You are on page 1of 13

PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN

DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA DI INDONESIA

OLEH

SINDIKAT A DAN B

I. PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia telah mencapai tahap yang


sangat mengkhawatirkan. Narkoba tidak lagi mengenal batas usia. Orang tua,
muda, remaja bahkan anak – anak ada yang menjadi penyalahguna dan
pengedar gelap Narkoba. Diperkirakan 1,5 persen dari total jumlah penduduk
Indonesia adalah pengguna Narkoba. Peredaran gelap Narkoba di Indonesia
pun tidak kalah mengkhawatirkan. Narkoba tidak hanya beredar di kota – kota
besar di Indonesia, tetapi juga sudah merambah sampai ke pelosok desa.

Indonesia yang dahulunya merupakan Negara transit/ lalu lintas


perdagangan gelap Narkoba karena letak geografis negara Indonesia yang
sangat strategis (posisi silang), telah berudah menjadi Negara produsen
Narkoba. Hal ini dapat dilihat dengan terungkapnya beberapa laboratorium
narkoba (clandenstin lab) di Indonesia. Era globalisasi yang ditandai dengan
kemajuan teknologi komunikasi, liberalisasi perdagangan serta pesatnya
kemajuan industri pariwisata telah menjadikan Indonesia sebagai Negara
potensial sebagai produsen Narkoba.
Posisi Indonesia yang sudah berkembang sebagai Negara Produsen
Narkoba telah menghadapkan Indonesia pada masalah yang sangat serius.
Peredaran Narkoba yang semakin “menggila” disamping berakibat sangat buruk

1
bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara, pada akhirnya dapat pula
menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban Nasional.

I.2. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan tersebut diatas, maka


rumusan masalah dalam penulisan makalah ini dapat diidentifikasi ke dalam
persoalan – persoalan sebagai berikut :

1. Apa itu Narkoba dan bagaimana bahaya penyalahgunaannya ?

2. Bagaimana modus operandi peredaran Narkoba di Indonesia dan upaya


penanggulangannya ?

I.3. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui tentang Narkoba dan bahaya penyalahgunaannya.

2. Untuk mengetahui bagaimana peredaran Narkoba di Indonesia dan upaya


apa yang dapat dilakukan dalam menanggulanginya .

I.4. MANFAAT

a. Secara teoritis, diharapkan penulisan malakah ini berguna bagi


perkembangan ilmu kepolisian, khususnya dalam hal penanggulangan
penyalahunaan Narkoba di Indonesia.

2
b. Secara praktik, diharapkan hal ini dapat memberikan masukan kepada
berbagai pihak termasuk masyarakat dalam memahami bahaya
penyalagunaan dan peredaran Narkoba di Indonesia serta upaya apa yang
dapat dilakukan dalam penanggulangannya.

II. PEMBAHASAN

2.1. NARKOBA DAN BAHAYA PENYALAHGUNAANNYA

NARKOBA

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan


berbahaya lainnya. (BNN, 2010).

Istilah narkotika yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris


Narcotics yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata Narcotics,
dalam bahasa yunani yang berarti menidurkan atau membiuskan. Menurut pasal
1 UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika, pengertian Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran,hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-
golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.

Adapun yang termasuk Narkotika berdasarkan UU ini adalah


dikelompokan dalam golongan I, II dan III. Golongan I terdiri dari 65 (enam puluh
lima) zat/ senyawa, diantaranya tanaman papaver somniverum L kecuali bijinya,
opium mentah/ masak (candu), koka, kokain mentah, kokaina, ganja,
Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya,
Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya, Heroina,
Asetorfina, Acetil – alfa – metil fentanyl, amfetamina (ectacy), Metamfetamina
(shabu – shabu) dan lain – lain. Golongan II terdiri dari 86 (delapan puluh enam)
zat/ senyawa, diantaranya Alfasetilmetadol, Alfameprodina, Alfametadol,

3
trimeperidina, Asetildihidrokodein, Dekstropropoksifena, Metadona, Petidina, dll.
Dan Golongan III terdiri dari 14 (empat belas) zat/ senyawa, diantaranya
Asetildihidrokodeina, Etilmorfina, Kodeina, buprenorfina, garam-garam dari
Narkotika dalam golongan tersebut diatas, campuran atau sediaan difenoksin
dengan bahan lain bukan narkotika dan campuran atau sediaan difenoksilat
dengan bahan lain bukan narkotika, dan lain – lain. Sedangkan precursor
Narkotika terdiri dari Acetic Anhydride, N-Acetylanthranilic Acid, Acetone,
Anthranilic Acid, Ethyl Ether dan lain – lain.
Psikotropika menurut pasal 1 UU No 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Berdasarkan UU No 5 tahun 1997, Psikotopika dikelompokan dalam
golongan I, II, III dan IV. Namun berdasarkan UU No 35 tahun 2009, golongan I
dan II psikotropika tersebut dipindahkan dalam golongan I Narkotika. Adapun
golongan III psikotropika terdiri dari 9 (sembilan) zat/ senyawa, diantaranya :
Amobarbital, Flunitrazepam, Bromazepam, dan lain – lain. Sedangkan Golongan
IV terdiri dari 60 (enam puluh) zat/ senayawa, diantaranya : Allobarbital,
Alprazolam, Aminorex, Etil amfetamina, Vinilbital, dan lain – lain.

Adapun yang menjadi zat berbahaya lainnya adalah alkohol yang


terdapat dalam minuman keras atau zat lainnya, nikotin yang terdapat dalam
rokok, zat dalam lem/ perekat dan lain – lain.

BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Narkoba adalah zat atau obat yang sangat berbahaya jika


disalahgunakan. Penyalahgunaan Narkoba mengakibatkan ketergantungan,
mengganggu sistem syaraf pusat dan dapat menyebabkan ganguan fisik, jiwa,
sosial dan keamananan. Sifat utama yang terkandung dalam Narkoba dapat
mengakibatkan beberapa efek terhadap pengguna yang berlebihan secara
umum berdampak sugesti (keinginan yang tak tertahankan terhadap Narkoba),
toleransi (kecendrungan untuk menambah dosis), ketergantungan secara psikis
(gelisah emosional), dan ketergantungan secara psikis (gejala putus zat).

4
Selain itu penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan bermacam-
macam bahaya atau kerugian. Adapun kerugian itu antara lain terhadap pribadi,
kehidupan keluarga, kehidupan social bermasyarakat serta kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Terhadap pribadi, Narkoba mampu merubah kepribadian penggunanya
secara drastis seperti berubah menjadi pemurung, pemarah bahkan melawan
terhadap siapapun. Menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap dirinya
sendiri, seperti tidak lagi memperhatikan lingkungan disekitarnya. Cendrung
untuk melakukan penyimpangan. Bahkan tidak jarang melakukan penyiksaan
terhadap diri sendiri karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau menghilangkan
sifat ketergantungan Narkoba.
Terhadap keluarga, seorang pengguna Narkoba tidak lagi segan mencuri
barang – barang di rumah untuk untuk membeli narkoba, tidak lagi menjaga
sopan santun di rumah bahkan melawan kepada orang tua serta mencemarkan
nama keluarganya sendiri.
Terhadap kehidupan social, seorang pengguna Narkoba cendrung
melakukan pnyimpangan social dan perbuatan criminal karena pandangannya
terhadap norma-norma yang ada ditengah masyarakat, termasuk norma hokum
dan agama sudah demikian longgar. Serta sering melakukan kegiatan yang
berbahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum untuk mendapatkan uang
guna membeli Narkoba seperti mencuri, memeras, membunuh, menodong,
merampok, melacur dan sebagainya.
Terhadap Kehidupan berbangsa dan bernegara, peredaran Narkoba
yang semarak dapat merupakan ancaman terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dengan banyaknya generasi penerus bangsa yang mengkonsumsi
Narkoba maka akan tidak ada lagi calon – calon pemimpin bangsa yang bisa
diandalkan karena secara fisik dan psikis pengguna Narkoba mengalami
kemunduran dan keterbelakangan.
Disamping hal tersebut diatas, seorang pengguna Narkoba juga rentan
tertular penyakit berbahaya, mengalami over dosis yg dapat menyebabkan
gangguan konsentrasi, proses fikir dan perilaku. Bahkan tidak jarang para
pengguna Narkoba berakhir dengan kematian yang mengenaskan.

5
2.2. PEREDARAN GELAP NARKOBA DI INDONESIA DAN UPAYA
PENANGGULANGANNYA

PEREDARAN GELAP NARKOBA DI INDONESIA

Pada saat ini Indonesia tidak hanya sekedar menjadi daerah transit/ lalu
lintas Narkoba karena posisinya yang strategis. Jumlah penduduk yang besar,
letak goegrafis yang strategis dan kondisi sosial politik tengah berada pada
proses transisi dimana stabilitas politik dan keamanan masih sangat labil dan
rapuh telah mendorong Indonesia menjadi daerah tujuan perdagangan Narkoba.
Parahnya lagi, beberapa tahun belakangan ini Indonesia juga diindikasikan
sebagai daerah penghasil Narkoba. Hal ini dapat dilihat dengan terungkapnya
beberapa laboratorium narkoba (clandenstin lab) yang cukup besar di Indonesia.
Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi komunikasi, liberalisasi
perdagangan serta pesatnya kemajuan industri pariwisata telah menjadikan
Indonesia sebagai Negara potensial sebagai produsen Narkoba.
Peredaran Narkoba di Indonesia pada hakekatnya melalui 3 ( tiga )
komponen utama yaitu Produsen, Distributor dan Konsumen. Beberapa
lingkungan tempat yang sering menjadi sasaran peredaran gelap Narkoba antara
lain Lingkungan Pergaulan danTempat Hiburan ( Diskotik, Karaoke, Pub ),
Lingkungan Pekerjaan baik di institusi pemerintahan maupun swasta bahkan
tidak menutup kemungkinan bahwa di lingkungan Polri sendiri di dapati kasus
penyalahgunaan narkoba, Lingkungan Pendidikan Sekolah, Universitas/Kampus
sangat memungkinkan terdapat peredaran narkoba karena banyak nya interaksi
yang terjadi baik antar teman maupun lingkungannya, Lingkungan tempat tinggal
Perumahan Asrama, Tempat Kost / rumah kontrakan, Apartemen dan Hotel.
Disamping dari Dalam Negeri, Narkoba juga masih banyak yang
didatangkan dari Luar Negeri. Hal ini dapat terjadi melalui pengiriman darat, laut
maupun udara.

Peredaran Narkoba lewat darat sering terjadi di perbatasan antara


Indonesia dengan Negara sekitar. Hal ini terjadi karena lemahnya sistema dan

6
pengawasan keamanan Indonesia di daerah perbatasan. Para aparat dan
petugas yang bekerja diperbatasan tidak didukung dengan sarana dan
prasarana yang memadai. Serta kebijakan pemerintah yang kurang
memperhatikan perkembangan daerah perbatasan telah mengakibatkan
kesenjangan yang cukup besar antara masyarakat Indonesia dan daerah
perbatasan. Hal ini cendrung mendorong masyarakat local untuk melakukan
upaya kriminal dan bukan tidak mungkin membantu atau membiarkan terjadinya
peredaran Narkoba untuk mendapatkan keuntungan dan memenuhi kebutuhan
hidupnya.

Peredaran Narkoba lewat laut juga termasuk sering dilakukan. Wilayah


Indonesia yang % adalah lautan adalah pintu bagi masuknya Narkoba di
Indonesia. Tidak semua wilayah bisa terkawal dengan optimal oleh petugas
Polair Polri, TNI Angkatan Laut maupun oleh Departemen terkait lainnya. Belum
lagi control yang kurang sangat rentan dimanfaatkan oleh oknum petugas untuk
meloloskan Narkoba masuk ke Indonesia, dengan mengharapkan untuk
mendapat imbalan ataupun suap.

Peredaran Narkoba melalui udara juga rentan menjadi akses masuk


Narkoba ke Indonesia. Walaupun beberapa bandara di Indonesia sudah
dilengkapi dengan alat pendeteksi Narkoba yang canggih, namun masih banyak
sekali bandara yang belum memilikinya. Apalagi semakin lama modus dan
upaya penyelundupan Narkoba ke Indonesia semakin berkembang mulai dari
melalui kurir anak – anak dan perempuan sampai dengan cara – cara yang tidak
masuk akal seperti menelan Narkoba dengan dibungkus semacam pembungkus
khusus untuk menghindari pendeteksian Narkoba oleh petugas.

UPAYA PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN


GELAP NARKOBA DI INDONESIA

Penanggulangangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba


wajib dilakukan oleh pemerintah melalui aparat penegak hukum dan fungsi
terkait. Namun demikian peran serta masyarakat dalam menanggulangi Narkoba
juga mutlak diperlukan. Tanpa peran serta masyarakat. Upaya yang dilakukan
pemerintah tidak akan secara maksimal.

7
Langkah penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba yang dilakukan polri dapat digolongkan menjadi 3 upaya yaitu preemtif,
preventif maupun repsesif.
Upaya pre-emtif antara lain dilakukan dengan cara educatif pembinaan
dan pengembangan lingkungan pola hidup masyarakat, menciptakan hubungan
yang harmonis antar sesama masyarakat dan antara masyarakat dengan Polri
melalui upaya penyuluhan dan sambang, meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam turut serta menjaga keamanan ditengah masyarakat itu sendiri, dan
memberikan pencerahan bahwa menggunakan, membeli bahkan sampai
memperjual belikan Narkoba adalah perbuatan melanggar norma hukum dan
norma agama, serta mengadakan pendekatan solusi usaha mengantikan
tanaman ganja yang sering di tanam dengan tanaman pengganti yang lebih
memiliki nilai jual tinggi namun tidak melanggar hukum bagi masyarakat petani di
Aceh. Disamping itu upaya pre emtif juga dapat dilakukan melalui upaya lidik,
pengamanan dan penggalangan. Upaya pre – emtif sebagaimana tersebut diatas
dapat dilakukan oleh fungsi Bimbingan masyarakat (Bimmas) dan fungsi intelijen
Polri. Disamping itu upaya upaya edukasi, pembinaaan dan pengembangan
lingkungan hidup juga dapat dilakukan oleh fungsi Polair terhadap masyarakat
perairan dan masyarakat kepulauan di pulau – pulau yang sulit terjangkau.
Upaya preventif dapat dilakukan melalui upaya mencegah masuknya
narkoba dari Luar negeri dengan melakukan pengawasan secara ketat di
daerah-daerah perbatsan seperti Bandara, pelabuhan laut dan perbatasan-
perbatasan darat. Disamping itu untuk mencegah lalulintas Narkoba ilegal di
dalam negeri dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti : operasi khusus /
razia di jalan – jalan terhadap kendaraan roda 2 dan roda 4 pada daerah rentan
lalu lintas Narkoba dengan sistem zig zag sehingga tidak terbaca oleh jaringan
pengedar Narkoba, melakukan Razia di tempat-tempat rawan lalulintas narkoba
secara ilegal atau tempat-tempat rawan transaksi narkoba seperti tempat –
tempat hiburan (Diskotik,karaoke,pub, kafe wareng remang dan lain-lain),
mengadakan patroli pencarian sumber Narkoba atau ladang ganja meliputi
seluruh wilayah terpencil, mencegah kebocoran Narkoba dari sumber-sumber
resmi seperti Rumah sakit, Apotik, Barang bukti dari aparat kepolisian,
kejaksaan, pengadilan dan lainya, pencegahan melalui kegiatan penyuluhan,
penerangan dan bimbingan tentang bahaya narkoba, dan juga tentang perlunya

8
pengawasan lingkungan oleh masyarakat sendiri terutama keluarga. Upaya
preventif ini dapat dilakukan oleh fungsi samapta, lalu lintas, dan lain – lain.
Sedangkan upaya represif berupa upaya penindakan/ penegakan hukum
terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dapat dilakukan
dengan upaya penyelidikan dan penyidikan secara professional oleh fungsi
Reskrim / Res Narkoba Polri. Adapun upaya tersebut dilakukan dengan
memperhatikan perangkat hukum yang ada secara maksimal dan tepat sasaran
agar tercipta keseimbangan antara perbuatan yang dilakukan dengan sanksi
hukuman yang diterapkan serta menindak bagi siapa saja yang menghalangi
atau mempersulit penyidikan serta penuntutan dan pemeriksaan perkara tindak
pidana Narkotika dan atau tindak pidana Prekursor Narkotika sebagaimana
diatur dalam pasal 138 UU No 35 tahun 2009. Dan perkara penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba termasuk perkara yang didahulukan dari perkara
lainya untuk diajukan ke pengadilan untuk penyelesaian perkara secepatnya
sesuai pasal 74 UU No 35 tahun 2009 dan pasal 58 UU No 5 tahun 1997.
Disamping hal tersebut diatas dalam menanggulangi penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkoba dari luar negeri, Polri melakukan kerjasama
dengan kepolisian Negara lain baik berupa kerjasama antar Negara, kawasan
regional ASEAN maupun Interasional melalui Perserikatan Bangsa – Bangsa
(PBB) melalui wadah Interpol. Kerjasama tersebut dapat berupa bantuan dalam
penyidikan tindak pidana Narkoba maupun kerjasama pendidikan melalui Jakarta
Center for Law Enforcemet Cooperation (JCLEC) dan United Nation on Drug and
Crime (UNODC). Tentu saja kerjasama Polri ini perlu didukung dan ditindak
lanjuti oleh pemerintah Negara dengan melakukan kerjasama Government to
Government dalam bentuk kerjasama atau perjanjian ekstradisi dan perjanjian
bantuan hukum timbal-balik dalam masalah pidana.

PERANAN LEMBAGA PEMERINTAH KEMENTERIAN DAN NON


KEMENTERIAN
Dalam melaksanakan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba, Polri dapat bekerjasama dengan lembaga pemerintah
kementerian dan non kementerian, seperti Dirjen Bea Cukai, Dirjen Imigrasi,

9
Departemen Agama, Departemen Pariwisata Seni dan Budaya, Badan Pom,
Kejaksaan, Kehakiman, Badan Narkotika Nasionla (BNN), dan lain – lain.
Dalam UU No 35 tahun 2009 juga dijelaskan bahwa Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan penyidik BNN berwenang melakukan penyidikan
terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika. Dan dalam prakteknya Penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan penyidik BNN dapat melakukan kerjasama dan koordinasi dalam
melakukan penyidikan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika.

PERAN SERTA MASYARAKAT

Masyarakat memiliki kesempatan yang seluas – luasnya untuk berperan


serta membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba sesuai dengan pasal 104 UU No 35 tahun 2009
tentang Narkotika dan pasal 54 UU No 5 TAHUN 1997 tentang Psikotropika.
Peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui upaya mencari,
memperoleh dan memberikan informasi, menyapaikan saran dan pendapat serta
memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya mengenai adanya
dugaan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
Selain hal tersebut diatas, peran serta masyarakat dapat dilakukan
dengan berbagi cara sesuai dengan lingungan dengan mewujudkan keluarga
yang harmonis dan lingkungan sosial yang sadar akan bahaya Narkoba. Hal ini
juga dapat dilakukan oleh masyarakat melalui jalur/ lingkungan pendidikan,
kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial masyarakat lainnya.

III. PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

10
a. Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan
berbahaya lainnya yang merupakan zat atau obat yang sangat berbahaya
jika disalahgunakan. Penyalahgunaan Narkoba mengakibatkan
ketergantungan, mengganggu sistem syaraf pusat dan dapat
menyebabkan ganguan fisik, jiwa, sosial dan keamananan.
b. Adapun kerugian akibat penyalahgunaan Narkoba memiliki dampak
terhadap pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan social bermasyarakat
serta kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Jumlah penduduk yang besar, letak goegrafis yang strategis dan kondisi
sosial politik tengah berada pada proses transisi dimana stabilitas politik
dan keamanan masih sangat labil dan rapuh telah mendorong Indonesia
yang dahulunya hanya sebagai daerah transit/ lalu lintas Narkoba
menjadi daerah tujuan perdagangan bahkan telah pula terindikasi
sebagai Negara penghasil / produksi Narkoba.
d. Upaya penanggulangangan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba wajib dilakukan oleh pemerintah melalui aparat penegak hukum
dan instansi /fungsi terkait. Namun demikian peran serta masyarakat
dalam menanggulangi Narkoba juga mutlak diperlukan agar upaya
tersebut dapat berjalan optimal.

3.2. SARAN

a. Agar menggalakkan sosisalisasi UU Narkoba yang baru yaitu UU No


35 tahun 2009 tentang Narkotika, sehingga dapat meningkatkan
eksistensi Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama – sama Polri
serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dalam upaya
penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di
Indonesia.

b. Agar menggalakan upaya – upaya untuk meningkatkan kesadaran


masyarakat tentang bahaya Narkoba dan mengoptimalkan peran

11
masyarakat dalam pemberantasannya. Hal ini dapat dilakukan melalui
penyuluhan Narkoba sampai ke tingkat RT/RW serta pemberian
penghargaan terhadap lingkungan bebas Narkoba termasuk individu
– individu yang telah berjasa membantu pemerintah /aparat penegak
hukum dalam upaya peran serta penanggulangan penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkoba.

c. Agar meningkatkan kerjasama antara Polri dengan lembaga


pemerintah kementerian dan non kementerian yang berhubungan
dengan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba. Hal ini dapat diwujudkan dengan membuat perjanjian
kerjasama atau memorandum of understanding (Mou) yang ditindak
lanjuti dengan pembentukan satuan tugas (satgas) anti Narkoba yang
komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Modul Manajemen Opsnal Kepolisian PTIK, 2007.

Ismail, Chairuddin. “Kapita selekta penegakkan hukum tindak pidana


tertentu”. PTIK Press, 2007.

12
Kelana, Momo. “Konsep – konsep hukum Kepolisian Indonesia”. PTIK Press,
2007

Artikel internet

King, Travel. “Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba”


, http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1900061-pencegahan-dan-
penanggulangan-penyalahgunaan-narkoba/ diakses pada 20 Mei 2011.

Antara News. “1,5 persen penduduk Indonesia pengguna Narkoba”


http://hileud.com/15-persen-penduduk-indonesia-pengguna-narkoba.html
diakses pada 20 Mei 2011.

Peraturan Perundang – undangan

Undang – Undang RI Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP

Undang – Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Undang – Undang RI Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

13

You might also like