi dari berbagai laporan di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus, data dari
Depkes didapati angka 1,8 per 100.000 penduduk.5
Pada kebanyakan kasus kanker, terdapat variasi geografik pada insiden yang ditemukan,
yang mencerminkan perbedaan sosial ekonomi dan kepadatan penduduk, terutama
antara negara maju dan berkembang.6 Demikian pula antara Negara Barat dan
Indonesia, terdapat perbedaan pada frekuensi kanker kolorektal yang ditemukan. Di
Indonesia frekuensi kanker kolorektal yang ditemukan sebanding antara pria dan
wanita; banyak terdapat pada seseorang yang berusia muda; dan sekitar 75% dari kanker
ditemukan pada kolon rektosigmoid, sedangkan di Negara Barat frekuensi kanker
kolorektal yang ditemukan pada pria lebih besar daripada wanita; banyak terdapat pada
seseorang yang berusia lanjut; dan dari kanker yang ditemukan hanya sekitar 50% yang
berada pada kolon rektosigmoid.3
PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma ( muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
22
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke
hati ).
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1.Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
2.Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon
3.Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal.
4.Penyebaran secara transperitoneal
5.Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus
dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker
dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain.
Prognosis relative baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi
dilakukan, dan jauh lebih jelek bila telah terjadi metastase ke kelenjar limfe. 15
FAKTOR RESIKO
Berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan resiko seseorang terkena kanker kolon :
1. Usia. Resiko meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi
pada usia 60 – 70 an, dan jarang di bawah usia 50 kecuali dalam sejarah
keluarga ada yang terkena kanker kolon ini.
2. Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Dengan
dihilangkannya polip pada saat ditemukan turut mengurangi resiko terjadinya
kanker kolon di kemudian hari.
3. Riwayat kanker. Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap atau pernah
dirawat untuk kanker kolon beresiko untuk mengidap kanker kolon di kemudian
hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium (indung telur), kanker
uterus, dan kanker payudara memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena
kanker kolorektal.
4. Faktor keturunan :
5. Sejarah adanya kanker kolon khususnya pada keluarga dekat.
23
6. Penyakit FAP (Familial Adenomatous Polyposis) – Polip adenomatosa familial
(terjadi dalam keluarga); memiliki resiko 100% untuk terjadi kanker kolorektal
sebelum usia 40 tahun, bila tidak diobati.
7. Penyakit lain dalam keluarga, seperti HNPCC (Hereditary Non Polyposis
Colorectal Cancer) – penyakit kanker kolorektal non polip yang menurun dalam
keluarga, atau sindroma Lynch
8. Penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif yang tidak diobati.
9. Kebiasaan merokok. Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena
kanker kolorektal dibandingkan bukan perokok.
10. Kebiasaan makan. Pernah di teliti bahwa kebiasaan makan banyak daging dan
sedikit buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker
kolorektal.
11. Sedikit beraktivitas. Orang yang beraktivitas fisik lebih banyak memiliki resiko
lebih rendah untuk terbentuk kanker kolorektal.
12. Inveksi Virus. Virus tertentu seperti HPV (Human Papilloma Virus) turut andil
dalam terjadinya kanker kolorektal. 14
GEJALA KLINIS
Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala
umum keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung
beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan
keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi
tumor dengan anus biasanya gejalanya makin banyak. Bila kita berbicara tentang gejala
tumor usus besar, gejala tersebut terbagi tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan
gejala penyebaran (metastasis).
Gejala lokalnya adalah :
1. Perubahan kebiasaan buang air
2. Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare)
3. Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin tapi sudah tidak bisa
keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses). Keduanya adalah
ciri khas dari kanker kolorektal
4. Perubahan wujud fisik kotoran/feses
24
5. Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat buang air
besar
6. Feses bercampur lendir
7. Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya perdarahan
di saluran pencernaan bagian atas
8. Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat
sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor
9. Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita
10. Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat
tumbuh mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung
kemih (timbul darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina
(keputihan yang berbau, muncul lendir berlebihan, dll). Gejala-gejala ini terjadi
belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan semakin luas
penyebarannya
GAMBARAN HISTOPATOLOGI
25
Pada penelitian mengenai gambaran histologi kanker kolorektal dari tahun 1998-
2001 di Amerika Serikat yang melibatkan 522.630 kasus kanker kolorektal. Didapatkan
gambaran histopatologis dari kanker kolorektal sebesar 96% berupa adenocarcinoma,
2% karsinoma lainnya (termasuk karsinoid tumor), 0,4% epidermoid carcinoma, dan
0,08% berupa sarcoma. Proporsi dari epidermoid carcinoma, mucinous carcinoma dan
carcinoid tumor banyak diketemukan pada wanita. Secara keseluruhan, didapatkan
suatu pola hubungan antara tipe histopatologis, derajat differensiasi dan stadium dari
kanker kolorektal. Adenocarcinoma sering ditemukan dengan derajat differensiasi
sedang dan belum bermetastase pada saat terdiagnosa, signet ring cell carcinoma banyak
ditemukan dengan derajat differensiasi buruk dan telah bermetastase jauh pada saat
terdiagnosa, lain pula pada carcinoid tumor dan sarcoma yang sering dengan derajat
differensiasi buruk dan belum bermetastase pada saat terdiagnosa, sedangkan small cell
carcinoma tidak memiliki derajat differensiasi dan sering sudah bermetastase jauh pada
saat terdiagnosa.7
26
Pada penelitian selama 14 tahun (1982-1995) di Australia yang melibatkan 9673
kasus kanker kolorektal, didapatkan suatu pola hubungan antara lokasi kanker dengan
jenis kelamin, yaitu kanker yang terdapat pada rektum frekuensinya lebih banyak
terdapat pada pria dibandingkan wanita (4:1).26 Pola seperti ini juga didapatkan di
Indonesia, data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker menunjukkan bahwa kanker
yang terdapat pada rektum frekuensinya lebih banyak terdapat pada pria dibandingkan
wanita, dengan perbandingan sebesar 2:1.17
STAGING
Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi
TNM, klasifikasi Dukes, namun yang akan saya jabarkan klasifikasinya adalah sebagai
berikut (mirip dengan klasifikasi Dukes) :
Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon
Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon
Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa
Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain. 14
27
28
29
Berdasarkan klasifikasi UICC, P : Union Internationale Contre le Cancer = Perserikatan
International melawan kanker
30
Tumor :
T Tumor Primer
Tx Tumor Primer tidak dapat ditaksir
T0 Tidak terdapat bukti adanya tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1,2,3 Dari T1-T3 tumor primer makin besar dan makin jauh infiltrasi di
jaringan dan alat yang berdampingan
Nodus:
N Kelenjar Limfe Regional
Nx Kelenjar limfe tidak dapat ditaksir atau diperiksa
N0 Tidak ada bukti penyebaran ke kelenjar limfe regional
N1,2,3,4 Menunjukan banyaknya kelenjar regional yang dihinggapi, dan ada/
tidaknya infiltrasi di alat dan struktur yang berdampingan
Metastase:
M Anak Sebar Jauh (Distant Metastasis)
Mx Tidak dapat diperkirakan adanya anak sebar
M0 Tidak ada bukti metastasis jauh
M1 Ada metastasis jauh. 12
31
DIAGNOSIS
a.Anamnesa
dapat ditanyakan tentang perubahan pola defekasi, frekuensi dari defekasi, dan
konsistensi dari tinja.
Nyeri perut yang hilang timbul (kolik) atau menetap juga perlu ditanyakan.
Hal-hal tentang tinja juga perlu ditanyakan seperti warna tinja, ada tidaknya
lendir, ada darah atau tidak, bagaimana darah yang ada apakah hitam atau merah
segar.
Nafsu makan pasien, apakah menurun atau tidak, dan apakah berat badan
menurun serta rasa lelah.
Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada tumor kolon adalah adanya
hematoskezia, anemia, benjolan, obstruksi, feces yang kecil-kecil seperti feces
kambing, mual, muntah, penurunan berat badan, rasa sakit pada daerah tumor di
colon yang terus menerus.
b. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan massa di daerah abdomen, gejala – gejala anemia
Pemeriksaan colok dubur –> Pada pemeriksaan ini akan teraba massa tumor.
Pemeriksaan rektal dengan jari (Digital Rectal Exam), di mana dokter
memeriksa keadaan dinding rektum sejauh mungkin dengan jari; pemeriksaan
ini tidak selalu menemukan adanya kelainan, khususnya kanker yang terjadi di
kolon saja dan belum menyebar hingga rektum.
c. Pemeriksaan Penunjang
Kanker kolorektal dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk berkembang, sehingga
deteksi dini sangat berpengaruh terhadap kemungkinan sembuhnya. Bila Anda termasuk
seseorang yang beresiko untuk terkena, ada baiknya Anda melakukan pemeriksaan
screening. Pemeriksaan itu adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, feses ( benzidine test ), LFT
2. Pemeriksaan radiologik
3. Ba enema
32
4. protoskopi (melihat kelainan pada anus, kanalis analis, dan bagian distal rektum)
5. rektosigmoidoskopi (untuk melihat rektum dan sigmoid)
6. colonoskopi (untuk melihat anus sampai dengan ileum terminalis dan dapat juga
untuk membiopsi jaringan, evaluasi, dan tindakan terapi).
7. Biopsi
8. Pemeriksaan darah dalam tinja.
9. Endoskopi. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat karena selain melihat keadaan
dalam kolon juga bisa bertindak, misalnya ketika menemukan polip endoskopi
ini dapat sekaligus mengambilnya untuk kemudian dilakukan biopsi.
10. Pemeriksaan barium enema dengan double contrast.
11. Virtual Colonoscopy.
12. Pemeriksaan kadar CEA (Carcino Embryonic Antigent) darah.
13. Whole-body PET Scan Imaging. Sementara ini adalah pemeriksaan diagnostik
yang paling akurat untuk mendeteksi kanker kolorektal rekuren (yang timbul
kembali).12
DIAGNOSIS BANDING
Gejala dari tumor kolon dapat menyerupai beberapa penyakit seperti :
1. Divertikulitis
2. Colitis Ulcerativa
Pada colitis ulcerativa juga ditemukan feces yang berdarah dan berlendir,
tenesmus, mules dan nyeri perut. Tetapi pada C.U terdapat diare
sedangkan pada tumor kolon biasanya feces berbentuk kecil-kecil seperti
kotoran kambing.
33
3. Appendicitis Infiltrat
Pada appendicitis infiltrat terasa nyeri dan panas yang mirip dengan
tumor caecum stadium lanjut (tumor caecum pada stadium awal bersifat
mobile).
4. Haemoroid
5. Tumor Ovarium
Pada tumor ovarium dan tumor colon kiri sama-sama sering ditemukan
gangguan konstipasi. Pada tumor ovarium, juga didapati pembesaran
abdomen namun tumor ini tidak menyebabkan keluarnya darah bersama
feces. Selain itu tumor ovarium menyebabkan gangguan pada miksi
berupa peningkatan frekuensi di mana hal ini tidak dijumpai pada tumor
colon. 12
PENATALAKSANAAN
Perawatan penderita tergantung pada tingkat staging kanker itu sendiri. Terapi
akan jauh lebih mudah bila kanker ditemukan pada stadium dini. Tingkat kesembuhan
kanker stadium 1 dan 2 masih sangat baik. Namun bila kanker ditemukan pada stadium
yang lanjut, atau ditemukan pada stadium dini dan tidak diobati, maka kemungkinan
sembuhnya pun akan jauh lebih sulit.
Di antara pilihan terapi untuk penderitanya, opsi Operasi masih menduduki peringkat
pertama, dengan ditunjang oleh kemoterapi dan/atau radioterapi (mungkin diperlukan).
1. Pembedahan
34
Tindakan ini dibagi menjadi Curative, Palliative, Bypass, Fecal diversion, dan
Open-and-close. Bedah Curative dikerjakan apabila tumor ditemukan pada daerah yang
terlokalisir. Intinya adalah membuang bagian yang terkena tumor dan sekelilingnya.
Pada keadaan ini mungkin diperlukan suatu tindakan yang disebut TME (Total
Mesorectal Excision), yaitu suatu tindakan yang membuang usus dalam jumlah yang
signifikan. Akibatnya kedua ujung usus yang tersisa harus dijahit kembali. Biasanya
pada keadaan ini diperlukan suatu kantong kolostomi, sehingga kotoran yang melalui
usus besar dapat dibuang melalui jalur lain. Pilihan ini bukanlah suatu pilihan yang enak
akan tetapi merupakan langkah yang diperlukan untuk tetap hidup, mengingat pasien
tidak mungkin tidak makan sehingga usus juga tidak mungkin tidak terisi makanan /
kotoran; sementara ada bagian yang sedang memerlukan penyembuhan. Apa dan
bagaimana kelanjutan dari kolostomi ini adalah kondisional dan individual, tiap pasien
memiliki keadaan yang berbeda-beda sehingga penanganannya tidak sama.
Bedah paliatif dikerjakan pada kasus terjadi penyebaran tumor yang banyak, dengan
tujuan membuang tumor primernya untuk menghindari kematian penderita akibat ulah
tumor primer tersebut. Terkadang tindakan ini ditunjang kemoterapi dapat
menyelamatkan jiwa. Bila penyebaran tumor mengenai organ-organ vital maka
pembedahan pun secara teknis menjadi sulit, sehingga dokter mungkin memilih teknik
bedah bypass atau fecal diversion (pengalihan tinja) melalui lubang. Pilihan terakhir
pada kondisi terburuk adalah open-and-close, di mana dokter membuka daerah
operasinya, kemudian secara de facto melihat keadaan sudah sedemikian rupa sehingga
tidak mungkin dilakukan apa-apa lagi atau tindakan yang akan dilakukan tidak
memberikan manfaat bagi keadaan pasien, kemudian di tutup kembali. Tindakan ini
sepertinya sudah tidak pernah dilakukan lagi mengingat sekarang sudah banyak tersedia
laparoskopi dan radiografi canggih untuk mendeteksi keberadaan dan kondisi kanker
jauh sebelum diperlukan operasi.
2. Terapi Non Bedah
35
dikembangkan sebagai terapi tambahan untuk kanker kolorektal. Terapi lain yang telah
diujicoba dan memberikan hasil yang sangat menjanjikan adalah terapi Vaksin.
Ditemukan pada November 2006 lalu sebuah vaksin bermerek TroVax yang terbukti
secara efektif mengatasi berbagai macam kanker. Vaksin ini bekerja dengan cara
meningkatkan sistem imun penderita untuk melawan penyakitnya. Fase ujicobanya saat
ini sedang ditujukan bagi kanker ginjal dan direncanakan untuk kanker kolon. Terapi
lainnya adalah pengobatan yang ditujukan untuk mengatasi metastasisnya (penyebaran
tumornya). 11
KOMPLIKASI
1.Anemia
Anemia pada tumor colon terutama disebabkan akibat adanya perdarahan. Anemia yang
terjadi adalah anemia hipokrom mikrositik.
2.Perforasi
Perforasi terjadi karena adanya sumbatan oleh tumor yang akan mengganggu
pasase dari feses.
3.Ileus obstruksi
4.Metastasis
Terutama ke hepar, paru, tulang, dan otak.12
PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari ada atau tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi
penyebaran tumor dan tingkat keganasan sel tumor.
Untuk tumor yang terbatas pada dinding usus tanpa penyebaran, angka kelangsungan
hidup 5 tahun adalah 80%, yang menembus dinding tanpa penyebaran 75%, dengan
penyebaran kelenjar 32%, dan dengan metastasis jauh 1%. Bila disertai dengan
diferensiasi sel tumor buruk, prognosisnya sangat buruk. 12
KESIMPULAN
Usus besar merupakan bidang perluasan dari ileocecal ke anus. Usus besar terdiri dari
cecum, colon, rectum, dan lubang anus. Selama dalam colon, chyme diubah menjadi
feces. Penyerapan air dan garam, pengsekresian mucus dan aktivitas dari
mikroorganisme yang termasuk dalam pembentukan feces, dimana colon menyimpan
36
sampai feces dikeluarkan melalui proses defekasi. Kira-kira 1500 ml dari chyme masuk
ke cecum setiap hari, tapi lebih dari 90% dari volume direabsorbsi dan hanya tertinggal
80-150 ml dari feces yang dikeluarkan secara normal melalui defakasi.
Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar adalah suatu
bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu). 14
Insidens kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka
kematiannya.3 Pada tahun 2002 kanker kolorektal menduduki peringkat kedua pada
kasus kanker yang terdapat pada pria, sedangkan pada wanita kanker kolorektal
menduduki peringkat ketiga dari semua kasus kanker.4 Meskipun belum ada data yang
pasti, tetapi dari berbagai laporan di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus, data dari
Depkes didapati angka 1,8 per 100.000 penduduk.5
Gejala umumnya adalah :
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum di
semua jenis keganasan)
Hilangnya nafsu makan
Anemia, pasien tampak pucat
Sering merasa lelah
Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang
Dua pertiga dari kanker kolorektal muncul pada kolon kiri dan sepertiga muncul pada
kolon kanan (gambar 2.9).2 Sebagian besar terdapat di rektum (51,6%), diikuti oleh
kolon sigmoid (18,8%), kolon descendens (8,6%), kolon transversum (8,06%), kolon
ascendens (7,8%), dan multifokal (0,28%).13,14 Data dari kanker statistik di Amerika
Serikat terlihat bahwa sekitar 60% dari kanker kolorektal ditemukan pada rektum, hal
ini juga terlihat di China yaitu sekitar 80% dari kanker kolorektal ditemukan di rektum,
dengan > 60% kanker kolorektal hanya terdapat pada rektum.17
37
Gambaran histologi merupakan faktor penting dalam hal penanganan dan prognosis dari
kanker.7 Gambaran histopatologis yang paling sering dijumpai adalah tipe
adenocarcinoma (90-95%), adenocarcinoma mucinous (17%), signet ring cell carcinoma
(2-4%), dan sarcoma (0,1-3%).7,8
Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi TNM,
klasifikasi Dukes, namun yang akan saya jabarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut
(mirip dengan klasifikasi Dukes) :
Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon
Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon
Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa
Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain. 14
Prognosis tergantung dari ada atau tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi
penyebaran tumor dan tingkat keganasan sel tumor.
Untuk tumor yang terbatas pada dinding usus tanpa penyebaran, angka kelangsungan
hidup 5 tahun adalah 80%, yang menembus dinding tanpa penyebaran 75%, dengan
penyebaran kelenjar 32%, dan dengan metastasis jauh 1%. Bila disertai dengan
diferensiasi sel tumor buruk, prognosisnya sangat buruk. 1
38