Professional Documents
Culture Documents
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL BUKU
DI SUSUN OLEH
LEAN WIDUASURYANO
MENGETAHUI
PEMBIMBING
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
pada waktunya. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
persyaratan kenaikan pangkat. Selain itu, kami juga mengharapkan agar makalah
ini bisa dijadikan sebagai tambahan materi dalam memahami luka dan
Dengan selesainya penyusunan buku ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan
1. Ns. Eko Junaeti, S Kep. Selaku pembimbing penyusunan buku ini yang
2. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam buku ini, maka
dari itu kami memohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
kedepannya. Harapan kami, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.
Penulis
BAB I
ANATOMI KULIT
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium
EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari
terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu
DERMIS
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung
SUBKUTIS
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
VASKULARISASI KULIT
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan
tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada
epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis
dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam
merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah
bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan
loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan
dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
A. Pengertian
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
B. Jenis-Jenis Luka
luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara
luas.
dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
D. Penyembuhan Luka
contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga
(Taylor, 1997).
yaitu:
b) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap
dijaga
c) Respon tubuh secara sistemik pada trauma
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini
a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua
proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis.
luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin
Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel
membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan
daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah
ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-
luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah
berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan
mudah pecah.
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
a. Fase Inflamatory
daerah luka yang dibatasi oleh sel darah putih untuk menyerang luka
luka sebagian besar sel fagosit ( makrofag) masuk ke daerah luka dan
terjadi.
b. Fase Proliferative
dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada didalamnya,
c. Fase Maturasi
penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis dan garis
putih.
glukose. Epitelial sel bergerak dari dalam ke tepi luka selama lebih
kurang 48 jam.
Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive dan
c. Tahap Maturasi
1. Usia
tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi
dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk
3. Infeksi
infeksi.
lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk
luka.
6. Benda asing
diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan
lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental
7. Iskemia
suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah.
Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat
juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh
8. Diabetes
peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat
menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
terhadap cedera
koagulasi intravaskular.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
2. Perdarahan
membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah
oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada
tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus
yang ditutup poly-etylen dua kali lebih cepat daripada luka yang
sepanjang tepi luka. Tepi luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit
bengkak dan hilang kira-kira satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga
2. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan
hari.
kelloid.
BAB III
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas/Istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Eliminasi
e. Makanan/cairan
f. Neurosensori
• Pusing/pening, sakit kepala.
g. Nyeri/kenyamanan
• Abdomen tegang/nyeri
h. Keamanan
• Demam, diaforesis
1. Diagnosa Keperawatan
permukaan kulit
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
Kerusakan integritas Memumjukkan 1. Kaji/catat ukuran, warna, Memberikan informasi dasar tentang
kulit berhubungan regenerasi jaringan kedalaman luka, perhatikan jaringan kebutuhan luka.
dengan Trauma : Kriteria hasil: Mencapai nekrotik dan kondisi sekitar luka.
kerusakan penyembuhan tepat
permukaan kulit waktu 2. Lakukan perawatan luka dengan Menurunkan resiko infeksi/kegagalan
tepat dan tindakan kontrol infeksi. kulit.
Nyeri berhubungan Pasien dapat 1. Berikan anlgesik yang diresepkan Analgesik diperlukan untuk memblok
dengan Kerusakan mendemonstrasikan dan sedikitnya 30 menit sebelum jaras nyeri dengan nyeri berat.
kulit/jaringan; hilang dari prosedur perawatan luka. Evaluasi
pembentukan ketidaknyamanan. keefektifannya.
edema. Manipulasi Kriteria evaluasi: Tindakan eksternal ini membantu
jaringan cidera menyangkal nyeri, 2. Pertahankan pintu kamar tertutup, menghemat kehilangan panas.
melaporkan perasaan tingkatkan suhu ruangan dan berikan
nyaman, ekspresi selimut ekstra untuk memberikan
wajah dan postur tubuh kehangatan.
rileks. Menghilangkan tekanan pada tonjolan
3. Bantu dengan pengubahan posisi tulang dependen. Dukungan adekuat
setiap 2 jam bila diperlukan. pada luka bakar selama gerakan
Dapatkan bantuan tambahan sesuai membantu meinimalkan
kebutuhan, khususnya bila pasien tak ketidaknyamanan.
dapat membantu membalikkan
badan sendiri.
3. Mempertahankan status gizi secara optimal selama proses penyembuahn dengan cara: (Almatsier, 2005)
Syarat-Syarat Pemberian
o Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total. Bila mengalami trauma inhalasi, karbohidrat
o Vitamin diberikan diatas AKG (Angka Kecukupan Gizi): suplemen. Kebutuhan beberapa jenis vitamin adalah
sebagai berikut
Vitamin E 200 SI
o Mineral tinggi, terutama zat besi, seng, natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium. Sebagian
PERAWATAN LUKA
A. Pengertian
B. Tujuan
3. Mempercepat penyembuhan
6. Mencegah perdarahan
luka.
9. Absorbsi drainase.
11. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis.
karena alasan ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida.
Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker,
sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah
konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah
konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini sodium
klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan
2. Larutan povodine-iodine.
garam yang dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non
metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang
khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara
konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999). Larutan ini
akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput
lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram
positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini agak iritan dan
pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah
yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan
menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).
C. Persiapan alat
a. Pembungkus
e. 2 pasang pinset
3. Gunting, Korentang.
7. Kapas Alkohol
8. Betadin
kecil
luka.
kearah drain :
keluar
keluar.
pergerakan melingkar.
drain ditengah luka insisi dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah
pangkal kearah drain. Gunakan kapas yang lain. Kulit sekitar drain
A. Peralatan
9. Pester
B. Prosedur
3. Ambil kantung plastik dan buat lipatan diatasnya. Letakkan kantung plastik
5. Bantu klien pada posisi nyaman. Selimut mandi hanya untuk memajankan
area luka. Instruksikan klien agar tidak menyentuh area luka atau
peralatan steril.
10. Angkat balutan secara perlahan dengan menggunakan forsep atau pinset
11. Jika balutan lengket pada luka, jangan dibasahi, pertahan lepaskan
13. Buang balutan kotor pada nierbekken atau kantung plastik, hindari
14. Buka nampan balutan steril. Balutan, gunting,pinset dan forsep harus tetap
pada nampan steril. Buka botol larutan antiseptik lalu tuang ke dalam kom
16. Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan dan
17. Bersihkan luka dengan larutan antiseptik atau lanrtan normal satin.
Pegang kasa yang dibasahi dalam larutan dengan forsep. Gunakan kasa
22. Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan
23. Sisihkan semua alat dan bantu klien kembali pada posisi nyaman
A. Peralatan
nierbekken
10. Plester
11. Kantung plastik untuk sarnpah, ember
B. Prosedur
3. Ambil kantung plastik dan buat lipatan diatasnya. Letakkan kantung plastik
5. Bantu klien pada posisi nyaman. Selimut mandi hanya untuk memajankan
area luka. Instruksikan klien agar tidak menyentuh area luka atau
peralatan steril.
10. Angkat balutan secara perlahan dengan menggunakan forsep atau pinset
11. Jika balutan lengket pada luka, dibasahi dengan memakai larutan NaCl,
14. Buka nampan balutan steril. Balutan, gunting,pinset dan forsep harus tetap
pada nampan steril. Buka botol larutan antiseptik lalu tuang ke dalam kom
drainase. (palpasi bila perlu, dengan bagian tangan non dominan yang
secara terus menerus, setelah jaringan yang mati habis, lalu bersihkan
dengan larutan antiseptik atau larutan NaCl. Pegang kasa yang dibasahi
dalam larutan dengan forsep. Gunakan kasa terpisah untuk setiap usapan
terkontaminasi
18. Pasang kasa yang basah tepat pada permukaan luka. Bila luka dalam
dengan perlahan buat kasa seperti kemasan dengan menekuk tepi kasa
22. Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan
23. Sisihkan semua alat dan bantu klien kembali pada posisi nyaman
IRlGASI LUKA
A. Peralatan
2. Kom steril
tubuh
4. Spuit irigasi steril (kateter karet merah steril sebagai penghubung untuk
6. Tray balutan steril dan Set balutan ( gunting, pinset, forsep), nierbekken
13. Plester
16. Aseton
B. Prosedur
3. Posisikan klien sehingga larutan irigasi akan mengalir dari bagian atas
10. Jika balutan lengket pada luka, lepaskan dengan meneteskan normal salin
12. Buang balutan kotor pada nierbekken atau kantung plastik, hindari
13. Buka nampan balutan steril. Balutan, gunting pinset dan forsep harus tetap
pada nampan steril. Buka kom dan tuangkan larutan (volume bervariasi
tergantung ukuran luka dan banyaknya drainase). Buka spuit siapkan tray
balutan.
15. Letakkan kom bersih menempel pada kulit klien di bawah insisi atau letak
luka
16. Hisap larutan kedalam spuit Saat memegang ujung spuit tepat diatas Iuka,
irigasi dengan peralatan tapi secara kontinu dengan tekanan yang cukup
17. Lanjutkan irigasi sampai larutan yang mengalir ke dalam kom jernih
18. Dengan kasa steril, keringkan tepi luka. Bersihkan dari yang kurang
progresif menekan dari garis insisi atau tepi luka 8. Tutup dengan kasa
steril
20. Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan
21. Sisihkan semua afat dan Bantu klien kembali pada posisi nyaman
PENCEGAHAN INFEKSI
antara lain:
• Luar badan
TEKNIK debridemen
• Bedah debridemen
• MEKANIK debridemen
• AUTOLYTIC debridemen
• ENZIMATIS debridemen
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Ketika luka
kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya
trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit serta
B. Saran
balutan, mengkaji keadaan luka dan respon pasien,serta memahami jenis luka,
1992.
Jakarta, 1992.
1987.